• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. kadang-kadang memanjat, batangnya mengayu. Tanaman ini dapat mencapai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. kadang-kadang memanjat, batangnya mengayu. Tanaman ini dapat mencapai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Bambu

Bambu biasanya dikenal berbentuk rumpun, namun bambu juga bisa tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Arah pertumbuhan biasanya tegak kadang-kadang memanjat, batangnya mengayu. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga. Batang-batang bambu muncul dari buku-buku rimpang yang menjalar di bawah tanah. Batang-batang yang sudah tua keras dan umumnya berongga, berbentuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Antara ruas yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan buku. Pada salah satu sisi buku muncul cabang yang beruas-ruas dan diantaranya dihubungkan oleh buku cabang. Pada buku-buku batang biasanya terdapat mata tunas, demikian juga pada cabang-cabang dan rimpangnya. Tinggi tanaman bambu sekitar 0,3 m sampai 30 m. diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan dindingnya sampai 25 mm (Berlian dan Rahayu, 1995).

Menurut Liese (1980) dalam Ganie (2008), bambu memiliki ciri-ciri antara lain pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan sekunder, batangnya beruas-ruas semua sel yang terdapat pada internodia mengarah pada sumbu aksial, sedang pada nodia mengarah pada sumbu transversal, dalam internodia tidak ada elemen-elemen radial (misalnya jari-jari) kulit bagian luar terdiri atas satu lapis epidermis, sedang kulit bagian dalam terbentuk dari sklerenkim. Struktur melintang ruas ditentukan oleh ikatan pembuluh. Pada bagian tepi, ikatan pembuluh berukuran kecil dan berjumlah banyak. Pada bagian dalam ikatan pembuluh berukuran besar dan berjumlah

(2)

sedikit, secara umum dalam batang jumlah ikatan pembuluh menurun dari pangkal ke ujung dan kerapatannya meningkat.

Bambu betung

Bambu betung (Dendrocalamus asper) memiliki sifat yang keras dan baik untuk bahan bangunan. Perbanyakan bambu betung dilakukan dengan potongan batang atau cabangnya. Jenis bambu ini dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 2000 mdpl. Bambu ini akan tumbuh baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklim tidak terlalu kering (Berlian dan Rahayu, 1995). Dransfield dan Widjaja (1995) menambahkan bahwa bambu betung adalah bambu yang kuat, tingginya bisa mencapai 20-30 m dan diameter batang 8-20 cm. Bambu betung juga banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah maupun jembatan. Bambu betung bisa dipanen pada umur 3-4 tahun dengan produksi sekitar 8 ton/ha. Kerapatan serat bambu betung adalah 0,8 g/cm3.

Menurut Aziz et al. (1991) dalam Aziz (1997) pada bambu betung, kecepatan munculnya tunas baru dan pertumbuhan akar serta tajuk, relatif lebih cepat pada penanaman horizontal. Namun demikian pertumbuhan akar dan tajuk dari penanaman vertikal jauh lebih baik dari penanaman horizontal.

Subyakto dan Sudijono (1994) telah meneliti bahwa berat jenis bambu betung bertambah besar dengan meningkatnya posisi ketinggian ruas pada batang. Pada ruas yang sama, kekuatan lentur (MOE dan MOR) bambu betung pada bagian tanpa buku lebih tinggi dibandingkan dengan buku. Pada ruas yang sama, nilai MOR pada posisi pengujian telentang (bagian kulit bambu di bawah) lebih kecil dibandingkan posisi telungkup (bagian kulit bambu di atas). Nilai MOE

(3)

bertambah besar dengan semakin tinggi posisi ruas pada batang, sedangkan nilai MOR mengalami sedikit penurunan pada ujung batang.

Perekat Isosianat

Isosianat merupakan monomer yang utama dalam pembentukan poliuretan, mempunyai reaktifitas yang sangat tinggi, khususnya dengan reaktan nukleofil. Reaktifitas gugus –N=C=O ditentukan oleh sifat positif dari atom karbon dalam ikatan rangkap komulatif yang terdiri atas N, C dan O. Dalam pembentukan polimerisasi isosianat juga dapat bereaksi dengan sesamanya seperti:

R-N-C=O R-N-C=O R-N-C=O

Isosianat

Gambar 1. Reaksi Polomerisasi Isosianat (Odian 1991 dalam Anshari 2009).

Polimerisasi isosianat telah dipakai dalam industri terutama foam poliuretan dan pengikat. Secara komersil isosianat pertama kali diproduksi awal tahun 1960-an dan berkembang penggunaannya pada industri: foam rifit dan lentur, elastomer, coating, dan perekat. Di tahun 1991 rata-rata 2,6 jutan ton isosianat diproduksi di dunia (Galbarit dan Newman 1992 dalam Anshari 2009). Isosianat yang umum digunakan dan telah dipasarkan adalah toluene diisosianat (TDI), difenilmetana diisosianat (MDI) dan naftalena -1,5- diisosianat (NDI).

Isosianat menjadi sangat penting akhir-akhir ini sebagai perekat kayu. Awalnya perekat berorientasi pada penggunaan papan partikel dan kayu komposit. Kelebihan lain dari isosianat adalah mampu dimatangkan (curing) pada suhu rendah maupun tinggi untuk terjadinya peningkatan sifat fisik dan mekanik

(4)

sekaligus tahan terhadap goresan dan tidak mengandung emisi seperti formaldehid (Galbrait 1986 dalam Anshari 2009).

Zat Aditif Keramik

Keramik merupakan salah satu kerajinan yang tertua. Kata keramik berasal dari kata yunani “Keramos” yang berarti periuk yang dibuat dari tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan barang-barang keramik ialah semua barang/bahan yang dibuat dari bahan-bahan tanah dan diproses pembuatannya melalui pembakaran pada suhu tinggi (Astuti, 1997).

Proses pembuatan engineering ceramic secara konvensional biasanya menggunakan serbuk dan melibatkan beberapa tahap proses yang panjang seperti tahapan kalsinasi, milling, penentuan distribusi ukuran serbuk, penambahan aditif/binders, proses kompaksi, sinter, laku panas, dan terakhir adalah proses permesinan. Serbuk yang berukuran kecil umumnya digunakan karena memiliki

driving force yang besar untuk densifikasi. Namun selama pemanasan dengan terjadinya proses sinter baik melalui solid-state maupun liquidstate sinter, keramik mengalami penyusutan (shrinkage) sebesar 50% volume (17% linier). Karena sulit dan mahalnya proses permesinan untuk komponen keramik, oleh karena itu shrinkage dan distorsi harus dikontrol sehingga komponen keramik yang dihasilkan mendekati dimensi dan bentuk (near-net-shape) yang diinginkan.

Alumina bagi industri keramik adalah seperti baja bagi industri logam dan termasuk salah satu jenis keramik yang paling sering digunakan. Sifat-sifat penting alumina meliputi tingginya temperatur lebur, ketahanan kimiawinya, ketahanan listrik, serta kekerasannya (Anggono et al., 2010).

(5)

Komposit keramik terbentuk dari suatu matriks yang ditambahkan serat. Ciri-ciri positif keramik SiC-SiC dipakai untuk keperluan tertentu. Komposit memikat perhatian karena memiliki struktural biasa, walau cara produksinya tentu saja tidak lebih mudah. Menggabungkan serat dan matriks menjadi berikatan kuat terpadu merupakan masalah pelik pada permukaan. Serat yang baik digunakan adalah serat yang pendek monokristal, serabut-serabut yang lazim disebut

whisker. Serabut silicon karbida dapat dibuat dengan pembakaran terkendali ketat, produk sintering. Kelebihan dari keramik ini produknya tidak dapat disasar oleh radar (Hartomo, 1992).

Parafin

Wax atau lilin adalah salah satu zat aditif yang ditambahkan pada campuran untuk meningkatkan sifat papan komposit yang dihasilkan. Dalam komposisi papan, emulsi wax menimbulkan daya tahan air yang bagus dan stabilitas dimensi yang tinggi pada papan. Kegunaan ini sangat penting untuk memberikan perlindungan selama perendaman tidak sengaja dari papan selama atau dapat mengurangi penyerapan air secara bertahap. Jenis wax yang digunakan adalah parafin, yaitu lilin mineral yang merupakan produk sampingan dari industri minyak mentah. Parafin memiliki titik leleh 48-55 0C (Maloney, 1993). Parafin yang digunakan dalam papan partikel berkisar 0,25 % sampai 2 % dari massa partikel, ditambahkan untuk memberikan suatu sifat katalis air pada papan (Forest Product Society, 1999).

Senyawa hidrokarbon parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus CnH2n+2 . Senyawa ini mempunyai sifat kimia stabil pada suhu biasa, tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat maupun asam sulfat berasap, larutan alkali

(6)

pekat, asam nitrat maupun oksidator kuat seperti asam kromat kecuali senyawa yang mempunyai atom karbon tersier. Bereaksi lambat dengan klor dengan bantuan sinar matahari bereaksi lemah dengan klor dan brom kalau ada katalis (Hutagaol, 2009).

Parafin juga merupakan salah satu komposisi terbesar dari komponen utama kerosin (Chalid et al., 2005).

Papan Serat

Serat dan serat bambu betung

Menurut Pandit dan Ramdan (2002) serat menunjukkan arah orientasi umum dan sel-sel panjang di dalam kayu terhadap pohon. Sementara Mandang dan Pandit (1997) menambahkan ciri-ciri serat yaitu memiliki panjang 300-3600 mikron, bergantung kepada jenis pohon dan posisinya dalam batang. Diameternya antara 15-50 mikron. Ketebalan dindingnya relatif lebih tipis dibanding diameter ketebalannya atau sangat tebal. Serat yang tebal merupakan serat yang berdinding tebal. Menurut Tarigan (2009) menyatakan sel serat berfungsi sebagai pemberi tenaga mekanik pada batang, sehingga mempunyai dinding sel yang relatif tebal-tebal.

Menurut Ghavami (1988) dalam Ganie (2008) secara umum 40% hingga 70% serat bambu terkonsentrasi di bagian luar dan 15% hingga 30% di bagian dalam batang. Serat-serat tersebut terarah sepanjang sumbu batang dengan diameter 0,08 mm hingga 0,70 mm, tergantung pada spesies dan lokasinya pada tampang-lintang. Pada buku-buku (nodia), serat-serat ini saling bertautan dan sebagian memasuki diafragma dan cabang-cabang. Sebagai akibat dari

(7)

diskontinyuitas ini buku-buku pada umumnya merupakan titik terlemah dari batang bambu.

Menurut Manuhuwa dan Loiwatu (2007) kandungan holoselulosa (73,63%), lignin (27,37%) dan tebal dinding sel serat (0,90 mikron) bambu betung lebih banyak dari bambu Sero (71,96%; 26,18%; 0,80 mikron) dan bambu Tui (72,77%; 26,05%; 0,77 mikron). Sementara Gusmailina dan Sumadiwangsa (1988) dalam Widnyana (2000) menambahkan kadar lignin bambu berkisar antara 19,8%-26,6%. Hal ini mengindikasikan bambu betung dapat menghasilkan bubur kayu (pulp) lebih banyak, namun kandungan lignin yang relatif lebih banyak maka dibutuhkan bahan kimia yang lebih banyak untuk memisahkan lignin dari pulp agar dihasilkan pulp yang berkualitas (Manuhuwa dan Loiwatu, 2007).

Mutu serat

Penilaian terhadap suatu mutu serat diawali dengan pengukuran dimensi serat. Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) dimensi-dimensi serat yaitu panjang serat, diameter serat, tebal dinding serat, dan diameter lumen. Panjang serat mempunyai pengaruh terhadap sejumlah sifat kertas, yaitu ketahanan sobek, kekuatan tarik, lipat dan jebol. Semakin panjang serat makin tinggi ketahanan sobeknya. Namun, serat panjang juga memiliki kelemahan dimana serat panjang akan menahan beban pada sebagian daerahnya, sementara bagian yang lain tidak, sehingga hanya sebagian yang mendapat tekanan. Dengan demikian serat pendek akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar apabila terorientasi dengan benar. Diameter serat yang besar dan berdinding tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan yang tinggi. Tebal dinding serat yang tebal lebih kuat dari pada serat berdinding tipis. Sedangkan untuk diameter lumen akan

(8)

berpengaruh sebagai perbandingan dengan diameter serat yang disebut sebagai

flexibility ratio (tingkat fleksibilitas serat) yang menunjukkan hubungan parabolis dengan kekuatan tarik dan panjang putus.

Mutu serat dapat diperoleh setelah mengetahui nilai turunan serat yang diperoleh dari perhitungan dimensi serat. Turunan serat yaitu runkell ratio, daya tenun (felting power), muhlsteph ratio, coefficient of rigidity dan flexibility ratio

(Fatriasari dan Hermiati, 2006).

Pembuatan papan serat

Papan serat adalah lembaran material dari serat kayu maupun bahan berlignoselulosa selain kayu yang mengalami proses pengempaan (Maloney, 1993). Menurut JIS (2003) klasifikasi papan serat berdasarkan kerapatannya terbagi 3 yaitu:

1. Insulation fibreboard (IB), memiliki kerapatan dibawah 0,35 g/cm3 2. Medium density fibreboard (MDF) berkerapatan diatas 0,35-0,79 g/cm3 3. Hardboard fibreboard (HB) berkerapatan diatas 0,80 g/cm3

Pembuatan papan serat dimulai dari proses pulp untuk memisahkan serat. Proses ini juga membutuhkan proses pengempaan yang hampir sama dengan pembuatan papan partikel (Suchland dan Woodson, 1986).

Standarisasi sifat fisis dan mekanis MDF berdasarkan Japanese Industrial Standar (JIS) A 5905 (2003) untuk papan serat berkerapatan sedang antara lain: Sifat Fisis:

- Kerapatan : 0,35-0,79 g/cm³

- Kadar air : 5-13%

(9)

- Pengembangan tebal : 7-17 % Sifat Mekanis:

- Modulus lentur : minimum 2,55x104 kgf/cm2 - Modulus patah : minimum 306 kgf/cm2 - Keteguhan rekat : minimum 5,1 kgf/cm2 - Kuat pegang sekrup : minimum 51 kgf

Referensi

Dokumen terkait

Easiest way to determ ine nam es of backup files on a server is to locate a directory listing using intitle:index.of or to search for specific files with queries such as

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

To make the presentation of a document about the development and assessment results using the CMI CMI program with the cloud computing system will be provided to make a

Abstract Language acquisition is very similar to the process students use in acquiring first and second languages.. It requires meaningful interaction in the

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Investasi pembangunan PMKS yang dibutuhkan pada saat ini adalah pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS/jam dan secara

Permen memiliki berbagai manfaat dan alasan untuk dapat dikonsumsi oleh kalangan masyarakat seperti dapat mengurangi kantuk, mengurangi sakit pada tenggorokan, sebagai cemilan

Order dari bagian Garment berupa kain warna polos maupun kain warna stripper untuk diproses lebih lanjut menjadi pakaian jadi pada bagian Garment.. Awalnya bagian Garment

KEY WORDS: Active Learning, Remote Sensing, Land Cover Classification, Segmentation, Hierarchical Clustering, Active