• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BERBANTUAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V

Ni Kadek Putri Maharani

1

, A. A. Gede Agung

2

, Ndara Tanggu Renda

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

E-mail: {

nikadekputrimaharani

@gmail.com

1

,

agungtps2056@gmail.com

2

,

Ndaratanggu.renda@gmail.ac.id

3

}

@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Permasalahan rendahnya hasil belajar Matematika yang ditemukan pada siswa kelas V di gugus X Kecamatan Buleleng menjadi masalah utama untuk dilakukan penelitian ini. Indikasi rendahya hasil belajar Matematika tersebut terbukti dari nilai rata-rata hasil belajar Matematika yaitu 67,1. Rendahnya kondisi variabel diduga karena guru-guru dalam pengelolaan pembelajaran cenderung menggunakan metode belajar yang kurang inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V semester Genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus X Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan Non-equivalen post test only control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD di Gugus X Kecematan Buleleng berjumlah 75 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Kaliuntu berjumlah 28 orang dan siswa kelas V SDN 3 Kaliuntu berjumlah 32 orang, ditentukan dengan teknik random sampling jenis cluster sampling. Data hasil belajar Matematika siswa dikumpulkan menggunakan metode tes pilihan ganda. Setelah dilaksanakannya uji coba, data yang telah diperoleh kemudian dianalisis melalui dua tahap yaitu dengan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan: (1) rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelompok eksperimen sebesar 26,19 berada pada kategori tinggi, (2) rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol sebesar 21,35 berada pada kategori sedang, dan (3) terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V semester II SD gugus X Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016 (thitung = 37,09 > ttabel = 2,00).

Kata kunci: PBM, Lembar Kerja Siswa, hasil belajar.

ABSTRACT

The problems of low learning outcome found in classes V of Cluster X in Kecamatan Buleleng are the major issue in this research. The indication of that low learning outcome could be seen from the average math score found in classes V of Cluster X in Kecamatan Buleleng is 67,1. These low variable conditions were suspected because the teachers in classes V of Cluster X in Kecamatan Buleleng tend to use less innovative teaching strategy. Hence this research aims to know the influence of problem based learning model by the help of student worksheets to the students’ math grade in classes V of Cluster X in Kecamatan Buleleng in second semester in the academic year of 2016/2017. The kind of this research is quasi experiments with non- equivalents post tests only control group design. The populations of this research were 75 students of classes V of Cluster X in Kecamatan Buleleng. The research samples were 28 grade V students of SDN 1 Kaliuntu and and 32 grade V students of SDN 3 Kaliuntu, determined by random cluster sampling technique. The students leaning data results were collected by using objective test. After tryout had been done, the collected data then analyzed in two stages through descriptive statistic analysis and inferential statistics analysis (T-test). The results discovered, first,

(2)

2

the learning math outcome of experiment students is 26, 19, categorized as high achievement; second, the learning math outcome in controlled group is 21, 35, categorized as medium achievement; third, there was a significant influence of problem based learning model by the help of student worksheets to the students’ math grade in classes V of Cluster X in Kecamatan Buleleng in second semester in the academic year of 2016/2017. (tstatistic=37, 09 > table= 2, 00).

Key words: PBL, student worksheet, learning outcome.

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan suatu program yang sedang dilaksanakan pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Selai itu Pendidikan juga sangat berperan dalam perkembangan diri peserta didik, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kreativitas sehingga menjadi manusia dengan sumber daya yang tinggi. Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah selesai sampai kapan pun, pendidikan akan dilaksanakan sepanjang ada kehidupan manusia di dalam dunia ini. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikatakan:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas mutu pendidikan di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar, antara lain: Penetapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, meningkatkan kualitas pendidik, misalnya dengan mengadakan program penataran bagi guru-guru, mengadakan program sratifikasi guru, pembaharuan kurikulum mulai dari kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian mengalami revisi lagi menjadi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan membuat aturan mengenai standar kelulusan yang harus dicapai peserta didik pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Namun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut belum memberikan hasil yang optimal yang ditunjukkan oleh masih rendahnya hasil belajar siswa, khusnya dalam mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Hal tersebut dikarenakan matematika merupakan salah bidang studi yang sangat berguna dalam kehidupan, serta sebagai sarana berpikir logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga pada hakekatnya matematika disebut sebagai ratu dan pelayan ilmu. Di samping itu, penguasaan terhadap matematika juga dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suherman (2003: 25) yang menyatakan,

matematika sebagi ratu atau ibunya ilmu, dimaksudkan bahwa matematika adalah sumber dari ilmu lain. Sedangkan matematika sebagai pelayan ilmu, dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.

Kenyataan saat ini matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa, karena pada prinsipnya matematika berkaitan dengan konsep abstrak yang artinya tidak langsung terwujud dalam bentuk konkrit atau nyata, hal tersebut membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Siswa lebih mudah mempelajari hal-hal yang bersifat kongkrit, sehingga muncul

(3)

3 anggapan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan ditakuti. Anggapan tersebut muncul, salah satunya tidak terlepas dari peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Meskipun guru telah melakukan berbagai upaya agar siswa senang dan bersemangat untuk belajar matematika, namun para guru masih memiliki banyak kendala bagaimana menumbuhkan rasa senang siswa untuk belajar matematika sehingga hasil belajar matematika siswa dapat meningkat. Berdasarkan gambaran tersebut sudah sewajarnya matematika memperoleh perhatian yang lebih serius dari para pendidik sehingga dapat lebih disukai oleh siswa.

Untuk menumbuhkan minat siswa dalam mempelajari matematika, pembelajaran yang dilaksanakan di kelas perlu direformasi. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge), tetapi sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah matematika. Paradigma baru dalam pendidikan dan kegiatan pembelajaran saat ini yang menekankan pada student centered menuntut adanya keaktifan dari siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran student centered akan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencari berbagai sumber informasi yang relevan untuk menunjang kegiatan pembelajarannya, sehingga kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan siswa tidak hanya sekedar menghafal materi yang diajarkan, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik yang berimbas pula pada peningkatan hasil belajar matematikanya.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 5 januari 2017 yang dilakukan dengan beberapa guru mata pelajaran Matematika V di SD Gugus X Kecamatan Buleleng tentang kesulitan siswa dalam pembelajaran pada mata pelajaran Matematika diperoleh informasi, kurangnya keaktifan belajar siswa, siswa

kurang fokus pada saat belajar, kurang memahami materi pelajaran yang sudah disampaikan, dan minat belajar siswa masih rendah. Dari informasi di atas, dapat dikatakan sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa.

Ketika dilanjutkan dengan observasi pada 5 Januari 2017 sampai dengan 7 Januari 2017 di seluruh kelas V SD di gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng menunjukkan, terdapat 5 sekolah dasar pada gugus ini, diantaranya SD N 1 Kaliuntu, SD N 2 Kaliuntu, SD N 3 Kaliuntu, SD N 4 Kaliuntu dan SD Katolik Karya. Dari kelima SD dua SD menerapkan kurikulum 2013 yaitu SD 4 Kaliuntu dan SD Katolik Karya, pembelajaran di kelas V SD pada sekolah ini menggunakan model pembelajaran tematik oleh karena itu siswa kelas V SD di SD Negeri 4 Kaliuntu dan SD Katolik Karya tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Selain sekolah tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran ditemukan fakta bahwa bahwa guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Pembelajaran Matematika yang dilakukan dengan pendekatan konvensional mengakibatkan siswa mengalami kebosanan dan tidak berperan aktif dalam mengonstruksi pengetahuannya. Kebosanan yang dialami siswa ditunjukkan dengan terdapat beberapa siswa yang pandangannya tidak fokus ketika materi pelajaran dijelaskan oleh guru, corat-coret kertas, dan mengobrol dengan teman sebangku. Siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran Matematika karena siswa hanya perlu mendengar dan mencatat materi pelajaran Matematika yang disampaikan guru menyebabkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika masih relatif rendah.

Berdasarkan hasil pencatatan dokumen yang dilakukan pada setiap SD di Gugus X pada 7 Januari 2017 menunjukkan bahwa nilai UAS mata pelajaran Matematika kelas V pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 belum optimal. Hal ini di tunukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap SD terlihat pada table berikut.

(4)

4 Tabel 1.

Nilai UTS Siswa Kelas V SD Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng

No SD Jumlah

siswa KKM

Jumlah siswa nilai Rata-rata Tuntas Tidak Tuntas 1 SD N 1 Kaliuntu 28 70 6 22 63,6 2 SD N 2 Kaliuntu 15 70 5 10 67,8 3 SD N 3 Kaliuntu 32 70 18 14 69,9 Jumlah 75 70 29 46 67,1

(Sumber: Arsip Nilai Guru Mata Pelajaran Matematika di Gugus X Kecamatan Buleleng)

Dari tabel diatas, dapat diketahui dari 75 orang siswa 29 orang siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan nilai tertinggi 87 dan 46 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM dengan nilai terendah 55. Dengan rata-rata nilai UAS kelas V di SD Gugus X kecamatan buleleng adalah 67,1. Nilai rata-rata tersebut berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu 70,00. Dari paparan data di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar Matematika siswa di Gugus X Kecamatan Buleleng jika dikonversikan dalam penilaian acuan patokan skala (PAP) dengan skala 5 (lima) berada pada persentase penguasaan 65 – 79 berada pada predikat cukup (Agung, 2010:58). Pembelajaran Matematika belum terwujud sebagaimana yang di harapkan, sehingga hasil yang dicapai belum maksimal.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan pencatatan dokumen yang dilakukan di SD gugus X Kecamatan Buleleng dapat diketahui bahwa hasil belajar Matematika kelas V SD di gugus X Kecamatan Buleleng masih rendah. Hasil belajar yang rendah disebabkan oleh pembelajaran konvensional yang masih diterapkan oleh guru. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menyebabkan siswa mengalami kebosanan ketika pembelajaran Matematika, Matematika dianggap pelajaran yang sulit karena harus menghafal banyak rumus dan angka-angka, dan siswa tidak tahu manfaat yang diperoleh dari mempelajari Matematika karena konsep Matematika diperoleh melalui mendengar, mencatat, dan

mengingat materi pelajaran yang disampaikan oleg guru. Pembelajaran matematika hanya menekankan pada teori dan konsep-konsep matematika tanpa disertai dengan penerapannya pada berbagai bidang yang lain seperti ekonomi, sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa tidak mengetahui untuk apa mereka belajar matematika. Dengan kata lain pelajaran matematika dirasakan kurang bermakna bagi kehidupannya. Tidak jarang hal ini menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap matematika. Untuk membuat pembelajaran matematika lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran matematika, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa secara aktif menganalisis hingga memecahkan masalah nyata yang ada di lingkungannya hingga memperoleh konsep yang benar, mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pemanfaatannya. Selain itu, siswa akan memiliki kemapuan untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang meyertainya, menghasilkan pengetahuan yang bermkna melalui pemikiran sendiri. Karena dalam penerapannya model pembelajaran ini siswa dibelajarkan untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri yang akan memberikan pengalaman konkret. Lasmawan (2010) implementasi model pembelajaran problem based learning akan memberikan kontribusi yang cukup

(5)

5 signifikan dalam perbaikan hasil mengajar, khusus dalam menumbuh kembangkan kemampuan berfikir kritis siswa.

Siswa akan lebih termotivasi ketika pembelajaran menyenangkan dan bermakna, yang didukung dengan penggunaan Lembar Kerja Siswa pada saat proses pembelajaran. Lembar kerja siswa merupakan alat bantu pembelajaran yang digunakan sebagai pelengkap atau sarana pendukung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Trianto (2010:222) menyatakan bahwa “Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. Lembar kerja siswa ini digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Penggunaan Lembar kerja siswa dalam proses pembelajaran matematika akan mempermudah siswa dalam menemukan konsep atau prinsip, dan aplikasi karena pada lembar kerja siswa ini telah disusun petunjuk dan pengarahan yang menuntun

siswa untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian terkait pengaruh model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD di gugus X Dengan demikian, dilakukanlah penelitian experimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran pembelajaran berbasis masalah Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 di SD Gugus X Kecamatan Buleleng”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah Berbantuan Lembar Kerja Siswa terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus X Kecamatan Buleleng.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalentPost Test Only Control Group Design dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Post-test

Eksperimen X O1

Kontrol - O2

(Sumber :Sugiyono, 2010:112) Sebelum penarikan sampel dilakukan, maka

dilakukan uji kesetaraan. Berdasarkan hasil uji kesetaraan yang dilakukan pada 3 kelas populasi menunjukkan Fhitung sebesar 0,13

dan Ftabel sebesar 3,12 dengan taraf

signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga seluruh populasi

dapat dikatakan setara. Pada penelitian ini, teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah teknik random sampling jenis cluster sampling, didapatkan hasil bahwa seluruh siswa kelas V di SD Negeri 3 Kaliuntu yang berjumlah 32 orang menjadi kelas eksperimen. Kemudian, siswa kelas V di SD Negeri 1 Kaliuntu yang berjumlah 28 orang menjadi kelas kontrol. Sampel yang digunaka sebanyak 60 orang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Suryabrata (2006:36) menyatakan bahwa “Penggunaan teknik cluster random sampling dalam penentuan sampel dikarenakan sampel dalam penelitian ini adalah kelompok siswa dalam bentuk kelas-kelas yang sudah ada”. Karena itu tidak dimungkinkan membentuk kelas-kelas baru dengan cara mengacak individu (individu) anggota populasi.

Penelitian ini melibatkan 2 jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Agung (2014:42) menyatakan, “Variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. Agung (2014:43) menyatakan, “”Variabel tergantung yaitu variabel yang keberadaannya atau munculnya bergantung

(6)

6 pada variabel bebas”. Variabl terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar matematika, dan variabel bebas yaitu model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa yang diterapkan pada kelas eksperimen dan yang bukan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa diterapkan pada kelas kontrol, Mengingat tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen tidak dapat diatur dan dikontrol secara ketat maka penelitian ini termasuk kuasi eksperimental (quasi eksperimental research), hal ini sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2010: 144) yang menyatakan bahwa “desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar Matematika pada siswa kelas V di SD gugus X Kecamatan Buleleng. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes pilihan ganda atau objektif yang berjumlah 38 butir soal dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d) dengan satu jawaban benar. Setiap item diberikan skor 1 apabila siswa menjawab dengan benar, serta skor 0 untuk jawaban siswa yang salah. Skor 0 merupakan skor minimal dan skor 38 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar Matematika. Variabel hasil belajar Matematika diukur dari indikator-indikator yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK yang digunakan dalam mata pelajaran Matematika ini Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan KD yang digunakan adalah Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, Mengidentifikasi sifat-sif bangun ruang dan Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana kemudian diujicobakan untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan tes tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian. Setelah dilaksanakannya uji coba, data yang telah diperoleh kemudian dipilih dianalisis untuk

menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya bedanya.

Berdasarkan hasil pengujian instrumen, maka diperoleh 35 soal objektif yang digunakan untuk tes akhir (post-test). penelitian ini, digunakan dua teknik analisis yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Pada analisis statistik deskriptif, data dianalisis dengan menghitung modus, median, mean, skor minimum, skor maksimum standar deviasi, dan varian. Deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Sedangkan pada uji prasyarat analisis, data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas distribusi, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui bahwa kedua data tersebut normal dan homogen.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians), Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen serta ukuran sampel yang tidak sama. Variabel hasil belajar siswa diukur dengan post-test pada mata pelajaran Matematika dengan jumlah soal 35 butir, dengan skor minimum ideal = 0, dan skor maksimum ideal = 35.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar Matematika siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa pada kelompok eksperimen dan yang bukan model model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa pada kelompok kontrol. Data diperoleh dari populasi penelitian yang berjumlah 60 orang siswa yang terdiri dari 32 orang siswa kelas V SD Negeri 3 Kaliuntu sebagai kelas eksperimen dan 28 orang siswa kelas V SD Negeri 1 Kaliuntu sebagai kelas kontrol. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 1 berikut ini

(7)

7 Tabel 3.

Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan IPS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data sikap ilmiah kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 26,19, median (Md) =26,5, modus (Mo) = 28 varians (s2) = 17,00, dan standar deviasi (s) = 4,12. Data hasil post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1.

Kurva Poligon Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen.

Berdasarkan kurva poligon data hasil belajar kelompok eksperimen di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan kata lain, kurva di atas adalah kurva juling negatif. Artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi).

Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 26,19 tergolong kriteria tinggi.

Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data sikap ilmiah kelompok kontrol, yaitu: mean (M) = 21,35, median (Md) = 21,05, modus (Mo) = 20,83, varians (s2) = 27,86, dan standar deviasi (s) = 5,28 , dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2.

Kurva Poligon Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol.

Berdasarkan kurva poligon data hasil belajar kelompok kontrol di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan kata lain, kurva di atas adalah kurva juling positif. Artinya, Hasil Analisis Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N 32 28 Mean 26,19 20,37 Median 26,5 20 Modus 28 18 Varians 17,00 27,86 Standar Deviasi 4,12 5,28 Minimum 17 10 Maksimum 32 32 Rentangan 15 22 Banyak Kelas 6 6 Panjang Kelas 3 4 M=21,35 Md=21,05 Mo=20,83

(8)

8 sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan M = 20,37 tergolong kriteria sedang.

Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap kelompok data tes hasil belajar Matematika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa dan yang bukan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa, sehingga terdapat dua buah kelompok data yang diuji. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ke dua sampel tersebut berdistribusi normal. Kriteria pengujian, jika

tabel hitung 2

2  

dengan taraf signifikasi 5%, maka data berdistribusi normal. Sedangkan, jika 2hitung 2tabel, maka

data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh seluruh 2hitung

lebih kecil dari 2tabel ( tabel

hitung 2

2

 ), sehingga seluruh kelompok data berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung<

Ftabel. Berdasarkan tabel di atas, diketahui

Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen

dan kontrol adalah 1,64. Sedangkan Ftabel

dengan taraf signifikansi 5% adalah 1,88. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan Lembar Kerja Siswa terhadap hasil belajar Matematika siswa. Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan Lembar Kerja Siswa dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan Lembar Kerja Siswa. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan

hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis

tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thit> ttab dan terima H0 jika thit <

ttab. Berikut ringkasan uji hipotesis disajikan

pada tabel 03 di bawah ini. Tabel 4.10

Rangkuman Hasil Uji-t

Kelompok N Db Mean ( x ) s2 thitung ttabel Kesimpulan Eksperimen 32 58 26,19 17,00 37,09 2,00 thitung > ttabel H0 ditolak Kontrol 28 20,37 27,86

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thit sebesar 37,09, Sedangkan, ttab

dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit>

ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikan, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran berbasis masalah

(9)

9 berbantuan Lembar Kerja Siswa terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus X Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan penelitian di atas, menunjukan bahwa pada model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa diterapkan pada kelas eksperimen dan yang bukan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswaditerapkan pada kelas kontrol dalampenelitian ini menunjukkan perbedaan terhadap hasil belajar Matematika. Secara deskriptif, hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa disebabkan karena, perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran dan proses penyampaian materi pelajaran.

Dilihat dari hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu besaran skor rata-rata hasil belajar Matematika Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa yaitu 26,19 lebih besar dari pada skor rata-rata hasil belajar Matematika Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan yang bukan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa yaitu sebesar 20,37 dan hasil analisis uji-t yang diperoleh yaitu 37,09 dan dinyatakan signifikan. Secara deskriptif, hasil belajar Matematika siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Apabila skor hasil belajar Matematika siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Sedangkan, pada kelompok kontrol apabila skor hasil belajar Matematika siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Model pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi atau konsep yang akan diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2010:90) menyatakan bahwa “model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata”.

Selain menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, dalam proses pembelajaran juga menggunakan bantuan Lembar kerja siswa. Menurut Trianto (2012:111) menyatakan, “Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indicator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa dapat memudahkan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang memuat kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, selain itu juga dapat menjadikan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan memberikan tantangan bagi siswa untuk berani mengemukakan argumen atau informasi dalam menganalisis konflik yang diberikan oleh guru. Agar pada siswa timbul motif yang kuat untuk mengatasi tantangan tersebut, maka situasi dan bahan belajar haruslah menantang. Keberanian siswa untuk dapat menyampaikan pendapat dibantu dengan pemberian konflik dalam pembelajaran. Konflik yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran, mengharuskan siswa berpendapat untuk dapat memecahkan konflik tersebut.

Berbeda pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran yang tidak

(10)

10 mengunakan model pembelajaran berbasis masalah berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses pembelajaran cenderung dominan menggunakan ceramah, tanya jawab, dan penugasan termasuk ke dalam model pembelajaran konvensional yang menyebabkan siswa yang kurang mampu memahami materi Matematika dan kesulitan mengikuti setiap langkah pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus dan menyebabkan siswa menjadi bosan dan menghilangkan semangat untuk belajar.

Adapun hasil penelitian dengan variabel sejenis untuk mendukung penelitian ini, dilakukan oleh dua peneliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Matematika. Melalui model pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat dan berperan aktif untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hipi (2013) menyatakan bahwa “dengan menggunakan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dimana Rata-rata hasil observasi aktivitas guru siklus I sebesar 54,2% kategori baik dan siklus II sebesar 82,3% kategori sangat baik. Rata-rata hasil observasi siswa siklus I sebesar 50% kategori cukup dan siklus II sebesar 78,55% kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut maka pembelajaran berbasis masalah berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa dengan siswa yang mengikuti pembejaran dengan yang bukan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran berbasis

masalah berbantuan Lembar Kerja Siswa terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus X Kecamatan Buleleng. Hal ini dilihat dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 37,09 dan dengan db = (32+28)-2 = 58 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga HO ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan dan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berbantuan Lembar Kerja Siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar Matematika dibandingkan dengan yang bukan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan Lembar Kerja Siswa.

Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain: (1) Disarankan kepada peserta didik, dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa diharapkan siswa dapat lebih meningkatkan kerjasama antar siswa dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga dapat menambah wawasan siswa dalam pengetahuannya agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal. (2) Disarankan kepada guru, dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan lembar kerja siswa dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran pada mata pelajaran Matematika ataupun pada mata pelajaran lain yang sejenis untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa cepat memahami dan mengerti materi yang disampaikan. (3) Disarankan kepada kepala sekolah, sebagai acuan dalam mengambil kebijakan untuk mengusahakan peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah dengan memberikan bimbingan kepada guru-guru terutama dalam menggunakan model pembelajaran yang inovatif. (4) Disarankan kepada peneliti lain agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian baik dalam variabel yang sama ataupun variabel yang berbeda.

(11)

11 DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. G. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Agung, A. A. G. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Media Publishing. Hipi, Rahmudin. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi IPA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan LKS di SD Negeri 2 Tuladenggi. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 3 ISSN 2354-614X. tersedia pada https://pkp.sfu.ca/ojs/ (diakses pada tanggal 11 januari 2017).

Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS. Singaraja. Mediakom Indonesia Press Bali.

Mayasari, Ni Made Dwi, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa Kelas V SD di Gugus II Kecamatan Mengwi. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014). Tersedia pada Tersedia pada http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/ind

ex.php/jurnal_pendas/article/viewFile/1 497/1168 (diakses tanggal 14 januari 2017).

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematia Kontemporer. Bandung: Technical Cooperation Project For Development of Sience and Matematics Teaching for Primary and secondary Education in Indonesia.

Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Inmplementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pndidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat penyertaan dan kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Reservoir Karbonat: Diagenesa

Namun demikian, satu buah karya lukisan yang terdiskripsikan seperti pada setiap Lembar Pengamatan Lukisan (ada 53) tidak akan mudah dipalsukan, perhatikan semua komponen seperti

Kedua, terdapat perbedaan kemampuan mahasiswa jurusan pendidikan matematika semester V IAIN SNJ Cirebon yang dikelompokkan berdasarkan pada minat berwirausaha pada

Berdasarkan hasil pembahsan penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani padi dalam memasarkan produknya adalah harga gabah,

Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, dengan porsi sedikit tetapi dengan kuantitas yang sering..

Solusi yang ditawarkan oleh tim pengabdian untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah (1) pembuatan laporan keuangan simpan pinjam berbasis IT yang bisa digunakan oleh

Cost reduction is the most important driver of IT outsourcing satisfaction, followed by flexibility, access to IT expertise and skills, and focus on core competencies albeit only

a. Memahami pengendalian internal-penjualan: auditor mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner, dan pengujian penelusuran. Mengukur resiko pengendalian