• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN MEKANISME KOPING KELUARGA YANG MEMPUNYAI PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN MEKANISME KOPING KELUARGA YANG MEMPUNYAI PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN MEKANISME KOPING KELUARGA YANG MEMPUNYAI PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RSJD Dr.

AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Aswar

Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Email: aswar296@gmail.com

Pembimbing I : Zumrotul Choiriyah, S.Kep., Ns., M.Kes Pembimbing II : Yuliaji Siswanto, S.KM., M.Kes (Epid)

ABSTRAK

Gangguan jiwa (mental disorders) merupakan istilah untuk berbagai kondisi kejiwaan yang menyebabkan kendala dalam berbagai taraf kemampuan menjalankan fungsi sosial. Mekanisme koping yang berhasil mendukung seorang gangguan jiwa akan dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Stigma terhadap gangguan jiwa tidak hanya menimbulkan konsekuensi negatif terhadap penderitanya tetapi bagi juga anggota keluarga yang meliputi sikap penolakan, penyangkalan, disisihkan dan di isolasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Desain penelitian inideskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, dengan sampel sebanyak 78 responden yang diambil menggunaan teknik accidental sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkanmasyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sebagian besar kategori tinggi (52,6%). Mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sebagian besar maladatif (82,1%). Ada hubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, pvalue 0,023 (α = 0,05). Hasil penelitian ini diharapkanpeneliti selanjutnya dapat mengukur stigma masyarakat secara langsung di lingkungan keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa agar mendapatkan gambaran lebih nyata tentang stigma masyarakat serta penggunaan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa berdasarkan stigma yang benar-benar nyata dari masyarakat

(2)

2|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

THE RELATIONSHIP WITH THE PUBLIC STIGMA COPING MECHANISMS OF FAMILIES WITH PEOPLE WITH MENTAL DISORDERS IN RSJD DR. AMINO

GONDOHUTOMO

Aswar

Student PSK STIKES Ngudi Waluyo Email: aswar296@gmail.com

PreceptorI : Zumrotul Choiriyah, S.Kep., Ns., M.Kes Preceptor II : Yuliaji Siswanto, S.KM., M.Kes (Epid)

ABSTRACT

Mental disorders (mental disorders) is a term for a variety of psychiatric conditions that cause obstacles in different level of being able to function socially. Coping mechanisms were successful in supporting a mental disorder will be able to adapt to the changes . Stigma against mental disorders not only cause negative consequences for the sufferer but also for the family members that includes an attitude of rejection , denial , set aside and in isolation . The purpose of this study was to determine the relationship with the public stigma coping mechanisms of families with people with mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang .

The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The research population is the entire family who have mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, with a sample of 78 respondents drawn uses accidental sampling. Data retrieval tool using a questionnaire. The data analysis used frequency distribution and chi square test.

The results showed the people in families with people with mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang mostly high category (52.6%). Coping mechanisms of families with people with mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo maladatif Semarang majority (82.1%). There is a relationship with the public stigma coping mechanisms of families with people with mental disorders in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, p value 0.023 (α = 0.05).The results of this study are expected next researcher to measure stigma directly in the family who have mental disorders in order to get a more real picture about the stigma as well as the use of the coping mechanisms of families with people with mental disorders based stigma that is really real community

Keywords : stigma, coping mechanisms, patients with psychiatric disorders

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa (mental disorders) merupakan istilah untuk berbagai kondisi kejiwaan yang menyebabkan kendala dalam berbagai taraf kemampuan menjalankan fungsi sosial. Gangguan jiwa mencakup kondisi yang sangat luas mulai dari yang

ringan sampai yang berat misalnya

gangguan cemas, depresi, panik,

kepribadian, mental organik, skizofrenia dan demensia (Pangkalan Ide, 2010).

Mekanisme koping merupakan

mekanisme yang digunakan untuk

menghadapi perubahan yang diterima.

Mekanisme yang berhasil mendukung

seorang gangguan jiwa akan dapat

beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Mekanieme koping dapat dipelajari, sejak

(3)

3|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

awal awal timbul stressor sehingga

menyadari dampak dari stressor tersebut. Kemampuan koping dari keluarga penderita gangguan jiwa tergantung dari temperamen,

persepsi, kondisi latar belakang

budaya/norma (Nursalam dan Kurnawati, 2007)

Stigma merupakan bentuk prasangka

yang mendiskreditkan atau menolak

seseorang atau kelompok karena mereka dianggap berbeda dengan sebagian besar

orang. Stigma berhubungan dengan

kekuasaan dan dominasi di masyarakat. Stigma pada puncaknya akan menciptakan ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat, dan juga dalam norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan beberapa kelompok menjadi

kurang dihargai dan merasa malu,

sedangkan kelompok lainnya merasa

superior (Yulrina, 2015).

Masalah penderita gangguan jiwa secara historis mengandung sitgma yang beraneka warna. Stigma negatif masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa sering terjadi. Masyarakat mengetahui bahwa penderita gangguan jiwa adalah orang yang sakit. Namun demikian sebagian masyarakat tidak mau berurusan dengan mereka sebab bermacam-macam hal diantaranya malu, takut, dan perbagai perasaan disfungsi lainnya yang semuanya bersifat negatif (Thong, 2011). Secara umum stigma merujuk pada persepsi yang negatif pada suatu keadaan yang sebenarnya tidak terbukti. Stigma adalah suatu hal yang dipakai seseorang atau kelompok dalam menganggap suatu keadaan yang negatif yang kemudian akan dipakai menjadi suatu norma pada seseorang atau kelompok dalam masyarakat (Busza, 2004).

Berdasarkan fenomena di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan stigma

masyarakat dengan mekanisme koping

keluarga yang mempunyai penderita

gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang”.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan stigma masyarakat dengan

mekanisme koping keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang?.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk deskriptif korelasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional.

Popolasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 350 keluarga (Data rata-rata dari bulan juli 2015 -januari 2016).

Sampel penelitian ini sebanyak 78

keluarga yang mempunyai penderita

gangguan jiwa.Metode pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah accidental

sampling. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner stigma masyarakat dan mekanisme koping keluarga.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian

inidilakukan dengan Analisis Univariat dananalisis bivariat. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini hanyamenghasilkan distribusi frekuensi danpersentase dari tiap variabel. Variabel dalam

penelitian ini digambarkan dalam

bentukfrekuensi dan persentase yaitu: a) Gambaranstigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa

(4)

4|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang, b) Gambaran mekanisme koping

keluarga yang menpunyai penderita

gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Analisis bivariat yang dilakukan olehpeneliti terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariatyang dilakukan pada penelitian ini meliputi:Uji normalitas, uji homogenitas, dan ujihipotesis

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Stigma Masyarakat pada Keluarga yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa di RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang Stigma Masyarakat Frekuensi (f) Persentase (%) Rendah 37 47,4 Tinggi 41 52,6 Jumlah 78 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa stigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sebagian besar kategori tinggi yaitu sebanyak 41 orang (52,6%).

Table 2

Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Keluarga yang Mempunyai Penderita

Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Tabel 2 menunjukkan bahwa

mekanisme koping keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sebagian besar maladaptif yaitu sebanyak 64 orang (82,1%).

Analisis Bivariat

Tabel 3

Hubungan Stigma Masyarakat dengan Mekanisme Koping Keluarga yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Stigma masyarakat

Mekanisme koping

χ 2

p-value Adaptif Mal adaptif Jumlah

f % f % f %

Rendah 11 29,7 26 70,3 37 100,0 5,199 0,023

Tinggi 3 7,3 38 92,7 41 100,0

Jumlah 14 17,9 64 82,1 78 100,0

Berdasarkan hasil analisis hubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang, diperoleh hasil

responden dengan mekanisme koping

adaptif lebih tinggi persentasenya pada

responden yang mendapatkan stigma

Mekanisme Koping Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%) Adaptif 14 17,9 Mal adaptif 64 82,1 Jumlah 78 100,0

(5)

5|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

masyarakat kategori rendah yaitu 29,7% dibandingkan responden yang mendapatkan stigma masyarakat kategori tinggi yaitu 7,3%. Responden dengan mekanisme koping maladaptif lebih tinggi persentasenya pada

responden yang mendapatkan stigma

masyarakat kategori tinggi yaitu 92,7% dibandingkan responden yang mendapatkan stigma masyarakat kategori rendah yaitu 70,3%.

Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji chi square didapatkan

pvalue sebesar 0,023 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

PEMBAHASAN

Gambaran Stigma Masyarakat pada Keluarga yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Hasil penelitian menunjukkan

bahwastigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa

di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang kategori tinggi yaitu sebanyak 41 orang (52,6%). Stigma masyarakat pada

keluarga yang mempunyai penderita

gangguan jiwa kategori tinggi pada indikator

perceptionof selfditunjukkan denganpernyataan nomor 1 yaitu masyarakat menilai jika penderita gangguan jiwa orang

tidak bersalah sehingga tidak perlu

dikucilkan (61,0%).

Stigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa

kategori tinggi dimungkinkan karena

faktorpengetahuan atau pemahaman

masyarakat. Pemahaman masyarakat yang positif atau negatif terhadap suatu penyakit

mempengaruhi stigma (Heatherton,

2008).Banyak sekali orang yang percaya bahwa gangguan jiwa tidak mungkin bisa disembuhkan dan orang yang menderitanya tidak mungkin bisa berfungsi secara normal di masyarakat. Persepsi yang muncul kemudian dalam taraf yang lebih jauh akan menyebabkan orang tidak mau untuk mengetahui permasalahan kesehatan jiwa baik dalam dirinya sendiri maupun orang

lain. Pemahaman seseorang tentang

gangguan jiwa dipengaruhi erat oleh kultur budaya. Seseorang dengan gangguan jiwa

sering dianggap terkena guna-guna,

menderita suatu dosa ataupun terkena pengaruh setan atau makhluk halus lainnya (Hawari, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan

bahwastigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa

di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang kategori rendah yaitu sebanyak 37 orang (47,7%).

Stigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa kategori rendah dimungkinkan karena faktor kepribadian.Responden menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki tipe kepribadian introvert dalam menentukan sikap terhadap penderita gangguan jiwa cenderung hati-hati dan lebih memperhatikan dampaknya baik bagi penderita sendiri maupun keluarganya

sehingga ada kecenderungan untuk

memberikan stigma yang rendah.

Masyarakat dengan kepribadian tipe

introvert dalam berpikir, perasaan dan

tindakannya tidak ditentukan oleh

lingkungan sosial maupun non social di luar dirinya. Pikiran, perasaan dan tindakannya lebih ditentukan oleh faktor subjektif dimana adaptasi dengan dunia luar kurang baik yang pada akhirnya stigma mereka terhadap penderita gangguan jiwa juga rendah.

(6)

6|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Gambaran Mekanisme Koping Keluarga yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwamekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di

RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarangmaladatif yaitu sebanyak 64 orang (82,1%). Mekanisme koping keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa

kategori maladaptif ditunjukkan dengan responden yang sebagian besar menjawab

“selalu” pada pernyataan keluarga

memberikan anggota keluarga makanan yang banyak (58,0%) dan keluarga memberi makanan yang mahal anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (56,0%)

Mekanisme koping keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa

kategori maladaptif didukung oleh faktor pengetahuan tentang penyakit gangguan jiwa.Pengetahuan merupakan hasil tahu dan

terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni melalui indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoadmojdo, 2010). Tingkat pengetahuan dan intelegensi seseorang merupakan salah satu sumber koping dalam mengatasi masalah dengan menggunakan cara yang berbeda, akhirnya sumber koping seseorang juga termasuk kekuatan identitas ego, jaringan sosial, keseimbangan kultural, menstabilkan system kepercayaan dan berorientasi pada pencegahan terhadap penyakit (Stuart dan Sundeen, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan

bahwamekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di

RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarangadaptif yaitu sebanyak 14 orang

(17,9%).Mekanisme koping keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa

kategori adaptifditunjukkan dengan

responden yang sebagian besar menjawab

“selalu” pada pernyataankeluarga

mengajarkan anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa teknik relaksasi dalam mengatasi ketegangan (62,0%), dan keluarga mendorong anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa aktif berolah raga (58,0%).

Mekanisme koping keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa

kategori adaptif didukung oleh faktor

motivasi.Keluarga yang mempunyai

motivasi untuk kesembuhan dari anggotanya yang mengalami gangguan jiwa akan berupaya untuk memberikan motivasi untuk menggerakkan atau menggugah anggota keluarga agar timbul keinginan untuk sembuh dari sakitnya. Motivasi yang diberikan dapat berupa pendampingan untuk berinteraksi dengan lingkungan, mengantar mereka untuk melakukan kontrol atau mengingatkan untuk meminum obat yang

diberikan tenaga kesehatan. Adanya

motivasi akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai

motivasi untuk menghadapi dan

menyalesaikan masalah akan membentuk koping yang destruktif. Tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai, maka individu termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi berikutnya, sehingga individu

akan mempunyai kemampuan dalam

memecahkan masalah (Tamher dan

Noorkasiani (2009).

Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa

Berdasarkan hasil analisis hubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita

(7)

7|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang,diperoleh hasil

responden dengan mekanisme koping

adaptif yang mendapatkan stigma

masyarakat kategori rendah yaitu 29,7%.

Penderita gangguan jiwa berhak

mendapatkanpenerimaan dari masyarakat

sekitar sehingga keluarga membantu

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa memecahkan masalah yang dihadapi.

Responden yang menyatakan stigma

masyarakat kategori rendah yang

memberikan mekanisme kopingnya kategori adaptif didukung oleh faktor dukungan

keluarga yang baik.Berdasarkan hasil

analisis hubungan stigma masyarakat

dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di

RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang,diperoleh hasil responden dengan

mekanisme koping adaptif yang

mendapatkan stigma masyarakat kategori tinggi yaitu 7,3%. Hal tersebut didukung oleh faktor kecerdasan emosional dari

keluarga yang mempunyai anggota

mengalami gangguan jiwa.

Responden yang mempunyai

kecerdasan emosional baik dan memiliki mekanisme koping adaptif akan cenderung tidak mudah terbawa emosi negatif dan tidak mudah terpancing oleh hal-hal yang negatif, memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, tidak mudah tersinggung, dan tidak suka

memaksakan pendapatnya. Sebaliknya

responden yang mempunyai kecerdasan emosional yang kurang dan memiliki mekanisme koping adaptif akan cenderung mudah terbawa emosi negatif dan mudah terpancing oleh hal-hal yang negatif, memiliki tingkat kesabaran yang rendah, mudah tersinggung, dan suka memaksakan pendapatnya. Mereka cenderung melakukan tindakan yang tekesan menekan penderita gangguan jiwa agar tidak mempermalukan

mereka di masyarakat atau membuat kekacauan di masyarakat.

Responden dengan mekanisme

koping maladaptif yang mendapatkan stigma masyarakat kategori rendah yaitu 70,3%. Menurut masyarakat penderita gangguan jiwa tidak perlu merasa takut terhadap penilaian masyarakat, namun masih ada keluarga mengancam anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa jika berinteraksi dengan lingkungan.

Responden yang menyatakan stigma

masyarakat kategori rendah dan

mendapatkan mekanisme kopingnya

kategori maladaptif disebabkan oleh faktor kecemasan yang dialami oleh keluarga.

Berdasarkan hasil analisis hubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, diperoleh hasil responden yang memberikan mekanisme kopingnya kategori maladaptif dengan stigma masyarakat kategori tinggi sebanyak 38 orang (92,7%).

Responden yang menyatakan stigma masyarakat kategori tinggi dan memberikan mekanisme kopingnya kategori maladaptif disebabkan oleh faktor kepribadian dari masing-masing anggota keluarga.Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square

didapatkan nilai χ2hitung (5,199) >χ2tabel (3,84) dan pvalue 0,023 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping

keluarga yang mempunyai penderita

gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

KESIMPULAN

Stigma masyarakat pada keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa

di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

semarang sebagian besar kategori tinggi yaitu sebanyak 41 orang (52,6%).

(8)

8|Hubungan Stigma Masyarakat Dengan Mekanisme Koping Keluarga Yang Mempunyai Penderita Gangguan Jiwa Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di

RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarangsebagian besar maladatif yaitu sebanyak 64 orang (82,1%).

Ada hubungan stigma masyarakat dengan mekanisme koping keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang,

pvaluesebesar 0,023 (α = 0,05).

SARAN

Bagi Responden sebaiknya keluarga penderita gangguan jiwa lebih aktif dalam

melakukan koping yang baik/adaftif

meskipun mendapat stigma yang baik

ataupun buruk dari masyarakat di

lingkungan sekitarnya sehingga dapat

mendukung kesembuhan dari anggota

keluarga tersebut.

Bagi Rumah Sakit sebainya pihak

rumah sakit RSJD Dr. Amino

Gondohutomolebih meningkatkan pelayanan bagi pasien dan keluarga pasien dengan memberikan promosi kesehatan tentang stigma masyarakat dan mekanisme koping yang tepat, serta tenaga konseling bagi keluarga ataupun penderita gangguan jiwa sehingga dapat melakukan mekanisme koping yang baik/adaftif dalam menghadapi stigma masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Busza, 2004. Challenging HIV-Related

Stigma and Discrimination in Southeast Asia:Past Successes and

Future Priorities. Population

Council.

Hawari, 2009. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta : FKUI

Heatherton, 2008. The social psychology of stigma, London: The Guilford press

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam dan Kurniawati, 2007. Asuhan

Keperawatan Pasien Terinfeksi. HIV/AIDS. Jakarta. Salemba Medika

Stuart&Sundeen, 2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Edisi 5).

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tamher dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Thong, 2011. Memanusi Akan Manusia

Menata Jiwa Membangun Bangsa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Yulrina, 2015. Bahan Ajar AIDS pada

Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Publisher

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti sampai sejauhmana pengaruh penggunaan metode pembelajaran Examples Non Examples terhadap penguasaan

parameternya yaitu: tegangan baterai, arus yang digunakan, kemiringan mobil, suhu.. pada ESC ( Electronic Speed Controller ), suhu pada motor, dan suhu pada

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh citra merek (brand image) dan kepuasan pelanggan (customer

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

visiting the outpatient clinic of Subdivision of Aller- gy/Immunology showed a positive family history of atopy (including asthma, allergic rhinitis, urticaria

Pemupukan tanaman kacang hijau dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pupuk disebar dan di campur dalam tanah dengan baik sebelum tanam atau pupuk diletakkan sedalam

Kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi ( function of situation ). Di samping sifat-sifat individu pemimpin dan fungsi-sungsi kelompok juga kondisi