• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN EKONOMI DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI PEMBELAJARAN EKONOMI DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

-

23-KONTRIBUSI PEMBELAJARAN EKONOMI DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Eko Wahjudi¹, Ruri Nurul Aeni Wulandari², Yoyok Soesatyo³ Universitas Negeri Surabaya

e-mail: Yoyoksoesatyo3@gmail.com ABSTRAK

Peningkatan kompetensi yang dimiliki peserta didik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak disertai dengan peningkatan karakter yang baik, hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan karakter-karakter individu khususnya peserta didik yang makin memprihatinkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pembelajaran ekonomi dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan karakter dapat ditempatkan sebagai suatu kekuatan yang secara teoritik mampu mempengaruhi perkembangan karakter peserta didik. Kontribusi yang dapat diberikan, bisa dilihat dari tujuan pembelajaran ekonomi yang salah satunya adalah bagaimana peserta didik dapat bertanggung jawab terhadap nilai-nilai sosial ekonomi yang majemuk dengan mengedepankan nilai-nilai-nilai-nilai untuk membangun karakter, serta mengaitkan pembangunan nilai-nilai karakter peserta didik yang dirangkum dari enam nilai etik utama yaitu; dapat dipercaya (trustworthy), seperti sifat jujur (honesty), serta integritas (integrity), memperlakukan orang lain dengan hormat (treats people with respect), bertanggung jawab (responsible), adil (fair), kasih sayang (caring), dan yang terakhir adalah menjadi warga negara yang baik (good citizen). Sehingga diharapkan nantinya akan mampu menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mampu meningkatkan kualitas diri atau kehidupan mereka kedepan.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Sekolah PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berbagai macam perubahan yang terjadi akhir-akhir ini di berbagai lini kehidupan sangatlah mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan masyarakat dunia khususnya Indonesia, yang sekarang mengalami masalah-masalah besar yang erat kaitannya atau bersumber dari perubahan karakter. Seperti yang diungkapkan oleh Raka, dkk (2011), disebabkan meningkatnya kompetensi manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak disertai dengan peningkatan karakter yang baik. Ungkapan itu merujuk pada perkembangan karakter khususnya para peserta didik yang

(2)

-

24-terlihat dari meningkatnya angka kriminalitas di kalangan remaja khususnya pelajar. Contoh nyata berbagai kasus yang kita lihat, beberapa diantaranya seperti pada kasus pencurian yang terjadi di sekolah, kasus perkelahian sesama siswa di sekolah yang berujung meninggalnya salah satu siswa, maupun perilaku bullying

terhadap sesama siswa di dalam sekolah, serta masih banyak lagi kasus lainnya yang patut dijadikan perhatian secara khusus.

Meningkatnya angka kriminalitas tersebut menunjukkan adanya dekadensi moral pada kalangan peserta didik. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Lickona (2013), yang mengungkapkan bahwa pengetahuan moral yang paling mendasar pun saat ini tampak perlahan menghilang dari kehidupan, sehingga para

pendidik akhirnya mulai menyebutnya dengan istilah “kebutaan moral” yang

mereka simpulkan dari kehidupan remaja saat ini. Hal lainnya yang perlu dijadikan perhatian seperti yang diungkapkan oleh Maman (2010), bahwa secara empiris, pelaksanaan pembelajaran masih diarahkan kepada pencerdasan yang bersifat kognitif. Sehingga pada tataran itu, kecerdasan intelektual yang bersifat kognitif masih terbatas kepada pengembangan kemampuan menghafal ataupun transfer pengetahuan dan keterampilan menyelesaikan soal-soal ujian. Pengembangan kognitif yang lainnya masih diabaikan, misalnya, pengembangan kognitif untuk meningkatkan daya kritis. Maka dari itu, pentingnya penerapan pendidikan karakter memiliki tingkat urgensi yang tinggi bagi perkembangan karakter peserta didik yang masih tergolong usia remaja, sesuai yang diungkapkan oleh Muzayanah (2014), bahwa pembentukan nilai-nilai karakter pada usia remaja sangat penting dalam upaya menangkal pengaruh negatif yang dapat merusak karakter remaja sebagai generasi bangsa. Oleh sebab itu, menegakkan kembali pendidikan bagi masyarakat luas, khususnya pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik merupakan hal yang sangat mendesak dan perlu dilakukan sedini mungkin.

Pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, sehingga kualitas dirinya dapat ditingkatkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghadapi tantangan seperti yang telah dijabarkan sebelumnya serta sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai

Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan nasional

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.” Sehingga secara jelas, Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa Sistem Pendidikan Nasional Indonesia adalah untuk pengembangan karakter para peserta didik.

Pengertian dari karakter sendiri secara terpisah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Alwisol (2006), merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Pengertian karakter selanjutnya dikemukakan oleh Raka dkk (2011), bahwa apa yang kita lakukan ketika tidak ada seorang pun yang melihat atau memperhatikan diri kita. Definisi karakter sendiri lebih jelas diungkapkan oleh Lickona (2013),

(3)

-

25-bahwa karakter terdiri dari nilai operatif serta nilai dalam tindakan yang saling terkait yaitu pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), komitmen atau niat terhadap kebaikan (moral feeling), dan melakukan kebaikan (moral behavior). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan gambaran luar tingkah laku yang dimiliki oleh manusia yang berisi tindakan moral mereka baik secara verbal maupun nonverbal, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selanjutnya pendidikan karakter dalam arti luas menurut Raka, dkk (2011: 44), pada hakekatnya merupakan alat untuk menyiapkan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan interaksi di antara faktor khas yang ada dalam diri seseorang serta lingkungannya, memberikan kontribusi maksimal untuk menguatkan dan mengembangkan karakter positif yang ada dalam diri peserta didik. Sedangkan Chaer dan Leoni (2010:136), mengungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, menghormati orang lain, peduli lingkungan, sosial, dsb. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang nantinya dapat mengatur perilaku manusia dan juga dapat mempengaruhi sikap mental manusia dalam melalui aktivitas sehari-harinya.

Salah satu upaya dalam peningkatan pendidikan karakter di kalangan peserta didik adalah dengan mengembangkan pembelajaran ekonomi yang berbasis karakter. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter sehingga dapat ditempatkan sebagai suatu kekuatan yang secara teoritik mampu mempengaruhi perkembangan karakter peserta didik. Bisa dilihat dari tujuan pembelajaran ekonomi itu sendiri yang salah satunya adalah bagaimana peserta didik dapat bertanggung jawab terhadap nilai-nilai sosial ekonomi yang majemuk dengan mengedepankan nilai-nilai untuk membangun karakter, serta mengaitkan pembangunan nilai-nilai karakter peserta didik yang dirangkum dari enam nilai etik utama yaitu; dapat dipercaya (trustworthy), seperti sifat jujur (honesty), serta integritas (integrity), memperlakukan orang lain dengan hormat (treats people with respect), bertanggung jawab (responsible), adil (fair), kasih sayang (caring), dan yang terakhir adalah menjadi warga negara yang baik (good citizen).

Dari pembahasan diatas diharapkan nantinya akan mampu dikembangkan serta menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mampu meningkatkan kualitas diri atau kehidupan para peserta didik kedepannya.

Permasalahan

Selanjutnya rumusan masalah yang kemudian diangkat dalam makalah ini

yaitu “Bagaimana Kontribusi Pembelajaran Ekonomi Dalam Mengembangkan Karakter Peserta Didik?”

(4)

-

26-Tujuan

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam makalah kali ini adalah

“Menganalisis Kontribusi Pembelajaran Ekonomi Dalam Mengembangkan

Karakter Peserta Didik”.

PEMBAHASAN

Kita ketahui kecerdasan manusia secara keseluruhan digambarkan dalam tiga ruang lingkup dimensi, yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif. Melalui pengembangan kognitif, kapasitas berpikir manusia berkembang. Melalui pengembangan psikomotorik, kecakapan hidup manusia tumbuh. Melalui pengembangan afektif, kapasitas sikap manusia menjadi semakin lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan dasar pendidikan Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Dengan kata lain, para peserta didik di sekolah tidak hanya bertujuan untuk menghadapi soal-soal ujian ataupun ke sekolah favorit untuk ketingkatan lebih lanjut, akan tetapi sekolah juga memiliki tujuan untuk mempersiapkan dirinya memasuki kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang dengan lebih baik.

Akan tetapi, saat ini banyak kasus melihat bahwa para peserta didik cenderung tidak siap untuk menghadapi kehidupan sehingga dengan mudah meniru budaya luar yang negatif, terlibat di dalam amuk massa, melakukan kekerasan di sekolah atau kampus, dan sebagainya. Dengan adanya persoalan tersebut maka kebutuhan akan pendidikan karakter sebagai acuan untuk perbaikan pendidikan baik di masa ini maupun di masa-masa yang akan datang.

Pendidikan karakter sendiri secara ringkas menurut Zamroni (2011), merupakan terminologi yang mendeskripsikan berbagai aspek dalam pembelajaran guna mengembangkan kepribadian. Sedangkan Pala (2011:25), mendefinisikan pendidikan karakter sebagai gerakan untuk menciptakan sekolah yang mendorong etika, bertanggung jawab dan peduli dengan mengajarkan karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Selanjutnya secara lebih spesifik tujuan dari pendidikan karakter di sekolah itu sendiri mencakup; (1) Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik: baik dalam pikiran, sikap, hati, perkataan maupun perbuatan, (2) Membantu siswa menyiapkan diri menjadi warga negara Indonesia yang baik, (3) Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat membangun kehidupan yang baik, berguna, serta bermakna, (4) Dengan karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan mampu menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan pada saat yang sama mampu menjadikannya sebagai peluang untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat luas dan kemanusiaan. Sehingga dapat diambil kesimpulan, karena pendidikan karakter merupakan suatu habit atau kebiasaan, maka pembentukan karakter seseorang itu memerlukan communities of character yang terdiri dari seluruh pihak yang mempengaruhi nilai-nilai para peserta didik dalam hal ini di dalam ruang lingkup sekolah. Semua communities of character tersebut hendaknya memberikan suatu keteladanan, intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan penguatan.

(5)

-

27-Dari pembahasan di atas selanjutnya dapat dijadikan acuan bahwa dalam mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya strategi-strategi pengimplementasian pendidikan karakter yang sesuai. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pembelajaran ekonomi dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan karakter dapat ditempatkan sebagai suatu kekuatan yang secara teoritik mampu mempengaruhi perkembangan karakter peserta didik. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Atmono (2009: 121), bahwa tujuan pembelajaran ekonomi salah satunya adalah bagaimana bertanggung jawab terhadap nilai-nilai sosial ekonomi yang majemuk, dan tentunya harus mengedepankan nilai-nilai beserta sifat membangun karakter peserta didik. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Elmubarok (2009: 13), bahwa untuk membentuk manusia seutuhnya tidak hanya dengan mengembangkan kecerdasan berpikir melalui segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan pengembangan perilaku dan kesadaran moral. Lebih spesifik menurut Lickona (1992), pendidikan yang mengembangkan karakter adalah upaya yang dilakukan untuk membantu anak didik supaya mengerti, mempedulikan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Oleh karena itu, dengan menggunakan pembelajaran ekonomi sebagai salah satu cara efektif dalam memberikan pendidikan karakter yang baik sangatlah diperlukan, mengingat ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi serta selalu berkembang. Sehingga dengan luasnya ilmu ekonomi itu sendiri yang mencakup kebutuhan hidup sehari-hari, sangat dimungkinkan untuk menyisipkan pendidikan karakter sebagai dasar pembelajarannya.

Salah satu mata pelajaran dalam pembelajaran ekonomi sendiri yang dapat diberikan kontribusi lebih banyak untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada peserta didik adalah kewirausahaan, karena dalam kewirausahaan kita belajar untuk memiliki sikap, jiwa, semangat mulia, serta belajar berfikir inovatif, kreatif, dan berupaya untuk kemajuan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Jose Carlos Jorillo-Mosi (dalam Mutis, 1995:18), mendefinisikan kewirausahaan sebagai seorang yang merasakan adanya peluang, mengejar peluang-peluang yang sesuai dengan situasi dirinya, dan yang percaya bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang bisa dicapai. Sedangkan Meredith (1996:5), mengatakan bahwa : “Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses”.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan nilai-nilai kepribadian diri peserta didik dalam pelajaran kewirausahaan dan juga pengembangan kecakapan hidup yang termasuk di dalamnya sangatlah efektif. Karena sebagaimana kita ketahui, pada masa-masa sekarang ini meningkatnya persaingan dalam dunia kerja mendorong peningkatan kemampuan dalam berbagai aspek kompetensi tingkat individu. Oleh karena itu, meningkatkan sumber daya manusia yang kompetitif khususnya dalam peningkatan kewirausahaan serta berkarakter kuat dalam menembus pasar persaingan baik regional maupun internasional sangatlah penting untuk saat sekarang ini. Hal ini dikarenakan para

(6)

-

28-profesional dengan kemampuan kewirausahaan yang tinggi sangat diperlukan bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Raka dkk (2011: 49), bahwa proses pembentukan karakter pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang ada dalam diri orang yang bersangkutan. Maka dengan menggunakan pembelajaran ekonomi yang dikhususkan pada mata pelajaran kewirausahaan diharapkan nantinya dapat membangun karakter peserta didik ke arah yang lebih positif. Hal tersebut kemudian diperkuat seperti dalam salah satu penelitian Jones, Paul dan Colwill, Anne (2013), tentang pendidikan kewirausahaan, adanya program pendidikan kewirausahaan berdampak positif terhadap perubahan sikap kewirausahaan para peserta didik. Dari penelitian tersebut dapat dilihat juga sikap yang dimaksud merupakan sikap inti yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Perubahan sikap secara positif karena adanya suatu program pendidikan menimbulkan pembaharuan positif dalam karakter perserta didik dan nantinya dapat memperbaiki pendidikan di segala bidang keilmuan yang ada.

Kemudian salah satu cara yang dapat digunakan dalam pelajaran kewirausahaan menurut Raka dkk (2011: 48), yang bertujuan untuk meningkatkan keefektifan pendidikan karakter pada pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut ;

Pertama, suasana emosi positif yang meningkatkan kefektifan belajar secara

umum. Kedua, Mengembangkan proses dalam pembelajaran, dalam membantu pengembangaan karakter peserta didik dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran ekonomi beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru antara lain; dengan teladan yang baik karena seorang guru yang baik akan menjadi tokoh panutan bagi siswanya hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Raka dkk (2011), bahwa anda tidak bisa mengajarkan apa yang anda mau, anda juga tidak bisa mengajarkan apa yang anda tahu, akan tetapi sebagai seorang guru anda hanya bisa mengajarkan siapa anda. Ketiga, kemudian pengembangan karakter dapat juga dilakukan secara formal di kelas maupun secara informal dalam interaksi antara guru dan juga siswa di luar jam pelajaran khususnya pada praktek-praktek kewirausahaan yang sedang berlangsung, sehingga para peserta didik dapat melihat dan merasakan contoh maupun praktek secara langsung. Keempat, selanjutnya yang terakhir karena proses pengembangan karakter dilakukan dengan mengapresiasi kekuatan ataupun keunikan peserta didik, maka praktek-praktek kewirausahaan yang berlangsung dapat dilakukan sesuai kemampuan masing-masing para peserta didik, sehingga tujuan dari pendidikan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas menunjukkan bahwa kontribusi pembelajaran ekonomi dalam mengembangkan karakter peserta didik di sekolah perlu dukungan dari berbagai pihak serta strategi-strategi yang mumpuni demi tercapainya tujuan instruksional pendidikan. Sedangkan faktor yang paling menentukan adalah kreatifitas guru dalam mengembangkan pembelajaran ekonomi khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan.

(7)

-

29-Saran

Saran yang dapat diambil dari pembahasan ini agar kita semua sebagai civitas akademika lebih concern untuk selalu memberikan inovasi-inovasi bagi perkembangan pendidikan karakter yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pembaharuan yang baik memberikan ide-ide pendekatan pada jalur pendidikan. DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.

Atmono. (2009). Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Banjarbaru: Balita Jaya Permai

Chaer, Abdul dan Leoni, Agustina. (2010). Sosiolinguistik Pengenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Elmubarok, Zein. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Jones, Paul and Colwill, Anne. 2013. Entrepreneurship Education: An evaluation

of the Young Enterprise Wales initiative. Journal of Entrepreneurship Education and Training (Online). Vol. 5 No. 8/9, 2013 pp. 911-925.

Lickona, Thomas. (2013) Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara

Meredith, Geoffrey G. (1996). Manajemen Kewirausahaan. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

Muzayanah, Umi. (2014). Manajemen Madrasah Sebagai Media Strategis Pendidikan Karakter (Studi Kasus Pada MTs Muhammadiyah 01 Purbalingga). Jurnal Analisa. Vol. 21 No. 02, Desember 2014 pp 279-289. Pala, A.. 2011. “The Need For Character Education”. International Journal of

Social Sciences andHumanity Studies. Volume 3 No.2. pp. 23-32.

Raka, dkk. (2011). Pendidikan Karakter di Sekolah Dari Gagasan ke Tindakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Suryaman, Maman. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Sastra.

Jurnal Cakrawala Pendidikan. Vol. XXIX Edisi Khusus Dies Natalis UNY, Mei 2010 pp 112-126.

Zamroni. (2011). Pendidikan Karakter Dalam Perpektif Teori dan Praktik (Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah). Yogyakarta: UNY Press

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi atau penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education dengan strategi

Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengembangkan framework yang dapat membantu menjelaskan

Tambahan biaya yang terjadi dalam memperoleh ukuran yang andal untuk perolehan aset bersejarah pada periode berjalan dapat dijustifikasi dengan manfaat substansial

- Anak dapat menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motoric kasar dan halus (FM). - Anak mampu bertanyanya manfaat wortel(BHS) - Anak dapat membuat

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah biaya produksi,penerimaan dan keuntungan usaha pupuk organik CV Agroniaga Mandiri Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang

salam penutup salat, al-Bayhaqî memaparkan dua hadis yang berbeda, satu menyebutkan bahwa salam penutup adalah dua kali, dan satunya menyebutkan cukup sekali. Dalam kasus ini,

Jika mahasiswa telah memiliki kemampuan untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya, tahu bagaimana menemukannya serta dapat mengevaluasi dan menyaring informasi yang

Maka dapat dikatakan kinerja petugas Direktorat Polisi Perairan (Ditpolair) Pekanbaru masih rendah jika dilihat dari tingkat disiplin kerja dan frekuensi kerja. Setiap