• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bismillahirrahmaanirrahiim MUDAH MARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bismillahirrahmaanirrahiim MUDAH MARAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Bismillahirrahmaanirrahiim

MUDAH MARAH

Kebalikan dari sifat al jubn adalah tahawur, penyakit mudah marah. Mudah marah ini berbeda dengan sifat pemberani (syaja'ah) seseorang dalam mengantisipasi kebatilan dengan menegakkan kebenaran sebagai tandingannya, dan membasmi kebatilan itu. Jika tidak dikendalikan, sifat tahawur ini akan mengkondisikan seseorang menjadi pemarah.

Adapun bahya dari sifat tahawur yang tidak terkendalikan antara lain: 1. Merusak iman. Rasulullah bersabda, "Marah itu dapat merusak iman,

seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu."

Bagaimanapun manisnya madu, akan hilang sekejap jika ada bersama jadam (sejenis biji-bijian yang rasanya sangat pahit). Dan bagaimanapun manisnya amal saleh seseorang, jika ada pada seseorang yang kerjaannya marah, tak seorang pun bakal menganggapnya manis.

Demikian halnya, keimanan seseorang akan berganti dengan kemurtadan jika ia tidak mampu mengendalikan lidah dan tindakannya dari ucapan dan tindakan kotor. Ingat, seseorang akan jatuh dalam dosa besar dan kekufuran karena memukul atau membunuh bukan pada haknya.

2. Mudah mendapat murka (gadhab) Allah, terutama pada hari akhir tatkala semua orang mendapatkan ampunan Allah. Oleh karena itu Allah berfirman, "Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir)." (Hadist Qudsi).

3. Menyulut kebencian, hasut, dendam dan permusuhan, sekaligus memutuskan tali persaudaraan.

(2)

4. Muka orang yang sedang marah menjadi buruk, seburuk muka anjing atau serigala yang hendak menerkam.

Berikut di antara penyebab penyakit tahawur.

1. Dorongan nafsu sabai'yah (nafsu serigala) untuk mendapatkan segala yang diinginkan, kesombongan, ujub, dan sifat-sifat lain-nya yang menuntut nilai lebih atas orang lain. Ketika merasa ada kekurangan dalam diri, dan tersaingi oleh orang lain, nafsu serigalanya mulai naik dan sifat tahawur-nya tidak dapat dikendalikan. Akhirnya, muncullah kemarahan.

2. Komunikasi tidak harmonis dengan orang lain yang diakibatkan fitnah, guyon, kebohongan; atau pelanggaran atas hak orang lain.

Seorang mukmin harus menempatkan kemarahan menjadi suatu nikmat yang patut disyukuri. Nah, untuk itu, ia harus terlebih dahulu mengetahui perbedaan antara marah yang wajib, yang boleh, dan marah yang haram.

Dibawah ini hal-hal atau kondisi yang mewajibkan dan membolehkan orang untuk marah.

1. Seorang wajib marah jika melihat kemungkaran disekitarnya.

Rasulullah Saw bersabda, "Siapa saja di antaramu melihat kemungkaran, ia harus mencegahnya dengan tangan. Jika tidak mampu (dengan tangan), dia harus mencegahnya dengan lisan. Dan jika tidak mampu (dengan lisan), dia harus mengingkarinya dengan hati; dan cara yang demikian itu adalah pertanda lemahnya iman." (HR Muslim).

Orang yang tidak menampakkan rasa marah terhadap situasi yang penuh kemungkaran dianggap dosa. Apalagi, jika dia bersikap dingin; itu seolah-olah setuju atas kemungkaran. Dalam sebuah dialog, Rasulullah pernah ditanya oleh para sahabatnya: "Apakah

(3)

mungkin bumi akan diguncang gempa padahal di tempat itu banyak orang saleh?" Rasulullah menjawab: "Ya, karena orang-orang salehnya memberikan loyalitas dan membiarkan para pelaku maksiat."

2. Seorang mukmin boleh marah. tetapi lebih baik kalau dia memberikan maaf. Misalnya jika ia merasa terganggu oleh seseorang dalam batasan yang wajar, dengan pertimbangan mungkin saja si pelakunya itu bodoh, lupa atau tidak sengaja. Dalam situasi seperti inilah Allah memberikan alternatif "Dan jika kamu mau memaafkan, cara itulah yang lebih mendekati ketakwaan. (QS. Al Baqarah, 237).

Artinya, memaafkan kesalahan orang lain jauh lebih baik daripada meluapkan amarah.

3. Seorang mukmin haram marah, yaitu marah bukan pada tempatnya. Misalnya, cepat marah hanya karena tersinggung kata-kata, karena tidak mendapat perhatian orang, atau mempermasalahkan dan meributkan sesuatu yang kurang bermanfaat. Pada tempat ketiga inilah, sifat tahawur menguasai diri seseorang. Menahan nafsu saba'iyah dari luapan amarah yang haram atau yang dibolehkan akan memberikan tujuh berikut.

1) Memperoleh ampunan dan pahala surga.

" Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang takwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang suka menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang suka berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran, 133-134).

2) Pada hari kiamat akan sederajat dengan para pembesar makhluk, yakni para nabi dan rasul Allah yang dapat pelayanan sangat istimewa dari bidadari surga. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa mampu menahan rasa marah padahal dia mempunyai keberanian untuk meluapkannya, maka pada hari kiamat Allah akan

(4)

memanggilnya dengan derajat para pembesar makhluk, sehingga Allah memberikan pilihan kepadanya untuk mendapatkan bidadari mana yang dia suka."

Kebiasaan menahan nafsu dari amarah merupakan kebiasaan para nabi dan rasul; suatu perjuangan yang sangat berat. Dalam hal ini, Anas pernah menyatakan keistimewaan akhlak Rasulullah. "Selama sepuluh tahun aku menjadi pelayan Rasul, belum pernah beliau membentakku karena aku melakukan kesalahan atau tidak mengerjakan tugas, walaupun dengan ucapan 'Mengapa kau lakukan ini, atau dengan mengapa tidak kau kerjakan ini."

3) Menyelamatkan seorang dari azab Allah. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa dapat menahan nafsu amarah (pada waktu dia mampu meluapkannya), Allah akan menolak azab darinya." (HR Thabrani). Artinya, baik azab dunia--berupa malapetaka akibat marah maupun azab akhirat sebagai konsekuensi kejahatan moral, pasti dapat ditolaknya. Itulah kebenaran hakiki, yakni keberanian yang penuh kearifan dan bertanggung jawab untuk keselamatan bersama.

4) Mendapatkan pahala yang sangat besar pada hari kiamat.

Rasulullah bersabda, "Tidak ada suatu tegukan/hisaban yang akan memberikan pahala yang lebih besar di sisi Allah, kecuali tegukan amarah ketika seorang hamba mampu menahannya semata-mata mencari ridha Allah." (HR. Ibnu Majah)

Demikian mulianya sikap menahan amarah ini, sehingga pahala yang didapat lebih besar daripada amal yang lainnya.

5) Allah akan senantiasa memberikan pemeliharaan dari semua musibah, cobaan, dan kesulitan dunia, akan menyelamatkannya dari azab akhirat.

6) Allah akan senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya.

7) Allah akan senantiasa mencintainya. Rasulullah bersabda, "Ada tiga hal yang jika dimiliki oleh seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan Allah, akan dipenuhi dengan rahmatNya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapat cinta-Nya, yaitu :

(5)

(1)seseorang yang selalu bersyukur ketika Allah memberinya nikmat,

(2) seseorang yang mampu (meluapkan amarahnya) tetapi dia memberi maaf atas kesalahan orang,

(3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan rasa marahnya."(HR Hakim)

Perjuangan menahan rasa amarah bukan sesuatu yang mudah, apalagi jika hal itu terjadi pada seseorang yang punya peluang (keberanian) secara mental dan fisik untuk meluapkan amarahnya. Perjuangan menahan amarah itulah yang merupakan perjuangan hakiki, sifat jantan dari seseorang yang memiliki hati yang agung. Rasul bersabda, "Tidaklah dikatakan pemberani karena (seseorang) cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah dia yang dapat menguasai diri (nafsu)-nya sewaktu dia marah." (HR Bukhari Muslim)

Imam Mahsyi menyatakan, dalam menghadapi sesuatu yang suka membuat marah, manusia dapat digolongkan menjadi tigatipe berikut: 1. Manusia yang tidak merasa marah padahal penyebabnya ada. Inilah

tingkatan hilim.

2. Manusia yang merasa marah tetapi mampu menahan marahnya dan mau memaafkan.

3. Manusia yang merasa marah, menahan amarahnya, dan tidak mau memberi maaf.

Dari ketiga tipe manusia tersebut, yang terbaik adalah yang bersikap hilim; suatu sikap yang menunjukkan kesempurnaan akal seseorang dalam menentukan pilihan dan tindakan terbaik. Ingat, pilihan dan tindakan yang dibarengi dengan emosi akan selalu berdampak buruk.

Sikap hilim sebagai substansi dari keagungan makna sabar dalam mengantisipasi amarah, besar sekali manfaatnya, diantaranya :

(6)

1. Mendapatkan kecintaan Allah. Rasulullah Saw bersabda, " Orang yang sewaktu mendapat rasa marah selalu bersabar, pantas mendapatkan kecintaan Allah." (HR Asfahani)

Jika Allah mencintainya, setiap orang pun akan mencintainya. Sebab, secara alamiah, orang pasti akan mencintai sikap hilim (penyabar). 2. Menjadi hiasan diri. Artinya, betapa indahnya pribadi seperti ini.

Dengan sikap seperti ini, seseorang akan terhindar dari kebencian dan permusuhan dengan sesama manusia. Karena itu, Rasulullah senantiasa berdoa agar mendapat anugerah sifat hilim ini : " Ya Allah, Perkayalah diriku ini dengan ilmu, hiasilah dengan hilim, muliakanlah dengan takwa, dan baikkanlah diriku dengan keselamatan. (HR Ibnu Abi Dun-ya).

3. Menjadi faktor pendukung illmu. Artinya, sebanyak apapun ilmu seseorang, tidak akan memberikan makna yang mulia jika tidak dibarengi dengan sikap hilim. Memang banyak ilmu itu terkadang membawa kesombongan. Padahal, sombong merupakan ciri kebodohan. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berkata,'Sesungguhnya aku orang berilmu, maka dia adalah orang bodoh." (Al-Hadis). Karena itu, Rasulullah bersabda, "Carilah ilmu, dan cari pula bersama ilmu itu ketentraman jiwa dan kesabaran." (HR Ibnu Sina)

4. Mendapatkan derajat yang tinggi, terutama dalam pandangan Allah. Orang sabar dan pemaaf senantiasa mendapat pertolongan Allah: "...Sesungguhnya Allah bersama orang sabar." (QS Al Baqarah, 153) Rasulullah Saw bersabda, "Perlukah aku ceritakan kepadamu sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu?"

Para sahabat menjawab: "Ya, tentu, wahai Rasulullah." Rasul bersabda: "Kamu bersikap sabar (hilim) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang zalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang memutuskan silaturahmi denganmu." (HR Thabarani)

(7)

terutama bagi mereka yang merasa sudah kena virusnya. Perlu diingat, penyakit pemarah ini lebih akrab dengan setan. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya marah itu dari setan." (HR Abu Daud)

Karena itu, kita mesti menghindarinya. Berikut ini adalah di antara langkah-langkah untuk menghindari:

1. Jika suatu waktu kita terhentak rasa amarah yang sulit dikendalikan, ulama memberikan empat tuntunan, yakni :

a. Mengadakan perubahan sikap (badaniyah). Rasulullah Saw bersabda, "Jika salah seorang diantaramu terhentak amarah, dan saat itu dia sedang berdiri, maka duduklah. Jika rasa amarahnya hilang (dengan cara duduk), cukuplah. Namun jika tidak, maka berbaringlah." (HR Abu Daud)

b. Mengambil air wudlu. Rasul bersabda, "Sesungguhnya rasa marah itu dari setan, sesunggunya setan itu dibuat dari api, dan sesungguhnya padamnya api dengan air. Maka jika salah seorang diantaramu marah, berwudlulah." (HR Abu Daud).

Setelah berwudlu, kemudian

c. Tundukkan kepala, khusyukan hati dan bertawakallah kepada Allah, meminta perlindungan kepada-Nya dari semua kejahatan setan yang sedang menyulut api kemarahan di dalam dada. Dalam sebuah hadis dikatakan begini: "Dari Abu Dzar Al Ghifari r.a; ia berkata," Telah terjadi dua orang saling cerca di hadapan Rasulullah, dan kami (pun) berada didekatnya. Tatkala salah seorang sedang memarahi yang lainnya dengan wajahnya yang memerah, Rasul bersabda, ' Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang jika dia mengucapkannya, akan hilang rasa amarah (yang dideritanya); yakni jika dia mengucapkan kalimat 'Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk'.

Maka perasaan marahnya itu pasti hilang'. (HR Bukhari Muslim) Setelah mengucapkan kalimat ta'awud, hendaklah

d. berdoa kepada Allah, seperti doa yang diajarkan Rasulullah kepada Siti Aisyah sewaktu dia sedang dilanda amarah. Doanya sebagai

(8)

berikut: "Ya Allah, ampunilah dosaku, hilangkanlah amarah dihatiku dan selamatkanlah diriku dari kejahatan setan." (HR Ibnu Sina). 2. Menghindari semua perbuatan yang menimbulkan rasa amarah, baik

kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

3. Memahami semua faedah menahan nafsu amarah dan faedah bersabar dalam menghadapi rasa marah (hilim).

4. Mempererat hubungan kekeluargaan, persaudaraan, dan persahabatan serta penuhi hak antara sesama Muslim.

5. Melaksanakan semua kewajiban sebagai Muslim, baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia, dengan tanggung jawab, yakni berdiri tegak diatas akidah yang benar, jalan syariah yang lurus, dan akhlak yang mulia.

6. Berusaha berbicara dengan tutur kata yang sopan, dan menghindari perkataan yang akan mengundang kemarahan.

7. Jika sedang mendengarkan perkataan orang lain, hendaklah benar-benar memahami apa yang diutarakannya. Kesalahpahaman dapat menyebabkan munculnya rasa amarah.

8. Jika seseorang membawa kabar yang membuat marah, teliti tingkat kebenarannya dan periksalah buktinya di lapangan. Tentukan pula tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

9. Jangan sekali-kali tergesa-gesa menerima kebenaran berita.

Allah berfirman, "Jika datang kepadamu seorang fasiq dengan membawa suatu berita, maka perjelaslah dulu." (QS Al Hujurat,6) 10. Menghindari buruk sangka kepada sesama Muslim. Buruk sangka

termasuk penyakit hati yang dapat menyulut api kemarahan dan kebencian.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bentuk afirmatif Musrenbang dari pemerintah dalam rangka peningkatan partisipasi aksi perempuan dalam pemban- gunan, dibentuknya Forum Musrena yang

Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan  baru atau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat

Jika kita amati, dalam dasawarsa terakhir terungkap bahwa minat masuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) terus merosot, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Waduk Tirtomarto mempunyai potensi air yang tidak termanfaatkan sepenuhnya, yaitu debit air dan tinggi terjun yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pembangkit

Oleh hal yang demikian, pengkaji telah mengenal pasti tiga jenis instrumen yang boleh mengembangkan minda dan mencetuskan kreativiti dalam kalangan pelajar, iaitu kaedah (1)

(sebelum kegiatan) Pencapaian (setelah kegiatan) Pendampingan kunjungan budaya wisatawan Prancis ini ditujukan untuk mengatasi kendala bahasa yang berbeda antara

Asep Afriansyah, Bimbingan Keagamaan menggunakan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk mengembangkan SELF CONTROL (studi analisis warga binaan

EPC memberikan sebuah jaringan all-IP yang memungkinkan untuk konektivitas dan peralihan ke akses teknologi lain, termasuk semua teknologi 3GPP dan 3GPP2