• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan untuk memenuhi pencapaian tujuan belajar sehingga dapat terpenuhi. Peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pembelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar untuk dapat berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi baik lisan maupun tuli.

Bahasa sebagai sarana komunikasi satu-satunya yang paling efektif, untuk berkomunikasi dengan orang lain atau lawan bicara. Bahasa merupakan alat ujar yang bertujuan untuk berkomunikasi satu dengan lainnya. Antar manusia ketika berkomunikasi dengan pihak lain mempergunakan cara-cara tertentu, yang telah disepakati bersama. Komunikasi tersebut berupa lukisan, asap api, bunyi gendang atau

(2)

sandi dan sebagainya. Tetapi harus diakui bahwa dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung kelemahan bila dibandingkan dengan bahasa sebagai alat ujar, karena semua alat komunikasi tersebut hanya sebagai penyampai pesan bukan sebagai alat ujar. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks, dibandingkan dengan mempergunakan media yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi, karena bunyi itu sendiri merupakan simbol atau perlambang.

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi oleh suatu kelompok masyarakat. Sutedi (2003:2) menyatakan bahwa bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain.

Prawiroatmojo dan Hoed (1997:115) menyatakan bahwa peranan bahasa dalam kehidupan manusia sangat besar. Hampir dalam setiap kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kegiatan-kegiatan khusus seperti kesenian dan ilmu pasti, bahasa merupakan sarana yang tidak dapat ditinggalkan. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik. Baik secara lisan maupun tertulis. Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam berkomunikasi. Karena pada dasarnya bahasa merupakan alat yang ampuh untuk menghubungkan dunia seseorang dengan dunia luar, dunia seseorang dengan lingkungannya, dunia seseorang dengan alamnya, bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya (Pateda, 1993:6). Dari pendapat Pateda tersebut dapat diketahui bahwa bahasa

(3)

merupakan alat penghubung semua ide, pikiran, maupun gagasan yang ada di dalam diri seseorang dengan dunia luar.

Komunikasi dapat berjalan dengan baik bila bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu, kedua pihak yang berkomunikasi harus mampu menginterprestasikan makna yang terkandung dalam bahasa yang digunakan, karena makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar harus sesuai dengan kesepakatan para pemakainya, sehingga tercapai saling pengertian antar keduanya (Djajasudarma, 1993:5)

Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa memiliki peranan yang penting, karena berfungsi sebagai alat komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan bahasa yang baik dan benar, seseorang akan mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, dengan pihak lain sesuai konteks dan situasinya. Sehingga pesan komunikasi yang terjadi akan dapat di pahami satu sama lain. Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Chaer (1994:51), bahwa hakekat bahasa, salah satunya adalah karena sifatnya bahasa itu bersifat unik, artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem yang lain. Salah satu karakter yang unik terdapat dalam bahasa Jepang. Sudjianto dan Dahidi (2004:11-12) mengatakan bahwa bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik, yang berbeda dengan bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris, Malaysia, Brunei dan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan diamati dari huruf yang di pakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika, dan ragam bahasa. Apabila

(4)

kita cermati secara seksama, bahasa Jepang kaya akan kosa kata, selain itu dalam bahasa Jepang banyak juga kata yang memiliki bunyi ucapan yang sama tetapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda sehingga menunjukkan makna yang berbeda pula.

Berikut adalah ciri-ciri umum bahasa Jepang menurut Iwao (2002:2) ditinjau dari aspek:

1. Jenis Kata

Dalam jenis kata pada bahasa Jepang terdapat kata kerja, kata sifat, kata benda, kata keterangan, kata penghubung, dan partikel.

2. Urutan Kata

Predikat selalu terletak di akhir kalimat. Selain itu, dalam bahasa Jepang, kata yang diterangkan terletak dibelakang kata yang menerangkan.

3. Predikat

Kata benda, kata kerja, dan kata sifat dalam bahasa Jepang berfungsi sebagai predikat. Predikat dapat menunjukan (1) positif atau negatif dan (2) non-waktu lampau atau waktu lampau.

4. Partikel

Di belakang kata atau kalimat digunakan partikel. Partikel dalam kalimat menunjukan hubungan antara kata dengan kata dalam kalimat dan maksud pembicara.

Dalam bahasa Jepang sering sekali kita menemukan pola kalimat yang berarti sama tetapi mempunyai arti atau kandungan yang berbeda, seperti pada penggunaan Keishiki Meishi Koto dan Mono. Dalam membedakan kedua fungsi nomina tersebut, masih sering terjadi kesalahan. Baik yang dilakukan oleh penulis sendiri atau pembelajar bahasa

(5)

Jepang pada umumnya. Karena kedua pola tersebut jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia akan memiliki arti yang sama.

Contoh :

1.毎日漢字を勉強すれば、日本の新聞が読めるものです

Mainichi kanji o benkyousureba, nihon no shinbun ga yomeru mono desu. Kalau setiap hari belajar kanji, akan bisa membaca koran jepang

2. 毎日漢字を勉強すれば、日本の新聞が読めることです

Mainichi kanji o benkyousureba, nihon no shinbun ga yomeru koto desu. Kalau setiap hari belajar kanji, akan bisa membaca koran jepang

Melihat dua contoh kalimat di atas, terlihat mempunyai arti yang sama dalam pengertian bahasa Indonesia. Padahal dalam bahasa Jepangnya menggunakan kata yang berbeda, yaitu Keishiki Meishi Mono dan Koto, tapi dalam pengertian Indonesianya mempunyai artinya sama. Sering sekali ditemukan soal seperti ini, cara penggunaan Mono dan Koto yang hampir mirip dalam pembelajaran bahasa Jepang selama ini. Pengalaman peneliti selama ini merasa ada keterbatasan pengetahuan dan informasi tentang cara pemakaian Keishiki Meishi Koto dan Mono, yang befungsi untuk membedakan kalimat. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki, bahwa selama belajar bahasa Jepang sangat banyak mengalami kesulitan untuk membedakan Koto dan Mono.

Berdasarkan pengalaman tersebut peneliti ingin meneliti seberapa besar pengetahuan mahasiswa semeter delapan dalam membedakan fungsi Keishiki Meishi Koto dan Mono dalam kalimat. Karena materi Keishiki Meishi Koto dan Mono sudah didapat pada semester sebelumnya. Maka penulis ingin menguji kemampuan mahasiswa semester

(6)

delapan dalam menggunakan fungsi Keishiki Meishi Koto dan Mono. Sehubungan dengan itu untuk sampai sejauh mana mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menggunakna Keishiki Meishi Koto dan Mono, peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode drill. Metode adalah salah satu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pengajar untuk menyampaikan suatu materi ajar. Metode drill biasa dilakukan dengan mengajarkan tata bahasa. Oleh karena itu sesuai dengan tema peneliti, maka peneliti akan menguji sampai sejauh mana efektifitas metode drill dalam mengajarkan Keishiki Meishi Koto dan Mono.

1.2 Rumusan Permasalahan

Dalam penelitian ini, akan meneliti efektifitas metode drill dalam mengajarkan Keishiki Meishi Koto dan Mono

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Responden dalam penelitian ini mempunyai IP berkisar<3. Untuk kelompok responden ini, peneliti hanya akan membatasi pola Substitusi kalimat pada kata benda saja.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah secara umum untuk memberikan sumbangsih pada perkembangan ilmu pengetahuan, yang berkaitan dengan Kakujoshi Keishiki Meishi Koto dan Mono. Sehingga dapat diperoleh manfaat bagi peneliti sendiri, khususnya maupun para pembaca umumnya. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah agar peneliti dan pembaca dapat memahami penggunaan Keishiki Meishi Koto

(7)

dan Mono dengan baik, berdasarkan fungsinya masing-masing. Sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan pemelajar bahasa Jepang pada umumnya.

1.5 Metode Penelitian 1. Eksperimen

Eksperimen yang dilakukan peneliti dibagi menjadi dua yaitu, a. Kelas kontrol

Peneliti memberikan treatment pada responden sebanyak empat kali dengan mengajarkan fungsi Keishiki Meishi Koto dan Mono.

b. Kelas non kontrol

Peneliti tidak memberikan treatment pada responden, responden hanya diberikan materi fungsi Keishiki Meishi Koto dan Mono, tanpa adanya perlakuan tertentu.

2. Instrumen Penelitian

Metode ini digunakan untuk mengolah data , yang berupa uji instrumen penelitian dengan hasil angket. Instrumen ini disebarkan pada responden mahasiswa tingkat semester delapan jurusan sastra jepang Universitas Bina Nusantara. Dari jawaban soal instrumen akan diperoleh informasi, sampai sejauh mana efektifitas metode drill untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang responden.

Metode yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, adapun langkah peneliti dalam penelitian kali ini adalah :

(8)

1. Membuat instrumen penelitian

Membuat instrumen penelitian disini adalah membuat soal yang diberikan kepada baik yang kelas non kontrol maupun kelas kontrol, dan membuat media untuk menyampaikan materi kepada responden, berupa slide, ataupun teks ajar. 2. Penelitian eksperimen

Peneliti melakukan treatment kepada responden sebanyak empat kali, pertemuan pertama, memberikan pretest, pertemuan ke dua dan tiga mengajarkan Teori Keishiki Meishi Koto dan Mono, lalu pertemuan terakhir adalah melakukan post test terhadap responden

3. Penyebaran angket

Menyebarkan angket terhadap responden, dengan memberikan angket yang berisikan pendapat responden tentang metode drill yang penulis lakukan kemudian dari hasil angket tersebut diolah dengan menggunakan skala Likert. 4. Pengolahan data hasil penelitian

Mengolah data dan menganalisis hasil yang didapat dari tiap treatment. Lalu mengolah data angket yang diberikan pada pertemuan terakhir.

5. Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan dari hasil penelitian eksperimen.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada Bab 1 Pendahuluan, dalam bab ini berisi gambaran mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode yang akan digunakan dalam penelitian, serta sistematika penulisan.

(9)

Pada Bab 2 Landasan Teori, dalam bab ini peneliti akan menggunakan teori Keishiki Meishi Koto dan Mono.

Pada Bab 3 Analisis Data, dalam bab ini berisi analisis tentang perbedaan Keishiki Meishi dan Koto, dalam penggunaannya, serta kemampuan para responden menjawab soal-soal yang terdapat dikuesioner.

Pada Bab 4 Simpulan dan Saran, dalam bab ini berisikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti. Selain itu dalam bab ini juga berisikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

Pada Bab 5 Ringkasan, dalam bab ini dijelaskan kembali secara singkat mengenai isi keseluruhan dari penelitian ini mulai dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan hasil penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan pengembangan teknologi pemecah gelombang pembangkit energi, mengetahui parameter- parameter yang

Etnobotani Tumbuhan Pewarna Alami Batik Tulis Eks Karesidenan Besuki dan Pemanfaatannya sebagai Buku Pengayaan di SMK Negeri 1 Tamanan Bondowoso; Machrul Quril

Sebagai alat penilaian mandiri, kriteria Baldrige bidang pelayanan kesehatan untuk kinerja unggul dapat menolong organisasi pelayanan kesehatan melakukan pengukuran kinerja

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya yang telah diberikan sehingga Skripsi yang berjudul “Pengaruh

Untuk menyelesaikan masalah di atas, terlebih dahulu kita buat garis dari titik C yang tegak lurus dengan garis AB. Misalkan titik potong dengan garis AB adalah E,

Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) 7. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi b. Dimiliki hingga jatuh tempo.. d. Cadangan kerugian penurunan

merasa bahwa harga yang dibayarkan sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari produk tersebut maka dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut. Selanjutnya Kotler