• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Teori Prinsip Dasar Film Animasi staging appeal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori Teori Prinsip Dasar Film Animasi staging appeal"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

14

4.1

Landasan Teori

4.1.1

Teori Prinsip Dasar Film Animasi

Prinsip – prinsip animasi umum dipakai oleh animator, sebagai

modal utama mereka untuk mengekspolitasi imajinasi mereka agar dapat

diterapkan dalam karya yang bertujuan untuk menghidupkan suatu karya

seperti arti kata Animasi yang secara harafiah berarti “membuat seolah –

olah menjadi hidup”. Ada berbagai macam teori dan pendapat tentang

bagaimana seharusnya animasi itu dibuat. Tetapi setidaknya ada 12 prinsip

yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah animasi yang ‘hidup’. Ke-12

prinsip ini meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan waktu, memperkaya

visual, sekaligus teknis pembuatan sebuah animasi. Yaitu:

1. Solid Drawing

2. Timing & Spacing

3. Squash & Stretch

4. Anticipation

5. Slow In and Slow Out

6. Arcs

7. Secondary Action

8. Follow Through and Overlapping Action

9. Straight Ahead Action and Pose to Pose

10. Staging

11. Appeal

12. Exaggeration

Dari ke – 12 prinsip dasar animasi tersebut, prinsip staging

dan appeal merupakan hal yang paling ditonjolkan pada film animasi

pendek yang penulis rancang, dikarenakan prinsip staging sangat

(2)

berpengaruh terhadap pengambilan gambar atau sinematografi film

dan appeal merupakan salah satu poin yang membedakan film ini

berbeda dengan film lainnya.

Staging ; Seperti halnya yang dikenal dalam film atau teater,

staging dalam animasi juga meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat

untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam

sebagian atau keseluruhan scene.

Appeal; berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual

dalam animasi. Sebagaimana gambar yang telah menelurkan banyak

gaya, animasi juga memiliki gaya yang sangat beragam. Sebagai

gaya animasi buatan Jepang yang dapat teridentifikasi hanya dengan

melihatnya sekilas. Maupun ke-khas-an animasi buatan Disney atau

Dreamworks. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya

tertentu.

4.1.2

Teori Warna

Menurut Cameron Chapman, yang disadur dari artikel “Smashing

Magazine”. Warna dalam desain sangat subjektif. Apa yang membangkitkan

satu reaksi dalam satu orang mungkin menimbulkan reaksi yang sangat

berbeda pada orang lain. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh pilihan

pribadi, atau karena latar belakang budaya. Teori warna adalah suatu ilmu

mengenai warna itu sendiri. Suatu ilmu yang mempelajari bagaimana warna

mempengaruhi orang baik personal, perorangan maupun sebagai kelompok,

dalam membangun karier. Sesuatu yang sederhana seperti mengubah warna

yang tepat atau saturasi warna dapat menimbulkan perasaan yang sama sekali

berbeda. Warna pun dibagi menjadi 3 kategori yaitu warna hangat, sejuk dan

netral, berikut penjelasannya:

1.

Warna yang hangat termasuklah warna merah, oranye, dan

kuning, dan variasi dari tiga warna tersebut. Warna ini adalah

warna api, daun musim gugur, dan matahari terbenam dan

(3)

matahari terbit, dan biasanya memberi energi, semangat, dan

hawa positif. Penggunaan warna hangat dalam desain untuk

mencerminkan gairah, kebahagiaan, antusiasme, dan energi.

2.

Warna Sejuk; yang termasuk warna – warna sejuk adalah hijau,

biru, dan ungu, sering kali lebih pendiam daripada warna

hangat. Mereka adalah warna malam, air, alam, dan biasanya

membawa ketenangan dan rileks. Penggunaan warna – warna

sejuk di desain dapat bertujuan untuk memberikan perasaan

tenang atau profesionalisme.

3.

Warna netral; sering berfungsi sebagai latar belakang desain.

Makna dan kesan dari warna – warna netral jauh lebih

dipengaruhi oleh warna-warna yang mengelilingi mereka

daripada yang hangat dan warna – warna sejuk. Warna netral

antara lain: Hitam, putih, abu – abu, cokelat, cream, kuning

gading, tan.

Informasi yang terkandung di sini mungkin tampak agak luar biasa,

teori warna banyak melambangkan tentang perasaan tertentu dan

membangkitkan bayangan dari apa pun. Tapi inilah panduan referensi cepat

untuk kepentingan bersama tentang makna dari warna yang dibahas di atas:

Merah: Gairah, Semangat, Cinta, Kemarahan

Oranye: Energi, Kebahagiaan, Daya hidup

Kuning: Kebahagiaan, Harapan

Hijau: Awal baru, Kelimpahan, Alam

Biru: Tenang, Tanggung jawab,Setia, Kesedihan

Ungu: Kreativitas, Royalty, Kemakmuran

Hitam: Misteri, Elegan, Hal – hal berbau buruk / jahat

Abu – abu: Moody, Konservatif, Formalitas

Putih: Kesucian, Kebersihan, Kebajikan

Brown: Alam, kegunaan, ketergantungan

(4)

Tan atau Beige: konservatif, Kesalehan, Dull

Cream atau Gading: Tenang, Elegan, Kemurnian

Berdasarkan teori warna diatas, warna sejuk dengan penggabungan

warna netral sangat cocok untuk menampilkan efek kesedihan untuk

perancangan film animasi pendek “Penantian di Kota Intan”, terutama warna

biru yang memiliki arti warna berupa kesedihan dan kesetiaan.

4.1.3

Teori Penceritaan

plot adalah hubungan kausalitas (sebab-akibat) sebuah peristiwa

dengan peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa setelahnya. Bahasa

sederhananya, hubungan sebab - akibat antarperistiwa dalam sebuah cerita.

Plot dibangun oleh unsur peristiwa. Namun, sebuah peristiwa tidak begitu

saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari aktivitas tokoh-tokoh di dalam cerita

yang memiliki konflik atau pertentangan dengan dirinya sendiri, tokoh

lainnya, atau dengan lingkungan di mana tokoh itu berada. Namun peristiwa

juga bisa disebabkan oleh aktivitas alam yang menimbulkan konflik dengan

manusia. Tanpa adanya konflik, sebuah peristiwa hanya akan menjadi narasi

tak sempurna. Setiap konflik akan bergerak menuju titik intensitas tertinggi,

di mana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah yang disebut sebagai

klimaks. Dengan demikian dapat dikatakan, sebuah plot dibangun oleh

peristiwa, konflik, dan klimaks.

Unsur pembangun plot

1.

Peristiwa

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke

keadaan lainnya (Luxemburg dkk, 1992: 150). Sebuah karya fiksi

tentunya tidak terbangun hanya dari satu peristiwa saja, tetapi

banyak peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi

berfungsi sebagai pembangun plot.

2.

Klimaks

Menurut Stanton dalam An Introduction to Fiction klimaks adalah

saat konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu

merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannnya. Artinya,

berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa itu harus terjadi,

(5)

tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal

yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan

diselesaikan.

Tahapan pengembangan plot

Peristiwa awal yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin

saja langsung berupa adegan-adegan yang memiliki kadar konflik dan

dramatik tinggi, bahkan merupakan konflik yang amat menentukan plot

karya yang bersangkutan. Padahal, pembaca belum dibawa masuk dalam

suasan cerita, belum tahu awal dan sebab-sebab terjadinya konflik. Hal yang

demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan yang sengaja

dimanipulasi dengan urutan peristiwa untuk mendapatkan efek artistik

tertentu, yang memberikan kejuta dan membangkitkan rasa ingin tahu

pembaca. Kaitan antarperistiwa haruslah jelas, logis dan dapat dikenali

urutan kewaktuannya terlepas dari penempatannya yang mungkin di awal,

tengah, atau akhir. Aristoteles mengemukakan bahwa tahapan plot harus

terdiri dari tahapan awal, tahapan tengah, dan tahapan akhir.

1.

Tahap awal sebuah cerita merupakan tahap perkenalan. Pada

umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal

yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi

pokok tahapan awal adalah memberikan informasi dan

penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan pelataran dan

penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah dimunculkan sedikit

demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut

konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan

memuncak di bagian tengah.

2.

Tahap tengah sebuah cerita sering juga disebut sebagai tahap

tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah mulai dimunculkan

pada

tahap

awal

mengalami

peningkatan,

semakin

menegangkan, hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau

klimaks.

(6)

3.

Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan

peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari

klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah

atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian

sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian

tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup

menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang

sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka

peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya

selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari

pembacanya.

4.1.4

Teori Sinematografi

Cinematography terdiri dari dua suku kata Cinema dan

graphy yang berasal dari bahasa Yunani: Kinema, yang berarti

gerakan

dan

graphoo

yang

berarti

menulis.

Jadi

Cinematography atau Sinematografi bisa diartikan menulis dengan gambar

yang

bergerak.

S i n e m a t o g r a f i

m e n g a j a r k a n

b a g a i m a n a

m e r a n g k a i p o t o n g a n – p o t o n g a n gambar yang bergerak menjadi

rangkaiaan gambar yang mampu menyampaikan maksud tertentuatau

menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan suatu ide tertentu.

Dalam sinematografi, unsur visual merupakan “alat” utama dalam

berkomunikasi. Maka secara konkrit bahasa yang digunakan dalam

sinematografi adalah suatu rangkaian beruntun dari g a m b a r b e r

-g e r a k y a n -g d a l a m p e m b u a t a n n y a m e m p e r h a t i k a n

k e t a j a m a n

g a m b a r ,

c o r a k penggambarannya,

mem-perhatikan seberapa lama gambar itu ditampilkan, iramanya dan

sebagainya yang kesemuanya merupakan alat komunikasi non verbal.

Biarpun unsur – unsur yang lain seperti, kualitas cerita, editing, illustrasi

musik, efek suara, serta dialog sehingga dapat memperkuat nilai sebuah

tayangan, namun tentunya hasil visual tentu akan mempengaruhi nilai

keseluruhan.

(7)

4.1.5

Animasi Jepang

Animemerupakan sebutan untuk Animasi Jepang. Anime berorientasi

pada orang dewasa dan cerita yang kompleks sebagai keseluruhan

strukturnya. Anime berbentuk serial televisi (karena erat kaitannya dengan

perkembangan manga yang memiliki episode yang panjang) membentuk

cerita – cerita serial. Perkembangan anime menjadi Original Animation for

Video (OAV) dan ke bentuk film layar lebar sekitar tahun 1970-an membawa

pengaruhnya ke luar Jepang.

Anime memiliki ciri – ciri yang khas dibandingkan animasi dari barat

seperti Disney, Pixar maupun studio lain, yaitu : ceritanya yang lebih

kompleks, dan lebih ke arah remaja, dengan mengusung tema seperti

petualangan, persahabatan, cinta yang berbeda dari animasi Barat yang

mengusung tema sederhana dan umumnya dinikmati masyarakat luas

terutama anak – anak. Selain itu karakter dari Anime Jepang umumnya

memiliki kesamaan yaitu bentuk mata karakter yang lebih besar dan

membulat, terutama karakter perempuan dikarenakan anggapan bahwa

karakter bermata besar terkesan imut. Dan ciri lainnya adalah tidak

terbatasnya eksplorasi ide, seperti menggabungkan berbagai teknik, seperti

2D dan 3D walaupun mayoritas menggunakan teknik tradisional 2D.

4.2

Strategi Kreatif

4.2.1

Strategi Komunikasi

Untuk

strategi

komunikasi,

penulis

membagikan

menjadi

beberapa bagian seperti berikut:

4.2.1.1 Fakta Kunci

a.

Film

romantis

di

Indonesia

kurang

disukai

karena

cerita berputar di satu arah, monoton, dan tidak original.

b. Film romantis di Indonesia kurang menyimpan nilai moral yang

menunjukkan pentingnya sebuah kesetiaan dalam hidup.

c. Film romantis di Indonesia seringkali mengesampingkan pesan

atau nilai yang dapat diambil.

(8)

4.2.1.2 Masalah yang ingin dikomunikasikan

Bagaimana merancang film animasi emosional bernuansa romantis

yang sarat akan pentingnya nilai kesetiaan dan dapat digemari oleh

masyarakat muda zaman sekarang.

4.2.1.3 Tujuan Komunikasi

a. Membuat film animasi yang tidak hanya menarik tetapi sarat

nilai moral.

b. Membuat film animasi yang ringan, dapat mudah dimengerti oleh

penonton.

c. Mendapatkan hasil dan respon baik dari masyarakat, untuk

menentukan berhasil tidaknya karya ini.

d. Menawarkan sebuah cerita animasi yang baru dalam industri

animasi Indonesia.

4.2.1.4 Target Audiens

Demografi

: Laki – laki dan perempuan umur 15 – 21

tahun.

Psikografi

: Memiliki rasa ingin tahu yang besar, menyukai

romantisme

Geografi

: Berada dikota – kota besar.

4.2.1.5 USP (Unique Selling Preposition)

a. Cerita yang baik dan universal.

b. Desain dan pengambilan karakter yang menarik.

c. Visual yang indah dan enak dipandang mata.

4.2.1.6 Konsep Cerita

Cerita bernuansa romantis ini mangambil setting tempat yaitu

Daerah kawasan Kota Tua Jakarta yakni Jembatan Kota Intan dengan setting

waktu tahun awal 1950-an, membangun kembali nuansa zaman dahulu,

dengan latar gedung yang berarsitekturkan masa kolonial.

(9)

4.2.1.7 Premis Cerita

Kesetiaan seorang istri menanti kehadiran sang suami yang tidak

kunjung datang.

4.2.1.8 Penetapan Judul

Judul yang digunakan adalah “Penantian di Jembatan Kota Intan”,

Penantian merupakan salah satu komponen yang di eksplor dalam karya ini,

sedangkan penerapan kata Kota Intan berdasarkan setting lokasi yang hendak

menjadi setting film animasi pendek ini.

4.2.1.9 Durasi

Durasi film pendek ini berkisar antara 4 hingga 5 menit. Tidak

terlalu lama agar penonton tidak bosan dan tidak terlalu cepat juga agar dapat

dinikmati dengan santai oleh penonton.

4.2.1.10Ringkasan Cerita

Kisah ini bercerita mengenai penantian seorang istri yang ditinggal

kerja oleh suaminya yang tak kunjung pulang tanpa tahu bahwa kapal yang

dinaiki suaminya terkena musibah kebakaran. Hari demi hari ditunjukkan

penantian sang istri yang menunggu sang suami yang tak kunjung pulang dan

tak ada kabarnya, hingga akhirnya sang istri mengetahui musibah tersebut.

Namun sang istri tetap menunggu di tepi jembatan dan berharap sang suami

selamat dan dapat pulang. Ending-nya adalah ketika sang istri menemui sang

suami yang ternyata selama ini diam – diam memperhatikan sang istri,

karena takut akan reaksi sang istri melihat wajahnya yang memiliki luka

bakar. Akhirnya sang istri menangis, memeluk dan bersyukur atas

kepulangan suaminya, ia menerima keadaan suaminya karena ia mencintai

suaminya apa adanya.

(10)

4.2.1.11 Treatment dan Solusi Cerita

Untuk cerita “Penantian di JembatanKotaIntan”, penulis

menggambarkan cerita dari sisi tokoh istri yang menunggu

kepulangan suaminya. Berikut treatment ceritanya:

1.

Intro

: Diawali dengan menunjukkan seorang perempuan

yang menunggu suaminya pulang dari bekerja. Disini

akan ditunjukkan tangan mereka yang berpegangan dan

mengenakan

cincin

kawin

sebagai

simbol

bahwa

mereka adalah pasangan suami istri.

2.

Awal masalah : Istri mengantar suami pergi melaut keesokan harinya,

digambarkan sang istri yang lari menyusuri tepi

jembatan dan melambaikan tangan pada suaminya yang

semakin

menjauh

dari

pandangan

sang

istri.

Sang istri pun kemudian pergi dari tempat tersebutkarena

awan mendung dan hujan mulai turun.

3.

Masalah

: Pada tempat dan waktu yang berbeda, digambarkan

keadaan sang suami saat kapal yang dinaikinya sedang ter

bakar, dan sang suami hendak tertimbun bongkahan

barang yang dilumat api.

4.

Kekhawatiran : Istripun terbangun dari mimpi buruknya dan melihat

ke arah jendela, dan segera berlari ke arah jembatan

tempat ia biasa menunggu suaminya. Namun suami

yang ditunggu tidak kunjung datang.

5.

Penantian

: Sang istri datang kembali ke tepi keesokan harinya.

Pergantian waktu ditunjukkan dari keadaan sejak gelap

hingga malam kembali dan suaminya tak kunjung

datang.

(11)

6.

Kenyataan

: Sampai keesokan harinya, sang istri melihat surat

kabar yang menyatakan tentang kecelakaan kapal yang

ditumpangi suaminya, dan sang istripun jatuh pingsan.

7.

Pengharapan

: Digambarkan sang istri yang tetap datang ke tepi

jembatan

hari

demi

hari

menunggu

kepulangan

suaminya, digambarkan melalui kegiatan seprti bangun

dari

tempat

tidur,

menyobek

kalender

untuk

menggambarkan pergantian hari, hingga tidak terasa

sudah

setahun

lebih

lamanya

ia

menunggu.

8.

Pertemuan

: Suatu ketika sang istri memperhatikan sosok yang

selama ini sering terlihat di tempat tersebut dan terkejut

ketika ia menyadari orang tersebut menggunakan cincin

kawin suaminya, dan mengejar orang yang lari tersebut

melewati orang – orang yang berada di sekitar area

tersebut, hingga akhirnya ia berhasil bertemu dengan

orang ituyang jatuh tersandung dijembatan.

9.

Ending

: Sang istri yakin benar bahwa itu adalah suaminya dan

pelan – pelan ia menyibak kain yang menutupi wajah

orang itu dan memang itu adalah suaminya, namun

setelah

seluruh

kain

terbuka,

terlihat

luka

bakar

disebelah kanan wajah suaminya. Sang suami tak bisa

berkata apa – apa dan tidak tahu harus berbuat apa,

namun tiba – tiba sang istri memeluk suaminya dan

menangis dan bersyukur karena akhirnya ia dapat

menemukan suami yang selama ini dinantinya. Sang

suami pun ikut menitikkan air mata, tak kuasa

membendung perasaan bersyukur karena sang istri tetap

setia dan mau menerima ia apa adanya.

(12)

4.2.1.12 Script Cerita

Berikut adalah script screenplay dari film animasi pendek ini, dengan

karakter utama perempuan (istri) dan laki – laki (suami / gelandangan), dan tidak

memiliki dialog, hanya mengekspresikan sesuatu melalui pergerakan.

SCRIPT

PENANTIAN DI JEMBATAN KOTA INTAN

SCENE 1

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - PAGI

Saat subuh, seorang perempuan sedang melihat ke arah

pelabuhan, menunggu kedatangan kapal – kapal yang hendak

melewati jembatan jungkit tempat ia berada.

Perempuan

(Tersenyum dan hendak menuju

tepi kali tempat kapal berlabuh)

Perempuan itupun berlari menuju tepi kali tempat dimana

kapal menepi dan menurunkan barang.

CUT TO:

EXT. TEPI KALI BESAR - PAGI

Perempuan itu sampai tepat ketika orang mulai ramai

menurunkan barang dan mencari – cari sesuatu.

Perempuan

(13)

ketika melihat seseorang turun dari kapal)

Laki – laki

(Tersenyum ke arah perempuan dan ter –

lihat tangannya membawa beberapa ikan

hasil tangkapan melaut)

Gadis itupun berlari dan memeluk laki – laki itu dengan

bahagia dan baru diketahui bahwa mereka adalah sepasang

suami istri, terlihat dari cincin kawin yang mereka

kenakan.

CUT TO:

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - PAGI

Mereka pun menyusuri jembatan Kota Intan, ke arah

sebaliknya, ke arah rumah mereka sambil berpegangan

tangan. Begitu pula dengan terbitnya matahari.

FADE TO:

SCENE 2

EXT. TEPI KALI BESAR - SORE

Keesokan harinya, sang istri mengantarkan suaminya untuk

melaut.

Istri

(14)

Suami

(Membalas lambaian tangan istrinya)

Kapal terus melaju dan sang istri pun berlari menyusuri

pinggir

kali

besar

melambaikan

tangannya

untuk

mengantarkan kepergian suaminya hingga ia sampai ke

jembatan tempat ia biasa menunggu suaminya karena sudah

tidak dapat melangkah lebih jauh lagi.

CUT TO:

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN–Cont’d

Sang istri pun tiba dan berhenti ditengah jembatan

melihat kapal yang dinaiki suaminya yang semakin menjauh.

Istri

(Melihat ke atas setelah menyadari

Gerimis rurun)

Awan mendung sore itu mulai menitikkan gerimis yang

mem-buat ia harus meninggalkan jembatan itu dan kembali

kerumah.

Istri (CONT’D)

(Berlari menuju arah rumah dengan me-

nutupi kepalanya)

Sang istri berlari menuju rumah dan meninggalkan scene

jembatan Kota Intan yang mulai didera gerimis.

(15)

SCENE 3

EXT. KAPAL LAUT–MALAM

Malam hari ditengah lautan, tampak kapal yang dinaiki

suaminya mengalami musibah kebakaran. Terlihat kepanikan

dikapal tersebut.

Suami

(Ditengah kepanikan berlari dan

ketika menghadapkan wajah ke atas

ia melihat tumpukan barang yang ter-

bakar hendak jatuh menimpanya)

FADE TO BLACK:

SCENE 4

INT. KAMAR - MALAM

Sang istri terbangun dan menyadari bahwa itu adalah mimpi

buruk.

Istri

(Terbangun dengan wajah yang ketakutan

memandang ke arah jendela)

Dari arah jendela terlihat hujan deras dan petir yang

menggelegar.

Istri (CONT’D)

(16)

tempat tidur)

CUT TO:

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - Continuous

Sang istri berlari ke jembatan tempat ia biasa menunggu

suaminya, lebih awal dari sebelumnya, langit masih gelap.

Istri

(Berlari terengah – engah dan

memandangi arah pelabuhan dengan

cemas, menunggu kepulangan suaminya)

Sang istri sangatlah cemas karena mimpi buruk yang

dialaminya dan berharap itu memang hanya mimpi dan

suaminya tidak akan mengalami musibah dan dapat pulang

dan ketika kapal mulai terlihat, ia segera menuju tepi

kali tempat kapal biasa berlabuh.

CUT TO:

EXT. TEPI KALI BESAR - PAGI

Ia sampai ditepi kali besar dan dengan cemas, ia mencari

suaminya.

Istri

(Mencari – cari suaminya ditengah

kerumunan orang - orang)

Ia mencari namun suaminya tak kunjung datang hingga

akhirnya tepi kapal mulai sepi, dan ia mencoba menunggu

(17)

kedatangan kapal berikutnya di jembatan tempat ia biasa

menunggu kedatangan kapal.

FADE TO:

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - SIANG

Sang istri tetap menunggu dan siang pun tiba, namun sang

suami tak kunjung datang.

Istri

(Diam menunggu dan menatap ke arah

datangnya kapal)

Ia terus menerus menunggu, keadaan jembatan saat itu

mulai ramai dimana orang – orang menggunakan jembatan

tersebut untuk melintas.

FADE TO:

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - SORE

Sampai sore tiba dan matahari mulai terbenam, sang suami

tak kunjung datang, saat itu sang istri yang duduk

beralaskan

jembatan

memandangi

matahari

yang

mulai

terbenam.

Istri

(Beranjak bangun dan sesekali

menatap ke arah kapal dan mening-

galkan jembatan yang hendak terangkat)

(18)

Sang istri pun pergi pulang ke rumah dengan tertunduk

lesu sambil terus berharap suaminya akan pulang esok,

disertai gambaran jembatan yang mulai terangkat.

FADE TO BLACK:

SCENE 5

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - PAGI

Sang

istri

kembali

lagi

kejembatan

untuk

menunggu

suaminya keesokan harinya.

Istri

(Memandangi arah datangnya kapal

dengan cemas)

Sang istri semakin khawatir karena suaminya tak kunjung

pulang, hingga matahari sudah terbit dan orang – orang

mulai bekerja lagi.

CUT TO:

Sang istri melihat seseorang yang membaca koran dan

melihat artikel depan koran yang berisikan berita tentang

kecelakaan kapal.

Istri

(Berlari menuju seorang penjaja

koran mengeluarkan sejumlah uang

untuk membeli koran yang sama)

(19)

Sang istri kaget setengah mati membaca berita tentang

terbakarnya kapal yang dinaiki suaminya di lepas pantai.

Istri

(Menangis ketika membaca dan tak

lama, pingsan tak sadarkan diri)

Orang – orang yang berada disekitar jembatan segera

berkerumun dan menolong sang istri yang pingsan ditengah

jembatan.

FADE TO BLACK:

SCENE 6

INT. KAMAR - SORE

Sang istri terbangun dan ia sudah berada dikamar berkat

pertolongan tetangga sekitar.

Istri

(Berwajah sedih, memandangi jendela

dalam keadaan berbaring diranjang)

Sang istri melihat jendela dan melihat langit mulai

memerah, tanda matahari mulai terbenam.

CUT TO:

Istri

(Berbalik memandangi foto per-

kawinannya, raut wajah sedih,

(20)

kemudian ia menutup wajahnya

dengan kedua tangannya)

Layar menjadi gelap, meninggalkan sang istri dalam

kesedihannya.

FADE TO BLACK:

SCENE 7

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - PAGI

Sang

istri

kembali

lagi

kejembatan

untuk

menunggu

suaminya keesokan harinya.

Istri

(Memandangi arah datangnya kapal)

Ditunjukkan perpindahan waktu melalui FADE TO seperti

pada scene 6, disertai sisipan cut sang istri yang

memandang ke arah jam, serta menyobek kalender dalam

kamar, dan ekspresi sang istri saat menunggu suaminya.

FADE TO:

INT. KAMAR - PAGI

Sang istri berada dalam kamar, memandangi kalender

harian.

Istri

(Merobek kalender harian dan

(21)

memandang foto perkawinannya dan

raut wajah menjadi sedih)

Sudah lewat dari setahun tapi suaminya tidak pernah

datang, bahkan kepastian kabarnya tidak diketahui.

FADE TO:

SCENE 8

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - SORE

Sang istri berada di jembatan tempat biasa ia menunggu

suaminya, keadaan sudah mulai berubah seiring berjalannya

waktu.

Istri

(Berdiri didekat pinggir jembatan

Dan melihat ke arah sekitar)

Sang istri memandangi orang yang selama ini juga sering

terlihat disekitar jembatan, wujudnya seperti gelandangan

yang memakai baju yang lusuh dan menutupi wajahnya dengan

kain.

CUT TO:

Gelandangan

(Menyadari dirinya diperhatikan

dan berpaling ke arah tepi kali

yang kini menjadi pasar)

(22)

Istri

(Memperhatikan gelandangan yang

pergi menjauh dan ekspresi wajah

menjadi terkejut)

Sang istri terkejut melihat jari manis tangan kiri si

gelandangan yang pergi, ia memakai cincin kawin yang

dipakai suaminya.

CUT TO:

Istri (CONT’D)

(Memperhatikan lebih rinci)

Sang istri kemudian melihat bayangan sosok suaminya saat

sebelum menghilang pada saat ia melihat gelandangan itu.

CUT TO:

Istri (CONT’D)

(berlari menuju arah gelandangan

dengan wajah cemas penuh harapan bahwa

gelandangan itu adalah suaminya)

Gelandangan

(Menyadari dirinya dikejar)

Gelandangan tersebut berlari semakin cepat begitu pula

sang istri.

(23)

EXT. TEPI KALI BESAR - Continuous

Sang

istri

berlari

mengejar

gelandangan

tersebut,

melewati kerumunan orang melewati.

Istri

(Berlari sekuat tenaga, mulut

Meneriakkan nama suaminya)

Gelandangan

(Berlari dan terkejut ketika jalanan

Sedang ramai dan dihalangi hingga

Ia terpaksa membelok ke arah jembatan

Lagi untuk menghindari kejaran)

Sang istri berpas – pasan dengan gelandangan itu ditengah

kerumunan orang dan berbalik mengejar gelandangan itu

bahkan hingga menabrak orang - orang.

CUT TO:

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN - Continuous

Gelandangan kembali lagi melewati jembatan Kota Intan.

Gelandangan

(Tersandung pertengahan jembatan)

Sang istri pun berhasil mengejarnya, saat itu langit

mulai memerah karena matahari hendak terbenam.

(24)

SCENE 9

EXT. JEMBATAN KOTA INTAN–Continuous

Gelandangan itu pun berusaha menjauh, namun sang istri

sudah tiba dan perlahan mendekatinya.

Istri

(Mendekatkan diri ke arah gelandangan

Yang jatuh tersungkur dan berlutut

Hendak melihat wajah gelandangan)

Gelandangan

(Bergerak mundur ketika didekati

dan memalingkan wajahnya)

Istri

(Perlahan membuka kain yang menutupi

wajah gelandangan itu. Dan terkejut)

Wajah istri terkejut melihat wajah dibalik kain itu,

sesosok wajah yang tak asing baginya, wajah suaminya yang

selama ini ia tunggu terlihat samar karena berada

dibelakang cahaya matahari dan memiliki luka bakar yang

cukup parah.

Suami

(Memalingkan wajah, tak dapat ber-

Kata – kata, ekspresi sedih)

(25)

Gelandangan yang selama ini berada dekatnya ternyata

adalah sang suami yang hilang dan tak ada kabarnya.

Istri

(Tiba – tiba memeluk suaminya

dan menangis dan mengucapkan syukur)

Suami

(Dalam pelukan istrinya, ia ikut

Memeluk istrinya dan menangis terharu)

Mereka berpelukan dan tidak banyak kata – kata yang

terucap, air mata mereka sudah menjelaskan apa yang

dirasakan masing – masing. Matahari terbenam menambah

romantis suasana pada saat itu.

FADE TO BLACK

END CREDIT.

4.2.2

Strategi Desain

Untuk strategi desain / visual, berikut bentuk – bentuk desain yang

penulis anggap dapat merepresentasikan film animasi pendek ini:

4.2.2.1 Visual Look / Style

Hasil Visual yang ingin dicapai adalah film animasi pendek 3D yang

dirender secara semi realistis dengan penggunaan permainan warna – warna

untuk memberikan kesan dramatis dan penggunaan teknik kedalaman untuk

menghasilkan tampilan yang lebih baik.

(26)

4.2.2.2 Mood

Untuk membangun mood yang memberi kesan dramatis, penulis

akan banyak menggunakan teknik fade to, fade to black untuk perpindahan

adegan, terutama penggunaan fade to saat memvisualkan adegan perubahan

waktu

untuk

memberikan

kesan

waktu

yang

berlalu.

Untuk mood warna, penulis akan banyak menggunakan warna

vintage, untuk adegan yang outdoor, penulis akan menggunakan tone warna

sesuai dengan perpindahan waktu dari pagi hingga malam, seperti

penggunaan tone yang lebih oranye saat menjelang matahari terbenam.

Sedangkan untuk adegan indoor, penulis akan lebih banyak menggunakan

warna yang kebiruan untuk membangun mood kesedihan.

4.2.2.3 Storyboard

Berikut adalah storyboard film animasi “Penantian di Jembatan Kota

Intan” dari scene 1 hingga akhir.

(27)
(28)
(29)
(30)

Gambar 4.1 Storyboard “Penantian di Jembatan Kota Intan”

4.2.3

Penetapan Item Proyek

4.2.3.1 Item Utama

Penulis menggunakan format HD untuk mendapatkan gambar yang lebih

jernih, sekaligus untuk membangun nilai estetika sinematografi. Frame rate

menggunakan 25 fps dan durasi berkisar 4 hingga 5 menit.

Desain karakter menggunakan 2 tokoh yaitu tokoh istri yang bernama Intan

dan tokoh suami yang bernama Surya. Environtmentmenggunakan konsep bangunan

tua di kawasan kota tua dan tentunya Jembatan Kota Intan sebagai poin penting

dalam film ini. Judul yang digunakan adalah “Penantian di Jembatan Kota Intan”.

Melalui judul tersebut, dapat tergambarkan dengan baik, kejadian dan lokasi kejadian

tersebut.

(31)

4.2.3.1 Item Pendukung

Penulis menggunakan beberapa item pendukung untuk menunjang film

animasi pendek “Penantian di Jembatan Kota Intan”, seperti:

a.

Poster untuk promosi

b.

Cover DVD

Gambar

Gambar 4.1 Storyboard “Penantian di Jembatan Kota Intan”

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada bangunan dengan atap miring, panas yang masuk terlebih dahulu masuk ke dalam ruang atap, ditahan dulu oleh udara (mengalami lebih kecil.( gambar 3.2 ) jarak

Kedua pendapat aliran diatas, bagaimanapun berbeda dengan pendapat dari ilmuwan muslim, seperti al-Ghazali dan al-Farabi yang menyatakan bahwa manusia terdiri

Mikroskopis Otot Sapi oleh Aktivitas Proteolitik Lactobacillus plantarum pada Dendeng Fermentasi ” ini disusun sebagai hasil dari penelitian bersama tim yang. telah dilakukan

Yang membedakan dengan penelitian saat ini adalah mempromosikan salah satu potensi wisata Blitar yang ada di Kelurahan Karangsari Kota Blitar agar dikenal sebagai Kampung

menayangkan tentang para pekerja keras yang hanya dipandang sebelah mata oleh pihak- pihak yang ingin mengambil dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melihat atau

Penelitian dilakukan dalam dua fase, terdiri dari penyesuaian simpangan struktur model dengan simpangan terukur pada kondisi sesungguhnya untuk mendapatkan konstanta kekakuan

Hasil yang dikeluarkan berupa pendukung keputusan dalam menentukan lokasi gudang baru milik Roti Kuro Subang berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan menggunakan

Dua dari lima genotip tersebut, BTM 2064 dan BTM 867, memiliki karakter jumlah cabang produktif, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan bunga per tanaman,