• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menyusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 – 2014;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan sesuai Pasal 3 ayat (2) Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

(3)

13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode Tahun 2009-2014;

16. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

17. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 120/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan;

18. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 132/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni;

19. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 133/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan; 20. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 137/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan;

21. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 52/M-IND/PER/4/2010 tentang Kedudukan dan Tugas Pejabat Kementerian Perindustrian dalam Masa Peralihan Struktur Organisasi;

Memperhatikan : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN

INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.

(4)

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan pengembangan industri Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memuat sasaran, strategi dan rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, yang selanjutnya disebut KBLI adalah pengelompokan kegiatan ekonomi ke dalam klasifikasi usaha.

3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, swasta, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga kemasyarakatan lain.

4. Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Industri Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, terdiri atas :

a. Industri Makanan yang terdiri dari :

1. Industri Pengolahan Berbasis Sapi yang meliputi industri dendeng dan abon sapi (KBLI 10130) dan industri kerupuk kulit (KBLI 10794);

2. Industri Pengolahan Berbasis Jagung yang meliputi industri tepung jagung (KBLI 10633)

dan industri keripik/emping/marning jagung (KBLI 10794);

3. Industri Pengolahan Rumput Laut yang meliputi industri karagenan (KBLI 10219), industri manisan rumput laut (KBLI 10299) dan industri dodol rumput laut (KBLI 10792); dan

4. Industri Pengolahan Ikan yang meliputi industri kerupuk ikan (KBLI 10794), industri abon ikan (KBLI 10219) dan industri ikan asin (KBLI

(5)

b. Industri Kerajinan yang meliputi industri barang anyaman dari rotan dan bambu (KBLI 16291), industri kerajinan kayu (KBLI 16293), industri gerabah (KBLI 23939), industri batik (KBLI 13134) dan industri perhiasan mutiara (KBLI 32115).

(2) Peta panduan industri unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(3) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan:

a. pedoman operasional bagi Aparatur Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam menunjang pelaksanaan program pengembangan industri unggulan provinsi secara komplementer dan sinergik;

b. pedoman pengembangan industri unggulan provinsi bagi pelaku industri makanan olahan berbasis sapi, jagung, rumput laut dan ikan serta kerajinan oleh pengusaha dan atau institusi terkait;

c. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Provinsi dalam periode 2010 – 2014; dan

e. informasi dalam menggalang dukungan sosial- politis dan kontrol sosial atas pelaksanaan kebijakan pengembangan industri unggulan provinsi.

Pasal 3

(1) Rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

(2) Pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan.

(6)

Pasal 4

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat harus membuat laporan kinerja semesteran kepada Menteri atas pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan menteri terkait.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 Agustus 2010

MENTERI PERINDUSTRIAN RI

MOHAMAD S. HIDAYAT

TEMBUSAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada : 1. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II;

2. Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;

3. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat; 4. Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat;

5. Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat; 6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Perindustrian; 7. Pertinggal.

(7)

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I PENDAHULUAN II INDUSTRI MAKANAN

A. INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS SAPI 1. Sasaran Pengembangan

2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi

B. INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS JAGUNG 1. Sasaran Pengembangan

2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi

C. INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS RUMPUT LAUT 1. Sasaran Pengembangan

2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi

(8)

2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi

III INDUSTRI KERAJINAN 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT

Referensi

Dokumen terkait

Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan fungsi suhu sehingga dengan mendinginkan larutan yang akan dikristalkan akan dicapai kondisi supersaturasi dimana konsentrasi

Tetapi perempuan dan laki-laki sebenarnya diciptakan sebagai mitra yang dapat saling melengkapi satu sama lain serta hidup berdampingan secara harmonis dalam

kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. c) Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu aktivitas

Perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah variabel dependen yang digunakan yaitu biaya keagenan yang diukur dengan Asset Turn Over (ATO)

Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Bab ini memuat informasi mengenai entitas akuntansi pelaporan keuangan daerah, informasi mengenai basis akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan laporan,

Problema lain yang mung kin lebih berat akan terjadi terutama Dada wanita hamil yang tertular dengan Herpes Genitalis karena virus dapat mengadakan penularan

[r]