• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE MUḤĀDAṠAH DAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. diberikan. Pembelajaran Muḥādaṡah memiliki tujuan utama yaitu agar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II METODE MUḤĀDAṠAH DAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. diberikan. Pembelajaran Muḥādaṡah memiliki tujuan utama yaitu agar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

METODE

MUḤĀDAṠAH

DAN

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A.METODE MUḤĀDAṠAH

1. Pengertian Muḥādaṡah

Muḥādaṡah merupakan pelajaran bahasa Arab yang utama diberikan. Pembelajaran Muḥādaṡah memiliki tujuan utama yaitu agar peserta didik dapat bercakap–cakap dalam pembelajaran bahasa Arab dengan bahasa Arab.

Muḥādaṡah atau pembelajaran Muḥādaṡah telah banyak digunakan di pondok pesantren modern dewasa ini. Bahkan telah dapat dianggap efektif oleh banyak kalangan.1

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.

Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Winarno Surachmad (1961), mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada

1

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab( Jakarta : PT Grafindo Persada, 1997 ) hal.191 - 192

(2)

murid di sekolah. Metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni teknik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.2

Metode Muḥādaṡah adalah cara menyajikan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan. Dalam percakapan itu terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil menambah kemudian memperkaya perbendaharaan kata-kata yang semakin banyak.3

Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan bahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara lisan.

Penggunaan bahasa secara lisan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Pelafalan b. Intonasi c. Pilihan kata

d. Struktur kata dan kalimat e. Sistimatika pembicaraan

2

www.vistanisti-meblog.blogspot.com/2013/05/pengertian-metode.html( diakses 17 Maret 2014 , pukul 13.00 WIB

3

(3)

f. Isi pembicaraan

g. Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan

h. Penampilan (gerak-gerik,penguasaan diri dan lain-lain)

Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya dan dilakukan secara lisan. Dengan berbicara seseorang berusaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan orang lain secara lisan. Tanpa usaha untuk mengungkapkan dirinya orang lain tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakanya. Tanpa berbicara seseorang akan mengucilkan diri sendiri, dan terkucil dari orang lain di sekitarnya. Berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif – produktif.

Kemampuan berbicara menurut penguasaan terhadap beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa. Secara kebiasaan, pesan lisan yang disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih sesuai dengan maksud yang perlu diungkapkan. Kata – kata itu dirangkai dalam susunan tertentu mmenurut kaidah tata bahasa, dan dilafalkan sesuai kaidah pelafalan pula.

Kemampuan berbicara bahasa Arab adalah keterampilan penyampaian pesan secara lisan dengan menggunakan bahasa Arab sebagai medianya, dengan tidak mengabaikan kaidah penggunaan bahasa sehingga

(4)

apa yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh lawan bicara atau penerima pesan.4

2.Pentingnya Metode Muḥādaṡah

Mempelajari suatu bahasa pada umumnya bertujuan untuk memahami bahasa itu sendiri. Pembelajaran bahasa yang dimaksudkan di sini adalah bahasa menurut linguistik, bukan bahasa tulisan tetapi sebagai bahasa ujaran (lisan). Karena semua orang di dunia sebelum bisa menulis sudah bisa berbicara, walau masih buta huruf dan terbelakang. Hal ini berarti bahwa bahasa lisan merupakan gambaran bahasa yang paling sempurna, karena pada bahasa tersebut terdapat mimik, tekanan, jungtur, prosadi dan seterusnya. Obyek penyelidikan ilmu bahasa itu ialah bahasa lisan, bukan bahasa tulisan.5

Muḥādaṡah (bercakap-cakap) merupakan hal yang penting dan utama untuk dapat menguasai bahasa Arab dengan cepat dan mudah. Untuk dapat menguasai bahasa Arab tentu tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang dengan melalui proses latihan-latihan yang kontinu baik latihan ucapan ataupun latihan pengutaraan pikiran secara lisan.

5

M.Soenardi Diswondono, Tes BahasaDalamPengajaran( Malang : ITB Bandung, 1996 ), hal. 68

6

JuairiyahDahlan, MetodeBelajarMengajarBahasa Arab (Surabaya : Al-Ikhlas,1992), hal. 121

(5)

3.Manfaat Metode Muḥādaṡah.

Suatu metode pembelajaran haruslah mempunyai manfaat yang nyata baik untuk sekarang atau lusa bagi anak didik, dalam kaitanya metode apa saja pasti mempunyai kemanfaatan bagi pembalajaran yang dituju, begitu juga metode Muḥādaṡah. Adapun manfaat metode Muḥādaṡah sebagaimana berikut.

a. Peserta didik lebih berani memperaktekkan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut salah.

b. Peserta didik rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinu.

c. Peserta didik selalu berlatih pendengaran dan ucapannya agar menjadi fasih dan lancar,sehingga secara sepontan peserta didik mampu melafalkan kata-kata dimana dan kapanun.

d. Peserta didik dapat memahami buku yang berbahasa Arab, dialog orang Arab dan dapat berbahasa Arab dengan fasih.

e. Peserta didik akan bisa lebih mudah menciptakan lingkungan bahasa Arab dilingkungannya.

f. Peserta didik akan lebih senang berbahasa Arab sebagai bahasa asingnya sehari-hari. Dan dapat menyenangi pelajaran yang berabau bahasa Arab.

g. Peserta didik lebih bisa mentransfer ilmunya kepada orang lain atau peserta didik lain disekelilingnya.

(6)

h. Salain itu mereka juga akan merasa mudah ketika membaca Al-Qur’an dan juga mudah mebaca literatur buku bahasa Arab.6

4.Langkah-langkah Penggunaan Metode Muḥādaṡah

Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam mengajarkan metode Muḥādaṡah.

1. Mempersiapkan materi/acara Muḥādaṡahdengan matang dan menetapkan topik yang akan disajikan.

2. Materi Muḥādaṡah hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. Jangan memberikan Muḥādaṡah dengan kata-kata dan kalimat yang panjang yang tidak dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mulailah dengan kata-kata dan kalimat yang telah dikuasai oleh anak didik. Misalnya dengan mulai memperkenalkan alat-alat tulis sekolah dan peralat-alatan rumah tangga. Dan setelah bahasa arabnya berkembang maka meningkat kepada pembentukan dan perangkaian kalimat yang sempurna. Kemudian lingkup materi pembicaraan terus semakin diperluas.

3. Menggunakan alat peraga(sebagai alat bantu) Muḥādaṡah. Sebab dengan alat peraga dapat menjelaskan persepsi anak tentang arti dan maksud yang terkandung pada Muḥādaṡah. Disamping dapat dapat menarik perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan.

4. Guru hendaklah menjelaskan terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam Muḥādaṡah, dengan menuliskannya di papan tulis.

6

Ahmad Izzan, MetodologiPembelajaranBahasa Arab (Bandung :Humaniora, 2009), hal. 118-119.

(7)

Setelah murid di anggap mengerti, guru menyuruh murid untuk mencoba mempraktekannya di depan kelas.

5. Pada Muḥādaṡah tingkat lebih atas, anak didiklah yang yang lebih banyak berperan, sedangkan guru menentukan topik yang akan di-Muḥādaṡah-kan. Dan setelah acara dimulai, peranan guru hanya mengatur jalannya Muḥādaṡah, agar jalannya Muḥādaṡah tetap sportif dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

6. Setelah Muḥādaṡah selesai dilakukan, maka guru membuka forum soal jawab dan hal-hal lain yang yang perlu di diskusikan mengenai Muḥādaṡah yang baru saja selesai. Jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti dan dipahami oleh anak didik, maka guru mengulangi penjelasanya lagi, mencatatkan di papan tulis dan menyuruh murid untuk mencatat di buku tulisnya.

7. Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil, bukan hanya penguasaan pasif.

8. Di dalam kelas, guru harus berbicara bahasa Arab. Mustaḥil murid-murid akan pandai berbahasa Arab, jika gurunya jarang bicara bahasa Arab. 9. Jika Muḥādaṡah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya,

maka guru sebaiknya, dapat menentukan batas dan materi pelajaran yang akan disajikan berikutnya, agar peserta didik dapat lebih mempersiapkan dirinya. Muḥādaṡah adalah yang terpenting dalam pelajaran bahasa Arab.

(8)

10. Mengakhiri pertemuan pengajaran, dengan selalu memberi dorongan dan semangat peserta didik untuk lebih giat belajar.7

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran Muḥādaṡah memiliki tahapan yang perlu diperhatikan sehingga kemampuan bercakap peserta didik secara perlahan mampu dicapai. Tahapan di atas memerlukan metode yang tepat sehingga arah dan tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Ada beberapa metode pembelajaran kemampuan bercakap dengan tetap memperhatikan jenjang kemampuan pesertadidik.

5. Bentuk – bentuk permainan metode Muḥādaṡah.

Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang kurang menyenangkan. Orang akan merasa jenuh dan bosan serta tidak lagi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang selalu monoton.

Demikian juga dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan bagi siswa, perhatian siswa kurang, mengantuk, tidak bersemangat dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai.8 a. Bisik berantai.

Cara bermainnya adalah guru memberikan kalimat/kata kepada sekelompok peserta didik dalam bahasa Arab, kemudian peserta didik saling membisikkan kalimat/ kata tersebut.

8

Ahmad Izzan, ibid., 116-118.

8

Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan : STAIN Pekalongan Pres, 2011), hal. 219

(9)

b. Tebak Tokoh / gambar

Guru dapat memberikan pertanyaan atau dapat memberikan dalam bentuk gambar, seorang tokoh yang dimaksud berupa profesi, hewan, manusia , tumbuhan dan lainnya.

c. Debat

Guru menyiapkan topik.Kemudian pesertadidik dibagi dalam beberapa kelompok untuk membahas topik tersebut dengan bahasa Arab.

d. Jam dinding (Qorshus sa’ah)

Jam dinding merupakan media yang paling sukses dalam ketrampilan berbicara. Guru memutar jarum jam dan setelah jarum jam dipastikan menunjukan angka tertentu kemudian guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik.9

6. Bentuk – bentuk Evaluasi metode Muḥādaṡah

Evaluasi menurut istilah merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek yang menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.10Adapun beberapa contoh model latihan percakapan

a. Tanya jawab singkat

Tanya jawab ini berbentuk dialog atau pertanyaan berantai.11

9

M.Kholilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta : Aswaja Presindo, tanpa tahun), hal.78.

10

Zaenal Mustakim, Op Cit., hal. 178

11

(10)

Misalnya :

-

؟ وه نم

-

.

ذيملت وه

-

؟ كمسم

زيزع نافوت يسما

b. Hafalan dialog

Dialog yang yang hendak dihafal oleh peserta didik diberikanoleh gurunya secara tertulis untuk dihafal oleh setiap peserta didik dalam jangka waktu tertentu.12 Setelah itu mereka mempraktekannya di kelas. Selain menghafal teks dialog pesertadidik juga diminta untuk memperagakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Dialog-dialog yang diberikan kepada peserta didik disesuaikan dengan tingkat kemahiran peserta didiknya, serta materinya pun disesuaikan dengan keadaan hidup sehari-hari.

c. Percakapan terpimpin

Didalam percakapan terpimpin ini guru yang menentukan teks dan situasinya dan peserta didik yang mengembangkan imajinasi serta kreatifitasnya dengan lawan bicara sesuai dengan tema yang telah ditentukan.13 Untuk memastikan bahwa peserta didik benar-benar mengembangkan tema dan menilai spontanitas mereka maka hendaknya pasangan tidak ditentuakan.

12

Ibid.,hal. 161

13

(11)

B.PEMBELAJARAN BAHASA AR.AB 1. PengertianPembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan,cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didk mau belajar.14

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.15 Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu

14

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab(PT Remaja Rosdakarya, Bandung), hal. 32

16

M. Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab( Aswaja Pressindo, Yogyakarta), hal. 3

(12)

pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta didik melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.16

Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Arab adalah suatu proses yang diarahkan untuk membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial, baik secara lisan maupun tulisan kegiatan pembelajaran bahasa terutama pemahaman dan penggunaan, sedangkan dari kebahasaan hanya sebagai dasar teoritis umum menunjang kemampuan tersebut.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran bahasa diperlukan agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dengan sesamanya dan lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan.

16

(13)

Tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah untuk menguasasi ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab,seperti muthala’ah, Muḥādaṡah, insya’, nahwu dan sharaf, sehingga memperolehkemahiran berbahasa yang meliputi empat aspek kemahiran, yaitu:

a. Kemahiran menyimak,

Menyimak merupakan proses perubahan wujud bunyi (bahasa) menjadi wujud makna. Kemahiran menyimak sebagai kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dari orang lain (pembicara(

b. Kemahiran membaca,

Kemahiran membaca merupakan kemahiran berbahasa yang sifatnya reseptif,menerima informasi dari orang lain (penulis) di dalam bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna.

c. Kemahiran menulis.

Kemahiran menulismerupakan kemahiran bahasa yang sifatnya menghasilkan atau memberikaninformasi kepada orang lain (pembaca) di dalam bentuk tulisan. Menulis merupakanperubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud tulisan.

d. Kemahiranberbicara

Merupakan kemahiran yang sifatnya produktif, menghasilkan ataumenyampaikan informasi kepada orang lain (penyimak) di dalam

(14)

bentuk bunyi bahasatuturanmerupakan proses perubahan wujud bunyi bahasa menjadi wujud tuturan.

Tujuan umum pembelajaranbahasa Arab adalah:

a. Untuk dapat memahami al-Quran dan hadist sebagai sumberhukum ajaran Islam.

b. Untuk dapat memahami buku-buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dalam bahasa Arab.

c. untuk dapat berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab. d. Untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain. e. Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional.17

Di samping itu tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah untuk memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang dapat membantu memperolehkemahiran berbahasa, dengan menggunakan berbagai bentuk dan ragam bahasa untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, untuk tercapainya tujuan tersebutpara pengajar/ahli bahasa, pembuat kurikulum atau program pembelajaran harusmemikirkan materi/bahan yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik sertamencari metode atau teknik pengajaran ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa arab, danmelatih peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik kemahiran, membaca, menulisdan berbicara.

17

Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-Metodenya

(15)

Kemahiran dasar yang harus dimiliki dalam memahami bahasa Arab adalahmenguasai ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab beserta kaidahnya-kaidahnya,menghafal/menguasai kosa-kata (mufradat) beserta artinya. Kaidah-kaidah bahasa Arab dipelajari dalam mata kuliah nahwu dan sharaf. Sedangkan mufradat dapat dikuasaimelalui mata kuliah muthala’ah dan Muḥādaṡah, karena kedua mata kuliah tersebut sangatbergantung pada penguasaan kosa-kata.

Dalam menguasai kaidah-kaidah bahasa Arab memerlukan kepada penguasaannahwu dan sharaf. Nahwu digunakan untuk mempelajari struktur kalimat dan perubahanbaris akhir. Sedangkan sharaf digunakan untuk mempelajari dasar kata besertaperubahannya. Selanjutnya untuk memperoleh kemahiran menyimak dan membaca perlumempelajari ilmu muthala’ah. Untuk memperoleh kemahiran menulis atau mengarangperlu mempelajari ilmu insya’. Dan untuk memperoleh kemahiran berbicara perlu mempelajari ilmu Muḥādaṡah.18

1.Pendekatan Pembelajaran bahasa Arab

Pendekatan pembelajaran adalah tingkat pendirian filosofis mengenai bahasa, belajar, dan mengajar bahasa. Pendekatan ini hakikatnya adalah asumsi tentang proses belajar mengajar yang dalam bentuk pemikiran aksiomatis.

a. Pendekatan Komunikatif

18

Najieb Taufiq, Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab ( Selasa , 19 Juni 2012 ), http://najiebtaufiq.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-bahasa-arab.html ( diakses 28 September 2014 , Pukul 20.00 WIB

(16)

Pendekatan Komunikatif adalah pembelajaran bahasa secara komunikatif, artinya pengajaran yang dilandasi oleh teori komunikatif atau fungsi bahasa. Tujuan pengajaran ini adalah untuk

memgembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur

pengajaran keempat keterampilan berbahasa(mendengar, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini bahasa sebagai sistem bagi ekspresi makna, untuk interaksi dan komunikasi. Pendekatan ini juga memberikan kesempstan bagi peserta didik untuk berkreatifitas dalam pengungkapan bahasa dan disini peran seorang guru adalah sebagai fasilitator.19

b. Pendekatan all in one system

Bahasa sebagai sistem terdiri dari sub sistem yakni: tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, dan ejaan. Sub sistem tata bunyi melahirkan mata ajar yang bersifat lisan. Sub sistem tata kalimat melahirkan ilmu nahwu, dan sub sistem ejaan melahirkan tata ajar imla da khat.

Untuk dapat mencapai tujuan all in one system, perlu pendekatan dan metode yang kini banyak dikenal dalam sistem pembelajaran bahasa asing yang akan menimbulkan teknik-teknik baru dalm pembelajaran bahasa Arab.

All in one system lebih menekankan kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan untuk tingkat dasar dan menengah.

19

Taufiq, Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab ( 12 Januari 2014) , http://www.taufiqslow.com/2012/01/pendekatan-pembelajaran-bahasa-arab-ii.html ( diakses 28 September 2014 , pukul 19.00 WIB

(17)

Sedangkan untuk tingkat lanjutan penyajian pengetahuan teoritis tentang bahasa. Dalam hal ini teoritis Adalah untuk meningkatkan kemampuan yang lebih tinggi dalam memahami berbagai buku bahas Arab klasik maupun modern.20

c. Pendekatal Aural-oral

Tujuan ini apat dicapai dapat menggunakan teknik yang paling efektif, yakni latihan audo lingual atau latihan pola kalimat. Adalah latihan-latihan memperdengarkan berbagai bentuk pola kalimat secara sistematis.21

d. Pendekatan humanistik melihat bahwa pembelajaran bahasa Arabmemerlukan keaktifan pembelajarnya, bukan pengajar. Pelajarlah yang aktif belajar bahasa dan pengajar berfungsi sebagai motivator, dinamisator, administrator, evaluator, dsb. Pengajar harus memanfaatkan semua potensi yang dimiliki pemelajar.

e. Pendekatan struktural melihat bahwa pembelajaran bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur bahasa (qawaid) harus mendapat perhatian dalam merancang materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar komunikatif dan praktis.22

20

Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2009), hal.82-83

21

Ibid, hal. 85

22

Pecinta Bahasa Arab, Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab ( 3 Februari 2014 ), http://arabionline.blogspot.com/2013/03/pendekatan-pembelajaran-bahasa-arab.html ( diakses 28 September 2014 , pukul 13.00 WIB

(18)

Referensi

Dokumen terkait

School refusal adalah masalah emosional yang dimanifestasikan dengan ketidakinginan anak untuk menghadiri sekolah dengan menunjukkan simptom fisik, yang disebabkan

pemeriksaan histologi' setelah dilakukan pengangkatan setelah dilakukan pengangkatan 1,2 1,2 .... Polip endoserviks biasanya ber%arna merah, dengan ujung Polip endoserviks

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Ketaatan pada Peraturan Perundangan, Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah dan Motivasi Kerja terhadap

Tindak lanjut secara bulanan untuk memastikan pemenuhan komitmen Bank kepada Bank Indonesia atas hasil pemeriksaan Bank Indonesia yang dilakukan pada bulan April –

Setting

adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu

Citra vektor/gambar vektor merupakan gambar digitalyang berdasarkan persamaan matematis. Gambar Vektor terdiri dari penggabungan koordinat-.. Citra vektor adalah gambar

Berdasarkan rancangan percobaan yang digunakan dan jumlah famili yang diuji pada plot uji keturunan nyawai di Bantul, maka seleksi hanya bisa dilakukan melalui