*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing
UPAYA GURU BK MENGATASI PERILAKU AGRESIF
MELALUI LAYANAN KONSELING PERORANGAN
DI KELAS X SMA KARTIKA 1-5 PADANG
JURNAL
NURHASNAH
10060040
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing
UPAYA GURU BK MENGATASI PERILAKU AGRESIF
MELALUI LAYANAN KONSELING PERORANGAN
DI KELAS X SMA KARIKA I-5 PADANG
Oleh:
Nurhasnah*
Fitria Kasih **
Alfaiz**
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat. e-mail:Nha_cimuik@yahoo.co.id
ABSTRAK
This research of background by existence of aggresive behavioral educative participant in school and how effort counselor in overcoming the problem of aggresive behavioral educative participant. Purpose of this research is to know: (1) aggresive behavioral form which overcome pass service of counseling individual, (2)effort counselor overcome aggresive behavior in service of counseling individual at construction phase. This research pass descriptive approach qualitative. Instrument which researcher use in this research is interview, technique which used in data processing is data discount, displayed by data, with drawal of conclusion, improving authenticity of result, and narasi result of analysis. Result of research the obtained is: (1) aggresive behavioral Form which overcome pass service of counseling individual like: quarreling, beating, pinching, fight against, abusing. (2) Effort counselor overcome aggresive behavior in service of counseling individual at construction phase, that is: service of counseling individual which executed to be focussed to educative participant freshment for openness and voluntary in course of counseling, used technique like my practice hold responsible and gift of advise, besides also give and praise of responsibility to change and apply regulation of school, and work along with personnel go to school and old fellow to control aggresive behavior of educative participant.
Keyword: Effort Counselor, Aggresive, Individual Counseling. PENDAHULUAN
Sekolah bagi peserta didik merupakan lembaga sosial, tempat mereka hidup berkembang dan menjadi matang. Suyanto dan Hisyam, 2000 (Ridwan, 2009: 355) menjelaskan bahwa guru merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan dan sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar peserta didik dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan. Peserta didik sebagai remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan dalam tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.
Masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba,
kriminal dan kejahatan seks dan tugas
perkembangan timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas perkembangan yang tidak terselesaikan di masa sebelum remaja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkah laku seperti salah suai dalam bentuk kenakalan remaja dan bahkan kejahatan (Willis, 2010: 16). Kenakalan remaja merupakan atribut yang diberikan oleh masyarakat terhadap tingkah laku remaja yang menyimpang dari aturan-aturan normatif yang dianut oleh masyarakat tempat remaja itu hidup. Agresif merupakan bentuk kelainan dari penyimpangan tingkah laku remaja, karena agresif merupakan hasil dari proses
*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing
kemarahan yang memuncak yang bertujuan untuk menyakiti orang lain.
Guru BK dengan segenap tugas dan tanggung jawabnya sebagai konselor sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya, salah satunya adalah pelaksanaan layanan konseling perorangan. Trotzer (2006: 394) menjelaskan bahwa konseling perorangan cocok untuk klien dengan krisis permasalahan yang sangat komplit, melindungi kerahasiaan klien, memaknai hasil tes pribadi; ketika klien takut berinteraksi dalam kelompok, ketika klien kesulitan berhubungan dengan teman sebaya dan adanya penolakan, ketika klien menyadari bahwa perasaan, motivasi dan pola perilakunya terbatas dan ketika klien berperilaku menyimpang, dan ketika klien membutuhkan perhatian dan pengakuan dari kelompoknya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 11 September sampai 25 Oktober 2013, saat jam istirahat ada peserta didik yang laki-laki mengganggu teman yang perempuan
bahkan dengan sengaja mencolek atau
memukulnya. Hal seperti ini tidak hanya terjadi ketika jam istirahat saja, ketika jam pelajaran berlangsungpun anak laki-laki juga mengganggu temannya yang sedang belajar, padahal guru sedang berada di dalam kelas peserta didik tersebut tidak menghiraukan. Sejauh ini upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu memberikan pelayanan BK melalui layanan mediasi, tetapi layanan ini belum efektif karena peserta didik yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui apa saja layanan pendekatan dan teknik yang digunakan guru BK mengatasi perilaku agresif dalam konseling perorangan dengan judul: ” Upaya Guru BK Mengatasi Perilaku Agresif Melalui Layanan Konseling Perorangan di Kelas X SMA Kartika 1-5 Padang”.
Adapun fokus masalahnya adalah: a) Gambaran bentuk perilaku agresif yang diatasi melalui layanan konseling perorangan oleh guru BK di kelas X SMA Kartika 1-5 Padang. b) Upaya guru BK mengatasi perilaku agresif dalam layanan konseling perorangan pada tahap pembinaan di kelas X SMA Kartika 1-5 Padang.
Berdasarkan fokus penelitian di atas, peneliti dapat merumuskan masalahnya yaitu ” Bagaimana upaya Guru BK mengatasi perilaku agresif melalui layanan konseling perorangan di kelas X SMA Kartika 1-5 Padang?”.
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang : a) Gambaran bentuk perilaku agresif yang diatasi melalui layanan konseling perorangan oleh guru BK di kelas X SMA Kartika 1-5 Padang. b) Upaya guru BK mengatasi perilaku agresif dalam layanan konseling perorangan pada tahap pembinaan di kelas X SMA Kartika 1-5 Padang.
More dan Fine, 1968 (Koswara, 1988: 5) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau objek-objek. Willis (2010: 121) menjelaskan agresif ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a) Tindakan agresif disebabkan oleh naluri agresif, b) Agresif disebabkan oleh situasi yang amat sumpek, c) Perbuatan agresif dipelajari, d) Perbuatan agresif karena frustasi, e) Perbuatan agresif karena tekanan, f) Perbuatan agresif karena balas dendam. Sedangkan Moyer, 1971 (Koeswara, 1988: 6) merinci agresi ke dalam tujuh tipe agresi, yaitu a) agresi predatoti, b) agresi antar jantan, c) agresi ketakutan, d) agresi tersinggung, e) agresi pertahanan, f) agresi maternal, g) agresi instrumental.
Prayitno dan Amti (2004: 105)
menjelaskan layanan konseling perorangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Adam dan Gulotta, 1983 (Sarwono, 2011: 291) menjelaskan dalam praktiknya ada beberapa teknik yang bisa dilakukan oleh para tenaga profesional, seperti
pendekatan behaviorisme dengan teknik
disentisisasi, pendekatan humanistik dengan teknik latihan saya bertanggung jawab, dan pendekatan psikoanalisis klasik dengan teknik analisis mimpi. METODE PENELITIAN
*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif Menurut Yusuf (2005: 83) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengetahui fakta-fakta dan
sifat populasi tertentu atau mencoba
menggambarkan secara detail. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 24 maret-26 maret 2014 di SMA Kartika I-5 Padang dan yang menjadi informan penelitian adalah guru BK yang berjumlah 3 orang dan peserta didik kelas X yang berjumalah 2 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan teknik analisis data yang digunakan reduksi
data, display data, penarikan kesimpulan,
meningkatkan keabsahan hasil, dan narasi hasil analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bentuk Perilaku Agresif yang Diatasi Melalui Layanan Konseling Perorangan
a. Perilaku melukai
Perilaku agresif yang di munculkan oleh peserta didik dalam bentuk melukai
seperti berkelahi, melakukan
perlawanan, mencubit dan memaki. perilaku agresif yang muncul karena ingin mendapat pengakuan dan tidak ingin harga dirinya diinjak-injak oleh orang lain.
b. Perilaku Deffence (Membela Diri) Perilaku agresif yang di munculkan oleh peserta didik dalam bentuk membela diri seperti berkelahi, langsung memukuli dan melakukan perlawanan terhadap tindakan yang datang. Peserta didik yang
berperilaku agresif dalam bentuk
pembelaan diri beralasan karena peserta didik merasa harga dirinya dijatuhkan dan di injak-injak, oleh sebab itu peserta didik melakukan pembelaan diri dalam bentuk perlawanan.
c. Perilaku Agresif yang diperkuat
(dipelajari)
Perilaku agresif yang di munculkan oleh peserta didik yang diperkuat atau dipelajari bukanlah meniru perilaku orang lain, tetapi lebih kepada emosi
peserta didik yang tidak terkontrol karena
mendapat pengaruh dari
teman-temannya. Tontonan ditelevisi juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku agresif peserta didik tetapi pengaruh tersebut hanya sedikit saja, berbeda dengan peserta didik frustasi karena masalah yang sedang dihadapi maka peserta didik lebih banyak menunjukkan sikap diam dan monoton.
2. Upaya Guru BK Mengatasi Perilaku Agresif dalam Layanan Konseling Perorangan pada Tahap Pembinaan
a. Layanan konseling perorangan
(Pemahaman guru BK)
Pelaksanaan layanan konseling
perorangan kepada peserta didik yang berperilaku agresif dilaksanakan setelah peserta didik diberikan layanan mediasi.
b. Pelaksanaan layanan konseling
perorangan
Pelaksanaan layanan konseling
perorangan dengan peserta didik yang berperilaku agresif untuk memulai proses konseling guru BK harus melakukan pendekatan dengan peserta didik agar peserta didik terbuka dan sukarela dalam
melaksanakan konseling peroranan,
kemudian guru BK melaksanakan kelima
tahapan konseling, yaitu: tahap
penghantaran, tahap penjajagan, tahap penafsiran, tahap pembinaan dan tahap penilaian. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan analisis klasik,
humanistik dan behavioristik. Teknik yang diberikan kepada peserta didik untuk mengurangi tingkah laku agresif adalah latihan saya bertanggung jawab dan pemberian nasehat, selain itu juga memberikan pujian dan tangung jawab untuk berubah dan menerapkan peraturan sekolah.
c. Pembinaan setelah pemberian layanan
konseling perorangan
Memberikan motivasi, memantau
perubahan tingkah laku yang ditunjukkan oleh peserta didik yang berperilaku agresif dan melaksanakan kerjasama dengan orang tua, wali kelas, guru mata
*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing
pelajaran dan personil sekolah lainnya
untuk saling memberi informasi
mengenai peserta didik yang berperilaku agresif tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Guru BK
Kepada guru BK peneliti berharap bisa lebih mengoptimalkan pelaksanaan layanan BK dalam mengentaskan permasalahan peserta didik di sekolah, tidak hanya difokuskan kepada pelaksanaan layanan KP saja tetapi juga layanan BK yang lainnya seperti pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
2. Peserta Didik
Kepada peserta didik peneliti berharap agar bisa menghindari perilaku agresif dan mampu mengontrol emosi agar perilaku agresif bisa diminalisir.
3. Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya membantu guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran dan personil sekolah lain untuk mengurangi perilaku agresif peserta didik seperti ikut terlibat dalam pelaksanaan layanan mediasi dan layanan konfrensi kasus jika layanan
tersebut dilaksanakan untuk mengurangi perilaku agresif peserta didik.
4. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan penelitian mengenai upaya guru BK mengatasi perilaku agresif melalui layanan bimbingan kelompok. KEPUSTAKAAN
Koeswara. 1988. Agresi Manusia. Bandung: PT
Eresco.
Ridwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun
Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Prayitno. 2004. Seri Konseling Layanan LI-L9.
Padang: UNP Press.
Sarwono, Sarlito. W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Trotzer, James P. 2006. The Counselor and the
Group. New York: Routledge.
Willis, Sofyan S. 2010. Remaja dan
Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.