• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GI (

GROUP

INVESTIGATION)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

KELAS IV

I Dewa Gede Raka Wisnawa, Ndara Tanggu Renda

2

, I Wayan Widiana

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: rakawisnawa93@gmail.com

1

, ndara_tanggu_renda@yahoo.com

2

,

iwayan_widana@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan (1) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) pada siswa kelas IV SD Negeri Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Pelaksanaan tindakan tiap siklus adalah tiga kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017, yang berjumlah 33 orang. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode metode tes. Data dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif kuantitaif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan. Berdasarkan tes hasil belajar IPA, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 71,12% dengan kategori sedang, dan persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus II sebesar 81,30% dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Goup Investigation) hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri 4 Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: hasil belajar, GI

Abstract

This study aims to determine improvement (1) Science learning outcomes of students who take cooperative learning model type GI (Group Investigation) in the fourth grade students of SD Negeri Negeri 4 Penarukan District of Buleleng in the academic year 2016/2017. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and evaluation, and reflection. Implementation of the action of each cycle is three meetings. The subjects were fourth grade students of SD Negeri 4 Penarukan District of Buleleng in the academic year 2015/2016, totaling 33 people. The object of this study is the result of learning science. Collecting data in this study was conducted using the test method. Data were analyzed with descriptive statistical analysis of quantitative methods.The results showed that an increase in the percentage of fourth grade students learn at SD Negeri 4 Penarukan. Based on the test results to learn science, the average percentage of students' learning outcomes IPA in the first cycle of 71.12% in the medium category, and the average percentage of student learning outcomes IPA on the second cycle of 81.30% with a high category. Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model GI (Goup Investigation) learning outcomes fourth grade science students at SDN 4 District of Buleleng in the academic year 2016/2017.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dan terencana dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Pendidikan adalah proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi) manusia. “Pendidikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahauan, pengalaman, kecakapan dan ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani".(Soergarda Poerwakawatja, 2001:13)

Dalam Undang-undang Sisdiknas (No. 20 Tahun 2003 Pasal 3) tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif, mandiri dan bertanggung jawab dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk itu, pendidikan sebagai salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat dengan perkembangan sudah seharusnya sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam pengertian perbaikan pada semua tingkatan perlu dilakukan terus menerus untuk antisipasi berbagai kepentingan di masa depan.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berperan penting dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Guru memiliki tugas yang beragam, tugas tersebut meliputi mendidik, mengajar, serta melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka guru harus memiliki

kompetensi sebagai guru yang berkualitas, serta mampu menentukan dan memilih berbagai model, pendekatan, strategi, media, dan metode yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna agar siswa termotivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Terdapat beberapa mata pelajaran yang diajarkan di SD, salah satunya yaitu mata pelajaran IPA. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di identifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Penerapan mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang alam sekitar, yang diperoleh dari penyelidikan, penyusunan dan penyajian. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat status karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Berdasarkan hasil observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran, nampak bahwa: 1) pada saat pelaksanaan pembelajaran IPA, guru lebih aktif dengan menggunakan metode ceramah sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan tugas dari guru. Sehingga nampak bahwa pembelajaran lebih berpusat pada guru, 2) pada saat guru menjelaskan materi IPA, guru jarang mengaitkan konsep IPA dengan kondisi lingkungan yang nyata, sehingga pembelajaran menjadi abstrak dan sulit untuk dipahami oleh siswa, 3) dalam pelaksanaan pembelajaran guru jarang menggunakan media pembelajaran berupa alat peraga yang dapat membantu siswa untuk mudah memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran Group Investigation sangat baik digunakan untuk mengembangkan

(3)

penyelidikan-penyelidikan akademik, integrasi sosial, dan proses sosial dalam belajar (Suastra, 2009). Sejalan dengan pendapat Slavin (2008) yang menyatakan, pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) meletakkan dasar pada psikologi pendidikan John Dewey, yang mana dia percaya bahwa para siswa akan mengalami pembelajaran bermakna jika mereka mampu menunjukkan langkah-langkah penyelidikan ilmiah

Melalui penerapan Model pembelajaran Group Investigation ini, tentunya siswa dituntut untuk berpikir kreatif agar permasalahan yang diteliti dapat ditemukan jawabannya, hal tersebut sejalan dengan pendapat Gangoli (dalam Suma dkk., 2001:3) yang menyatakan “kegiatan penyelidikan dalam pembelajaran IPA ditujukan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ilmiah, pemahaman konsep, kemampuan kognitif, berpikir kreatif, dan sikap ilmiah.”

Model pembelajaran Group

Investigation melibatkan siswa dalam

penemuan menempatkan siswa sebagai ujung tombak dalam pembelajaran maksudnya siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan, mengusulkan solusi, membuat ramalan, melakukan pengamatan, mengorganisasikan data, dan terakhir membuat simpulan dari permasalahan yang diteliti. Dalam pelaksanaan model Group Investigation ini, siswa dikelompokkan secara heterogen atas jenis kelamin, kemampuan, dan etnik. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Hasil kerja kelompok dilaporkan sebagai bahan diskusi kelas. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran pada siswa. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui akumulasi upaya kerja individual selama penyelidikan dilakukan.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajran

Group Investigation (GI) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada

Siswa Kelas IV Semester Ganjil di SD Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”.

METODE

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di kelas IV di SD Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari 20 laki-laki dan 13 perempuan. Adapun objek penelitian adalah Hasil Belajar IPA.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Untuk lebih jelasnya tentang rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Model Siklus Stephan Kemmis & Mc Taggart (dalam Agung, 2014:141) 1 2 3 4 Siklus II Keterangan: 1. Tahap Perencanaan 2. Tahap PelaksanaanTindakan 3. Tahap Evaluasi/Observasi 4. Tahap Refleksi 1 2 3 4 Siklus I

(4)

Menurut Agung (2014) penelitian dirancang menjadi dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi/ evaluasi dan refleksi.

Tahap perencanaa, permasalahan pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh melalui refleksi awal di kelas yang menjadi objek penelitian, ditetapkan alternatif tindakan dalam kelas berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) pada mata pelajaran IPA.

Tahap tindakan disusun sesuai dengan tahapan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Langkah-langkah yang diterapkan sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) siswa dikelompokkan secara heterogen atas jenis kelamin dan etnik. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan.

Dalam penerapan Group Investigation (GI) guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4 sampai 5 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Model pembelajaran Group Investigation (GI) memerlukan guru dan kelas yang fleksibel. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar kelompok, konselor, konsultan, dan memberikan kritik secara ramah. Inferensi guru sangat dikurangi dalam kegiatan ini, kecuali ditemukan permasalahan serius dalam kelompok belajar siswa (Suastra, 2009)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation

(GI) merupakanmodel pembelajaran yang

melibatkan kelompok kecil, siswa dituntut secara aktif untuk melakukan kerjasama,

perencanaan, pengamatan, dan diskusi kelompok, serta mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas.

Tahap observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan. Tahap observasi ini dilaksanakan secara kolaboratif bersama dengan guru mitra. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra bertindak sebagai observer. Data yang dikumpulkan pada saat observasi adalah motivasi dan hasil belajar siswa.

Refleksi ini dilakukan untuk mengingat dan merenungkan kembali hasil tindakan pada siklus 1 tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil renungan dan kajian ini menjadi acuan untuk ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini, peneliti menggunakan metode yaitu: metode tes. Metode tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang didapat oleh anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan pada masing-masing siklus.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar yang terdiri dari beberapa butir soal yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes kognitif berupa soal esay sejumlah sepuluh butir soal, dan untuk pensekoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci jawaban dan pedoman pensekoran yang ada pada RPP setiap butir soalnya.

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka mengenai objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:67).

(5)

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data tentang hasil belajar dengan cara mengkonversikan persentase rata-rata kedalam tabel kriteria hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan. Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 22 Agustus sampai 24 Agustus 2016 untuk melaksanakan tindakan dan pengamatan hasil belajar IPA, pada tanggal 29 Mei 2016 dilakukan evaluasi hasil belajar siklus I.

Siklus II dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu dari tanggal 19 september sampai 21 september 2016 untuk melaksanakan tindakan dan hasil belajar IPA, pada tanggal 26 September 2016 dilakukan evaluasi hasil belajar siklus II.

Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan metode analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun hasil dari analisis data mengenai data tentang hasil belajar IPA siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dijelaskan sebagai berikut.

Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes hasil belajar IPA. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2016 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2016.

Evaluasi hasil belajar IPA siswa menggunakan tes obyektif yang terdiri dari 30 soal. Berdasarkan tes hasil belajar IPA siklus I diperoleh jumlah skor seluruh siswa sebesar 2347, sehingga rata-rata skor hasil belajar siswa (M) dan persentase tingkat hasil belajar (Mean = 71,12) Hasil analisis persentase tingkat hasil belajar IPA siswa yang diperoleh selanjutnya dikonversasikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) sekala

lima. Berdasarkan perhitungan analisis data tingkat hasil belajar di atas pada siklus I mendapatkan hasil rata-rata 71,12 jika dikonversasikan ke dalam tabel PAP sekala lima maka hasil belajar pada siklus I berada dalam kategori sedang.

Refleksi Siklus I

Refleksi Hasil Belajar IPA pada siklus I

Setelah observasi atau evaluasi, mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan dari siklus I. dengan memperhatikan data tersebut, maka ditemukan keunggulan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh siswa adalah sebagai berikut.

a) Keunggulannya siswa menjadi lebih termotivasi pada saat pembentukan kelompok.

b) Hambatan yang dialami siswa yaitu belum terbiasa bekerja kelompok, sehingga siswa kelihatan kurang antusias dalam berdiskusi bersama anggota kelompoknya masing-masing.

c) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan sehingga siswa sulit menerima pembelajaran yang diberikan.

d) Siswa masih ragu-ragu menjawab pertanyaan dari guru karena mereka takut dan malu jika melakukan kesalahan. Ketika guru memberikan pertanyaan yang menjawab hanya sebagian kecil dari seluruh siswa. Siswa juga enggan menanggapi jawaban temannya. Hal ini karena mereka tidak terbiasa mengemukakan pendapat.

Berdasakan hambatan-hambatan yang dihadapi pada siklus I maka diadakan perbaikan mengenai hambatan tersebut, adapun solusinya adalah.

a. Memberikan bimbingan lebih intensif kepada masing-masing kelompok sehingga mereka mau bekerjasama dan berdiskusi dengan baik. Mensosialisasikan kembali penerapan model pembelajaran yang dipakai yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga siswa lebih paham mengenai model pembelajaran ini serta siswa mampu mengikuti

(6)

langkah-langkah model pembelajaran ini dengan baik.

b. Lebih menekankan kepada siswa dengan memberitahu mereka mengenai materi penerapan energi gerak dengan lebih baik, dan menggunakan media yang bisa lebih menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

c. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berusaha membangun atau mendorong keberanian siswa dalam menjawab

pertanyaan dan dalam

mengemukakan pendapat.

Hasil Penelitian Siklus II

Perhitungan analisis data tingkat hasil belajar IPA pada siklus II mendapatkan hasil rata-rata 81,30 jika dikonversasikan ke dalam tabel PAP sekala lima maka hasil belajar pada siklus II berada dalam kategori Tinggi.

Refleksi Siklus II

Refleksi hasil belajar pada siklus II

Setelah observasi atau evaluasi, mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan dari siklus II. dengan memperhatikan data tersebut, maka ditemukan keunggulan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh siswa adalah sebagai berikut.

a) Keunggulannya siswa menjadi lebih termotivasi/aktif menggali informasinya sendiri apa yang dia dibutuhkan.

b) Nilai hasil belajar siswa meningkat drastis karena motivasi siswa dalam kategori tinggi mencari informasi apa yang dibutuhkan sehingga

permasalahan yang dihadapi siswa dapat terpecahkan.

c) Siswa mulai bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan sehingga siswa secara menyeluruh dapat menyerap pembelajaran yang diberikan.

d) Hambatan yang dialami siswa sulit menangkap penjelasan-penjelasan dari percobaan yang dilakukan guru dikarenakan siswa terbiasa belajar menggunakan metode klasikal yaitu dengan metode ceramah.

e) Sebagian besar siswa masih tergesa-gesa menjawab suatu pertanyaan dari guru sehingga jawaban yang diberikan oleh siswa masih belum optimal.

Berdasakan hambatan-hambatan yang dihadapi pada siklus II maka diadakan perbaikan mengenai hambatan tersebut, adapun solusinya adalah.

a) Lebih banyak menggunakan metode praktek uji coba dalam materi-materi tertentu sehingga pemahaman siswa menjadi lebih terarah secara nyata atau kongkret dalam pola pikirnya. b) Memberikan motivasi dan bimbingan

secara optimal kepada siswa dalam menjawab soal haruslah mendengarkan dan mencerna soal dengan baik sehingga jawaban dari soal dapat terjawab dengan tepat. Selain itu guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berusaha membangun atau mendorong keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan ataupun dalam mengemukakan pendapat.

Tabel 1. Data Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa pada Siklus I, dan Siklus II

Variabel Siklus I Siklus II

M M

Hasil Belajar 71,12 (sedang) 81,30 (tinggi)

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan.

Hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I, persentase rata-rata motivasi belajar IPA siswa mencapai 71,12%. Bila

(7)

dikonversikan berdasarkan PAP skala lima, maka hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat dikriteria sedang. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data siklus II diperoleh persentase sebesar 81,30%. Jika dikonvesikan ke tabel PAP skala lima, maka angka tersebut masuk dalam kriteria tinggi, dengan demikian rata-rata tingkat hasil belajar IPA siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 10,18%.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Model ini memberikan seluruh siswa peluang untuk berdiskusi dengan anggota kelompok, dan antar kelompok di dalam kelas. Selain itu, model ini dapat melatih siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan seperti itu akan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar. Tidak hanya itu, siswa juga memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan saling berbagi informasi dalam waktu yang bersamaan sehingga, banyak kesempatan siswa untuk mengolah informasi. Hal ini akan menyebabkan banyak ide-ide yang muncul dan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Pendapat ini sejalan dengan Sumiati dan Arsa (2008) yang menyatakan bahwa “motivasi siswa akan terlihat apabila terdapat suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran serta antara guru dengan siswa terjadi komunikasi yang akrab dan menyenangkan”.

Kedua, langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) ini sangat sederhana sehingga siswa akan termotivasi dalam bekerjasama dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh temannya. Jika motivasi belajar telah terbentuk maka mereka akan tekun belajar. Hal ini berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa, Penjelasan

tersebut sejalan dengan pendapat Uno (2008:27) yang menyatakan bahwa “tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu, apabila ia menyenangi kegiatan itu, maka termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut”. Hal tersebut senada dengan pendapat Khodijah (2014:156) yang menyatakan bahwa “motivasi dianggap penting dalam upaya belajar karena belajar tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan belajar misalnya belajar, dengan motivasi siswa lebih giat belajar. Sebaliknya belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan. Hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa mencapai 71,12%. Bila dikonversikan berdasarkan PAP skala lima, maka hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat dikriteriakan sedang. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data siklus II, diperoleh persentase sebesar 81,30%. Jika dikonvesikan ke tabel PAP skala lima, maka angka tersebut masuk dalam kriteria tinggi, dengan demikian tingkat hasil belajar siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 10,18%

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA siswa disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur sehingga siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran kelompok, serta siswa berkonsentrasi penuh pada materi pembelajaran yang disajikan oleh guru maupun informasi dari teman kelompok lainnya. Sejalan dengan pendapat Rusman (2010) manfaat

(8)

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) adalah mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif dan berempati dengan memberikan kesempatan kepada anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik. Anggota kelompok harus bekerjasama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Kedua, peningkatan hasil belajar ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Senada dengan pendapat Wasliman (dalam Susanto, 2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu, peningkatan hasil belajar IPA siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model pembelajaran terdapat kelebuhan-kelebihan yang menyebabkan model pembelajaran ini lebih menarik perhatian murid. Selain itu dapat melatih siswa dalam mengemukakan pendapat. Hal ini senada dengan pendapat Rusman (2010) menyatakan tentang keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) antara lain: (1) dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada siswa lain maupun guru, (2) melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, (3) merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik, (4) siswa akan lebih mengerti makna kerjasaama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

Keberhasilan penelitian ini didukung oleh teori Dimyanti dan Mudjono

(2015:295) belajar adalah kegiatan

individu memperoleh pengetahuan,

perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar, dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah kognitif, afektif dan psikomotor sehingga

kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotor siswa semakin bertambah. Sedangkan Slavin (dalam Rusman 2010) pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Keberhasilan penelitian ini di dukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Dalam penelitian yang dilakukan Lestari (2012) dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa, hasil penelitiannya menunjukah bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari tes hasil belajar siswa pada sklus I mencapai 68 berbeda dengan hasil tes pada siklus II mencapai 75 terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 7.

Sedangkan Penelitian yang

dilakukan Emie Primayanti (2012) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) berbantuan media semi konkret untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitiannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata sekor sebelum penelitian dilakukan hanya mencapai 6,4 setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) rata-rata skor siswa

meningkat menjadi 7,9 hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 1,5.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini telah berhasil, karena indikator yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

(9)

PENUTUP SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut. (1) Terjadi peningkatan motivasi belajar IPA pada siswa kelas V mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas IV dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah 71,12 (kategori sedang). Pada siklus II, rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas IV meningkat menjadi rata-rata 81,30% (kategori tinggi), dengan demikian tingkat hasil belajar IPA siswa kelas IV dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 10,18%. (2) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Penarukan, Kecamatan Bulelengi, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.

SARAN

Memperhatikan simpulan di atas, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut. (1) Bagi Guru, disarankan untuk memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (2) Bagi siswa, diharapkan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan lebih aktif mengemukakan pendapat, sehingga motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat lebih ditingkatkan. (3) Bagi sekolah, utamanya bagi kepala sekolah disarankan mampu membina dan mengembangkan

kemampuan guru untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation) di sekolah dasar sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (4) Bagi peneliti lain Peneliti sebagai calon tenaga pendidik disarankan

mampu menerapkan dan

mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation) dengan baik sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya-Nya, Artikel yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran GI (Group Investigation) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 4 Penarukan” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Melalui kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: (1) Drs. Ndara Tanggu Renda, M.Pd. selaku pembimbing I, (2) I Wayan Widana, SP.d, M.Pd.. selaku pembimbing II, (3) Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuannya dalam melaksanakan artikel ini.

DAFTAR RUJUKAN

---. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakulats Ilmu Pendidikan institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Agung, A. A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakulats Ilmu Pendidikan institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Astawan, G. 2010. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.

Bayu, S. P. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dengan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Semester I SD Nomor 4 Panji

(10)

Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA

Khodijah, N. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning:

Memperaktikkan Cooperative

Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Rusman. 2010. Model-model

Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Bandung : PT RajaGrafindo Persada. Sumiati dan Arsa. 2008. Metode

Pembelajaran. Bandung: CV

Wacana Prima

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Uno, B H. 2008. Teori Motivasi dan

Pengukurannya. Cetakan-3.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyuni, D.P.T. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Visual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV Semester I SD No. 4 Mengwi Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA.

Referensi

Dokumen terkait

kualitatif  dengan  pendekatan  developmental  yaitu  sebuah  proses  penelitian  yang  mempelajari  subyek  sebagai  pelaku  musik.  Hasil  penelitian  mendapatkan 

Untuk melakukan pergerakan dalam memegang benda, robot harus mengetahui koordinat dari obyek yang akan dipegang sehingga nilai teta di tiap joint nya dapat

Harta Tidak Bergerak yang diperoleh dari hasil pertukaran, Harta Tidak Bergerak yang diperoleh melalui pertukaran dengan Harta Tidak Bergerak lainnya atau dipertukarkan

Selama proses penelitian, analisis dilakukan, akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan dasar untuk melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data anggota

Dengan adanya penelitian ini, harapannya dapat menambah referensi sebagai penelitian riset dalam bidang konsentrasi Public Relations terlebihnya ialah sebagai referensi

Laporan ini sangat jauh dari sempurna dalam penyajian Prinsip Tranparansi dan Akuntabilitas seperti yang diharapkan, namun kami mengharapkan masyarakat atau pihak yang

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan

Seorang wanita (50 tahun), dirawat di ruang Anggrek dengan keluhan sesak napas, mual dan muntah, kulit nampak agak kekuningan, perawat menduga adanya gangguan pada