• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengetahuan Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007 - Anam BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengetahuan Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007 - Anam BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengetahuan Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007 2.1.1.1. Pengertian Pengetahuan

Secara umum, pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan (Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994). Jadi dapat diartikan bahwa pengetahuan merupakan segala informasi yang tersimpan dalam ingatan seseorang setelah diperoleh dari nara sumber.

(2)

2.1.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam tingkatan pengetahuan yaitu :

a. Tahu (Know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut. Tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Sintesis (Synthesis)

(3)

e. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.1.1.3. Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007

Menurut Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007 menyatakan :

Pasal 1 : Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara merupakan salah satu dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Jepara serta sebagai landasan dan pedoman operasional bagi penyusunan rencana pembangunan di Kabupaten Jepara dari tingkat desa sampai dengan tingkat kabupaten.

Pasal 2 : Sistematika Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara adalah : BAB I : Pendahuluan

(4)

BAB III : Pembangunan Jangka Menengah Daerah

BAB IV : Pembangunan Tahunan Daerah BAB V : Perencanaan Pembangunan Desa

BAB VI : Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

BAB VII : Partisipasi Masyarakat BAB VIII: Penutup

Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara disusun dengan tujuan untuk : a. Memberikan arah dan pedoman dalam penyusunan

dokumen perencanaan baik bersifat makro maupun spasial.

b. Memberikan arah dan pedoman dalam proses penjaringan aspirasi masyarakat terkait dalam perencanaan pembangunan daerah.

c. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar wilayah, antar ruang, antar waktu maupun antar fungsi dan urusan Satuan Kerja Perangkat Daerah, maupun antar kebijakan pusat dan kebijakan daerah. d. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

(5)

e. Memberikan arah dalam pelaksanaan Musrenbang Tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten.

f. Memberikan arah dan pedoman dalam menentukan skala prioritas pembangunan.

2.1.1.4. Terciptanya Pengetahuan Masyarakat tentang Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007

(6)

0008/M.PPN/01/2007.050/264A/SJ: perihal Pedoman pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah, mengatur tentang :

a. Pelaksanaan Forum Musyawarah perencanaan Pembangunan Tingkat Pusat.

b. Pelaksanaan Forum Musrenbang tingkat Nasional Musrenbangnas.

c. Forum perencanaan Pembangunan Tingkat Daerah yang dirinci sebagai berikut :

1. Forum Musrenbang Propinsi

2. Forum Musrenbang Kabupaten / Kota 3. Forum Musrenbang Tingkat Kecamatan 4. Forum Musrenbang Tingkat Desa/kelurahan

Untuk Musrenbang tingkat desa/kelurahan pemerintah kabupaten mengangkat seorang pendamping atau fasilitator desa, dimana selama ini yang menjadi pendamping atau fasilitator desa adalah NGO dan LSM.

(7)

Konsekwensi dari SEB tersebut harus dilaksanakan sebagaimana mekanisme dan tahapan yang telah ditentukan, Pemerintah Kabupaten Jepara menindaklanjuti dengan Surat Edaran (SE) Bupati Jepara Nomor 050/0068/2007 perihal Pedoman Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara, yang ditujukan kepada, seluruh Kepala SKPD, dan seluruh Camat di Kabupaten Jepara, untuk segera melaksanakan musyawarah perencanaan dengan melibatkan stakeholders terkait sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kalender perencanaan daerah, dengan pokok-pokok sebagai berikut : a. Camat berkewajiban melaksanakan Musrenbang

Kecamatan sebagaimana kalender perencanaan yang telah ditetapkan.

b. Camat berkewajiban mensosialisasikan kepada desa atau kelurahan perihal mekanisme dan jadwal pelaksanaan Musrenbang desa atau kelurahan.

c. Kepala SKPD berkewajiban melaksanakan Forum SKPD sebagaimana kelender perencanaan dengan melibatkanstekeholdersterkait SKPD.

(8)

2.1.2. Perencanaan Pembangunan Daerah 2.1.2.1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian atau batasan perencanaan tersebut antara lain :

a. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat pada setiap jenis usaha manusia (Khairuddin, 1992 : 47).

b. Perencanaan adalah merupakan suatu upaya penyusunan program baik program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sa’id & Intan, 2001 : 44). c. Perencanaan sebagai Analisis Kebijakan (Planning as

Policy Analysis) yaitu, merupakan tradisi yang diilhami oleh logika-logika berpikir ilmu manajemen, administrasi publik, kebangkitan kembali ekonomi neoklasik, dan teknologi informasi yang disebut sibernetika (Aristo, 2004).

(9)

Hipotesis dalam perencanaan selalu didasarkan atas data-data dan perkiraan yang telah tercapai, dan juga memperhitungkan sumber daya yang ada dan akan dapat dihimpun. Dengan demikian, perencanaan berfungsi sebagai pedoman sekaligus ukuran untuk menentukan perencanaan berikutnya. Mosher (1965 : 191) menyatakan bahwa, seringkali perencanaan hanya meliputi kegiatan baru, atau alokasi keuangan untuk kegiatan-kegiatan lama, tanpa menilai kembali kualitasnya secara kritis. Seringkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada pembangunan dengan memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan daripada memulai yang baru.

(10)

dari berbagai sudut, seperti yang dijelaskan oleh Westra (1980)dalamKhairuddin (1992 : 48), antara lain :

a. Dari segi jangka waktu, perencanaan pembangunan dapat dibedakan : (Perbup. No. 29 tahun 2007, Bab II dan Bab III)

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah visi, misi dan arah pembangunan daerah yang akan diacu dan dipedomani dalam penyusunan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dalam kurun waktu 20 tahun.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

(11)

program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

b. Dari segi luas lingkupnya, perencanaan dapat dibedakan antara lain :

1. Perencanaan nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa dalam berbagai bidang).

2. Perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu wilayah dan mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah itu)

3. Perencanaan lokal, misalnya; perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan kota, menertibkan penggunaan tempat dan memperindah corak kota) dan perencanaan desa (untuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan masyarakat desa tersebut).

(12)

d. Dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kedudukan manajer, perencanaan dapat dibedakan : perencanaan haluanpolicy planning,perencanaan program (program planning), dan perencanaan langkah operational planning.

2.1.2.2. Pengertian Perencanaan Pembangunan

Istilah perencanaan pembangunan (khususnya pembangunan ekonomi) sudah sangat umum didengar dalam pembicaraan sehari-hari. Namun demikian dalam berbagai literatur tentang perencanaan memberikan pengertian berbeda-beda tentang pengertian tersebut.

Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar perencanaan yakni : a. Merencanakan berarti memilih, definisi ini dikenalkan

(13)

secara simultan. Hal ini menyiratkan bahwa hubungan antara perencanaan dengan proses pengambilan keputusan sangat erat sehingga banyak literatur perencanaan membahas pendekatan-pendekatan alternatif proses pengambilan keputusan, terutama berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan dan urut-urutan tindakan di dalam proses pengambilan keputusan.

b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya. Penggunaan istilah "sumber daya" di sini menunjukkan segala sesuatu yang dianggap berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Sumber daya di sini mencakup sumber daya alam (tanah, air. hasil tambang, dan sebagainya), sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keuangan. Perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumber daya yang tersedia sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas sumber daya tersebut berpengaruh sangat penting dalam proses memilih di antara berbagai pilihan tindakan-tindakan yang ada.

(14)

muncul berkenaan dengan sifat dan proses penetapan tujuan. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa tujuan-tujuan mereka kurang dapat diartikulasikan secara tepat. Seringkali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan tersebut ditetapkan oleh pihak lain.

d. Perencanaan untuk masa depan. Salah satu elemen penting dalam perencanaan adalah elemen waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan masa depan.

2.1.2.3. Perencanaan Pembangunan Masyarakat

(15)

fisik. Pendekatan yang pertama seringkali disebut sebagai pendekatan yang mengutamakan proses dan lebih menekankan pada aspek manusianya, sedangkan pendekatan yang kedua disebut sebagai pendekatan yang mengutamakan hasil-hasil material dan lebih menekankan pada target.

Secara umum community development adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan berikutnya. Dengan dasar itulah maka pembangunan masyarakat secara umum ruang lingkup program-programnya dapat dibagi berdasarkan kategori sebagai berikut : (1) community service, (2) community empowering, dan (3) community relation(Rudito & Budimanta, 2003 : 29, 33).

(16)

perencanaan tersebut dapat didefenisikan perencanaan pembangunan wilayah atau daerah sebagai berikut yaitu : suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor) baik umum (publik) atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya. Selanjutnya Adi (2003 : 81-82), pada perencanaan sosial tidak ada asumsi yang pervasif mengenai tingkat intraktabilitas ataupun konflik kepentingan. Dalam perencanaan sosial klien lebih dilihat sebagai konsumen dari suatu layanan (service), dan mereka akan menerima serta memanfaatkan program dan layanan sebagai hasil dari proses perencanaan.

(17)

“pembangunan”) tersebut perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi, konsisten, dan berkelanjutan, melalui “peran pemerintah bersama masyarakat” dengan memperhatikan kondisi ekonomi, perubahan-perubahan sosio-politik, perkembangan sosial-budaya yang ada, perkembangan ilmu dan teknologi, dan perkembangan dunia internasional atau globalisasi.

2.1.3. Partisipasi Masyarakat

2.1.3.1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

(18)

seluruh komponen stakeholders atau pelaku pembangunan daerah mempunyai peran yang sangat berarti dalam proses pembangunan suatu daerah. Jadi, partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses keterlibatan masyarakat secara sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat perencanaan (perumusan kebijakan) hingga pada tingkat pengendalian (pengawasan dan evaluasi) program pembangunan.

(19)

dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu : (1) partisipasi politik Political Participation, (2) partisipasi sosial Social Participationdan (3) partisipasi warga Citizen ParticipationatauCitizenship. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Partisipasi politik (political participation) lebih berorientasi pada ”mempengaruhi” dan ”mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.

(20)

kebijakan publik lebih diarahkan sebagai wahana pembelajaran dan mobilisasi sosial.

c. Partisipasi warga (citizen participation/citizenship) menekankan pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep partisipasi “dari sekedar kepedulian terhadap ‘penerima derma’ atau ‘kaum tersisih’ menuju ke suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka”. Maka berbeda dengan partisipasi sosial, partisipasi warga memang lebih berorientasi pada agenda penentuan kebijakan publik oleh warga ketimbang menjadikan arena kebijakan publik sebagai wahana pembelajaran.

2.1.3.2. Tujuan Partisipasi Masyarakat

(21)

berkelanjutan dan memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan. 2.1.3.3. Fungsi Partisipasi Masyarakat

Penyelenggaraan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan berfungsi sebagai : a. Peningkatan kapasitas terhadap masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Sebagai wadah aspirasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

c. Sebagai wadah bagi masyarakat dalam merumuskan persoalan dan memecahkan masalah pembangunan dan pemerintahan.

2.1.3.4. Pendekatan Partisipasi

Menurut Mikkelsen (2001 : 65), bahwa secara garis besarnya ada dua pendekatan dalam hal partisipasi, yaitu: a. Partisipasi datang dari masyarakat itu sendiri,

merupakan tujuan dalam proses demokrasi. Namun demikian, sedikit saja masyarakat yang mau melakukan pendekatan partisipasi secara sukarela dalam kegiatan pembangunan.

(22)

dengan motivasi agar dapat melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan secara lebih baik.

Selanjutnya disebutkan bahwa partisipasi dapat dilaksanakan dengan tingkat paksaan dan sukarela yang berbeda-beda pula. Namun demikian, guna mencapai keberhasilan pembangunan partisipasi aktif dan sukarela merupakan hal ideal yang harus diupayakan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran ini menggambarkan besarnya pengetahuan masyarakat tentang Peraturan Bupati Jepara No. 29 Tahun 2007 yaitu berkaitan dengan tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah, diharapkan memberikan kontribusi yang cukup besar untuk berpartisipasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Jepara. Kerangka pemikiran secara sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Bupati Jepara No. 29 Tahun 2007

Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Perencanaan

(23)

2.3. Perumusan Hipotesis

Hipotesis menurut J. Supranto (2000 : 167) didefinisikan sebagai properti atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar pemikiran lebih lanjut. Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah :

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi substrat di ekosistem mangrove kampung nipah, rata-rata persentase jenis

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Perlakuan toping menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada pertumbuhan buah pada umur 9 MST sampai 11 MST (panjang buah, lingkar buah dan diameter buah) dan

Hasil dari penelitian ini terdapat 5 etika moral bushido pada dorama Remake Great Teacher Onizuka 2012, yaitu etika moral keadilan, etika moral kebajikan, etika moral

Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Anggaran Dasar Perseroan dan Pasal 27 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan

Menurut UU No. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas; Misalnya, antara anak perempuan/laki-laki dan bapak/ibu, antara cucu laki-laki/perempuan

Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis awal terhadap Zn – tersedia tanah, dan pada penelitian ini juga dilakukan pemupukan Zn dengan dosis maksimal (10 kg/ha),

M engingat populasi burung kakatua di Pulau Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah maka penting untuk melakukan penelitian seleksi habitat burung kakatua dengan variasi