• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PELAYANAN PUBLIK BAGIAN SATUAN RESERSE KRIMINAL (SAT RESKRIM) DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KEPOLISIAN RESORT SERANG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KINERJA PELAYANAN PUBLIK BAGIAN SATUAN RESERSE KRIMINAL (SAT RESKRIM) DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KEPOLISIAN RESORT SERANG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KEPOLISIAN

RESORT SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh : EPA ENJELLA

6661120624

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak meminta kita untuk sukses, Dia hanya meminta kita untuk mencoba.” (Mother Teresa)

“Jika anda memiliki keberanian untuk memulai, anda juga

memiliki keberanian untuk sukses.” (David Viscoot)

“Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan” (Samuel Johnson)

Skripsi ini ku persembahkan

untuk cahaya hidupku Ayah dan Ibu serta adik-adiku tercinta yang selalu ada untuk memberikan dukungan disaat suka dan duka,

yang selalu memanjatkan Do’a

(6)

ABSTRAK

EPA ENJELLA. NIM 6661120624. Skripsi. Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Pembimbing I Rahmawati, S.Sos M.Si., Pembimbing II Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penelitian ini membahas tentang Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan diantaranya yaitu: masih tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang, rendahnya kasus pencurian kendaraan bermotor yang terselesaikan, terbatasnya jumlah personel penyidik dan masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Ditinjau dari indikator produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Peneliti menggunakan teknik Proportional

Cluster Sampling. Pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner, wawancara

tidak terstuktur, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang sudah baik. Saran yang diajukan peneliti yaitu : perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya penyidik yang kompeten dan dukungan peralatan teknologi untuk melacak jaringan pelaku, serta perlunya memberikan pengertian kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif dan pelaku harus di vonis yang tinggi sehingga memberikan efek jera.

(7)

ABSTRACT

EPA ENJELLA. NIM 6661120624. Thesis. Performance Public Service Criminal Investigation Unit Section (Sat Criminal) Againts the Theft of Motor Vehicle In Police Resort Serang. Advisor I : Rahmawati,S.Sos M.Si., Advisor II Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Administration Country Studies Program. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa.

This study discusses the Performance Public Service Criminal Investigation Unit Section (Sat Criminal) againts the theft of motor vehicle in police resort serang. In this research, there are several issues such as: the high cases of motor vehicle theft in the city of Serang, low cases of motor vehicle theft is resolved, the limited number of personnel and the investigators are still low community participation in the follow-up report. The purpose of this study was to determine the Service Performance Section of the Criminal Investigation Unit (Sat Criminal) in addressing the Police Motor Vehicle Theft Resort Serang. Judging from the indicators of productivity, quality of service, responsiveness, responsibility and accountability. The method used in this research is descriptive quantitative method. Researchers used a Proportional Cluster Sampling technique. The collection of data by distributing questionnaires, structured interviews, observation, literature study and documentation study. The results of this study are Service Performance Section of the Criminal Investigation Unit (Sat Criminal) in addressing the Police Motor Vehicle Theft Resort Serang own good. Suggestions put forward researchers is: a need to increase the quality of the resources of competent investigators and support of technological equipment to trace the perpetrators, as well as the need to give sense to the people to participate actively and perpetrators must be in verdicts high so as to provide a deterrent effect.

(8)

i

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat pertolongannya maka skripsi ini dapat terselesaikan serta shalawat dan salam dipanjatkan untuk Nabi Besar Muhamad SAW atas Rahmat-Nya sehingga penelitian ini mudah-mudahan dapat bermanfaat. Adapun penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian sarjana (S-1) dengan judul “Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kepolisian Resort Serang”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

ii

Sosial dan Ilmu Politik.

6. Ibu Listiyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus

Dosen Pembimbing II yang membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua Dosen dan Staff Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membimbing penulis dan membekali ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

9. Kepolisian Resort Serang yang dengan sangat amat baik membantu peneliti dalam melakukan observasi, pencarian data dan penelitian.

10.Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Serang yang telah memberikan informasi kepada peneliti.

11.Kedua orang tua yang selalu terimakasih atas Do’a, bimbingan, dukungan, motivasi, kesabaran dan kasih sayang yang tak pernah putus.

(10)

iii

65 yang selalu memberikan semangat, motivasi dan pengertian, terimakasih untuk do’a dan dukungannya selam ini.

Selain itu penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi pembahasan atau penulisannya. Oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan hati dan kelapangan dada bersedia menerima segala masukan baik itu saran maupun kritik yang dapat membangun dalam membuat karya yang lebih baik lagi. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.

Serang, 20 Februari 2017

Penulis

(11)

iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PERNYATAAN ORSINALITAS ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….……xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………...,,,….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ………...,,,.……. 12

1.3 Batasan Masalah ……….……….………... 12

1.4 Rumusan Masalah ……….……….………....…..…….. 13

1.5 Tujuan Penelitian………. 13

1.6 Manfaat Penelitian ……….. 13

(12)

v

2.1 Landasan Teori....………..…... 16

2.1.1 Konsep Kinerja ... 17

2.1.2 Kinerja Organisasi ... 20

2.1.3 Indikator Penilaian Kinerja ... 22

2.1.4 Manfaat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik ... 25

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 25

2.1.6 Pelayanan Publik ... 27

2.1.7 Penyelenggara Pelayanan Publik ... 29

2.1.8 Pengertian Kejahatan ... 31

2.1.9 Kejahatan Pencurian ... 32

2.1.9 Kendaraan Bermotor ... 34

2.2 Penelitian Terdahulu ………... ..… 36

2.3 Kerangka Berpikir ………....…. 49

2.4 Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Metode Penelitian ... 43

3.2Ruang Lingkup Penelitian ... 44

3.3Lokasi Penelitian ... 44

(13)

vi

3.6Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

3.6.1 Populasi ... 50

3.6.2 Sampel ... 51

3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 54

3.8Uji Validitas, Reabilitas, dan Normalitas ... 54

3.8.1 Uji Validitas ... 54

3.8.2 Uji Reabilitas... 56

3.8.3 Uji Normalitas ... 57

3.8.4 Uji t ... 58

3.9 Jadwal Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 60

4.1.1 Gambaran Umum Kepolisian Resort Serang ... 60

4.1.2 Stuktur Organisasi Kepolisian Resort Serang ... 62

4.1.3 Visi Misi Polres Serang ... 64

(14)

vii

4.2.1 Hasil Uji Validitas ... 75

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 77

2.2.3 Hasil Uji Normalitas ... 78

4.3 Deskripsi Data ... 78

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 111

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ... 114

4.6 Pembahasan ... 121

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 125

5.2 Saran ... 126

(15)

viii

1.2 Data Kausu Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Serang ... 9

1.3 Kekuatan Personel Polir/PNS Berdasarkan DSP dan Rill di Kepolisian Resort Serang ... 10

3.1 Oprasional Variabel ... 46

3.2 Skoring Item Instrumen ... 47

3.3 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 48

3.4 Perhitungan Sampel Penelitian ... 53

3.5 Tingkat Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 57

3.6 Jadwal Penelitian ... 59

4.1 Hasil Uji Validitas ... 76

4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 77

(16)

ix

1.2 Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan TKP dan Modus di Kota Serang Tahun 2015 ... 5

1.3 Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan Pola

(17)

x

2.1 Kerangka Berpikir ... 41

2.1 Mekanisme Pelayanan ... 74

4.1 Kategori Instrumen ... 113

4.2 Kurva Penerimaan ... 113

4.3 Kategori Instrumen Indikator 1 ... 115

4.4 Kategori Instrumen Indikator 2 ... 116

4.5 Kategori Instrumen Indikator 3 ... 117

4.6 Kategori Instrumen Indikator 4 ... 119

(18)

xi

4.2 Identitas Responden Jenis Kelamin ... 80

4.3 Identitas Responden Berdasarkan Alamat ... 81

4.4 Identitas Responden Berdasarkan Tahun Kehilangan ... 82

4.5 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 1 ... 84

4.6 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 2 ... 85

4.7 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 3 ... 86

4.8 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 4 ... 87

4.9 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 5 ... 88

4.10 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 6 ... 89

4.11 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 7 ... 90

4.12 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 8 ... 91

4.13 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 9 ... 92

4.14 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 10 ... 93

(19)

xii

4.18 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 14 ... 97

4.19 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 15 ... 98

4.20 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 16 ... 99

4.21 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 17 ... 100

4.22 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 18 ... 101

4.23 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 19 ... 102

4.24 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 20 ... 103

4.25 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 21 ... 104

4.26 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 22 ... 105

Diagram 4.27 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 23 ... 106

Diagram 4.28 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 24 ... 107

Diagram 4.29 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 25 ... 108

Diagram 4.30 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 26 ... 109

(20)

xiii

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Negara hukum menjamin semua warga negaranya sama dihadapan hukum tanpa terkecuali. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisaian

Republik Indonesia “Kepolisaian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia.

(22)

merupakan tolak ukur keberhasilan sautu organisasi/instasnsi pemerintahan maupun swasta.

Jika dilihat dalam hukum acara pidana yakni Pasal 1 butir 1 KUHP, penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusunya oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan. Dari penjelasan tersebut menyimpulkan bahwa institusi Kepolisian merupakan suatu lembaga yang diberi wewenang oleh Negara yang diharapkan mampu membantu proses penyelesaian terhadap kasus kejahatan dan pelanggaran.

Mengingat kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh manusia, masyarakat dan negara. Seperti pencurian kendaraan bermotor yang dikenal dengan (Curamor R-2) merupakan salah satu bentuk kejahatan yang merampas harta benda milik orang atau korban, kejahatan ini merupakan suatu tindakan yang meresahkan masyarakat.

(23)

kembali kendaraan bermotor yang hilang atau dicuri, serta faktor kebutuhan ekonomi.

Di Kota Serang dari tahun ke tahun terdapat peningkatan jumlah kepemilikan kendaran bermotor, hal ini dikarenakan kemudahan masyarakat untuk memiliki kendaraan Bermotor khusunya R-2.

Tabel 1.1

Data Kendaraan Bermotor R-2 di Kota Serang Tahun 2009-2015

NO TAHUN PRIBADI DINAS JUMLAH

1 2009 107.910 3.874 111.784

2 2010 125.661 4.190 129.851

3 2011 145.013 4.553 149.566

4 2012 164.812 5.255 170.067

5 2013 189.002 5.698 194.700

6 2014 208.837 6.051 214.888

7 2015 224.679 6.379 231.058

JUMLAH TOTAL 1.165.914 36.000 1.201.914

(24)

Grafik 1.1

Presentase Jumlah Kendaraan Motor Pribadi di Kota Serang Tahun 2009 - 2015

Sumber: Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Serang, 2016

Presentase Grafik 1.1 di atas menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun jumlah pemilik kendaraan bermotor di Kota Serang terus meningkat. Dengan meningkatnya pengguna atau pemilik kendaraan bermotor R-2 tidak menuntut kemungkinan meningkatnya juga para pelaku kejahatan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Selain itu peneliti juga melihat di media masa dan internet banyak terjadi kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) dan masih banyak kendaraan bermotor yang belum diketemukan, serta didukung dengan data dan wawancara hasil survei peneliti di Kepolisian Resort Serang. Para pelaku pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) sekarang ini tidak mengenal waktu dan tempat di mana ada kesempatan untuk mencuri mereka siap beraksi baik di rumah atau di tempat umum, baik pada siang atau malam hari. Bisa dilihat di Grafik 1.2 dan 1.3 di bwah ini

111.784

129.851

149.566

170.067

194.700

214.888

231.058

(25)

Grafik 1.2

Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan TKP dan Modus di Kota Serang Tahun 2015

Sumber : Kepolisian Resort Serang Bidang Sat Reskrim, 2016

Berdasakan Grafik 1.2 di atas menjelaskan bahwa pencurian kendaraan bermotor paling sering terjadi di pemukiman warga khusunya di Kota, dipemukiman tercatat 123 kasus, dalam rumah 79 kasus, toko/pasar/mall 58 kasus, parkiran 58 kasus, jalan umum 19 kasus, dan sekolah/kantor 16 kasus. Sedangkan berdasarkan modusnya paling tinggi dengan cara merusak kunci tercatat 312 kasus, lain-lain 18 kasus, rusak barang 14 kasus, kekerasan 1 kasus, tipu daya dan manjat 0 kasus.

Menurut salah satu personel Polres bahwa ini terjadi akibat dari kurangnya keamanan dan kelalayan dari pemilik kendaraan sendiri seperti lupa mencabut kunci dan kurangnya keamanan sehingga memberikan peluang untuk para pelaku kejahatan. Sedangkan kejahatan yang terjadi di Toko/pasar/mall dan parkiran

(26)

disebabkan keamanan parkir yang lemah seperti di pasar atau toko-toko jarang ada pengurus parkir atau parkir ilegal dan tidak memiliki cctv, hal ini menghambat atau mempersulit kepolisian dalam mengungkap atau menemukan kendaran yang hilang.

Grafik 1.3

Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan Pola Hari dan Waktu di Kota Serang Tahun 2015

Sumber : Kepolisian Resort Serang Bidang Sat Reskrim, 2016

(27)

09.00 s/d 12.00 dan 12.00 s/d 15.00 23 kasus, sedangkan jam 00.000 s/d 03.00 tercatat 18 kasus. Selain itu terdapat beberapa titik daerah rawan terjadinya pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang bisa di lihat di Gambar 1.1

Gambar 1.1

Daerah Rawan Kriminalitas

Sumber : Kepolisian Resort Serang Bidang Satuan Reserse Kriminal, 2016

Gambar 1.1 di atas menggambarkan titik-titik daerah rawan terjadinya pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang yaitu yang diberi tanda biru, diantaranya Kecamatan Walantaka, Curug, Serang, Cipocok, Taktakan dan Kasemen.

(28)

Pertama, kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) di Kepolisian Resort Serang sangat tinggi berdasarkan data yang peneliti terima dari sekian banyak kasus tindak pidana yang paling banyak atau sering terjadi yaitu kasus curanmor khusunya kasus pencurian kendaraan bermotor roda dua (R-2) tercatat sebanyak 650 kasus, sedangkan untuk roda empat (R-4) sebanyak 46 kasus hal ini karena mengingat kebanyakan dari para pencuri hanya mengambil barang-barang yang ada di dalam mobilnya saja seperti Laptop, Perhiasan, Hp, dan barang-barang berharga lainnya.

Hal ini diperkuat dengan wawancara yang peneliti lakukan di Kepolisian Resort Serang dengan salah satu petugas Sat Reskim. Beliau menjelaskan bahwa kasus pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan yang paling tinggi diantara kejahatan lainnya sepanjang tahun 2015. Kasus pencurian kendaraan bermotor yang paling tinggi yaitu tidak pidana Curanmor R-2 khususnya di Kota Serang hal ini dibuktikan dengan data yang peneiti terima tercatat sebanyak 345 kasus, dan dalam setiap harinya ada saja yang melaporkan kehilangan 1 sampai 2 korban dalam satu hari. Hal ini di karenakan kurangnya sumber daya manusia di Kepolisian, kurangnya keamanan dan kelalayan dari pemilik kendaraan. Saat ini Kepolisian sudah berupaya untuk melindungi dan memberikan keamanan kepada msayarakat dengan menempatkan 2 personel di Pos Polisi dan melakukan rajia.

Kedua, masih rendahnya kasus pencurian kendaraan berotmor (Curanmor

(29)

banyak kasus tindak pidana yang harus di selesaikan sekitar 2.800 kasus, ini semua tidak lain karena kekurangan sumber daya penyidik mengingat dalam 1 tahun hanya ada 5 personel penyidik.

Tabel 1.2

Data Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Serang

Sumber: Kepolisian Resort Serang Bagian Operasional Tahun 2016

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Unit Ranmor Bapak Rudini, beliau mengatakan bahwa memang banyak kasus pencurian kendaraan bermotor yang masih belum terselesaikan, mengingat keterbatasan personel penyidik dan alat/teknologi yang digunakan. Dan memang ada beberapa komplain dari masyarakat yang menuntut kejelasan kasus kapan ditemukannya kendaraan mereka yang hilang. Beliau hanya mengatakan dalam penanganan kasus pencurian kendaraan bermotor ini tidaklah semudah mengembalikan telapak tangan kami sedang berusaha untuk menyelesaikannya jadi bersabarlah jika sudah ada perkebangan dan atau ditemukan akan kami hubungi.

(30)

Ketiga, terbatasnya Sumber Daya Manusia di Kepolisian Resort Serang yang tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang terus bertambah, karena mengingat jumlah Seluruh Personel Polri berdasarkan Data Selurh Personel Polri (DSPP) seharusnya untuk Polri 1.900 dan PNS 90 Total 1.990 pegawai sedangkan kenyataannya (RILL) Polri 1.294 dan PNS 20 Total 1.314 pegawai. Hal ini karena dana dari pemerintah memang tidak mencukupi untuk penambahan kuota Polri. Untuk kekuatan jumlah personel polri dan PNS di Kepolisian Resort Serang bisa dilihat pada tabel 1.6 di bawah ini.

Tabel 1.3

Kekuatan Personel POLRI/PNS di Kepolisian Resort Serang DSPP

JML RILL JML

POLIRI PNS POLRI PNS

1 2 3 4 5 6

492 42 534 493 20 513

1408 48 1456 801 0 801

1900 90 1990 1294 20 1314

Sumber : Kepolisian Resort Serang 2016

(31)

Keempat, Sedikitnya kasus pencurian kendaraan bermotor yang ditangani ini juga disebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2). Kenapa demikian berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu personel di Sat Reskrim mengatakan bahwa kebanyak dari para korban kasus pencurian kendaraan bermotor mereka tidak melanjutkan kasus yang diajukan karena mereka rata-rata hanya meminta surat keterangan hilang saja untuk memberhentikan setoran motor, dan ada juga yang malas karena memang prosesnya yang berbelit-belit.

Untuk mengurangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor ini juga perlu adanya partisipasi dari masyarakat mengingat salah satu penyebab nya yaitu kelalaian dari para pemilik kendaraan bermotor itu sendiri serta kurangnya keamanan. Dalam masalah aksus Curanmor R-2 ini perlu adanya kerjasama antara Aparat peagwai penegak hukum dengan masyarakat. Keterbatasan Aparat penegak hukum khususnya Aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri), partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menanggulangi tindak kejahatan salah satunya seperti pencurian kendaraan bermotor (Curamor R-2) yang banyak terjadi terutama di kota-kota besar khusunya Kota Serang.

(32)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti menemukan beberapa permasalahan di lokasi penelitian diantaranya :

1. Tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) di Kota Serang.

2. Masih rendahnya kasus pencurian kendaraan berrmotor (Curanmor R-2) yang terselesaikan.

3. Terbatasnya jumlah Personel Kepolisian dan sumber daya penyidik. 4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan tindak

pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).

1.3 Batasan Masalah

(33)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pada penelitian ini sebagai rumusan masalah yang akan dikaji “Bagaimana Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap bentuk tindakan atau langkah yang terencana sudah mempunyai tujuan tertentu, demikian halnya dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. adapun tujuan penelitian tersebut, yaitu: untuk mengetahui Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

(34)

1.6.2 Manfaat Praktis

Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi para pembaca dan referesnsi atau masukan bagi Kepolisian Resort Serang untuk meningkatkan kinerjanya dalam organisasi agar tugas pokok dan fungsinya berjalan sebagaimana mestinya.

1.7 Sistematika Tulisan

Sistematika penulisan ini menjelaskan:

BAB I. PENDAHULIUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS / ASUMSI DASAR PENELITIAN

(35)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Ruang Lingkup/Fokus Penelitian, Lokasi Penelitian, Variabel Penelitian, Definisi Konsep, Definisi Oprasional, Instrumen Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, dan Jadual Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, dipaparkan mengenai; Deskripsi Objek Penelitian, Deskripsi Data, Pengujian Hipotesis, Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan.

BAB V PENUTUP

(36)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

Teori merupakan salah satu hal yang paling mendasar yang harus dipahami ketika melakukan penelitian karena teori dapat menjadi acuan untuk menemukan dan merumuskan sebuah permasalahan. Sesuatu yang baru dapat dikatakan sebuah teori jika sudah terbukti melalui serangkaian proses dan eksperimen dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Sebuah teori dapat berubah atau mengalami perkembangan, hal itu terjadi apabila teori yang ada sudah tidak relevan dengan keadaan yang ada, seperti yang dikemukakan oleh Cooper dan Schilder bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proporsi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat dipergunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Selanjutnya teori didefinisikan sebagai seperangkat konsep, asumsi generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Menurut Sugiyono (2005:55-56), Dapat dikemukakan ada empat kegunaan teori didalam penelitian yaitu :

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis. 2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi

perilaku yang memiliki keturunan.

3. Teori sebagai stimulasi dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

(37)

2.1.1 Konsep Kinerja

Menurut kamus besar bahasa indonesia, secara etimologis kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sanagt erat. Tercapainya tujuan organisais tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

Kinerja dalam pengertiannya diartikan Kinerja (job perfomance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika.

(38)

visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis (strategic planinng) suatu organisasi.

Menurut Rue dan Byars (1980:375) diartikan sebagai singkat pencapaian hasil atau “the degree of accomplishem atau dengan kata lain kinerja merupakan

tingkat pencapaian tujuan organisasi”. Definisi tersebut mengandung pengertian

bahwa melalui kinerja, tingkat pencapaian organisasi dapat dikahui. Pencapaian atas tujuan-tujuan organisasi tersebut kemudian dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai baik buruknya kinerja organisasi.

Konsep kinerja menurut Osborne dalam Quade (1990:1), berpendapat bahwa:

“Kinerja sebagai tingkat pencapaian misi organisasi. Dapat dikatakan

bahwa misi organisasi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi (visi). Semakin banyak misi yang dilakukan, maka semakin bagus kinerja dari organisasi yang bersangkutan. Begitupula sebalikny, kinerja organisasi diakatakan buruk apabila hanya

sedikit misi yang dilakukan oleh organisasi tersebut”.

Siagian (1995:29) mengartikan kinerja adalah keseluruhan kemampuan seseorang untuk bekerja sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan kinerja secara optimal dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang secara rasio kecil dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

Dimensi-dimensi yang dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi (2000:97) adalah:

1. Tingkat kemampuan kinerja (kompetensi) dalam melaksanakan pekerjaan baik yang diperoleh dari hasil pendidikan dan penelitian maupun yang bersumber dari pengalaman kerja.

(39)

Widodo (dalam Pasolong 2013:175), mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Dan Mangkunegara (2002:67), mengatakan bahwa kinerja adalah merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan Gibson (1990:40) dalam Pasolong (2013:176), mengatakan bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. Dikatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh interaksi antara kemampuan dan motivasi. Keban (1995:1), kinerja adalah tingkat pencapaian tujuan.

(40)

2.1.2 Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan organisasi, serta merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi. Kinerja bisa juga diakatakan hasil

(output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen

organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi. Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama antara anggota atau komponen organisasi dalam rangka tujuan organisasi.

Hasibuan (2006:120), mengemukakan bahwa organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstuktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu, karena organisasi merupakan alat dan wadah. Organisasi yang efektif akan ditopang oleh sumberdaya manusia yang berkualitas.

Bastian (2001:329) dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005:175) mengemukakan :

kinerja organisasi sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasasran, tujuan misi dan visi organisasi tersebut.

(41)

usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannnya secara efektif.

Simanjuntak (2005:3) mengemukakan bahwa kinerja organisasi merupakan agregasi atau akumulasi kinerja semua unit-unit organisasi, yang sama dengan penjumlahan kinerja semua orang atau individu yang bekerja di organisais tersebut. Dengan demikian kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yiatu dukungan organisasi, kemampuan manjemen, dan kinerja setiap orang yang bekerja di perusahaan tersebut. Kinerja organisasi juga dipengaruhi oleh dukungan organisasi antara lain dalam penyusunan stuktur organisasi, penilaian teknologi, ddan penyediaan prasarana serta sarana kerja.

Mardiasmo (2002:196) dalam Tangkilisan (2005:172) mengemukakan :

bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Satuan ukuran yang relevan digunkan adalah efesiensi pengelolaan dana dan tingkat kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada pihak publik.

Sedangkan Chaizi Nasucha dalam Irham Fahmi (2010:2) mengemukakan bahwa kinerja organisas adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara efektif. Kinerja organisasi (dalam Subandi 2006:176) merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh orgnisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output,outcome,

(42)

2.1.3 Indikator Penilaian Kinerja

Perlu adanya indikator kinerja yang digunakan untuk menyakinkan bahwa kinerja hari demi hari menunjukan kemajuan dalam rangka mewujudkan tercapainya sasaran maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Kinerja Organisasi memerlukan adanya dukungan input, prosess, output, outcome, benefir

dan inpact. semua indikaor tersebut digambarkan oleh Nawawi dalam bukunya

(2013:243-244), sebagai berikut:

1. Indikator Masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa laporan masyarakat, kesanggupan masyarakat, ketersediaan SDM, informasi dan kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan sebagainya.

2. Indikator Proses (Process) adalah segala besaran yang menunjukan upaya yang dilakukan dalam rangka mengolah masuakn menjadi kelauaran. Indikator proses menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung, khususnya dalam proses mengolah masukan menjadi keluaran.

3. Indikator Keluaran (Output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dan sesuatu kegiatan dapat berupa fisik dan atau/ nonfisik. Indikator ini dapat berupa target kerja yang ingin dicapai, tepat waktu, tepat sasaran dsb.

4. Indikator Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil bisa berupa hasil kerja dan tanggung jawab dalam pekerjaannya.

5. Indokator Manfaat (Benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

(43)

Menurut Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178) menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu:

1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengkur tingkat efesiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio anatar input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu inidikator kinerja yang penting. 2. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi penting dalam menjelasakan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidak puasan publik terhadap kualitas layanan.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas layanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung mengembangkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannnya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidakselarasan anatara pelayanan dengan kebutuhan amsyarakat. Hal tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupum implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada satu ketika berbenturan dengan responsibilitas.

5. Akuntabilitas

(44)

Menurut Kumorotomo (dalam Pasolong 2011:180) menggunakan beberapa indikator untuk dijadikan acuan dalam menilai kinerja birokrasi publik antara lain:

1. Efesiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. 2. Efektivitas, yaitu apakah tujuan yang didirikan organiasasi pelayanan

publik tersebut tercapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan. 3. Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.

4. Daya tanggap, yaitu organiasasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap Neagar atau Pemerintah akah kebutuhan masyarakat yang mendesak. Karena itu organiasasi secara keseluruhan harus dapat di pertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Menurut Zaithhmal, Parasuraman dan Berry (1990) (dalam Pasolong, 2011:135), Menjelaskan terdapat beberapa indikator untuk mengukur kinerja pelayanan terletak pada lima dimensi. Kelima dimensi servqual tersebut, yaitu:

1. Tangibles (Ketampakan Fisik), kualitas pelayanan berupa sarana fisik

perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.

2. Reliability (Reabilitas),kemampuan dan keandalan untuk menyediakan

pelayanan yang terpercaya.

3. Responsivenes (Responsivitas), kesanggupan untuk membantu dan

menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

4. Assurance (Kepastian), kemampuan dan keramahan serta sopan santun

pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen

5. Emphaty (perlakuan atau perhatian), sikap tegas tetapi penuh perhatian

(45)

2.1.4 Manfaat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik

Menurut James B. Whittaker dalam Tangkilisan (2005:174) berpendapat bahwa pengukuran atau penilaian kinerja organisasi adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Sedangkan menurut Larry D. Stout dalam Tangkilisan (2005:174) penilaian kinerja merupakan proses pencatatan dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditempatkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses.

Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi sektor publik :

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan kepustusan dilakukan secara obyektif.

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

(46)

Menurut Mahmudi (2013:21) dalam bukunya “Manajemen Sektor Publik” menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

1) Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;

3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam suatu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastuktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi;

5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Sedangkan Ruky (2002:53) dalam Hesel Nogi S. Tangkilisan (2010:180) mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:

1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh oranisasi semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut;

2) Kualitas input atau material yang digunkaan oleh organisasasi; 3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja,

penataan ruangan, dan kebersihan;

4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan;

5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi;

(47)

Sedangkan Menurut Bastian (2010) dalam Tangkiliasan 92005:175) indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitataif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasasran atau tujuan.

2.1.6 Pelayanan Publik

Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Pelayanan yang baik merupakan keinginan semua pelanggan atau masyarakat yang sedang menerima pelayanan. Maka jika suatu instansi atau pemerintah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka masyarakat akan merasa sangat puas.

Monir (2003:16) dalam (Pasolong 2011:128), mengatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993), mengemukakan bahwa pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pelayanan Publik menurut Agung Kurniawan dalam Pasolong (2013:128), mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

(48)

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan pelayanan publik menurut Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun 2003 dalam (Ratminto dan Atik 2012:5) adalah:

“segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di

pusast, daerah dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan kebutuhan aparatur perundang-undanagna”.

2.1.6.1Prinsip Pelayanan Publik

Penyelenggar pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan prinsip pelayanan publik. Di dalam kepeutusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

a. Kesederhanaan, Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan, mecakup kejelasan dalam hal:

a) Persayaratan teknis dan administrasi pelayanan publik

b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian kelauhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian Waktu, Pelaksana pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah dietentukan.

d. Akurasi , Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat,dan sah. e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

(49)

f. Tanggung Jawab, Pimpinan penyelengagra pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyeelngagra pelayanan dan penyelesaian keluaan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. g. Kelengkapan Sarana Dan Prasarana, tersedianya sarana dan prasarana

kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya ynag memadaia termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika). h. Kemudahan Akses, seperti tempat dan alokasi serta sarana pemlayanan

yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, and apat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, pemeberi pelayanan harus bersikap disiplin, saopan santun, ramah serta pemeberian pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyaman, lingkungan pelayanan harus tertib, teartur, disediakan runag tunggu yang nyaman, bersih rapih lingkungan yang indah serta sehat dilengkapi dengan faslitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, sampah, temept ibdaha dan lain-lain.

2.1.7 Penyelenggara Pelayanan Publik

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar hak-hak sipil warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara publik. Menurut BAB I Pasal 1 Ayat 1 UU No. 25/2009, yang dimaksud dengan pelayanan publik yaitu:

“Kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan adminsitratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik”.

Keputusan MENPAN Nomor 63 Thaun 2003 dalam (Ratminto dan Atik 2012:21) mengatakan penyelenggara pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

a. Kesederhanaan

(50)

b. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup dalam hal:

i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

ii. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

iii. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas peneylenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelangkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

h. Kemudahan akses

Temapt dan alokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh amsyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberian pelayanan harus bersikap disiplin., sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah

(51)

2.1.8 Pengertian Kejahatan

Pengertian kejahatan menurut tata bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:125) adalah:

“Perbuatan atau tindakan yang jahat” yang lazim orang ketahui atau

mendengar perbuatan yang jahat seperti pembunuhan, pencurian, pencabulan, penipuan, penganiayaan dan lain-lain yang dilakukan oleh manusia.

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda, itu sebabnya dalam keseharian dapat ditangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.

Menurut B. Simanjuntak kejahatan merupakan “suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan

kegoncangan dalam masyarakat”.

R. Soesilo (1985:13) menyebutkan pengertian kejahatan secara yuridis adalah:

Kejahatan untuk semua perbuatan manusia yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam KUHP misalnya pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan Pasal 338 KUHP yang mengatur barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena 16 pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (15 tahun).

(52)

2.1.9 Kejahatan Pencurian

Pengertian umum mengenai pencurian adalah mengambil barang orang

lain. Dari segi bahasa (etimologi) pencurian berasal dari kata “curi” yang

mendapat awalan “pe”, dan akhiran “an”. Arti kata curi adalah sembunyi

-sembunyi atau diam-diam atau tidak dengan jalan yang sah atau tidak diketahui orang lain perbuatan yang telah dilakukannya. Mencuri berarti mengambil milik orang lain secara tidak sah atau melawan hukum. Orang yang mencuri barang yang merupakan milik orang lain disebut pencuri.

Dalam Pasal 362 KUHP menentukan bahwa barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus ribu rupiah.

Perbuatan mencuri ini dapat dikatakan selesai, apabila barang yang diambil sudah berpindah tangan tempat, bila sipelaku baru memegang barang tersebut, kemudian gagal karena ketahuan sipemiliknya, maka belum dikatakan mencuri, akan tetapi merupakan percobaan mencuri.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam Pasal 362 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif yaitu sebagai berikut:

a) Unsur Subjektif yaitu dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara anisasi. Secara melawan hukum;

(53)

Kejahatan pencurian kendaraan bermotor terdiri dari berbagai jenis kejahatan terhadap kendaraan bermotor, yang dapat dilihat dari rangkaian kegiatan, bahkan kegiatan-kegiatan tersebut dapat merupakan jaringan-jaringan organisasi. Secara umum kegiatan organisasi dapat dikelompokan menjadi 3 bentuk pelanggaran hukum yaitu pelaku, penandah dan pemalsu surat-surat ataupun identitas kendaraan bermotor ahsil kejahatan, sedangkan pemasaran kendaraan bermotor hasil kejahatan dilaksanakan antar daerah. Sebagaimana diketahui kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi dengan mobilitas tinggi, oleh sebab itu kejahatan pencurian terhadap kendaraan bermotor pun merupakan jenis kejahatan yang memiliki mobilitas tinggi.

Pencurian kendaraan bermotor bukan hanya merupakan kejahatan Pasal 362 KUHP saja, tetapi menyangkut kejahatanan berbagai Pasal KUHP antara lain:

a) Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP)

b) Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP) c) Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP)

d) Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP); e) Perampasan (Pasal 368 KUHP);

f) Penipuan (Pasal 378 KUHP); g) Penggelapan (Pasal 372 KUHP); h) Pemalsuan (Pasal 263 KUHP).

(54)

memerlukan waktu yang lama. Tindakan kejahatan ini biasanya dilakukan di kawasan parkir pertokoan, rumah makan, kampus, perumahan, kost serta tempat-tempat yang mereka merasa ada peluag untuk melangsungkan kejahatan.

2.1.10 Kendaraan Bermotor

(55)

Pesatnya kemajuan jaman, membuat kendaraan bermotor sangat dibutuhkan sebagai media transportasi. Untuk mencapai suatutujuan membutuhkan kendaraan, baik yang digunakan secara pribadi maupun umum. Kendaraan bermotor membuat efisiensi waktu dan tenaga karena diciptakan memang untuk membantu aktivitas manusia. Melihat kondisi saat ini, kendaraan roda dua atau motor adalah pilihan yang praktis bagi orang yang memilih berkendaraan pribadi. Selain praktis, motor adalah kendaraan yang bebas macet dan irit BBM, sehingga motor merupakan kendaraan yang menjadi pilihan masyarakat luas.

Karena fungsinya sebagai alat transportasi yang praktis, kendaraan roda dua atau motor menjadi pilihan favorit masyarakat. Motor dipilih karena harganya yang bisa dijangkau oleh hampir semua kalangan masyarakat. Pembayaran bisa dilakukan secara kredit. Selain itubisa melihat bahwa penawaran bermacam-macam motor menjadi daya tarik tersendiri. Setiap merek melakukan promosi besar-besaran dengan harga dan jaminan. Slogan yang menyerukan motor paling emat menjadi kata-kata favorit dalam promosi motor, hal itu sangat relevan dengan adanya harga BBM yang kian melambung. Dampak dari itu semua tentu saja motor menjadi pilihan yang paling tepat bagi kendaraan pribadi yang digunakan sehari-hari.

(56)

umumnya hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit saja dalam menjalankan aksi kejahatannya.

Mereka menggunakan berbagai metode / modus untuk membawa kabur motor jarahan yang berhasil dikerjai. Cara atau modus operandi yang sering digunakan oleh pencuri sepeda motor adalah seperti :

1) Menggunakan kunci leter T untuk menyalakan paksa mesin motor. 2) Mengangkut motor ke dalam mobil boks atau truk.

3) Merusak kunci-kunci keamanan yang ada dengan trik tertentu lalu membawa kabur motor, dll.

Waspadai pula aksi kejahatan ranmor / kendaraan bermotor lainnya yang berhubungan dengan sepeda motor anda seperti pencurian helm, pencurian aksesoris motor, dsb.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang Kinerja Pelayanan Publik Bagian Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.

(57)

Permasalahan dalam penelitian ini antara lain: Penertiban pedagang kaki lima yang belum efektif, Terbatasnya pegawai Satpol PP, Kurangnya respon dalam kebutuhan pedagang kaki lima, Rendahnya sikap tegas serta tidak ada sanksi yang tegas dalam menegakan hukuman atau sanksi. Dengan menggunakan teori Dwiyanto dengan indikator kerjanya yaitu; 1) Produktivitas, 2) Kualitas Layanan, 3) Responsibilitas, 4) Akuntabilitas. Metode penelitian Kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja Satpol PP belum berjalan dengan optimal.

Perbedaan peenliti dengan penelitian terdahulu adalah metode penelitian yang digunakan peneliti merupakan metode kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif kuantitatif. Tempat penelitian yang menjadi lokus penelitian peneliti adalah di Kepolisian Resort Serang. Terdapat persamaan grand theori dalam penelitian ini.

Rujukan kedua dalam penelitian ini adalah skripsi Feni Rizki Pratiwi Tahun 2015. Dengan judul Kinerja Pelayanan Informasi Publik di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten.. Jurusan Ilmu Administrasi Negara Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(58)

optimal. Ada beberapa hal yang harus dibenahi yaitu memperbaiki sarana dan prasarana serta pola koordinasi yang baik harus dibangun anatar PPID Pembantu dengan petugasnya.

Perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu adalah tempat penelitian yang menjadi lokus penelitian peneliti adalah Kepolisian Resort Serang. Terdapat persamaan grand theory dalam penelitian ini.

Rujukan ketiga dalam penelitian ini adalah skripsi Reni Indriyani dengan judul Kinerja Pengelolaan Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (PBB-PPA) Tahun 2014. Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Masih adanya mahasiswa penerima beasiswa yang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan, Kurang selektifnya pengelola pada calon penerima beasaiwa. Teori yang digunakan Kinerja Organiasai (Nawawi 2013). Metode penelitian Kuantitatif Deskriptif. Hasil penelitian Kinerja Pengelola Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (PBB-PPA) di Untirta sudah baik.

(59)

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori hubunga antara berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah. Dalam penelitian ini, kerangka berfikir ditunjukan untuk mengetahui Kinerja Pelayanan Publik Bagian Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.

Penelitian ini diawali dengan melihat permasalahan yang terdapat pada latar belakang masalah, yaitu: Tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang, masih rendahnya kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) yang terselesaikan, terbatasnya jumlah personel Kepolisian Resort Serang dan Sumber Daya Penyidik, rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti bermaksud meneliti tentang Kinerja Kepolisian Resort Serang Bidang Sat Reskrim Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Serang, penlilaian kinerja organisasi publik yang peneliti lakukan didasarkan pada Teori Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178) menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu:

1. Produktivitas

(60)

2. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidak puasan publik terhadap kualitas layanan.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas layanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung mengembangkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannnya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidakselarasan anatara pelayanan dengan kebutuhan amsyarakat. Hal tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organiasasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupum implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada satu ketika berbenturan dengan responsibilitas.

5. Akuntabilitas

(61)

Untuk memahami lebih jelas dari kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat di Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Bepikir

Permasalahan:

1. Tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang.

2. Masih rendahnya kasus pencurian kendaraan berrmotor (Curanmor R-2) yang terselesaikan.

3. Terbatasnya jumlah Personel Kepolisian dan sumber daya penyidik. 4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan tindak

pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).

Output:

Kinerja Kepolisian Resort Serang Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort

Serang sudah baik.

Sumber : Peneliti, 2016

Indikator Penilaian Kinerja

Menurut Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178) 1. Produktivitas

(62)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhaap rumusan masalah penelitian, belum menjadi jawaban yang empiris. (Sugiono 2009:64).

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang peneliti lakukan serta merujuk kepada konsep kerangka berfikir di atas, maka peneliti menjabarkan sebuah hipotesis sebagai berikut: “Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang kurang dari 65%.

Ho :

Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang adalah kurang dari atau sama dengan 65%.

Ha :

(63)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana metode ini menggunakan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, sesuai dengan rumusan masalah yang bersifat deskriptif. Metode penelitian ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh dan menyajikan data secara maksimal dan menyeluruh sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar memkualifikasi temuan.

(64)

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini adalah Kinerja Kepolisian Resort Serang Bidang Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kota Serang. Kepolisan Resort Serang merupakan instansi pelayanan publik dalam upaya mengayomi, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Sebagaiaman diketahui saat ini banyaknya kasus-kasus tindak pidana terutama tindak pidana kasus pencurian kendaraan bermotor khusunya R-2, maka Aparatur Kepolisian betanggung jawab serta berupaya mencegah dengan program dan kebijakan yang telah dibuat, mengingat akibat yang ditimbulkan akan memberikan keresahan dan rasa tidak aman bagi masyarakat.

3.3 Lokasi Penelitian

Dengan melihat tema/judul penelitian ini mengenai “Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang” maka peneliti menunjuk tempat penelitian atau menjdai lokus peelitian ini berlokasi di Kepolisian Resort Serang Kelurahan Cipare atau Jalan A. Yani No 64, Serang.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konsep

(65)

Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Adapun indikator-indikator kinerja organisasi publik menurut Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178) yitu:

1. Indikator produktivitas adalah konsep yang tidak hanya mengukur tingkat efesiensi dan efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output.

2. Indikatot Kualitas layanan adalah isu mengenai kualitas layanan cenderung menajdi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas layanan.

3. Indikator Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas menunjukan kepada keselarasan antar program dan kegaiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasai masyarakat. 4. Indikator Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

organisiasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik eksplisit maupun implisit.

5. Indikator Akuntabilitas menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak publik.

3.4.2 Definisi Oprasional

(66)

Tabel 3.1 Oprasional Variabel

Variabel Indikator Sub Indikator

Kinerja

Akuntablilitas Dapat Mengatasi Komplain Bentuk Pertanggungjawaban

Gambar

Tabel  1.1
Grafik 1.1
Grafik 1.2
Grafik 1.3 Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan  Pola Hari dan
+7

Referensi

Dokumen terkait