• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI 1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI 1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI

1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF

A. ANALISIS TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH AGUNG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA.

1. Analisis terhadap kompetensi pengadilan tata usaha Negara dalam memeriksa dan memutus perkara dengan obyek sengketa surat keputusan yang dikeluarkan oleh pihak direksi PT.BNI (persero) tbk.

Majelis hakim pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta memberikan pertimbangan bahwa berdasarkan pasal 1 jo. Pasal 136 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Jo.Kesepakatan Kerja Bersama antara PT.BNI (Persero), tbk dengan serikat pekerja bank bni dimana telah diatur secara tegas bahwa penyelesaian perselisihan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat.Selanjutnya bila tidak tercapai kata

(2)

sepakat dalam musyawarah tersebut, maka pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Berdasarkan pasal 124 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang berhak dan berwenang untuk menyelesaikan perselisihan antara tergugat dengan penggugat adalah Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4d) Dan/Atau Panitia Penyelesaian Perburuhan Pusat (P4P), P4D dan ATAU P4P, P4D dan/atau P4Ptetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum terbentuknya pengadilan hubungan industrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.

Selanjutnya apabila penggugat tetap keberatan terhadap putusan P4Ddan/atau P4Ptersebut, maka penggugat dalam mengajukan gugatan kepada pengadilan tinggi tata usaha Negara (PT.TUN) terhadap putusan P4Ddan/atau P4P yang merupakan keputusan tata usaha negara kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) dan bukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara berdasarkan pasal 51 Undang –Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, majelis hakim PTUN Jakarta memprtimbangkan bahwa seharusnya yang berwenang memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan sengketa perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

(3)

(PHK)antara tergugat dengan penggugat dalam perkara ini adalah panitia penyelesaian perselisihan perburuhan daerah (P4D) dan/atau panitia penyelesaian perselisihan perburuhan pusat (P4P).

Penulis tidak sependapat dengan majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, mengenai kompetensi PTUN Jakarta dalam memeriksa dan memutus perkara dengan obyek sengketa surat keputusan yang dikeluarkan oleh pihak direksi PT.BNI (persero) tbk. Penulis juga tidak sependapat tentang pertimbangan hakim pengadilan tata usaha Negara yang pada pokoknya telah menerima eksepsi tentang kewenangan absolute pengadilan tata usaha Negara Jakarta. Apabila dicermati dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, ternyata PT.BNI (persero) tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal tersebut dapat dilihat dalam ketentuan bab1 pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan bahwa perusahaan perseroan yang selanjutnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003.Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui pernyataan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan sedangkan dalam pasal 1 angka 10 undang-undang aquo kekayaan Negara yang dipisahkan merupakan kekayaan Negara yang berasal dari APBN untuk dijadikan

(4)

penyertaan modal Negara pada perseroan dan/atau perum serta perseroan terbatas lainnya.

Sebagaimana disebutkan pula dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 bahwa maksud dan tujuan dari didirikannya bumn (dalam hal ini adalah PT.BNI (persero) tbk), adalah salah satunya memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya dan untuk mengejar keuntungan.

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan di atas, maka PT.BNI (persero) tbk.Merupakan BUMN yang sebagian besar modalnya adalah kekayaan Negara yang dipisahkan serta sesuai dengan tugas dan usahanya untuk mendapatkan keuntungan.Namun tugas tersebut tidak lepas dari sebagian tugas pemerintahan yaitu untuk kesejahteraan rakyat, masyarakat dan bangsa.

Tergugat (direksi PT.BNI (persero) tbk) dalam menerbitkan surat keputusan yang dijadikan obyek gugatan dalam perkara adalah berkualitas sebagai badan atau pejabat tata usaha Negara yang menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004. Ukuran sebagai badan atau pejabat tata usaha Negara yaitu dalam fungsi dalam melaksanakan urusan pemerintahan yaitu kegiatan yang bersifat eksekutif.

Penggugat adalah sebagai karyawan PT.BNI (persero) tbk, yang diangkat dengan surat keputusan direksi PT.BNI (persero) tbk, dan bukan dilingkup lembaga kontrak kerja. Peraturan mengenai kepegawaian di PT.BNI (persero)

(5)

tbk, diatur di dalam buku pedoman kebijakan,organisasi dan prosedur kerja PT. BNI (persero) tbk.

Apabila diteliti surat keputusan DireksiPT.BNI (persero) tbk, nomor : Kp/Dir/115/R Tanggal 12 Maret 2004 perihal pemberhentian penggugat sebagai karyawan di PT.BNI (persero) tbk, adalah telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana disyaratkan oleh pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 4 jo. Pasal 50 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo.Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004. Menurut pendapat penulis sengketa yang bersangkut paut dengan surat keputusan tergugat tersebut merupakan sengketa tata usaha Negara dan pengadilan tata usaha Negara berwenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikannya.

Berdasarkan penelitian penulis terhadap kasus seperti sengketa antara direksi PT.BNI (persero) tbk yang telah diberhentikan dengan surat pemberhentian oleh direksi PT.BNI (persero) tbk, sudah pernah sudah ada sengketa yang hampir sama obyek sengketanya dan telah mendapatkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu yurisprudensi putusan mahkamah agung republik Indonesia dalam perkara sengketa tata usaha Negara Reg.No.009/G.TUN/1996/PTUN.Jktyang diputus pada tanggal 6 maret 1997 jo. Putusan pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta Reg.No.48/B/1997/PT.TUN.Jkt tanggal 4 juli 1997 yang telah diputus oleh

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan putusan kasasiReg.no.157/K/TUN/1998 tanggal 3 mei 2001.

Berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut dapat disimpulkan bahwa terhadap sengketa menjadi kewenangan pengadilan tata usaha Negara Jakarta untuk memeriksa,memutus dan menyelesaikannya.

2. Terhadapobyek gugatan dalam perkara dengan onyek sengketa surat keputusan yang dikeluarkan oleh pihak PT.BNI (persero) tbk.

Obyek gugatan dalam perkara ini menurut tergugat adalah Surat Keputusan Direksi PT.BNI (persero) tbk Nomor KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 perihal pemberhentian.

Menurut penulis, apabila diteliti secara cermat dalam bantahan penggugat yang menyebutkan bahwa adanya bunyi ketentuan angka 1 dan 2 sebagaimana disebutkan di dalam Bab V Buku Pedoman KepegawaianPT.BNI (persero) tbk, peraturan tersebut secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

“sanksi administrative/hukum jabatan instruktur No. In/005/SDM tanggal 16 januari 2004 memberikan kewenangan direksi untuk melakukan penyimpangan dalam pemrosesan kasus yang dapat menyimpang dari ketentuan buku pedoman kepegawaian ini dan buku pedoman pemrosesan kasus.penyimpangan yang dimaksud adalah khusus terhadap kasus-kasus berat yang menjurus pada fraud atau kesalahan berat (terdapat indikasi kuat adanya kesalahan berat sebagaimana diatur dalam pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).”

(7)

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan secara acontrario bahwa hanya kasus-kasus berat yang disebutkan di dalam ketentuan pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 saja yang dapat memberikan kewenangan kepada direksi untuk dapat melakukan penyimpangan dalam pemrosesan sebagaimana dicantumkan oleh buku pedoman kepegawaian dan buku pedoman pemrosesan kasus, sedangkan terhadap kasus-kasus yang di luar ketentuan pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak dapat memberikan kewenangan kepada direksi untuk melakukan penyimpangan dalam pemrosesan kasus-kasus yang menjurus pada fraud atau kesalahan berat sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan yang ada dan berlaku di lingkungan PT.BNI (persero) tbk.

Apabila diteliti pengenaan sanksi yang telah ditetapkan tehadap penggugat sebagaiman yang didalilkan tergugat di dalam jawabannya atas gugatan serta seperti yang disebutkan di dalam hasil Rapat Direksi tanggal 16 februari 2004 ternyata kasus tersebut tidak termasuk sebagai suatu kasus yang menjurus pada fraud atau kesalahan yang berat, disebutkan dalam pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, sehingga dalam hal ini direksi tidak berwenang melakukan penyimpangan dalam pemrosesan kasus tersebut.

Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat, tindakan direksi PT.BNI (persero) tbk dalam menerbitkan surat keputusan nomor : KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 perihal pemberhentian tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang belum dibuktikan kebenarannya dan dibuat tanpa ada pengacara dan tidak dibuat berita acara pemeriksaan. Perbuatan penerbitan surat keputusan

(8)

direksi tersebut telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungan PT.BNI (persero) tbk, seperti Buku Pedoman Kepegawaian Dalam Bab IV mengenai sengketa penyelidikan personalia yang terlibat kasus, BAB V mengenai sanksi administraitif/hukuman jabatan, serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Menurut penulis, apabila diteliti lebih lanjut ternyata dalam penerbitan surat keputuan direksi tersebut juga bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagaimana yang tercantum dalam pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Terhadap fakta ini didasarkan pada keterangan para pihak dan bukti-bukti yang diajukan oleh pihak-pihak yang bersengketa dimana dalam penerbitan surat keputusan nomor: KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 tersebut tidak melakukan prosedur wawancara atau diberi kesempatan untuk membela diri.

Terhadap fakta tersebut, pihak tergugat dalam jawabannya telah menyampaikan bantahannya bahwa tergugat telah terlebih dahulu mengirimkan surat no.SDM/11/997/R tanggal 24 februari 2004 perihal “pemberintahuan keputusan direksi atas sanksi administrative berupa pemberhentian tanpa predikat” sebelum penerbitan surat keputusan nomor:KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 tersebut. Namun demikian tergugat masih memberikan kesempatan kepada penggugat untuk mengajukan permohonan pengunduran diri yang

(9)

ditindaklanjuti oleh penggugat dengan mengirimkan suratnya tertanggal 1 maret 2004 perihal “pengunduran diri”.

Pengunduran diri dari penggugat tersebut adalah disebabkan adanya suratNo. SDM/11/997/R tanggal 24 februari 2004.Pengunduran diri penggugat bukan atas prakarsa dari diri penggugat atau bukan permohonan berhenti yang murni dari penggugat. Namun menurut penulis walaupun penggugat mengajukan pengunduran diri, penggugat tetap dapat mengajukan keberatan terhadap pihak tergugat atas penerbitan surat keputusan direksi nomor:KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004.

Dalam hal ini tidak diberikannya kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau membela diri kepada penggugat sebelum diterbitkannya surat keputusan nomor:KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 tersebut tidak dibenarkan menurut hukum sebagaimana yang diatur dalam pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.Pada yang dilanggar oleh penggugat adalah asas kecermatan.

“asas kecermatan masyarakat agar badan pemerintah sebelum relevan, dan menunjukkan pula semua kepentingan yang relevan ke dalam pertimbangannya. Bila fakta-fakta penting kurang diteliti itu berarti tidak cermat.Kalau pemerintah secara lalim atau tidak mementingkan pihak ketiga itupun berarti tidak cermat.Dalam rangka ini asas kecermatan dapat mensyaratkan bahwa yang berkepentingan didengar terlebih dahulu, sebelum mereka dihadapkan pada suatu

(10)

keputusan yang merugikan.Bila yang berkepentingan memperoleh kesempatan menjelaskan pandangan mereka secara lisan, asas ini membawa serta pula bahwa dari dengar pendapat dibuatkan laporan tertulis.

Maka dapat disimpulkan bahwa surat keputusan direksi nomor KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 selain bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kecermatan juga dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang sewenang-wenang dalam arti tidak mempertimbangkan kepentingan yang terkait khususnya kepentingan penggugat sehingga merugikan pihak penggugat. Oleh karena itu, berdasarkan uraian penulis di atas maka surat keputusan direksi nomor KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 seharusnya dibatalkan dan juga dicabut. Berdasarkan uraian tersebut pula maka gugatan penggugat seharusnya dikabulkan untuk seluruhnya dan nama baik, harkat dan martabat penggugat juga seharusnya direhabilitasi, serta mengembalikan posisi penggugat pada posisi dan jabatan semula.

B.. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG SUDAH SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 JO.UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA.

Terhadap keberatan-keberatan yang diajukan oleh pemohon kasasi yang dahulu tergugat dan terbanding pada pokoknya yaitu:

(11)

1. Bahwa pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta telah keliru dalam memberikan pertimbangan, karena pengadilan tinggi tata usaha Negara telah menganggap bahwa pemohon kasasi/tergugat adalah merupakan badan usaha milik Negara, sehingga secara otomatis keputusan yang dikeluarkan adalah merupakan putusan dari pejabat/badan tata usaha Negara. Padahal pertimbangan pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta tersebut bertentangan dengan ketentuan pasal 48 jo. Pasal 51 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1980 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas maka sengketa yang terjadi antara pemohon kasasi/tergugat dengan termohon kasasi/penggugat tunduk pada ketentuan pasal 136 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

2. bahwa pertimbangan pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta yang menyatakan bahwa tindakan pemohon kasasi/tergugat menerbitkan obyek sengketa adalah merupakan tindakan yang keliru dan bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu kecermatan dan juga dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang sewenang-wenang dalam arti tidak memperhatikan kepentingan termohon kasasi/penggugat dan juga melanggar asas audi et alteram partem, adalah merupakan pertimbangan yang keliru. Hal ini karena pertimbangan tersebut adalah merupakan pertimbangan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya yang terungkap di

(12)

persidangan. Padahal terbitnya keputusan pemohon kasasi/tergugat nomor: KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 adalah didasari oleh ketentuan-ketentuan yang benar, yaitu buku pedoman kebijakan organisasi dan prosedur PT.BNI (persero) tbk. Perihal Buku Pedoman Kepegawaian Bab.V “sanksi administrative/hukuman jabatan “ Instruksi Nomor IN/005/SDM Tanggal 16 Januari 2004 pada halaman 28-29 huruf f (kewenangan kebijakan proses kasus pegawai). Disamping itu termohon kasasi/penggugat juga telah mengajukan surat pengunduran diri sebagaimana surat termohon kasasi/penggugat tertanggal 1 maret 2004.

3. bahwa pertimbangan pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta mengenai eksepsi yang diajukan pemohon kasasi/tergugat khususnya mengenai telah lewat waktunya gugatan yang diajukan oleh termohon kasasi/penggugat tidak jelas dan cenderung menjustifikasi keinginan dari termohon kasasi/penggugat dan melanggar ketentuan dari pasal 55 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986.Padahal sudah jelas yang menjadi obyek sengketa adalalah surat keputusan direksi nomor KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 bukan keputusan pemohon kasasi/tergugat nomor DIR/691 tertanggal 21 nopember 2004, yang berarti gugatan termohon kasasi/penggugat yang diajukan pada tanggal 2 desember 2004 telah melampaui tenggang waktu lebih dari 90 hari

(13)

sebagaimana ditentukan dalam pasal 55 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986.

4. bahwa pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta telah memberikan pertimbangan yang tidak jelas terhadap eksepsi yang diajukan oleh pemohon kasasi/tergugat mengenai tidak jelas atau kaburnya obyek sengketa dalam gugatannya. Pada awal gugatan termohon kasasi/penggugat menyatakan bahwa yang menjadi obyek sengketa adalah keputusan pemohon kasasi/tergugat nomor KP/DIR/115/r tanggal 12 maret 2004, namun dalam uraian gugatan selanjutnya termohon kasasi/penggugat berusaha mengaburkan obyek sengketa dengan keputusan pemohon kasasi/tergugat nomor DIR/691 tertanggal 21 nopember 2004 dan dalam hal ini tidak dipertimbangkan oleh pengadilan tinggi tata usaha Negara.

Keberatan-keberatan yang diuraikan di atas tidak dapat dibenarkan, karena judex factie pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta tidak salah menerapkan hukum, lagi pula dalam hal ini mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan di tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam penerapan atau pelanggaran hukum yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 Undang-Undang

(14)

Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung.

Keberatan-keberatan tersebut diuraikan oleh Mahkamah Agung.

Mahkamah Agung dalam memberikan putusannya didasarkan pada ketentuan dari pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo.Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, yang meneyebutkan “acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.

Pasal 52 undang-undang nomor 14 tahun 1985 mengatakan “dalam mengambil putusan, mahkamah agung tidak terikat pada alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon kasasi dan dapat memakai alasan-alasan hukum yang lain”. Dalam hal ini mahkamah agung melihat pada ketentuan pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 “pemeriksaan kasasi untuk perkara yang diputus oleh pengadilan di lingkungan peradilan agama atau yang diputus oleh pengadilan di lingkungan peradilan tata usaha Negara, dilakukan menurut ketentuan undang-undang ini.Dalam hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo.Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Penulis dalam hal ini sependapat dengan keputusan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa judex factie pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta tidak salah menerapkan hukum.Bahwa amar putusan majelis hakim pengadilan

(15)

tinggi tata usaha Negara Jakarta No. 63/B/2005/PT/TUN.Jkt.tanggal 11 mei 2005 tersebut perlu diperbaiki sepanjang mengenai penetapan hakim pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta tentang penundaan pelaksanaan tindak lanjut administrasi surat keputusan no.KP/DIR/115/R tanggal 12 maret 2004 tentang pemberhentian, harus dinyatakan tidak berlaku lagi. Sehingga amar putusan pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta poin 5 harus dihilangkan atau dihapus dari amar putusan.

Penulis dalam hal ini sepakat dengan Mahkamah Agung dalam memberikan putusannya didasarkan pada ketentuan pasal 30, pasal 52 dan pasal 55 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Jo.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung, sebagai kewenangan dari Mahkamah Agung, sedangkan dalam memberikan putusannya Mahkamah Agung melihat dari pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Berdasarkan apa yang dipertimbangkan di atas, lagi pula dari sebab tidak ternyata bahwa judex factie pengadilan tinggi tata usaha Negara Jakarta dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh pemohon kasasi sebagai pihak yang kalah maka harus membayar perkara dalam tingkat kasasi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang sama juga dapat ditanamkan nilai-nilai anti korupsi dapat dilakukan di lingkungan keluarga melalui nilai nilai 18 karakter .Dengan menenanamkan 18

Untuk mengetahui pendapatan usahatani purwoceng digunakan analisis pendapatan dan untuk potensi, peluang dan masalah pengembangan digunakan analisis deskriptif

4.2 Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan

Secara keseluruhan dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kombinasi pembebanan berdasarkan SNI 1726:2012 memiliki koefisien yang lebih besar dibandingkan

Hari Senin, tanggal 06 Januari 2020 pukul 10.00 Wib s.d Selesai bertempat di Ruangan Kabagren Polres Lingga telah berlangsung kegiatan Anev Bulanan Periode Januari

Pada usia ini sudah dapat melompat dan menari, meggambar orang dengan kepala lengan dan badan, menggambar segitiga dan segiempat, pandai bicara, dapat

Persentase estrus, waktu timbulnya estrus, lama estrus dan kadar progesteron pada saat estrus pada kambing Bligon yang diinduksi estrus dengan laser dan hormon (estrus

Salah satu fungsi unggul dalam Ms Excel 2007 adalah grafik dimana dapat melihat hasil tabel diubah menjadi ke dalam grafik dengan cepat. Dengan fungsi grafik para ilmuwan