• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002

TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retri-busi Daerah, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 7 Tahun 1999 tentang Retribusi Terminal perlu disesuaikan ; b. bahwa sehubungan dengan maksud huruf a,

maka dipandang perlu mengatur kembali Retribusi Terminal ditetapkan dengan suatu Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur/ Jawa Tengah/ Jawa Barat ;

2. Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2104) ; 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;

4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) ;

(2)

5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) ; 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;

7. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3242) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Peme-rintahan Dalam Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410) ;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1995

tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Kepada 26 Daerah Tingkat II Percontohan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3590) ;

(3)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001

tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ;

15. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Per-undang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Peme-rintah dan Rancangan Keputusan Presiden ; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4

Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Menge-nai Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah ;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ;

19. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Ting-kat II Mojokerto Nomor 1 Tahun 1990 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto.

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO

dan

WALIKOTA MOJOKERTO MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

(4)

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Kota, adalah Kota Mojokerto ;

b. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Mojokerto ;

c. Walikota adalah Walikota Mojokerto ;

d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto ;

e. Dinas Pendapatan, adalah Dinas Pendapatan Kota Mojokerto ;

f. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu secara struktural, teknis dan operasional di bidang Retribusi Daerah atas dasar peraturan perundang-undangan kete-nagakerjaan ;

g. Kas Daerah, adalah Kas Daerah Kota Mojokerto ;

h. Bendaharawan Khusus Penerima untuk selanjutnya disingkat BKP, adalah Benda-harawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan Kota Mojokerto ;

i. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberi oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan ;

j. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;

k. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Daerah ; l. Terminal adalah prasarana transportasi jalan

(5)

orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi ;

m. Terminal Tipe A adalah terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar Propinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, angkutan antar Kabupaten dalam Propinsi, angkutan Kota dan angkutan pedesaan ;

n. Terminal Tipe B adalah terminal berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar Kota dalam Propinsi, angkutan Kota dan/atau angkutan pedesaan ;

o. Terminal Tipe C adalah terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan ;

p. Jalur Masuk adalah jalur yang dilewati kendaraan umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan penumpang ;

q. Mobil Bis adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi ;

r. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi ;

s. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk diperguna-kan oleh umum dengan dipungut bayaran ; t. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu

kendaraan yang tidak bersifat sementara ;

u. Tempat Tunggu Penumpang adalah bangunan berupa ruang tunggu di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi penumpang yang akan melakukan perjalanan ;

v. Tempat Istirahat Awak Kendaraan Umum adalah tempat yang disediakan untuk beristirahat sementara awak kendaraan umum di terminal ;

w. Pengunjung adalah setiap orang yang memasuki areal terminal ;

(6)

x. Kios adalah bangunan yang disediakan di lingkungan terminal dan dipergunakan untuk tempat berjualan atau kegiatan lain yang diizinkan oleh Pemerintah Kota ;

y. Sarana Kebersihan Umum adalah bangunan yang disediakan di lingkungan terminal untuk peturasan, jamban dan mandi ;

z. Tempat Reklame adalah tempat yang disediakan untuk pemasangan reklame atau promosi ;

aa. Surat Setoran Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Walikota ; bb. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang

selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang ;

cc. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ;

dd. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKB, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar ;

ee. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan ;

ff. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

(7)

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK Pasal 2

Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal.

Pasal 3

Obyek retribusi adalah pelayanan atas pemanfaatan fasilitas di terminal meliputi :

a. Tempat memuat dan atau menurunkan penumpang dan atau barang bagi mobil penumpang umum dan mobil bis umum ; b. Tempat parkir ;

c. Kios ;

d. Sarana kebersihan umum ;

e. Tempat istirahat awak kendaraan umum ; f. Tempat pemasangan reklame ;

g. Tempat cuci kendaraan ;

h. Ruang tunggu penumpang dan pengunjung ; i. Izin pemakaian kios dan/atau fasilitas

lainnya.

Pasal 4

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pemakaian fasilitas terminal ;

(2) Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang memperoleh pelayanan pemakaian fasilitas terminal dan/atau yang diwajibkan untuk membayar retribusi.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Terminal termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.

(8)

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis, frekuensi. Luas, dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.

BAB V

PRINSIP DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagai pengganti biaya investasi, biaya perawatan/ pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya pengelolaan, biaya kebersihan, biaya keamanan dan biaya administrasi.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8

(1) Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis, frekuensi, luas dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal sesuai tipe terminal ;

(2) Struktur besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

a. Terminal Tipe A

1. Tempat memuat dan/atau menurunkan penumpang dan/atau barang bagi mobil penumpang umum dan mobil bis umum, untuk :

a. Mobil bis antar kota antar Propinsi setiap masuk, sebesar

Rp. 1.000,00

(9)

Propinsi setiap masuk, sebesar

c. Mobil penumpang umum antar kota setiap masuk, sebesar

Rp. 300,00

d. Mobil bis umum angkutan kota setiap masuk, sebesar

Rp. 300,00 e. Mobil penumpang umum

tidak dalam trayek (taksi dan angguna) setiap masuk, sebesar

Rp. 300,00

f. Mobil penumpang umum angkutan kota setiap masuk terminal, dengan ketentuan bahwa setiap perjalanan pulang pergi sepanjang trayek yang ditentukan hanya dikenakan retribusi 1 (satu) kali, sebagai berikut :

1. trayek paling jauh 15 (lima belas) Km, sebesar

Rp. 150,00

2. trayek lebih dari 15 (lima belas) Km, sebesar

Rp. 250,00

2. Tempat Parkir :

a. sepeda, sebesar Rp. 300,00 b. sepeda motor, sebesar Rp. 500,00 untuk 2

(dua) jam pertama, dan Rp. 100,00 untuk setiap jam berikutnya atau maksimum untuk satu hari Rp. 1.000,00 ;

c. mobil pribadi/pick up, sebesar Rp. 1.000,00 untuk 2 (dua) jam pertama, dan Rp. 250,00 untuk setiap jam berikutnya atau maksimum untuk satu hari Rp. 2.500,00 ; d. Bis mini, sebesar Rp. 1.500,00 untuk 2 (dua)

jam pertama dan Rp. 300,00 untuk setiap jam berikutnya atau maksimum untuk satu hari Rp. 3.000,00

(10)

BAB VII

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 9

Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat ditetapkan SKRD dan/atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10

Retribusi Terminal dipungut di Wilayah Kota Mojokerto.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersama-kan ;

(2) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, disetor ke Kas Daerah dan/atau melalui BKP pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Mojokerto.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan dita-gih dengan menggunakan STRD.

BAB XI

(11)

Pasal 13

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus ;

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Walikota.

BAB XII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 14

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ;

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan ke-mampuan Wajib Retribusi ;

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Walikota.

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15

(1) Retribusi yang terutang berdasarkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa ;

(2) Penagihan retribusi dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(12)

TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Wajib Retribusi harus mengajukan permo-honan secara tertulis kepada Walikota untuk perhitungan pengembalian kelebihan pem-bayaran retribusi ;

(2) Atas dasar permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas kelebihan pembayaran retribusi dapat langsung diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga oleh Walikota ;

(3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berhak atas pembayaran tersebut dapat diperhitungkan dengan pembayaran retribusi selanjutnya ;

Pasal 17

(1) Dalam hal kelebihan pembayaran retribusi yang masih tersisa setelah dilakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diterbitkan SKRDLB paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retri-busi ;

(2) Kelebihan pembayaran retribusi sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada Wajib Retribusi paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB ;

(3) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Walikota memberikan imbalan bunga 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 18

(1) Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retri-busi ;

(2) Atas perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diterbitkan bukti

(13)

pemindah-bukuan yang berlaku juga sebagai bukti pembayaran.

BAB XV

KADALUWARSA Pasal 19

(1) Penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi ;

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa ; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVI

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA

Pasal 20

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapus ;

(2) Walikota menetapkan Keputusan Peng-hapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB XVII PENGAWASAN

Pasal 21

Walikota menunjuk pejabat untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

(14)

KETENTUAN PIDANA Pasal 22

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau dengan setinggi-tingginya 4 (empat) kali retribusi terutang ;

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIX PENYIDIKAN

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah atau Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 198l tentang Hukum Acara Pidana ;

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimak-sud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterang-an atau laporketerang-an tersebut menjadi leng-kap dan jelas ;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut ;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

(15)

pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

d. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah ;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa seba-gaimana dimaksud pada huruf e ;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah ; i. memanggil orang untuk didengar

keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;

j. menghentikan penyidikan ;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat diper-tanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 198l tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 24

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 8 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, dinyatakan tidak berlaku.

(16)

Pasal 25

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Mojokerto.

Ditetapkan di M o j o k e rto

padatanggal 2002 WALIKOTA MOJOKERTO

(17)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002

TENTANG

RETRIBUSI TERMINAL

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam rangka memantapkan penyelenggaraan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, maka untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan Pembangunan Daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah khususnya yang berasal dari Retribusi Daerah, perlu ditetapkan Retribusi Terminal di Kota Mojokerto dengan Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas Pasal 2 : Cukup jelas Pasal 3 : Cukup jelas Pasal 4 : Cukup jelas Pasal 5 : Cukup jelas Pasal 6 : Cukup jelas Pasal 7 : Cukup jelas Pasal 8 ayat (2) huruf c

angka 2 a : Yang dimaksud parkir di terminal adalah tempat parkir untuk mobil penumpang umum dan bis dan untuk mobil pribadi, sepeda motor dan sepeda diatur tersendiri.

Pasal 9 : Cukup jelas Pasal 10 : Cukup jelas Pasal 11 : Cukup jelas Pasal 12 : Cukup jelas Pasal 13 : Cukup jelas

(18)

Pasal 14 : Cukup jelas Pasal 15 : Cukup jelas Pasal 16 : Cukup jelas Pasal 17 : Cukup jelas Pasal 18 : Cukup jelas Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 20 ayat (1) : Saat kadaluwarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberikan kepastian hukum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi. ayat (2) huruf a : Dalam hal diterbitkan Surat

Teguran atau Surat Paksa, kadaluwarsa penagihan dihi-tung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

huruf b : Yang dimaksud dengan pengakuan hutang pajak secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menya-takan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Yang dimaksud dengan penga-kuan utang secara tidak lang-sung adalah Wajib Pajak tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui utang pajak kepada Pemerintah Daerah.

Contoh :

- Wajib Retribusi mengajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran.

- Wajib Retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 21 : Cukup jelas Pasal 22 : Cukup jelas Pasal 23 : Cukup jelas Pasal 24 : Cukup jelas Pasal 25 : Cukup jelas Pasal 26 : Cukup jelas Pasal 27 : Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

TAQWA MISI 5 AMAN Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Pendidikan, Kesehatan) Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan Percepatan pembangunan infrastruktur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan memperoleh desain pembelajaran pada materi fungsi kuadrat dengan visual scaffolding untuk dapat mengembangkan kemampuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran berbasis ketrampilan proses dengan e-portofolio assessment online pada mata kuliah Technique

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pre Test Post Test Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu

Un- tuk menjelajahi setiap sudut tempat yang ada, tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, karena cukup luasnya kawasan Trans Studio Ban- dung, dan memang sangat

Bentik (tutupan karang) yang paling dominan ditemukan pada ketiga lokasi adalah karang keras (HC) dengan persentase lebih dari 50% pada setiap lokasi dengan genus yang paling

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan juga bahwa pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua terhadap mahasiswa berada dalam kategori rendah dengan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kendala dalam menaggulangi penyalahgunaan narkotika kurang peran serta masyarakat, masyarakat kurang memahami tugas dari BNN,