• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penentuan harga jual produk berdasarkan metode cost plus pricing Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi penentuan harga jual produk berdasarkan metode cost plus pricing Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK

BERDASARKAN METODE COST PLUS PRICING

Studi Kasus pada Perusahaan Pertenunan “ Santa Maria Boro ” tahun 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

IGNATIUS SIGIT RINTA PATMAKA

NIM: 001334134

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

“Keberanian yang sebenarnya adalah bagaikan

layang- layang, sentakan angin yang menentangnya

bukannya melemparkannya kebawah, bahkan justru

sebaliknya menaikkannya.”(John-Petit Senn

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan :

untuk yang terkasih

Bapak Augustinus Ngadiman (Alm)

Ibelku yang tercinta F. Sudarti

Iyu-iyuku yang tersayang

Veronika Ida Sri Guntari

Maria Magdalena Ernaningsih

Anastasia Tutik Ariani

Calon Ponaanku sikh AYU dewe

Chelsea-Tyo

Ajenk

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ……Desember 2006 Penulis

(7)

vii

ABSTRACT

EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK BERDASARKAN METODE COST PLUS PRICING

STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERTENUNAN “SANTA MARIA BORO”

TAHUN 2006 Ignatius Sigit Rinta Patmaka

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan penetapan harga jual produk selimut kode 243 dan kain pel kode 151 pada perusahaan pertenunan “Santa Maria Boro” dengan penetapan besarnya harga jual produk berdasarkan kajian teori. Penelitian dilaksanakan di perusahaan pertenunan “Santa Maria Boro” Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta pada tahun 2006.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisa data dilakukan dengan (1) mendeskripsikan kuantitas produk yang dihasilkan perusahaan selama tahun 2005 (2) mendeskripsikan penetapan harga jual produk oleh perusahaan dengan penetapan harga jual produk berdasarkan kajian teori dengan metode Cost Plus Pricing , dengan langkah-langkah (a) pengumpulan data biaya produksi (b) menghitung harga pokok per unit (c) menentukan Mark-Up (d) menentukan harga jual produk,(3) melakukan analisis dan menyimpulkan tepat atau tidaknya penentuan harga jual produk yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang seharusnya menurut kajian teori.

(8)

viii

THE EVALUATION OF PRODUCT SALES PRICE DETERMINATION BASED ON THE COST PLUS PRINCING METHOD

A CASE STUDY ON THE TEXTILE COMPANY OF “SANTA MARIA BORO”

2006

Ignatius Sigit Rinta Patmaka Sanata Dharma University

Yogyakarta

The purpose of this research was to know the accuracy of the product sales price regulation of blangket code 243 and mop code 151 on “Santa Maria Boro” Textile Company comparing with the decision of the product sales price based on theory examination. The research was conducted in “Santa Maria Boro” Textile company,Kalibawang,Kulon Progo,Yogyakarta,in the year of 2006.

The data collecting techniques used were interviews, documentation, and observation. The data analysis techniques used was as follows : (1) describing the product quantity produced by the company in 2005, (2) describing the product sales price regulation by the company with the product sales price regulation based on theory examination with cost plus pricing method,with the following steps : (a)collecting the production cost data, (b) counting the unit cost price, (c) determining the mark-up, (d) deciding the product sale price, (3) doing an analysis and concluding the accuracy of the product sales price regulation conducted by the company with the theory examination.

(9)

ix

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI PENENTUAN HARDA JUAL PRODUK BERDASARKAN METODE COST PLUS PRICING, dengan studi kasus pada Perusahaan Pertenunan “ Santa Maria Boro “

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun berkat dorongan, semangat dan petunjuk dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Pada kesempatan ini, terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:

1. Bapak T. Sarkim., M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo JR, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto P. S.Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M. Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan membimbing dan memberikan saran dari pembuatan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini.

(10)

x

Sanata Dharma yang telah membantu selama menuntut ilmu di Sanata Dharma hingga selesai.

7. Almarhum Bapak tercinta Augustinus Ngadiman, Ibelku tercinta F. Sudarti serta kakak tercinta ( Yu Ido, Eno, Tutik ) dan yang telah memberikan dorogan dan bantuan untuk menyesaikan skripsi ini.

8. Buder Thomas Edison Fic, selaku Pimpinan Perusahaan Pertenunan Santa maria Boro, yang telah berkenan memberikan kesempatan begi saya untuk mengadakan penelitian di Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro

9. Rekan-rekan tercinta khususnya mahasiswa PAK Angkatan 2000

( Ayuk, Bejo., Sefri, dsb ) yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyusunan skripsi dan dalam menghadapi ujian sarjana

10. Irene Leny Pradista Anggadewi ( Chelsea Tyo )yang senantiasa sudah memberi dukungan penuh hingga terselesainya skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran serta usulan demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta,…. Desember 2006

(11)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAM PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PPERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK... vii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah... 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BABII KAJIAN PUSTAKA... 8

A. Harga Pokok Produk ... 8

1. Pengertian Harga Pokok ... 8

2. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produk... 8

3. Metode Penentuan Harga Pokok Produk 11 B. Biaya ... 13

1. Pengertian Biaya ... 13

2. Penggolonga Biaya ... 14

C. Harga Jual ... 17

1. Pengertian Harga Jual ... 17

(12)

xii

4. Metode Penentuan Harga Jual ... 22

5. Manfaat Informasi Biaya Penuh Dalan Keputusan Penetapan Harga Jual ... 29

BABIII METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian... 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

D. Definisi Variabel dan Pengukuran ... 32

E. Data yang Dicari ... 33

F. Tehnik Pengumpulan Data... 33

G. Tehnik Analisis Data ... 34

BABIV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 36

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 36

B. Lokasi Perusahaan ... 39

C. Permodalan ... 40

D. Struktur Organisasi ... 40

E. Produksi ... 45

F. Personalia ... 52

G. Pemasaran ... 55

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 58

A. Analisa Data ... 58

1. Deskripsi Kuantitas Produk Yang Dihasilkan Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro Selama Tahun 2005 ... 58

2. Deskripsi Penetapan Harga Jual ... 59

a. Pengumpulan Data Biaya Produksi ... 59

1) Biaya Bahan Baku ... 59

2) Biaya Bahan Penolong ... 60

3) Biaya Tenaga Kerja ... 60

4) Biaya Overhead Pabrik ... 62

b. Harga Pokok Produksi ... 63

(13)

xiii

c. Mark-Up ……… 64

d. Penetapan Harga Jual Produk ……… 64

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

Perbandingan Penentuan Harga Jual antara Perusahaan dengan Peneliti pada Produk ... 66

1. Selimut ... 66

2. Kain Pel ... 66

BABVI KESIMPULAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(14)

xiv

Halaman

Tabel 1. Daftar Hasil produksi Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro ... 45

Tabel 2. Daftar Hasil Produksi Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro ... 58

Tabel 3. Biaya Bahan Baku Sesungguhnya ... 59

Tabel 4. Biaya Bahan Penolong... 60

Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja Langsung... 61

Tabel 6. Biaya Overhead Pabrik ... 62

Tabel 7. Rangkuman Biaya Bahan Baku, Biaya Bahan Penolong, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead Pabrik ... 63

(15)

xv

1. Struktur Organisasi Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro 2. Proses Produksi Selimut

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dekade ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi setiap

perusahaan dituntut dapat cepat berkembang dan berhasil, guna meneruskan

kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan sangat membutuhkan perencanaan

yang matang agar dapat menentukan strategi yang tepat untuk menghadapi

persaingan yang ketat dalam pasar bisnis.

Pada umumnya laba merupakan salah satu tujuan perusahaan. Perusahaan

berusaha memaksimalkan laba dengan cara meraih hasil penjualan yang tinggi

dan biaya yang rendah. Hasil penjualan yang besar dapat dicapai dengan volume

penjualan yang tinggi atau dengan harga yang tinggi. Dalam praktek banyak

faktor yang mempengaruhi baik volume penjualan maupun harga.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka prioritas utama yang dilakuakn

perusahaan adalah membuat strategi pemasaran yang tepat yaitu kepuasan

konsumen (Basu Swastha, 1984 : 146). Dalam era persaingan yang semakin

tajam, konsumen mulai memainkan peranannya dalam dunia bisnis. Konsumen

mulai menuntut kepada produsen untuk menghasilkan produk yang berkualitas,

layanan yang cepat, harga yang murah, layanan yang memuaskan dan fleksibel

(Henry J. Johansson, 1995 : 120). Dalam hal ini perusahaan tidak lagi

(17)

mulai dengan konsumen yang ada, kemudian berusaha mengetahui kebutuhan

mereka dan mencoba menghasilkan untuk memenuhi tuntutan konsumen tersebut.

Penentuan harga jual merupakan salah satu unsur pemasaran. Harga dapat

mencerminkan strategi produk, yaitu untuk siapa produk ditujukan. Harga jual

mencerminkan saluran distribusi yang digunakan, semakin panjang produk

didistribusikan, harga akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Harga

bergantung pula pada jenis promosi yang digunakan, karena biaya promosi akan

dimasukkan dalam harga.

Keputusan penentuan harga jual merupakan suatu masalah yang harus

dicari penyelesaiannya. Kesalahan dalam penentuan harga jual dapat

menimbulkan kesulitan dalam perusahaan. Apabila perusahaan menentukan harga

terlalu tinggi maka akan menyulitkan penjualan, sebaliknya bila harga terlalu

rendah dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan

harus dapat menentukan harga jual yang paling efektif. Perusahaan harus dapat

menarik dan memuaskan konsumen dan sekaligus memberi keuntungan bagi

perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Keputusan untuk menentukan harga jual tidak dapat terlepas dari pengaruh

intern maupun ekstern perusahaan. Harga jual itu sendiri dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : biaya, jenis, tujuan perusahaan khususnya laba dan

Return of Invesmen (ROI) yang diharapkan, tipe pasar yang dihadapi dan

elastisitas permintaan dan penawaran.

Bagi manajer, keputusan mengenai harga jual produk merupakan suatu

(18)

perimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar. Namun jumlah

permintaan akan suatu produk sulit ditentukan. Banyak ketidakpastian lain yang

dihadapi oleh manajer dalam pembentukan harga jual produk dipasar, seperti

selera konsumen dan jumlah pesaing.Biaya bukan satu-satunya faktor yang

menentukan harga jual, tetapi biaya dapat memberikan informasi batas bawah

suatu harga jual produk harus ditetapkan. Penentuan harga jual dapat ditentukan

melalui beberapa metode diantaranya adalah : Normal Pricing, Cost Plus Pricing,

Cost Type Contract Pricing, Special Order Pricing, Time and Material Pricing,

dan penentuan harga jual yang ditetapkan pemerintah.

Harga jual yang tepat adalah harga jual yang dapat menutup semua biaya

baik biaya langsung maupun tidak langsung yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan serta dapat menghasilkan laba tertentu sehingga perusahaan tersebut

tetap beroperasi. Dalam penelitian ini, metode penentuan harga jual yang

digunakan adalah metode Cost Plus Pricing, karena metode ini mempunyai

beberapa kebaikan antara lain : (1) Penjual lebih pasti mengenai biaya

dibandingkan dengan permintaan, dengan mengingat pada biaya maka perusahaan

tidak perlu sering mengadakan penyesuaian apabila terjadi perubahan permintaan.

(2) Banyak orang merasa bahwa penetapan harga jual dengan metode Cost Plus

Pricing lebih adil bagi perusahaan dan bagi pembeli.

Perusahaan yang penulis teliti adalah perusahaan manufaktur yang

bergerak dibidang tekstil yang memproduksi barang secara terus menerus.

Meskipun begitu, perusahaan pertenunan Santa Maria Boro juga melayani

(19)

Hampir semua instansi- instansi yang memesan produk diperusahaan ini berasal

dari Yayasan Katolik. Dari fakta yang ada dilapangan, dimana perusahaan

pertenunan Santa Maria Boro yanmg dilihat dari segi letak perusahaan yang jauh

dari kota di Pegunungan Menoreh, dengan peralatan yang bisa dikatakan

sederhana masih eksis berproduksi dari tahun 1950 sampai sekarang, apa yang

menjadi rahasia sehingga instansi-instansi baik yang berasal dari kota Yogyakarta

maupun luar kota memesan produk yang berasal dari perusahaan ini. Apakah hal

itu diakibatkan factor non teknis seperti, saling membantu, dimana sama-sama

dibawah naungan Yayasan Katolik, atau diakibatkan karena factor harga jual yang

ditentukan perusahaan pertenunan Santa Maria Boro relatif rendah, sehingga

mendorong instansi- instansi tersebut memesan produk dari perusahaan ini.

Oleh sebab itu dari masalah yang ada diatas, mungkin banyak sekali factor

yang mempengaruhi, sehingga dalam penulisan skripsi ini penulis ingin meneliti

dari factor penentuan harga jual, apakah penentuan harga jual yang ditentukan

oleh perusahaan pertenunan Santa Maria Boro sudah tepat, sehingga dengan harga

jual atas produk- produk yang dihasilkan tersebut perusahaan sudah mendapat

laba dan bisa menutup semua biaya-biaya yang ada didalamnya.

Penulis tidak akan membahas semua factor yang mempengaruhi harga jual

tetapi penulis hanya membahas pada factor biaya saja yaitu biaya yang telah

dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu barang.

Oleh karena itu pentingnya harga jual yang ditentukan oleh suatu

perusahaan mendorong penulis mengadakan penelitian di Perusahaan Pertenunan

(20)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penelitian yang dilakukan berjudul “Evaluasi Penentuan Harga Jual Produk

Berdasarkan Metode Cost Plus Pricing

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah pada aspek

penentuan harga jual dalam metode Cost Plus Pricing dengan pendekatan Full

Costing. Metode yang digunakan membandingkan penentuan harga jual dalam

metode Cost Plus Pricing dengan pendekatan Full Costing yang dilakukan

perusahaan dengan kajian teori. Penulis juga membatasi jenis produk tertentu

yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu selimut dan kain pel.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut :

1.Apakah prosedur penentuan harga pokok produk yang ditentukan oleh

Perusahaan Pertenunan “Santa Maria Boro” sudah tepat ?

2.Apakah penetapan besarnya harga pokok produk pada Perusahaan

Pertenunan “Santa Maria Boro” sudah tepat ?

3.Apakah penetapan besarnya harga jual produk oleh Perusahaan

(21)

D. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui ketepatan prosedur penentuan harga pokok produk

pada perusahaan.

2.Untuk mengetahui ketepatan besarnya harga pokok produk

padaperusahaan dengan harga pokok produk berdasarkan kajian teori.

3.Untuk mengetahui ketepatan penetapan besarnya harga jual produk pada

perusahaan dengan harga jual produk berdasarkan kajian teori.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dapat membantu melaksanakan tugas

sesuai dengan bidangnya. Dan diharapkan dapat digunakan sebaik mungkin

antara lain oleh:

1. Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan dalam menentukan

harga jual produk yang dihasilkan, dan juga dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan terutama dalam

penentuan harga jual produk.

2. Universitas Sanata Dharma

Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan mutu

Universitas Sanata Dharma. Dan diharapkan dapat menambah bahan

bacaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta menambah referensi

(22)

3. Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan dapat

digunakan untuk sarana menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Pokok Produk

1. Pengertian Harga Pokok Produk

Setiap produk dalam pembuatannya membutuhkan biaya, yang terdiri

dari biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan

kumpulan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengolahan bahan baku

sampai menjadi produk, sedangkan biaya non produksi adalah biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan diluar produksi, contoh : kegiatan pemasaran,

kegiatan administrasi dan umum (Mulyadi, 1991 : 17). Sedangkan semua

biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk disebut Harga

Pokok Produk. Untuk penentuan harga jual dengan metode Cost Plus Pricing

besarnya biaya produksi yang berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik digunakan sebagai penghitung harga

pokok produk. Harga pokok produk ditambah dengan mark-up tertentu yang

terdiri dari biaya non produksi (misalnya : biaya pemasaran, biaya

administrasi dan umum) dan laba yang diharapkan akan menghasilkan Harga

jual produk.

2. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produk

Dalam menghitung harga pokok produk tergantung dari sifat atau

karakteristik dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Ada

(24)

pengolahan berdasarkan pesanan dan pengolahan secara massa. Pada

pengumpulan harga pokok produk pesanan dan metode harga pokok proses.

1) Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)

Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok

produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau

jasa secara terpisah identitasnya. Metode ini biaya digunakan untuk

perusahaan yang memproduksi barang atau jasa secara pesanan. Contoh

perusahaan yang menghasilkan jasa atas dasar pesanan adalah perusahaan

percetakan, kontraktor, bangunan dan sebagainya. Karakteristik dari

perusahaan yang memungkinkan metode harga pokok pesanan adalah

sebagai berikut :

a. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang

bentuknya tergantung kepada spesifikasi pesanan, sehingga sifat

produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan

identitasnya secara jelas.

b. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan

dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil.

c. Jumlah harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan

yang bersangkutan selesai dengan menjumlahkan semua biaya yang

dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan. Harga pokok satuan

untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total harga

pokok pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk

(25)

d. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan kegudang produk selesai dan

biasanya segera akan diserahkan kepada pesanan sesuai dengan

tanggal penyerahan pesanan.

2) Metode Harga Pokok Proses (Proces cost method)

Metode harga pokok proses adalah pengumpulan biaya produksi atau

pusat pertanggungjawaban biaya atau yang umumnya ditetapkan pada

perusahaan yang menghasilkan produk secara masal. Contoh perusahaan

yang menghasilkan produk atau jasa atas dasar proses adalah pabrik

semen, pabrik kertas, pabrik pupuk, tekstil dan sebagainya.

Karakteristik dari metode pokok proses adalah sebagai berikut :

a. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya

bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.

b. Produk yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar tidak

tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

c. Kegiatan produksi didasarkan budget produksi untuk satuan waktu

tertentu.

d. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.

e. Kegiatan produkdsi bersifat kontinyu atau terus menerus.

f. Jumlah total biaya maupun satuan dihitung setiap akhir periode,

misalnya akhir bulan atau akhir tahun.

Prosedur dalam rangka menentukan harga pokok produk pada metode

(26)

a) Mengumpulkan data produksi pada periode tertentu untuk menyusun

laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen dalam rangka

menghitung harga pokok produk persatuan.

b) Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya overhead

pabrik periode tertentu.

c) Menghitung harga pokok satuan elemen biaya yaitu jumlah elemen

biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang

bersangkutan.

d) Menghitung harga produk selesai yang dipindahkan kegudang atua ke

departemen berikutnya dan menghitung harga pokok dalam proses

akhir.

3. Metode Penentuan Harga Pokok Produk

Metode penentuan harga pokok produk adalah cara memperhitungkan

unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksinya menurut Mulyadi (1984

: 29). Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok

produksinya terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing (metode

penentuan harga pokok penuh) dan metode variable costing (metode

penentuan harga pokok variabel).

1) Metode Full Costing

Metode full costing merupakan penentuan harga pokok produksi

yang memperhitungkan semua unsur biaya kerja langsung, dan biaya

(27)

Apabila diformulasikan, maka penentuan harga pokok produksi

dengan metode full costing adalah sebagai berikut :

(Mulyadi : 1997 : 19)

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik tetap Rp xxx

Harga Pokok Produksi Rp xxx

Didalam metode full costing biaya overhead pabrik, baik bersifat

tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas

dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar

biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead

pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk jadi yang

belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai elemen biaya pokok

penjualan apabila produk jadi tersebut telah terjual.

2) Metode Variable Costing

Metode variable costing adalah metode penentuan harga pokok

produk yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke

dalam harga pokok produk. Harga pokok produksi menurut metode

variable costing adalah sebagai berikut : (Mulyadi : 1991 : 20 – 21)

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

BOP Variabel Rp xxx

Harga Pokok Produksi Rp xxx

Didalam metode variabel costing biaya overhead pabrik tetap

diperlukan sebagai period cost bukan sebagai harga pokok produk, biaya

(28)

costing biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada proses produk

yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam

periode terjadinya.

B. Biaya

1. Pengertian Biaya

Perusahaan selalu menginginkan harga yang dapat menutup semua

biaya yang keluarkan hal itu dilakukan agar perusahaan tidak mengalami

kerugian. Biaya merupakan landasan bagi harga yang ditetapkan oleh

perusahaan untuk produk yang dihasilkan. Apabila harga yang ditetapkan

tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian, sedangkan apabila

harga yang ditetapkan melebihi semua biaya akan mengalami keuntungan.

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan

satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tertentu

(Mulyadi, 1990 : 11-44). Dari definisi biaya tersebut dapat diketahui adanya

empat unsur pokok yang penting yaitu : (1) Biaya merupakan pengorbanan

sumber ekonomi, (2) Diukur dalam satuan uang. (3) Yang telah terjadi atau

yang secara potensi akan terjadi, (4) Pengorbanan tersebut untuk tujuan

tertentu. Sedangkan pengertian biaya (R.A. Supriyono,1983:16) adalah harga

yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan

yang akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan.

Dalam praktik istilah biaya (cost) digunakan dalam dua arti

(29)

kontek pengertian beban (expenses)(Mulyadi, 1990:19). Konsep cost dan

biaya adalah sebagai berikut :

a. Harga perolehan atau harga pokok (cost)

Jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang, dalam bentuk kas yang

dibayarkan, atau nilai aktiva lain yang diserahkan atau dikorbankan,

atau hutang yang timbul, atau tambahan modal dalam rangka

pemilikan barang atau jasa yang diperlukan perusahaan baik pada

masa lalu maupun pada masa yang akan datang.

b. Biaya (expenses)

Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka

memperoleh penghasilan dan dipakai sebagai pengurangan

penghasilan.

2. Penggolongan Biaya

Biaya dapat digolongkan menjadi lima yaitu :

a. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran

Dasar yang dipakai dalam biaya adalah nama obyek pengeluaran.

Contohnya nama obyek adalah bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu : produksi,

pemasaran, administrasi dan umum. Maka dalam perusahaan

(30)

1) Biaya Produksi

Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap jual. Menurut obyek pengeluaran, biaya

produksi dibagi menjadi tiga yaitu : biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja, biaya overhead pabrik.

2) Biaya Pemasaran

Biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran

produk. Misalnya : biaya angkut penjualan, biaya asuransi, biaya

gaji bagian pemasaran dan sebagainya.

3) Biaya Administrasi dan Umum

Biaya-biaya untuk mengordinasikan kegiatan produksi dan

pemasaran produk. Misalnya ; biaya telepon, biaya gaji direksi,

biaya pemegang saham dan sebagainya.

c. Penggolongan biaya menurut biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk, sedangkan jika

perusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang dibiayai adalah

berupa penyerahan tersebut.

Dalam hubungan dengan produk, biaya dibagi menjadi dua golongan :

1) Biaya langsung

Biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai meliputi

(31)

2) Biaya tak langsung

Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh suatu yang dibiayai

meliputi biaya overhead pabrik.

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungan dengan

perubahan volume kegiatan

1) Biaya variabel

Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung.

2) Biaya semi variabel

Biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan.

3) Biaya tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan

tertentu.

Contoh : gaji direksi, direktur produksi

e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya.

1) Pengeluaran modal :

Biaya-biaya yang dinikmati oleh lebih dari satu periode akuntansi.

2) Pengeluaran pendapatan :

Biaya-biaya yang bermanfaat di dalam periode akuntansi dimana

(32)

C. Harga Jual

1.Pengertian Harga Jual

Definisi harga menurut Basu Swastha (1984:147) adalah jumlah uang

(ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Konsep

yang lain menunjukkan apabila harga sebuah barang yang dibeli konsumen

dapat memberikan hasil yang memuaskan, maka dapat dikatakan bahwa

penjualan total perusahaan akan berada pada tingkat yang memuaskan, diukur

dalam nilai rupiah, sehingga dapat menciptakan langganan. Sedangkan

definisi yang lain harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh

suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang dan jasa yang

dijual atau diserahkan. (Supriyono : 1998 : 332). Penentuan harga jual

berhubungan dengan : (1) Kebijakan penentuan harga jual (pricing policies),

(2) Keputusan penentuan harga jual (pricing decision). Kebijakan penentuan

harga jual adalah pernyataan sikap manajemen terhadap penentuan harga jual

produk atau jasa. Keputusan penentuan harga jual adalah penentuan harga jual

produk atau jasa suatu organisasi yang umumnya dibuat untuk jangka pendek

yang dipengaruhi oleh kebijakan penentuan harga jual, pemanfaatan kapasitas,

dan tujuan organisasi. Manajer pembuat keputusan harga jual senantiasa

memerlukan informasi biaya dan kualitas produk atau jasa dalam pengambilan

keputusan harga jual. Biaya merupakan salah satu faktor yang diketahui

dengan pasti oleh manajer dan memberikan informasi batas bawah suatu

(33)

Bagaimana manajemen penentukan harga jual produk atau jasa

merupakan salah satu jenis pengambilan keputusan yang penting, bukan

hanya merupakan kebijakan dibidang pemasaran atau bidang keuangan,

melainkan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan

perusahaan. Penentuan harga jual produk ataujasa selain mempengaruhi

volume penjualan atau jumlah pembeli juga akan dapat berpengaruh pada

pendapatan perusahaan.

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga

Harga jual produk umumnya oleh permintaan dan penawaran dipasar.

Keputusan penentuan harga jual biasanya dibuat berulang-ulang karena biaya

bukan merupakan satu-satunya faktor penentu harga jual, karena selain itu

harga jual juga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Faktor eksternal meliputi selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki

pasar, dan harga jual yang ditentukan oleh pesaing juga sangat dominan dalam

pembuatan keputusan harga jual. Perubahan harga jual bertujuan agar agar

harga jual yang baru dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau

biaa masa depan (future cost), kondisi pasar, reaksi pesaing, laba atau return

yang diinginkan dan sebagainya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengarui

tingkat harga meliputi :

a. Keadaan Perekonomian

Sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku, karena perubahan

kondisi perekonomian sangat peka terhadap harga. Misalnya : Inflasi dan

(34)

b. Permintaan dan Penawaran

1) Permintaan :

Sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.

Pada tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah

yang diminta lebih besar, sedangkan pada tingkat harga yang lebih

tinggi mengakibatkan permintaan lebih kecil.

2) Penawaran :

Jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada tingkat harga tertentu. Pada

tingkat harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan

lebih besar.

c. Elastisitas permintaan

Sifat permintaan selain mempengaruhi tingkat harga yang

mempengaruhi volume penjualan. Untuk beberapa jenis barang, harga dan

volume penjualan berbanding terbalik, artinya kepekaan perubahan

permintaan terhadap perubahan harga, jika ada kenaikan harga maka

volume penjualan akan menurun sedangkan bila harga turun volume

penjualan akan meningkat.

d. Persaingan :

1) Persaingan murni :

Dimana dalam sebuah pasar jumlah penjual dan pembeli sama

banyaknya.

(35)

Dimana dalam sebuah pasar barang dengan merk tertentu mengalami

kesulitan dalam pemasarannya karena harganya lebih tinggi dari

barang sejenis merk lain.

3) Oligopoli :

Dimana dalam sebuah pasar dikuasai oleh beberapa pembeli barang

sangat dipengaruhi oleh faktor : permintaan barang, harga barang

subtitusi/pengganti dan peraturan pemerintah.

4) Monopoli :

Dimana dalam sebuah pasar hanya terdapat satu penjual yang

mengalami permintaan barang dan jasa. Kondisi demikian membuat

perusahaan sangat dominan dan dapat mempengaruhi harga pasar.

e. Biaya

Merupakan dasar dalam penentuan harga, karena jikat tingkat harga tidak

dapat menutup biaya yang telah dikeluarkan maka akan mengakibatkan

kerugian bagi perusahaan. Sedangkan jika tingkat harga yang ditetapkan

melebihi semua biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan.

f. Tujuan perusahaan :

Mendapatkan laba maksimum, mencapai volume penjualan tertinggi,

dapat menguasai pasar, dan mengembalikan modal yang ditanam.

g. Pengawasan pemerintah

Banyak faktor yang saling berinteraksi dan berpengaruh terhadap harga

jual sehingga perlu dipertimbangkan di dalam penentuan harga jual.

(36)

1) Tujuan perusahaan, khususnya laba dan return on investment (ROI) yang diharapkan.

2) Biaya, khususnya biaya masa depan. 3) Pendapatan yang diharapkan.

4) Jenis produk atau jasa yang dijual 5) Jenis industri.

6) Citra atau kesan masyarakat.

7) Pengaruh pemerintah, khusunya undang-undang, keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah.

8) Tindakan atau reaksi pesaing. 9) Tipe dasar yang dihadapi. 10)Trend ekonomi.

11)Gaya manajemen.

12)Tujuan nonlaba (nirlaba).

13)Tanggung jawab sosial perusahaan

3.Tujuan Penetapan Harga Jual

Harga merupakan suatu cara bagi perusahaan untuk membedakan

penawarannya dari para perusahaan pesaing. Sehingga penetapan harga dapat

dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi differenssiasi barang dalam

pemasaran. Sebagian besar harga jual yang ditetapkan pada suatu produk

barang atau jasa dilandasi oleh tujuan yang hendak dicapai perusahaan. Pada

umumnya perusahaan mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan harga

jual produk barang dan jasa yang meliputi : (Basu Swasta : 148)

a. Mendapatkan Laba Maksimal

Makin besar daya beli konsumen, semakin besar kemungkinan

bagi perusahaan untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi.

Sehingga perusahaan mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan

(37)

b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditanamkan

Harga yang ditetapkan dalam penjualan dimaksudkan untuk

menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai hanya bisa

diambil dari laba perusahaan, dan laba hanya bisa diperoleh bila harga jual

lebih tinggi dari total biaya keseluruhan.

c. Mencegah atau mengurangi persaingan

Dilaksanakan melalui kebijakan harga yaitu apabila para penjual

menawarkan barang atau jasa dengan harga yang sama maka persaingan

dilakukan dengan service yang lain.

d. Mempertahankan atau memperbaiki market share

Memperbaiki market share dilaksanakan bila kemampuan dan

kapasitas produksi perusahaan masih cukup longgar, disamping juga

kemampuan dibidang lain yaitu pemasaran, keuangan dan sebagainya.

Bagi perusahaan kecil yang mempunyai keterbatasan kemampuan, tujuan

penetapan harga jual sekedar untuk mempertahankan market share.

Perbaikan market share kurang ditanamkan, apabila persaingan ketat

4.Metode Penentuan Harga Jual

Prinsip dasar penentuan harga jual produk adalah bahwa harga jual

harus cukup untuk menutup semua biaya dan menghasilkan laba dalam jangka

panjang sehingga dapat memberikan deviden yang wajar bagi para pemegang

sahan serta mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Semua biaya

(38)

biaya administrasi dan umum, baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat

variabel.

Banyak yang menganggap penentuan harga (pricing) sebagai kunci

kegiatan dari sistem perdagangan bebas kapitalis. Harga sebuah produk

mempunyai pengaruh upah, sewa, bunga dan laba. Artinya, harga sebuah

produk mempengaruhi biaya faktor-faktor produksi, tenaga kerja, tanah modal

dan kewiraswastaan. Jadi harga adalah alat ukur dasar sebuah sistem ekonomi

karena harga mempengaruhi alokasi faktor produksi.

Penentuan harga jual yang tepat adalah tuntutan bagi manajemen,

yaitu dengan menutup semua pengorbanan yang telah dilakukan dan

memperoleh laba yang diharapkan karena permintaan konsumen atas produk

dan jasa tidak mudah ditentukan oleh manajer penentu harga jual, karena akan

menghadapi banyak ketidakpastian, jumlah pesaing yang memasuki pasar,

dan harga jual yang ditentukan oleh pesaing.

Metode penentuan harga jual terdiri dari : (Mulyadi : 1993 : 350-368)

1) Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing)

Harga jual = Taksiran Biaya Penuh + Laba yang Diharapkan.

2) Cost – Plus Pricing

Cara penghitungannya sama dengan harga jual dalam keadaan

normal, yaitu :

Harga jual = Taksiran Biaya Penuh + Laba yang Diharapkan.

Sehingga ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan

(39)

biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan full costing dan

variabel costing. Dalam pendekatan full costing, taksiran biaya penuh

yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur

sebagai berikut :

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik (Variabel + Tetap) Rp xxx

Taksiran Total Biaya Produksi Rp xxx

Biaya Administrasi dan Umum Rp xxx

Biaya Pemasaran Rp xxx

Taksiran Total Biaya Komersial Rp xxx

Taksiran Biaya Penuh Rp xxx

Biaya penuh merupakan biaya langsung objek informasi ditambah

bagian yang adil biaya tidak langsung menjadi beban objek informasi

tersebut, yang berupa produk, keluarga produk, aktivitas departemen,

divisi atau perusahaan secara keseluruhan. (Mulyadi : 1993 : 50).

Taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga

jual, dalam pendekatan variable costing terdiri dari :

Biaya Variabel Rp xxx

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx

Taksiran Total Biaya Produksi Variebel Rp xxx

Biaya Administrasi dan Umum Variabel Rp xxx

Biaya Pemasaran Variabel Rp xxx

Taksiran Total Biaya Variabel Rp xxx

Biaya Tetap

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xxx

Biaya Administrasi dan Umum Tetap Rp xxx

Biaya Pemasaran Tetap Rp xxx

Taksiran Total Biaya Tetap Rp xxx

(40)

Laba yang diharapkan dihitung berdasarkan investasi yang

ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Manajer penentu harga

jual untuk memperkirakan barapa laba yang wajar, perlu

mempertimbangkan :

a. Cost of Capital : Biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang

dilakukan dalam perusahaan. Besarnya sangat dipengaruhi oleh

sumber aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan.

b. Resiko Bisnis : Semakin besar resiko bisnis yang dihadapi oleh

perusahaan. Semakin besar persentase yang ditambahkan pada Cost of

Capital di dalam memperhitungkan laba yang diharapkan.

c. Besarnya Capital Employed : Jumlah investasi yang ditanamkan untuk

memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan faktor

yang menentukan besarnya laba yang diharapkan, yang diperhitungkan

dalam harga jual. Semakin besar investasi yang ditanamkan semakin

besar laba yagn diharapkan.

Rumus yang digunakan untuk memperhitungkan harga jual adalah

sebagai berikut : (Mulyadi : 1993 : 355)

Harga Jual per unit =

Biaya yang berhubungan langsung dengan volume produk

(41)

Menurut metode full costing, konsep biaya-biaya yang

berhubungan langsung dengan volume adalah biaya produksi, sedangkan

biaya yang tidak berhubungan langsung dengan volume adalah berupa

biaya non produksi.

Perbedaan antara metode full costing dengan metode variable

costing juga terdapat dalam pernyataan (Don.R.Hansen dan Maryanne

M.Mowen, 1997;560) sebagai berikut :

Absorption costing assign all manufacturing cost to the product. Direct materials, direc labor, variable overhead, and fixed overhead define the cost of product. Thus under this method, fixed overhead is viewed as a product cost, not a period cost.

Berdasarkan pernyatan tersebut, dalam metode full costing, biaya

overhead tetap termasuk biaya produk dan tidak dipandang sebagai biaya

periode, seperti yang ditetapkan dalam metode variablecosting.

Penentuan besarnya persentase mark up dalam penentuan harga

jual cost plus pricing merupakan masalah yang penting. Mark up

merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dalam persentase

tertentu dari suatu produk yang menghasilkan harga jual. Dalam

pendekatan harga pokok produksi penuh, biaya non produksi tidak

dimasukkan ke dalam elemen harga pokok produk, maka mark up yang

ditambahkan pada harga pokok produk diharapkan dapat menutup biaya

non produksi serta memperoleh laba yang diharapkan.

Pendekatan ROI (Return on Investement) dapat digunakan untuk

(42)

Mark up dapat dihutung dengan pendekatan ROI, menggambarkan biaya

yang harus ditutup dan return atas investasi yang diinginkan. (R.A.

Supriyono : 1989 : 157). Adapun pengertian ROI menurut Lukman

Syamsuddin adalah :

ROI merupakan pengukur kemampuan perusahaan secara

keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. (Lukman

Syamsuddin : 1985 : 56).

Penentuan Return on Investement (ROI) dengan menggunakan

perbandingan antara laba bersih operasional dengan selisih antara aktiva

total dengan biaya depresiasi.

Sedangkan ROI menurut Gudono adalah laba yang diperoleh dari

investasi yang ditanamkan ke dalam aktiva (tetap) perusahaan. ROI

seringkali dijadikan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola

perusahaannya. Harga jual dapat membantu mencapai target laba atas

investasi yang ditanamkan maka mark up haruslah didasarkan dari ROI.

(Gudono : 1993 : 146).

Persentase Mark up dapat dihitung dengan rumus : (Mulyadi :

1993 : 353).

Persentase Mark up =

Laba yang diharapkan + Biaya yang tidak dipengaruhi langsung oleh volume produksi

(43)

Laba yang diharapkan = Aktiva Penuh x Tarif Kembalian Investasi

Aktiva penuh adalah aktiva langsung yang bersangkutan dengan

objek informasi ditambah dengan bagian yang adil aktiva tidak langsung

menjadi tanggung jawab objek informasi tersebut (Mulyadi : 1993 : 5).

3) Penentuan Harga Jual dalam Cost type Contrack (Cost type Contract

pricing)

Cost type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa

yang disetujui pihak pembeli untuk membeli dengan harga yang

didasarkan pada total biaya sesungguhnya yang dikeluarkan oleh produsen

ditambah dengan laba yang dihitung sebesar prosentase tertentu dari total

biaya sesungguhnya tersebut.

4) Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing)

Pesanan khusus adalah pesanan yang diterima oleh perusahaan,

dimana pemesan akan meminta harga dibawah harga jual normal atau

sering dibawah harga biaya penuh. Dalam mempertimbangkan penerimaan

khusus, info akuntansi differensial merupakan dasar yang dipakai sebagai

dasar penentuan harga jual. Jika harga yang diminta oleh pemesan lebih

besar dari biaya differensial untuk memproduksi pesanan khusus tersebut,

maka pesanan dapat diterima.

(44)

Digunakan oleh perusahaan bengkel mobil, dak kapal dan

perusahaan lain yang menjual jasa reparasi dan bahan suku cadang sebagai

pelengkap penjualan jasa.

6) Penentuan Harga Jual yang Ditetapkan oleh Pemerintah

Biaya penuh masa yang akan datang dipakai sebagai dasar

penentuan harga jual tersebut dihitung dengan menggunakan pendekatan

full costing saja. Contoh : produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

pokok masyarakat banyak (listrik, air, telepon dan telegram, transportasi

dsb.)

5.Manfaat Informasi Biaya Penuh Dalam Keputusan Penentuan Harga Jual

Dalam keadaan normal, harga jual produk harus dapat menutup biaya

penuh yang bersangkutan dengan produk barang atau jasa dan menghasilkan

laba yang diharapkan. Total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan

produk barang atau jasa sehingga semua pengorbanan ini harus ditutup oleh

pendapatan yang diperoleh dari penjualan merupakan biaya penuh. Harga jual

harus dapat menghasilkan laba yang memadai, sesuai dengan investasi yang

ditanamkan untuk menghasilkan produk barang atau jasa.

Manfaat informasi biaya penuh bagi manajer penentu harga jual,

meliputi : (Mulyadi : 1993 : 348-350).

1. Merupakan titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi

(45)

2. Merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari

kemungkinan kerugian.

3. Merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan memasuki

pasar.

4. Memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu harga jual

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penulisan

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu pengumpulan

data dilakukan terhadap objek tertentu yang diteliti, sehingga kesimpulan yang

diambil berdasarkan penelitian ini terbatas pada objek yang diteliti.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian adalah :

a. Kepala Bagian Produksi

b. Kepala Bagian Pemasaran

c. Kepala Bagian Akuntansi

2. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah metode penentuan harga jual

produk Perusahaan Pertenunan “Santa Maria Boro” Di Boro, Kalibawang,

Kulon Progo, Yogyakarta.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian Perusahaan Pertenunan “Santa Maria Boro” Di Boro,

Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta.

2. Waktu penelitian dari bulan Februari sampai selesai.

(47)

D. Definisi Variabel dan Pengukuran

Variabel adalah sesuatu yang menjadi titik perhatian penelitian. Variabel

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Evaluasi Penentuan Harga Jual

Produk Berdasarkan Metode Cost-Plus Pricing.

Pengertian harga jual adalah uang kemungkinan ditambah beberapa

barang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk

dan pelayanan yang menyertainya. Hal itu mengandung arti bahwa harga jual

merupakan sejumlah uang yang diterima atau ditambah keuntungan beserta

pelayanan yang diberikan. Sedangkan Cost-plus pricing adalah penentuan harga

jual dengan cara menambah laba yang diharapkan diatas biaya penuh yang akan

datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Berkaitan dengan penentuan

harga jual, perusahaan sebelumnya harus menentukan harga pokok produk

terlebih dahulu. Harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk

memperoleh aktiva. Harga pokok produk adalah jumlah yang dapat diukur dengan

satuan uang dalam bentuk kas yang dibayarkan, atau nilai aktiva lain yang

diserahkan atau dikorbankan, atau hutang yang timbul, atau tambahan modal

dalam rangka pemilikan barang atau jasa yang diperlukan perusahaan dimasa lalu

ataupun masa yang akan datang (Supriyono, 1995 : 16). Tetapi jika pengorbanan

tersebut tidak menghasilkan manfaat, maka pengorbanan tersebut merupakan

rugi.

Pengukuran evaluasi penentuan harga jual mengunakan perbandingan

(48)

besarnya selisih itu dianggap perusahaan menguntungkan, dapat dikatakan tepat

dan sebaliknya.

E. Data yang Dicari

Dalam penelitian ini diperlukan beberapa data antara lain :

1. Data sejarah perusahaan dan perkembangannya.

2. Struktur Organisasi

3. Biaya produksi

a. Biaya bahan yang diperlukan pada bulan Oktober 2005.

b. Biaya tenaga kerja langsung yang diperlukan pada bulan Oktober 2005.

c. Biaya overhead pabrik yang diperlukan pada bulan Oktober 2005.

4. Biaya non produksi

a. Biaya pemasaran pada bulan Oktober 2005.

b. Biaya administrasi dan umum pada bulan Oktober 2005.

5. Prosentase laba yang diharapkan

6. Volume penjualan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan petugas

perusahaan yang berwenang atau staf yang berhubungan, misalnya bagian

pemasaran, produksi dan keuangan. Hal-hal yang akan ditanyakan antara lain

(49)

2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung sehingga diperolehnya data

yang lebih obyektif untuk melengkapi laporan penelitian ini antara lain data

tentang proses produksi dan fasilitas yang terdapat dalam perusahaan.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisa Data

a. Mendeskripsikan kuantitas produk yang dihasilkan perusahaan selama tahun

2005.

b. Mendeskripsikan penetapan harga jual berdasarkan metode Cost Plus

Pricing , dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1) Pengumpulan data biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku,

biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, dan biayaover head pabrik.

2) Menghitung harga pokok per unit dengan cara menjumlahkan biaya bahan

baku per unit, biaya tenaga kerja per unit, dan biaya overhead pabrik per

unit.

3) Menentukan Mark-Up dengan rumus sebagai berikut:

Laba yang diharapkan+Biaya non produksi

Prosentase Mark-Up =

Biaya Produksi

4) Menentukan harga jual produk yaitu dengan menjumlahkan harga pokok

(50)

2. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Menentukan selisih harga jual

Menentukan selisih harga jual antara kajian teori dengan peusahaan.

Apabila terjadi suatu selisih dan besarnya selisih itu dianggap perusahaan

(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejaran dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan Pertenunan Santa Maria didirikan oleh Bruder Yoe Sue pada

tahun 1938. Sampai tahun 1950 usaha pertenunan ini masih merupakan usaha

kecil-kecilan, produksinya masih relatif kecil dan belum stabil. Pada tahun 1950

perusahaan mendirikan gedung dan secara resmi beroperasi sebagai perusahaan

pertenunan. Selanjutnya perusahaan ini menggunakan nama “Pertenunan Santa

Maria”. Perusahaan ini berlindung di bawah Yayasan Pangudi Luhur yang pada

waktu itu berkantor di jalan Panembahan Senopati No. 16 Yogyakarta. Sekarang

berganti nomor menjadi 18.

Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro terletak di Desa Boro,

Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo,

Yogyakarta. Perusahaan didirikan satu komplek dengan biara Bruder FIC, Panti

Asuhan Putra, Sekolah Dasar, SLTP yang semuanya merupakan karya missi

konggregasi FIC.

Meskipun desa Boro berada di lereng pegunungan Menoreh namun letak

perusahaan tidak jauh dari jalan raya, sehingga memudahkan transportasi. Dari

tahun ke tahun perusahaan terus berkembang walaupun agak tersendat-sendat,

karena memang tujuan utama perusahaan ini bukanlah mencari keuntungan

semata-mata.

(52)

Adapun tujuan utama perusahaan tersebut adalah untuk memberikan

lapangan pekerjaan bagi para pemuda yang setiap hari menganggur. Alasan kedua

pendirian perusahaan ini adalah untuk memanfaatkan mesin tenun dan menolong

tenaga kerja dari pertenunan yang dikelola seorang pastur yang segera akan

ditutup. Alasan ketiga dari pendirian perusahaan ini untuk mencukupi kebutuhan

sandang anak-anak panti asuhan dan masyarakat sekitar. Maka secara umum

alasan pendirian perusahaan Pertenunan Santa Maria adalah meningkatkan taraf

hidup masyarakat Boro.

Pada operasinya yang pertama, Perusahaan Pertenunan Santa Maria

mempekerjakan 20 orang karyawan serta menggunakan 10 buah alat tenun bukan

mesin yang terdiri atas :

- 2 mesin jakar

- 4 mesin karen role

- 2 mesin wevite

- 2 mesin karohnik

Tahun 1943 Jepang menjajah Indonesia dan tentara Jepang menahan

orang-orang Belanda termasuk Bruder Yoe Sue yang ditahan di Beteng

Vredenberg Yogyakarta pada bulan September 1943. Kepemimpinan perusahaan

diserahkan kepada Bruder Servatius Tjandra Hartanto. Boro saat itu benar-benar

mengalami kesulitan ekonomi dan kemiskinan. Banyak hambatan dan tantangan

dialami, namun Bruder Servatius berhasil mempertahankan pertenunan dan panti

(53)

Tahun 1948 Bruder Yoe Sue dibebaskan dari penahanan dan kembali ke

Boro untuk memimpin pertenunan. Pada masa kepemimpinan kedua tersebut,

perusahaan mengalami perkembangan yang baik. Produksi semakin meningkat,

kain tenun mendapatkan corak-corak baru dan wilayah pemasaran semakin luas.

Tahun 1953 Bruder Yoe Sue dipindahtugaskan sehingga pimpinan

perusahaan secara otomatis digantikan oleh seorang bruder yang lain yang

bertugas di Boro. Pada waktu itu penggantinya adalah Bruder Pachomius.

Dibawah kepemimpinan Bruder Pachomius ini perusahaan terus berkembang.

Tahun 1960 perusahaan menambah peralatan dengan dua buah mesin

karen role, sehingga sejumlah peralatan seluruhnya menjadi 12 buah. Pada tahun

1977, perusahaan menambah lagi alat-alat sehingga jumlahnya menjadi 21 buah.

Tetapi penambahan pada tahun ini berbeda dengan penambahan pada tahun-tahun

sebelumnya, karena penambahan ini merupakan pengoperasian dari sekolah

teknik Yayasan Pangudi Luhur, sehingga penambahan alat ini tidak ada

perhitungan biaya. Pengoperasian ini terjadi karena ada peraturan pemerintah

bahwa untuk sekolah kejuruan tingkat pertama harus menjadi sekolah umum. Hal

ini berlaku juga bagi sekolah teknik yang lokasinya satu komplek dengan

pertenunan.

Pada tahun 1986 Bruder Pachomius pindah ke Semarang, maka

kepemimpinan Perusahaan Tenun Santa Maria diserahkan kepada Bruder

Marcellius. Pada saat kepemimpinan bruder ini perusahaan menambah lagi

peralatan sehingga jumlah peralatan yang ada menjadi 26 buah. Dengan peralatan

(54)

Bulan Januari tahun 1995, pemerintah menetapkan Undang-undang

Perpajakan Baru. Undang-undang tersebut perusahaan tenun Santa Maria

melepaskan diri dari Yayasan Pangudi Luhur. Bulan Januari 1995 perusahaan

tenun Santa Maria membentuk kepengurusan sendiri, namun secara intern

Pperusahaan Tenun Santa Maria berada di bawah konggregasi FIC.

Pertengahan tahun 1999 terjadi perubahan kepemimpinan dari Bruder

Marcellius kepada Bruder Thomas Edison, walaupun masih dalam tahap

peralihan dan sampai penulisan skripsi ini perusahaan di bawah kepemimpinan

Bruder Thomas Edison, dan peralatan yang dimiliki perusahaan sampai saat

penelitian dilakukan berjumlah 50 buah. Peralatan tersebut terdiri dari :

- Roll besar 6 buah

- Roll kecil 10 buah

- Karohnaik 12 buah

- Wevite 4 buah

- Kelos, palet 16 buah

- Skerent 2 buah

Penambahan alat tenun dan tenaga kerja menyebabkan hasil produksi

meningkat. Pemasaran sampai ke kota-kota besar dihampir seluruh Indonesia.

Sebagianpemasaran adalah sekolah-sekolah dan rumah sakit karya misi.

B. Lokasi Perusahaan

Perusahaan Pertenunan Santa Maria berlokasi di dusun Boro, Kelurahan

Banjarsari, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

(55)

Perusahaan pertenunan Boro berdiri di atas tanah seluas 30 x 40 meter,

terletak dalam satu komplek bruderan yang terdiri dari :

1. Biara bruder-bruder FIC

2. Asrama putra Santa Maria

3. SMP Pangudi Luhur I

4. SMP Pangudi Luhur II

C. Permodalan

Modal Perusahaan Pertenunan Santa Maria berasal dari modal sendiri yaitu

Yayasan Pangudi Luhur.

D. Struktur Organisasi

Perusahaan perlu melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya memerlukan

efisiensi kerja sehingga tidak banyak menimbulkan pemborosan yang

merugikan perusahaan. Untuk itu diperlukan suatu struktur organisasi yang

baik dan jelas, karena dengan struktur organisasi yang baik dan jelas akan

dapat diketahui secara jelas tugas dan wewenang sehingga tidak terjadi

(56)

Gambar1

Struktur Organisasi Pertenunan Santa Maria Boro

(57)

Adapun susunan organisasi serta uraian dan wewenang perusahaan

pertenunan Santa Maria adalah sebagai berikut :

1. Konggregasi FIC

Konggregasi FIC sebagai pelindung dan tumpuan apabila perusahaan

mengalami permasalahan-permasalahan yang tidak dapat ditanggung

perusahaan.

2. Pimpinan Perusahaan

Pimpinan perusahaan adalah orang yang dipercaya penuh dalam konggregasi

untuk mengelola perusahaan secara keseluruhan. Pimpinan perusahaan

bertanggung jawab langsung kepada konggregasi. Pimpinan perusahaan

memberi pedoman umum yang dipakai dalam menyusun organisasi,

memeriksa seluruh teknik perusahaan khususnya produksi, administrasi dan

pemasaran. Pimpinan perusahaan menentukan tujuan yang ingin dicapai dan

strategi yang akan dicapai untuk tujuan yang telah ditentukan.

3. Kepala Bagian Produksi

Tugasnya :

a. memelihara kelancaran alat produksi, memperbaiki mesin jika terjadi

kerusakan.

b. Merencanakan jenis dan jumlah mesin barang yang diproduksi.

c. Menentukan standar kualitas dan kuantitas pemakaian bahan baku.

d. Mengadakan penyelidikan terhadap perkembangan produk seperti

kemungkinan dipakainya bahan baru tanpa mengurangi kualitas produk.

(58)

f. mengadakan pengawasan terhadap karyawan.

g. membagi pekerjaan/tugas kepala karyawan.

h. menciptakan hubungan baik antar karyawan.

i. menangani pengupahan karyawan.

4. Bagian Administrasi

Tugasnya :

a. mencatat seluruh peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan

perusahaan, termasuk rencana dan pelaksanaan kebijaksanaan perusahaan.

b. membuat catatan dan laporan kegiatan bulanan.

c. menentukan penyediaan, penerimaan da pengeluaran uang yang

berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

d. menentukan dan melakukan pembelian bahan baku dan barang-barang lain

yang dibutuhkan perusahaan.

e. menerima pesanan pembelian.

f. mencatat transaksi penjualan hasil peroduksi.

5. Bagian Gudang

Tugasnya :

a. mengawasi persediaan barang baik bahan baku, barang setengan jadi,

maupun barang jadi.

b. mengukur dan menyimpan hasil produksi.

c. Menghitung dan mempersiapkan pengiriman barang.

d. Melaporkan jumlah persiapan barang.

(59)

6. Bagian Pembelian

Tugasnya : melakukan pembelian bahan baku dan bahan pembantu untuk

keperluan pribadi.

7. Bagian Penjualan

Tugasnya :

a. melayani penjualan hasil produksi baik penjualan langsung maupun

pesanan.

b. Melakukan pengiriman barang-barang pesanan.

c. Mengenalkan barang hasil produksi kepada calon konsumen.

8. Bagian Pembukaan

Tugasnya : membantu bagian administrasi dalam menyelesaikan seluruh

administrasi keuangan perusahaan.

9. Bagian Wenter

Tugasnya :

a. mencuci dan menggondok benang.

b. Memberi kaporit supaya benang sesuai dengan pesanan bagian produksi.

c. Menjemur benang yang telah selesai diwenter.

10.Bagian Pintal

Tugasnya : mengggulung benang yang telah diolah oleh bagian wenter.

11.Bagian Sekir

Tugasnya : memindahkan benang pintal ke dalam ssebuah alat yang disebut

sekir.

12.Bagian Tenun

(60)

a. menenun benang yang telah didesain oleh bagian sekir dengan proses

mencocokkan motif yang dibuat dari bagian sekir dengan alat yang

digunakan untuk menenun.

b. Memasang benang ke dalam alat yang disebut nucuk.

13.Bagian Pengepakan

Tugasnya :

a. memotong kain sesuai kebutuhan.

b. Menjahit kain pada bagian tepi dari kain yanng telah dipotonng.

14.Bagian Pengepakan

Tugasnya :

a. mengepak kain-kain yang telah siap untuk dipasarkan.

b. Menyerahkan kain yang telah di pak ke bagian penjualan.

E. Produksi

Dalam melangsungkan kontinuitas produksinya, Perusahaan Pertenunan Santa

Maria menghasilka berbagai macam produk.

1. Produk-produk yang menghasilkan antara lain :

Tabel 1

Daftar hasil produksi Pertenunan Santa Maria

No Jenis Produk No Jenis Produk

1 Serbet 21 Blaco

2 Handuk Mandi 22 Handuk

3 Handuk 23 Kain Lorek

4 Handuk Mandi 24 Kain Jarik

5 Serbet 25 Selimut

6 Selimut lorek 26 Sprei

7 Selimut 27 Blaco

No Jenis Produk No Jenis Produk

(61)

9 Taplak meja 29 Sprei

10 Gerstenkorrel 30 Kain shaker

11 Kain Pel 31 Klambu

12 Kain Pel Putih 32 Handuk Lajur

13 Kain Kasur 33 Seragam

14 Serbet Dapur 34 Selimut Bayi

15 Sarung 35 Selimut Bayi

16 Handuk 36 Alas Panci

17 Serbet Hijau 37 Selimut Bayi

18 Kain Pel 38 Selimut Polos Hijau

19 Taplak Meja 39 Serbet Bestip

20 Serbet 40 Selimut Lorek

Dari banyak produk yang dihasilkan Perusahaan Pertenunan Santa Maria

Boro, penulis hanya membatasi produk handuk, selimut dan akin pel

yangakan dibahas dalam pembahasan selanjutnya. Hal ini dipilih menginngat

produk selimut lorek, serbet dan taplak meja yang paling banyak diproduksi.

Perusahaan dalam menbuat produk tersebut membutuhkan bahan baku

dan bahan pembantu. Adapun bahan baku dan bahan pembantu yang

digunakan untuk proses produksi adalah sebagai berikut :

a. Bahan baku

Benang tenun ukuran 20/s dan 42/s

b. Bahan Pembantu

Semua bahan-bahan tersebut dibeli dari dalam negeri. Untuk bahan

baku dan bahan pembantunya dibelli dari pasar Klewer Solo.

(62)

Proses Produksi di Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro

dilaksanakan terus- menerus. Hal ini dilakukan denngan maksud untuk

melayani pembelian seewaktu-waktu dan menngisi persediaan barang di

gudang.

Untuk mencapai efesiensi dan effektifitas dalam proses produksi serta

mendapatkan produk yang berkualitas tinggi maka perusahaan perlu

menentukan standar produksi. Produk yang dapat dicapai perusahaan pada

kapasitas nornal sebanyak 500 buah handuk, 1.100 buah selimut, 1.700 buah

kain pel. Adapun standar ukuran untuk produk handuk : 0,5 m x 0,65 m,

selimut : 2 m x 1,2 m, dan kain pel 0,65 m x 1 m.

Adapun proses produksi yang berlangsung di Pertenunan Santa Maria

Boro adalah sebagai berikut :

a. Proses Produksi Selimut

Urutan proses produksi selimut adalah sebagai berikut :

Proses I : Tahap perendaman

Tahap perendaman berlangsung di dapur. Mula-mula benang

direndam dalam larutan Zn dan kaporit lebih kurang selama 15 menit.

Larutan ini berfungsi untuk memudahkan proses lebih lanjut pengolahan

benang sehingga diperoleh warna putih yang bersih. Setelah dimasukkan

dalam Zn dan kaporit benang dicuci.

Selanjutnya benang dikerjakan menurut rencana, artinya apabila

benang akan dibuar putih, maka benang setelah direndam dalam larutan

(63)

tetapi apabila benang akan dibuat warna maka direndam dalam larutan

warna yang terbuat dari naptol dan garam selama lebih kurang 30 menit.

Naptol dan garam dalam produksi ini menghasilkan warna biru yang

berfungsi untuk membuat garis biru pada tepi selimut. Selanjutnya benang

dimasukkan dalam larutan kanji agar benang menjadi kuat, licin dan

mudah dalam proses produksi.

Proses terakhir dalam tahap ini adalah pengeringan. Benang yang

telah direndam dalam larutan kanji kemudian dikeringkan dengan panas

matahari dan selanjutnya dimasukkan ke gudang.

Tahap II : Tahap Penenunan

Penenunan kain handuk memerlukan 1 jenis benang yaitu benang

pakan, hal ini dikarenakan perusahaan memproduksi jenis selimut putih.

1. Benang Pakan

Benang yang digunakan sebagai pakan adalah benang ukuran

20/s. Benang pakan digulung dalam alat yang diberi nama palet.

Penggulungan benang pakan pada palet dibentuk sedemikian rupa

sehingga dapat dimasukan dalam teropong dan pada gilirannya nanti

akan bertemu dengan benang lusi pada alat tenun.

2. Benang Lusi

Benang lusi yang digunakan sebagai lusi adalah benang ukuran

20/s. Adapun langkah-langkah dalam mempersiapkan benang lusi

(64)

- Benang lusi digulung pada kelos. Gulungan ini disebut benang

kelos yang berbentuk silinder yang dibuat membersar bagian

tengahnya.

- Proses selanjutnya menghani atau skermolen, yaitu proses

penggulungan benang kelos ke silinder hani.

- Gulungan selanjutnya dipindah ke boom lusi, yaitu merupakan alat

yang berbentuk silinder besar yang merupakan bagian dari luar

tenun.

- Pencucukan. Boom lusi yang sudah berisi benang tersebut

dipasang pada alat tenun. Ujung setiap helai benang dari boom lusi

dimasukkan dalam alat yang disebut gun dan sisir (suri). Proses ini

disebut pencucukan. Selanjutnya memasang benang pakan, dengan

demikian proses penenunan dapat dimulai.

Proses III : Tahap Finishing

Setelah penenunan selesai hasilnya diserahkan kepada mandor,

diukur sesui dengan standar. Proses terakhir adalah menjahit ujung

kain agar benang tidak lepas. Setelah dijahit produk selimut tersebut

sudah menjadi barang jadi dan siap untuk dipasarkan. Untuk lebih

jelasnya berikut ini urutan proses produksi selimut pada gambar 2

b. Proses Produksi Kain Pel

Urutan proses proses produksi kain pel adalah sebagai berikut :

(65)

Tahap pemutihan berlangsung di dapur. Mula-mula benang

direndam dalam larutan pemutih atau kaporit lebih kurang selama 15

menit. Larutan ini berfungsi untuk memutihkan benang sehingga diperoleh

warna putih yang bersih. Setelah dimasukkan dalam kaporit benang

dicuci.

Selanjutnya benang dikerjakan menurut rencana, artinya apabila

benang akan dibuat putih, maka benang setelah direndam dalam larutan

kaporit langsung dimasukkan dalam larutan kanji kemudian dijemur,

tetapi untuk produksi kain pel ini akan dibuat warna hitam putih maka

perlu direndam dalam larutan Sulfur Hitam dan larutan TRO (Turkey Red

Oil) kurang lebih selama 30 menit. Selanjutnya benang dimasukkan dalam

proses produksi.

Peroses terakhir dalam tahap ini adalah pengeringan. Benang yang

telah direndam dalam larutan kanji kemudian dikeringkan dengan panas

matahari dan selanjutnya dimasukkan ke gudang.

Proses II : Tahap Penenunan

Penenunan kain handuk memerlukan 2 jenis benang yaitu benang

pakan yang berposisi melintang pada kain dan lusi yang berposisi

membujur pada kain.

1. Benang Pakan

Benang yang digunakan sebagai pakan adalah benang ukuran

20/s. benang pakan digulung pada alat yang disebut palet.

Gambar

Tabel 2.    Daftar Hasil  Produksi Perusahaan Pertenunan Santa Maria Boro ....... 58
Tabel 1 Daftar hasil produksi Pertenunan Santa Maria
Tabel 4Biaya Bahan Penolong
Tabel 6Biaya Overhead Pabrik
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh: (1) peternakan sapi potong memiliki potensi untuk dikembangkan dengan dukungan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia;

Kewajiban yang dimaksud ayat (1) dalam pasal ini meliputi; pelestarian sumber daya alam dan sumber daya manusia, kesejahteraan umum, ketahanan dan kemandirian lokal,

Kota Bandung merupakan potensi dari pajak hotel yang belum tergali secara Pajak Hotel Selisih (gap) Kontribusi Efektivitas Realisasi Pajak Daerah Realisasi

Penyiaran yang dilakukan dengan radio internet atau streaming akan lebih efektif, karena layanan radio internet dapat diakses lebih luas, hingga dari belahan

Pelaksanaan penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Apabila budaya kolektivitas semakin ditingkat- kan, maka kinerja karyawan pada CV Pakis Aji semakin meningkat dengan asumsi variabel kepemimpinan, dan komitmen

hadits ini yang menjadi permasalahan adalah masalah keaslian hadits, eksistensi pengumpulan hadits dan pengkodifikasi hadits. Disebabkan sedikitnya sumber data

1 Tingkat internasional, tiap program 0.750 x Setiap Program LPPM / Dekan Surat keterangan Ketua , bukti kinerja. 2 Tingkat nasional, tiap program 0.500 x Setiap