• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN - DOCRPIJM 1502707071Bab III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN - DOCRPIJM 1502707071Bab III"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ARAHAN

KEBIJAKAN

DAN

RENCANA

STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemograman dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 bagian yaitu : - amanat penataan ruang/spasial

- amanat pembangunan nasional dan direktif presiden - amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum - amanat internasional

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kimiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender serta green economy.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.

(2)

satupun sudut kepentingan KSN.

antara lain berisikan arahan penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Kawasan Strategis Nasional (KSN) pada kabupaten/kota sesuai dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Bagian ini juga berisikan arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Arahan fungsi pengembangan wilayah dan indikasi program di 35 WPS. Kota Padang Panjang tidak termasuk dalam WPS

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Berdasarkan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Padang Panjang Tahun 2013-2018, yaitu PADANG PANJANG AMANAH, AMAN DAN SEJAHTERA, maka yang terkait dengan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya termasuk pada misi ke 5 yaitu meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan infrastruktur kota.

Adapun strategi yang akan dilaksanakan untuk mendukung tercapainya misi ke enam ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan aksesibilitas ke seluruh kawasan di wilayah kota 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana

3. Menerapkan sanitasi yang layak bagi masyarakat

4. Mengembangkan infrastruktur dan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi

5. Meningkatkan struktur jaringan jalan yang sistematis 6. Pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum 7. Peningkatan pelayanan dan fasilitas perparkiran

8. Peningkatan sarana dan prasarana serta kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana

Arah kebijakan untuk mendukung misi meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan infrastruktur kota adalah

1. Pengembangan jaringan jalan dan jembatan

2. Mewujudkan pembangunan prasarana dan sarana pemerintah yang representatif

3. Pengelolaan air bersih 4. Pengelolaan sampah 5. Pengelolaan limbah 6. Pengelolaan drainase

7. Membangun infrastruktur dan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi 8. Meningkatkan kualitas fasilitas lalu lintas

(3)

10. Penataan fasilitas perparkikran

11. Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana.

Sedangkan indikator kinerja sasaran berdasarkan sasaran meningkatkan fasilitas infrastruktur dalam Renstra Dinas Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut ; 1. Tersedianya dokumen perencanaan infrastruktur yang berkualitas

- Pembangunan gedung - RDTR

2. Tersedianya infrastruktur keciptakaryaan yang berkualitas - Pembangunan drainase

3. Tersedianya infrastruktur kebinamargaan dan pengairan yang berkualitas - Pembangunan jalan

- Pembangunan irigasi - Pembangunan trotoar

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Kondisi perumahan dan permukiman juga akan mengidentifikasi taraf kesejahteraan masyarakat. Kota Padang Panjang dalam hal pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman menekankan pada prinsip penyediaan perumahan yang layak huni.

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

(4)

Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2019.

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, danTantangan a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Tabel 3.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Padang Panjang

No. Isu Strategis Keterangan

(1) (2) (3)

1. Ketidakseimbangan pemanfaatan ruang kawasan terbangun, dimana lebih terkonsentrasi di kecamatan Padang Panjang Barat dari pada di kecamatan Padang Panjang Timur

2. Sebagian kawasan terbangun berlokasi pada sempadan sungai dan sempadan rel kereta api

3. Sebagian besar wilayah Kota Padang Panjang merupakan kawasan rawan gempa, rawan terhadap bencana letusan gunung berapi dan rawan longsor

4. Terdapat kawasan permukiman eksisting yang berada pada sempadan rel kereta api dan sempadan sungai

5. Aspek daya dukung fisik wilayah Kota Padang Panjang dimana untuk pengembangan perkotaan terbatas hanya meliputi kawasan seluas 865,69 Ha (daya dukung tinggi dan sedang) atau 30,92% dengan lokasi tersebar atau bukan satu hamparan

6. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah

7. Rendahnya minat investor, disebabkan karena tingginya harga tanah 8. Belum tersedianya kasiba/lisiba.

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

(5)

maka juga telah tumbuh Rumah Toko (Ruko) terutama pada pinggiran Jalan Utama yang mempunyai aksesibilitas tinggi. Adapun kondisi perumahan tersebut berdasarkan hasil observasi lapangan, sebagian besar permanen dengan kondisi baik.

Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang adalah 189. Hal ini lebih banyak dibandingkan dengan yang dikeluarkan pada tahun 2012 (170 IMB). Pada Tahun 2013, IMB terbanyak dikeluarkan untuk Kec. Padang Panjang Barat yaitu 114 IMB dan untuk kelurahan terbanyak di Kelurahan Kampung Manggis. Hal ini menunjukkan lahan di Kec. Padang Panjang Barat sangat diminati masyarakat untuk melakukan pembangunan atau investasi.

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Beberapa permasalahan dalam pengembangan permukiman di Kota Padang Panjang antara lain :

- Sebahagian besar lahan yang potensial untuk pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Padang Panjang dikuasai oleh TNI, PT KAI dan tanah kaum yang belum mempunyai sertifikat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pengembang dalam berperan serta dalam pengembagan perumahan di Kota Pdang Panjang.

- Kondisi Topografi Kota Padang Panjang yang berbukit sehingga sedikit lahan datar yang bias dikembangkan untuk pembangunan permukiman. Hal ini menyebabkan harga tanah di Kota Pdang Panjang sangat tinggi untuk standar kota kecil.

- Belum tersedianya perencanaan komprehensif tentang pengembangan permukiman yang berdampak terhadap terjadinya kesemrawutan kota (urban sprawl).

(6)

Tabel 3.2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Padang Panjang

No Pengembangan PermukimanPermasalahan PengembanganTantangan AlternatifSolusi

(1) (2) (3) (4)

1 Aspek Teknis

1) Ketersediaan lahan

- Keterbatasan lahan terbangun

2) Kawasan rawan bencana

- Sebagian besar wilayah Kota Padang Panjang merupakan kawasan rawan bencana alam

3) Penataan Ruang

Sebagian besar kawasan yang dapat dibangun dikuasai leh TNI

Tingginya harga tanah

Tukar guling tanah TNI

2 Aspek Kelembagaan

1) Rencana induk pengembangan permukiman

- Belum tersedianya rencana induk pengembangan permukiman

Relokasi kawasan permukiman yang membutuhkan lahan yang luas

3 Aspek Pembiayaan 1) Keuangan Daerah

- Keterbatasan kemampuan keuangan daerah

Kerjasama pemerintah dan swasta

4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 1) Peran investor

- Rendahnya minat investor Tingginya harga tanah 5 Aspek Lingkungan Permukiman

1) Kawasan siap bangun

- Belum tersedianya kasiba/lisiba Tingginya harga tanah Terbatasnya lahan

Pembangunan vertikal

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

(7)

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM) i. Rencana sistem pelayanan

Rencana sistem pelayanan untuk SPAM Kota Padang Panjang di bagi menjadi pelayanan kota, yaitu sistem pengelolaan SPAM bisa melalui PDAM atau Non PDAM (masyarakat). Sedangkan sistem pelayanan non perpipaan direncanakan untuk kelurahan yang berada jauh dari lokasi kota serta tidak memiliki sumber air baku.

A. Rencana Sistem Pelayanan Perpipaan PDAM

Perkembangan Kota Padang Panjang memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kebutuhan produksi tambahan yang diperlukan. Dengan demikian, kebijakan dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih dan air minum dilakukan dengan :

1. Penambahan tingkat cakupan pelayanan PDAM menjadi 94,9 persen cakupan pelayanan yang dapat mrnjangkau semua wilayah Kota Padang Panjang terutama Kota Padang Panjang di Tahun 2019 hingga 2036

a. Penambahan sambungan rumah tangga b. Pelayanan 24 jam

2. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan air bersih antara kapasitas dan volume air bersih dengan jumlah pelanggan PDAM. Dilakukan dengan strategi menambah kapasitas dan volume sistem tandon (reservoir) sebagai sistem distribusi ke pelanggan PDAM.

3. Penambahan sumber mata air menjadi salah satu kebijakan dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih

a. Mengadakan survey sumber air alternatif b. Pengurusan ijin pengambilan sumber air baku

4. Peningkatan wilayah pelayanan 4 unit pelayanan PDAM Kota Padang Panjang

5. Program penurunan kehilangan air.

Tabel 3.3

Rencana Daerah Pelayanan Perpipaan PDAM Dengan Sistem Zonasi Zona Unit Sumber Air Baku

Daerah Pelayanan Kecamatan

Kota

Sawah Liek

Padang Panjang Barat, Padang Panjang Timur Kandang Ditabek

(8)

B. Rencana Sistem Pelayanan Non PDAM

Sistem pelayanan perpipaan non PDAM merupakan sistem penyediaan air minum perdesaan dimana sistem ini umumnya dibangun melalui swadaya masyarakat, bantuan pemerintah daerah dan melaui program pemberdayaan masyarakat

Sebagian besar memanfaatkan mata air atau air permukaan yang ada disekitar kelurahan kemudian dibuat bangunan penangkap air sederhana selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke wilayah kelurahan.

Adapun lokasi Kelurahan yang direncanakan menggunakan sistem pelayanan perpipaan non PDAM adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Rencana Wilayah Sistem Pelayanan Perpipaan Non PDAM

No Kecamatan Kelurahan Rencana Sistem

Pelayanan

1 Padang Panjang Barat -

-2 Padang Panjang Timur Koto Katik Perpipaan

Tanah Pak Lambik Perpipaan

Ekor Lubuk Perpipaan

Ganting Perpipaan

C. Rencana Sistem Pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan

Sistem non perpipaan yang berupa sumur dangkal (sumur bor/sumur gali) baik individual maupun komunal. Sistem ini terdapat di daerah yang tidak dapat terjangkau oleh sistem perpipaan, akan tetapi daerah ini memiliki air tanah relatif bagus, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu sistem pelayanan bukan jaringan perpipaan di Kota Padang Panjang tidak dilakukan pengembangan.

ii. Rencana Pengembangan SPAM

Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut, dinilai penting mengevaluasi berbagai prasarana yang telah ada dan kemudian menetapkan berbagai program pengembangan dalam rangaka menunjang peningkatan dinamika berbagai sektor. Dan salah satu prasarana yang vital adalah air minum

(9)

Rencana pengembangan jangka pendek periode waktu dua-lima tahun yaitu tahun 2016 sampai 2021. Rencana Induk Pengembangan SPAM jangka pendek dilakukan bersamaan dengan Penyusunan RISPAM. Pengembangan SPAM Jangka Pendek dilakukan di setiap kecamatan dengan target persentase pelayanan sebesar 100% pada akhir tahun 2019.

2. Rencana Jangka Menengah

Rencana pengembangan jangka menengah periode waktu lima tahun yaitu periode tahun 2021 sampai 2026. Rencana Induk Pengembangan SPAM jangka menengah dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan air penduduk 100% pada tahun 2021-2026, kebutuhan air minum baik domestik maupun non domestik sampai tahun 2026, kondisi sumber air baku baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas serta perencanaan jaringan distribusi air minum. Pada perencanaan ini akan dilakukan kegiatan keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi dan rencana pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM serta rencana pengembangan kelembagaan penyelenggaraan SPAM

3. Rencana Jangka Panjang

Rencana pengembangan jangka panjang periode waktu dua puluh tahunan yaitu periode tahun 2016-2036. Rencana Induk pengembangan SPAM jangka panjang dilakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat 100% dari kebutuhan air minum penduduk. Pada perencanaan ini akan dilakukan kegiatan keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi dan rencana pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM.

iii. Rencana penurunan kebocoran air minum

A. Penurunan Kebocoran Air Teknis

Permasalahan kehilangan teknis yang dialami dalam pengembangan SPAM di Kota Padang Panjang adalah kerusakan meter air milik pelanggan. Pencurian air, dan kerusakan jaringan perpipaan, baik karena kerusakan akibat gangguan alam dan manusia, pipa habis masa pakai, pecah, korosuf dan sebagainya serta pemasangan pipa yang kurang sempurna. Besarnya kehilangan air yang diprediksi terjadi pada tahun-tahun mendatang adalah 20%. Permasalahan kehilangan air tersebut tentunya harus ditindaklanjuti agar tidak memberikan kerugian bagi pelanggan air bersih.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kehilangan/kebocoran teknis antara lain :

1. Pengendalian kehilangan aktif

a. Tahap pertama yaitu dengan melakukan tindakan nyata (sederhana dan murah : mengidentifikasi, menemukan dan memperbaiki kehilangan-kehilangan yang kelihatan

(10)

kehilangan-c. Tahap ketiga yaitu upaya lanjutan dan keberlanjutan : menetapkan daerah meterisasi (Dmas) dan menggunakan manajemen tekanan 2. Pengelolaan tekanan

3. Kecepatan dan kualitas perbaikan a. Komitmen manajemen dan staf

b. Organisasi yang efisien sejak pengaduan sampai perbaikan c. Tersedia peralatan dan material yang memadai

d. Ada standar material dan pelaksanaan yang memenuhi standar persyaratan teknis

e. Pekerja memiliki pengetahuan dan kemampuan memperbaiki kehilangan sesuai standar teknis

f. Volume kehilangan merupakan fungsi dari waktu sampai kehilangan tersebut diperbaiki (standar waktu perbaikan)

4. Pengelolaan aset : seleksi instalasi, pemeliharaan, rehabilitasi dan penggantian

B. Penurunan Kebocoran Non Teknis

Kehilangan air non teknis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah ketidaktelitian dalam pembacaan meteran air pelanggan yang tidak sesuai dengan ukuran dan teknis distribusi air, kesalahan dalam pencatatan angka meteran air, adanya sambungan liar yang tidak diketahui oleh petugas PDAM, dan penggunaan air untuk pemakaian yang tidak tercatat seperti pemadam kebakaran

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kehilangan teknis antara lain :

1. Mencabut sambungan ilegal dan pencurian air

2. Memperbaiki kesalahan pada meter produksi dan kesalahan pada meter pelanggan

3. Memperbaiki kesalahan administrasi.

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

i. Kerangka kerja pembangunan sanitasi

Visi misi sanitasi Kota Padang Panjang dirumuskan sebagai arahan/kerangka kerja pembangunan sanitasi untuk lima tahun ke depan yang disinkronkan dengan visi misi Kota Padang Panjang yang tercantum dalam RPJMD Kota Padang Panjang.

Adapun visi sanitasi Kota Padang Panjang adalah sebagai berikut : “Padang Panjang yang bersih dan sehat 2017”

Visi sanitasi ini dijabarkan dalam beberapa misi sebagai berikut :

 Misi Air Limbah Domestik :

(11)

- Menyediakan dan mengoptimalkan sarana prasarana pengelolaan air limbah

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah

 Misi Persampahan

- Melaksanakan Edukasi 3R

- Mengurangi persentase volume sampah yang masuk ke TPA - Menyediakan sarana prasarana persampahan terpilah

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan

 Misi Drainase

- Mengembangkan sistem resapan air

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase

 Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

- Melaksanakan pendekatan terpadu dalam edukasi PHBS

Tahapan Pengembangan Sanitasi

Arahan penetapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan :

1. Arah pengembangan Kota yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Panjang

2. Kepadatan penduduk Kota Padang Panjang 3. Kawasan Beresiko sanitasi

4. Kondisi fisik wilayah (topografi) dan struktur tanah 5. Status wilayah sebagai wilayah perkotaan atau perdesaan

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion, arah pengembangan sektor sanitasi di Kota Padang Panjang dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu;

1. Jangka Pendek

Arah pengembangan penanganan sanitasi yang perlu dilakukan dalam jangka waktu 1-2 tahun.

2. Jangka Menengah

Arah pengembangan sanitasi Kota Padang Panjang yang perlu dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun

3. Jangka Panjang

Arah pengembangan sanitasi Kota Padang Panjang jangka panjang yang perlu dilakukan dalam jangka waktu 4-5 tahun.

A. Sub Sektor Air Limbah

(12)

(grey water) dan limbah dari WC (Black Water). Berdasarkan hasil pemantauan dari Kantor Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang tahun 2013, sungai sungai di Kota Padang Panjang berada pada status cemar berat (nilai total dan fecal colli berada diatas baku mutu kelas 4. Pemantauan pada sumber air tanah milik masyarakat memperlihatkan penurunan kualitas, terutama pencemaran bakteri Coli . Sumber pencemar air sungai antara lain limbah domestic pemukiman yang langsung dibuang tanpa pengolahan, limbah domestik pasar, industry dan pencemaran pupuk atau pestisida. Salah satu sumber pencemar air tanah yang dominan adalah septitank system resapan yang letaknya berdekatan dengan sumber air.

Di dalam strategi sanitasi kabupaten ini telah ditentukan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum apakah sistem

on sitemaupun sistemoff site. Kriteria yang dipergunakan antara lain dalam penentuan prioritas pengembangan tersebut adalah: Kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (urban, peri urban, rural), karakteristik tata guna lahan/Central Of Business District (CBD) serta resiko kesehatan lingkungan.

Tahapan pengembangan air limbah Kota Padang Panjang Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

1. Zona I ( Pengelolahan Limbah Domestik Individual/Komunal Jangka Pendek-Menengah)

Zona I meliputi Kelurahan Pasar Usang, Pasar Baru, Bukit Surungan dan Balai-Balai. Dapat disimpulan bahwa zona I ini merupakan zona yang pengelolaan air limbahnya mendesak untuk ditindaklanjutui melalui pengembangan septik tank individu maupun septik tank komunal. Kelurahan-Kelurahan tersebut sebagian besar pada kawasan Pasar (Central Business District), baik Pasar Pusat maupun Pasar Sayur Bukit Surungan.

2. Zona II (Pengelolahan Limbah Domestik Individual/Komunal Jangka Menengah)

Zona II meliputi Kelurahan Silaing Bawah, Silaing Atas, Kampung Manggis, Tanah Hitam, Koto Panjang, Guguk Malintang, Tanah Pak Lambik. Kelurahan-Kelurahan tersebut sebagian besar berbatasan dengan kawasan pasar (Central Business District).

3. Zona III (Pengelolahan Limbah Domestik Individual/Komunal Jangka Panjang)

Zona III meliputi Kelurahan Koto Katik, Sigando, Ekor Lubuk dan Ganting. Kawasan ini berada pada wilayah Padang Panjang bagian Timur yang sebagian besar penggunaan lahannya adalah pertanian/sawah.

(13)

tank komunal di kawasan permukiman padat sekitar Batang Aia Bakarek-Karek namun sering terkendala dengan ketersediaan tanah dan kesediaan warga. Pada tahun 2012 juga sudah dilakukan forum diskusi aktual yang membahas kondisi pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang Panjang. Dari hasil diskusi tersebut direkomendasikan pada Pemerintah Kota Padang Panjang bahwa pengelolaan air limbah yang potensial dikembangkan adalah septik tank individu atau komunal skala kecil. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka untuk 5 tahun kedepan di Kota Padang Panjang tidak direncanakan pengembangan sistem offsite.

Tabel 3.5 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Padang Panjang

No Sistem

Cakupan layanan eksisting* (%)

Target cakupan layanan* (%)

Jangka pendek

Jangka menengah

Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Sistem On-site

1 Individual (tangki septik) 32,80% 45% 65% 80%

2 Komunal (MCK,

MCK++) 0,42% 5% 10% 5%

3 Cubluk dan sejenisnya. 19,10% 19% 15% 15%

B Sistem Off-site

1 Skala Kota 0% 0% 0% 0%

2 Skala Wilayah 0% 0% 0% 0%

C Buang Air Besar

Sembarangan (BABS)** 46,98% 30% 15% 0%

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll. Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) atau yang dikenal juga dengan istilah BABS terselubung.

Kota Padang Panjang sudah memiliki 1 unit truck tinja dengan frekwensi operasi rata-rata 12-15 kali/bulan dan 1 unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang belum dikelola secara optimal. Lumpur tinja yang dimasukkan ke dalam bak-bak IPLT belum diolah sebagaimana mestinya akibat keterbatasan sumber daya manusia yang memahami pengelolaan IPLT secara utuh.

(14)

1. Zona I (Jangka Pendek)

Zona I terdiri dari Kelurahan Pasar Usang, Pasar Baru, Bukit Surungan, Balai-Balai. Daerah-daerah ini merupakan kelurahan-keluarahan yang berada pada kawasan pasar. Kawasan ini dalam jangka pendek harus dilayanani 100% dengan menggunakan metode kumpul-angkut-buang.

2. Zona II (Jangka Menengah)

Zona II terdiri dari Kelurahan Silaing Atas, Koto Panjang, Tanah Hitam, Guguk Malintang, Tanah Pak Lambik. Pada zona II direkomendasikan untuk meningkatkan pelayanan sampai 70% ditambah dengan kegiatan pengelolaan persampahan berbasis masyarakat.

3. Zona III (Jangka Panjang)

Zona III terdiri dari Silaing Bawah, Kampung Manggis, Koto Katik, Ngalau, Ekor Lubuk, Sigando, Ganting. Pada zona III diarahkan untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti pengembangan 3R.

Tabel 3.6 Tahapan Pengembangan Persampahan Kota Padang Panjang

No Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Cakupan layanan* (%)

Jangka pendek

Jangka menengah

Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Penanganan langsung

(direct) 85 90 95 100

1 Kawasan CBD (Zona I)

B Penanganan tidak langsung (indirect)

1 Kawasan Sekitar CBD

(Zona II) 85 85 85 85

C Penanganan berbasis masyarakat

1 Zona III 85 85 85 85

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

(15)

dikelola secara 3R. Dari angka target pelayanan 100% dan 85% diatas, 20% pelayanannya sudah termasuk pengolahan dalam bentuk 3R.

C. Sub Sektor Drainase

Tahapan pengembangan drainase Kota Padang Panjang Tahun 2013-2018 hanya terdiri dari satu zona yang diarahkan untuk penangan jangka menengah karena pada dasarnya Kota Padang Panjang tidak memiliki daerah genangan dengan lama genangan lebih dari 2 jam. Mengingat bahwa lahan di Kota Padang Panjang memiliki kontur yang tidak datar, maka opsi teknologi yang direkomendasikan adalah metode grafitasi (aliran air mengikuti kontur).

Tabel 3.7 Tahapan Pengembangan Drainase Kota Padang Panjang

No Sistem

Cakupan layanan eksisting* (%)

Cakupan layanan* (%)

Jangka pendek

Jangka menengah

Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Drainase lingkungan 79,3 85 90 100

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

Mengingat tidak tersedianya data jumlah penduduk yang sudah terlayani akes drainase, maka angka cakupan layanan ini diambil dari angka persentase saluran/drainase yang berfungsi baik.

ii. Tujuan, sasaran dan strategi sanitasi

Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Padang Panjang dimaksudkan agar Pemerintah Daerah mempunyai kerangka berpikir dan kerangka tindak secara strategis dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi secara komprehensif dan berkelanjutan. Strategi Sanitasi Kota Padang Panjang merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena Strategi Sanitasi Kota merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi.

(16)

Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengubah kebiasaan salah masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang.

Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.

Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah. Disamping itu strategi percepatan pembangunan sanitasi memiliki positioning sebagai tantangan ke depan yang bersifat eksternal dan internal. Strategi percepatan pembangunan sanitasi Kota Padang Panjang ini mencakup aspek non teknis yang terdiri dari aspek, kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Sedangkan paparan strategi aspek teknis terdiri dari; sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan, dan aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Khusus sub sektor air bersih pada strategi sanitasi Kota Padang Panjang ini tidak dibahas secara mendetail.

A. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

(17)

Tabel 3.8 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran TEKNIS/AKSES

• Menyediakan master plan air limbah domestik pada akhir tahun 2015 60 % Penduduk Kota Padang pada tahun 2018 • Menyediakan

layanan pengelolaan air limbah skala kawasan sebesar 5% pada tahun 2018

• Tersedianyamaster plan air limbah domestik pada akhir tahun 2015 • Tersedianya informasi

untuk penyusunan regulasi air limbah domestik pada tahun 2016

• Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai pada akhir tahun 2016 serta meningkatnya tingkat layanan menjadi 60% pada tahun 2018 • Meningkatnya kapasitas

dan jumlah SDM terlatih pengelola air limbah setempat tahun 2018 • Tersedianya layanan air

limbah skala kawasan di 4 lokasi prioritas

• Adanya dokumen master plan pengelolaan air limbah skala Kota pada tahun 2015 • Tersedianya

pengelola IPLT terlatih

• Adanya 6 unit truk tinja sampai akhir tahun 2018 • Terbangunnya

jamban sehat sebanyak 24.694 unit sampai tahun 2018

• Adanya layanan air limbah skala kawasan di 4 lokasi prioritas

• Menyusun master plan pengelolaan limbah domestik

• Penyediaan pelayanan dan peningkatan kualitas sistem air limbah domestik untuk mencapai target Standar Pelayanan Minimum (SPM) (Kemen PU no. 14 tahun 2010) • Meningkatkan akses

jamban sehat

• Prioritas pembangunan pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit yang berhubungan dengan air (Waterborne disease) • Mendorong kerjasama

antar Kota/Kabupaten dalam upaya melindungi badan air dari pencemaran air limbah

• Penyediaan pelayanan dan peningkatan kualitas sistem air limbah domestik untuk mencapai target SPM (Kemen PU no. 14 limbah domestik serta masalah teknisnya

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya

pengelolaan air limbah domestik serta masalah teknisnya

16.290 orang telah terpapar informasi tentang pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta permasalahan teknisnya pada tahun 2018

• Fasilitasi oleh SKPD terkait perlunya pelaksanaan PHBS • Melibatkan peran serta

badan usaha swasta dan koperasi dalam

pembangunan dan pengelolaan air limbah • Mendorong partisipasi

masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah

PENDANAAN • Meningkatkan

pendanaan sektor air limbah domestik baik dari sumber dana

• Meningkatnya pendanaan sektor air limbah domestik sebesar 86% pertahunnya • Meningkatnya

• Terjadinya peningkatan belanja sektor sanitasi menjadi

3% setiap

(18)

Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran

APBD Provinsi pengelolaan air limbah domestik

serta masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan pengembangan system pengelolaan air limbah domestik

• Meningkatkan pembiayaan melalui kemitraan

pemerintah dan swasta

KEBIJAKAN DAERAH DAN KELEMBAGAAN • Menjadikan

pengelolaan air limbah domestik menjadi salah satu prioritas

• Pengelolaan air limbah domestik menjadi salah satu prioritas

pembangunan • Tersedianya perda

pengelolaan air limbah pada tahun 2015

• Adanya kegiatan advokasi oleh • Dokumen Perda

pengelolaan air limbah tersedia pada tahun 2015

• Meningkatkan menajemen pembangunan air limbah di daerah

• Meningkatkan pengelolaan air limbah melalui

pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten • Menyusun Perda

pengelolaan air limbah (meningkatkan

ketersediaan NSPM dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah) Tabel 3.8. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pengembangan air limbah domestik di Kota Padang Panjang dengan target sasaran dalam pernyataan sasaran dan indikator sasaran untuk mencapai strategi penanganan permasalahan air limbah domestik di Kota Padang Panjang.

B. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan

Berdasarkan hasil pembobotan dan skoring analisis SWOT Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor Persampahan pada kuadran III PERTUMBUHAN pada posisi PERTUMBUHAN CEPAT, sehingga perlu dipertahankan /ditingkatkan melalui program dan kegiatan yang sudah direncanakan.

Tabel 3.9 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran TEKNIS/AKSES

• Menyediakan master plan pengelolaan persampahan pada akhir tahun 2015 • Terjadinya

pengurangan 20%

• Tersedianya master plan pengelolaan persampahan pada akhir tahun 2015 • Tersedianya informasi

untuk penyusunan regulasi persampahan

• Adanya dokumen master plan

• Menyiapkan master plan pengelolaan persampahan • Pengurangan sampah

semaksimal mungkin dari sumbernya

• Meningkatkan

(19)

Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran

yang diangkut ke TPA pada tahun 2018

• Tersedianya fasilitas pengurangan sampah (3R) sesuai dengan perencanaan

pengelolaan sampah Kota Padang Panjang untuk mengurangi timbulan sampah • Meningkatnya cakupan

pelayanan

pengangkutan sampah dari 85 % menjadi 90 % pada tahun 2018 • Tersedianya sarana dan

prasarana sektor persampahan yang memenuhi standar pelayanan

• Berfungsinya 13 paket pengurangan sampah (3R) pada tahun 2018 • Terangkutnya 141

M3 timbunan unit, arm rooll truck 1 unit,dan 20 unit Becak motor

pengamanan sampah B3 rumah tangga

• Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R • Optimalisasi pemanfaatan

prasarana dan sarana persampahan

• Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan • Meningkatkan cakupan

pelayanan persampahan secara terencana • Penanganan sampah

rumah dan infeksius PMJK sistem dan teknologi daur ulang sampah oleh 9700 KK pada tahun 2018 pada akhir 2018 • 9700 KK

melakukan pengelolaan persampahan dengan metode 3R

• Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan anak usia sekolah dan kepada masyarakat • Meningkatkan kapasitas

masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah • Mendorong pengelolaan

sampah dengan metode 3R yang berbasis masyarakat PENDANAAN

• Meningkatkan pendanaan sektor persampahan baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN • Meningkatkan

peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan

• Meningkatnya pendanaan sektor persampahan baik dari sumber APBD Kota sebesar 38% pertahun • Meningkatnya peran

masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan

• Terjadinya peningkatan belanja sanitasi menjadi 3% setiap tahun

• Berperannya masyarakat dalam pengelolaan persampahan sebesar 20 %, dan berperannya pihak swasta sebesar 5% dalam pengelolaan persampahan

• Mendorong peningkatan pemulihan biaya

persampahan

• Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta)

• Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta • Peningkatan peran aktif

(20)

Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran

kapasitas SDM menjadi salah satu prioritas salah satu prioritas pembangunan • Tersedianya regulasi

persampahan yang sesuai dengan undang-undang persampahan pada akhir tahun 2015

manusia pengelola sektor

persampahan • Adanya kegiatan

advodkasi oleh • Dokumen perda

persampahan

• Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain

• Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian, pertanian dan perdagangan • Advokasi dalam rangka

penyamaan persepsi • Mendorong penyusunan

perda pengelolaan persampahan dan penerapan sistem pengawasan dan

penerapan sanksi hukum Tabel 3.9 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pengembangan persampahan di Kota Padang Panjang dengan target sasaran dalam pernyataan sasaran dan indikator sasaran untuk mencapai strategi penanganan permasalahan persampahan di Kota Padang Panjang.

C. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase

Berdasarkan hasil pembobotan dan skoring analisis SWOT Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor drainase pada kuadran III pada posisi PERTUMBUHAN STABIL, sehingga perlu dipertahankan /ditingkatkan melalui program dan kegiatan yang sudah direncanakan.

Tabel 3.10 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran TEKNIS/AKSES

Mengoptimalkan sistem yang ada, rehabilitasi / pemeliharaan,

pengembangan dan pembangunan baru

Optimalisasi Sistem sarana prasarana, pemeliharaan

pengembangan dan

(21)

Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran

pembangunan baru dari 5 % menjadi 100 % tentang fungsi dan manfaat saluran drainase • Meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan manfaat saluran drainase

• Meningkatnya kegiatan fasilitasi terhadap masyarakat tentang fungsi dan manfaat saluran drainase • Meningkatnya

pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan manfaat saluran drainase drainse baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN

• Meningkatkan biaya operasi dan

pemeliharaan terhadap saluran drainase yang ada

• Meningkatnya pendanaan sektor drainase baik dari sumber APBD Kota sebesar 42 % pertahun

• Meningkatnya biaya operasional dan pemeliharaan terhadap saluran drainase yang ada

• Terjadinya peningkatan belanja sanitasi menjadi 3% setiap tahun

• Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan saluran drainase

• Mendorong dan memfasilitasi

pemerintah kota dalam pengembangan sistem drainase yang efektif

• Advokasi kepada pemerintah kota untuk meningkatkan prioritas pendanaan dalam pengelolaan drainase

KEBIJAKAN DAERAH DAN KELEMBAGAAN Mendorong/memfasilitasi

pemerintah kota dalam pengembangan sistem drainase yang efektif, efisien dan berkelanjutan

Mendorong pemerintah untuk menyiapkan

peraturan dan

pengembangan sistem drainase yang efektif,

efisien dan

berkelanjutan. sistem drainase yang efektif, efisien dan berkelanjutan.

(22)

Tabel 3.10 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pengembangan drainase di Kota Padang Panjang dengan target sasaran dalam pernyataan sasaran dan indikator sasaran untuk mencapai strategi penanganan permasalahan drainase di Kota Padang Panjang.

D. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS dan Promosi Higiene

Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor PHBS berdasarkan hasil analisa SWOT berada pada kuadran II dengan Pemeliharaan AGRESIF berarti perlu peningkatan program.

Tabel 3.11 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian PHBS dan Promosi Higiene

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator sasaran • Peningkatan pelatihan pada akhir tahun 2018

• Berperannya kelompok masyarakat di 16 kelurahan dalam peningkatan PHBS pada akhir tahun 2018

• Termanfaatkannya media lokal pilihan masyarakat di lokasi prioritas dalam penyadaran ber -PHBS pada akhir tahun 2018 pada akhir tahun 2018

• Terlatihnya kader kesling terlatih pada tahun 2016 • Terlatihnya

kelompok

masyarakat sampai akhir tahun 2018 • Tersedianya media

promosi PBHS sampai akhir tahun 2018

• Terlaksananya kegiatan promosi dan fasilitasi pengelolaan sanitasi di 16 kelurahan • Terlatihnya SDM

di SKPD terkait Promosi PHBS sampai tahun 2018

• Pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi yang didukung juga dengan kemitraan

• Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

menolong dirinya sendiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

• Mengembangkan media lokal pilihan masyarakat dalam rangka penyadaran PHBS

• Mengupayakan terciptanya PHBS bagi masyarakat untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan melalui upaya promotif dan preventif

• Integrasi kegiatan promosi PHBS di tingkat kota, kecamatan dan kelurahan

(23)

Gambar

Tabel 3.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman
Tabel 3.2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Tabel 3.3Rencana Daerah Pelayanan Perpipaan PDAM Dengan Sistem Zonasi
Tabel 3.4Rencana Wilayah Sistem Pelayanan Perpipaan Non PDAM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, maka tujuan proses belejar mandiri dari suatu mata kuliah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi tepung cangkang kerang simping memberikan pengaruh yang sangat nyata (α = 0,01) terhadap kadar air, abu, lemak,

mengungkapkan status tindak pidana pembajakan di laut yang dilakukan di luar teritorial menurut Konvensi Hukum Laut 1982 dalam sistem hukum pidana Indonesia, dan

Dengan kuatnya gerakan pemberdayaan keluarga dan perempuan sebagai grass- roots dalam mencapai kesejahteraan keluarga, maka pelaksanaan pembangunan partisipatif khususnya

Penelitian Teknik Jenis Instrumen Responden instruktur Materi Praktikum Jumlah Topik praktikum yang dikerjakan Laporan Praktikum Laporan sesuai dengan topik

Proses aklimatisasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel tanaman Kiapu dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan penelitian dan juga

tumbuh sebesar 93,69 persen, hal ini menunjukkan bahwa dampak dari krisis ekonomi Eropa terhadap perkembangan nilai tukar perdagangan Indonesia menyebabkan indeks