• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR II-1 2.1 WILAYAH ADMINISTRASI

Banyuwangi adalah “The Sun Rise of Java”, karena lokasinya yang berada di paling

ujung timur pulau Jawa. Banyuwangi memiliki tiga obyek wisata internasional karena

daya tariknya yang cukup eksotis, yaitu Pantai Plengkung, Kawah Ijen dan Pantai

Sukamade, yang terkenal dengan Diamond Triangle.

Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak

diantara 7 43’ - 8 46’ Lintang Selatan dan 113 53’ - 114 38’ Bujur Timur.Kabupaten

Banyuwangi terletak di ujung timur pulau jawa atau di ujung timur Provinsi Jawa Timur,

berbatasan langsung dengan Selat Bali.

Luas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,50 km2, yang merupakan

daerah kawasan hutan sekitar 31,72%, persawahan sekitar 11,44%, perkebunan sekitar

14,21%, permukiman sekitar 22,04%. Adapun sisanya sekitar 20,63 % dipergunakan

untuk berbagai manfaat fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti jalan, ruang terbuka

hijau, ladang, tambak dan lain-lainnya.

Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi

memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta serta pulau-pulau kecil sebanyak 10

buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan

ekonomi.

Kabupaten Banyuwangi memiliki batas-batas administratif sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Situbondo

Sebelah timur : Selat Bali

Sebelah selatan : Samudera Indonesia

Sebelah barat : Kab. Jember dan Bondowoso

Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam 24 kecamatan dengan 217 desa/kelurahan,

serta meliputi 736 dusun, RW sebanyak 2.775 dan terdapat 10.177 RT, sebagaimana

(2)
(3)

LAPORAN AKHIR II-3

(4)

LAPORAN AKHIR II-4

Tabel 2.2 Jarak (Km) Terdekat Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

(5)

LAPORAN AKHIR II-5 2.2 POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang

mempunyai luas daerah terbesar, dengan keragaman janis lahan dan iklim,

cukup besarnya jumlah lahan sawah produktif yang subur.

Banyuwangi juga merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, dimana

wilayah ini memiliki potensi yang sangat bagus dalam bidang kepariwisataan. Sebab

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Jawa

Timur, karena letak geografisnya yang bersebelahan dengan Pulau Bali, memiliki

sumber daya alam yang sangat indah serta seni budaya serta adat istiadat yang khas,

beragam dan terpelihara dengan baik. Sehingga pariwisata menjadi salah satu faktor

penunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Dalam

mengembangkan potensi pariwisata di Kabupaten Banyuwangi dilakukan melalui

konsep “ecotourism” serta Diamond Triangle dalam konsep Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP).

Konsep “ecotourism”, yaitu konsep pembangunan pariwisata yang dilakukan

dengan mengoptimalkan dan sekaligus melestarikan potensi alam dan budaya khas

Banyuwangi secara berkelanjutan, pengembangan pariwisata menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Melindungi lingkungan yang dimanfaatkan;

b. Mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pariwisata;

c. Menyajikan produk bermuatan pembelajaran, pendidikan dan rekreasi dari

nilai-nilai karakteristik (alam dan budaya setempat);

d. Memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah;

e. Menekan sejauh mungkin dampak negatif yang ditimbulkan dari rangkaian

(6)

LAPORAN AKHIR II-6

Salah satu program pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di wilayah

Kabupaten Banyuwangi adalah adanya pemetaan wilayah pengembangan pariwisata.

Diamond Triangel dalam Konsep Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) terbagi

menjadi tiga, diantaranya:

a. Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) I

Merupakan wilayah dengan jenis objek wisata dominan kawasan hutan dan

pemandangan alam, sehingga sesuai untuk kegiatan wisata “adventure”

(petualangan) dan menikmati pemandangan alam, yaitu Kawah Ijen berada di

Kecamatan Licin 45 km dari Kota Banyuwangi yang merupakan kawah danau

terbesar di Pulau Jawa dengan kawah belerang berada dalam sulfatara di

kedalaman sekitar 200 meter dan mengandung kira-kira 36 juta kubik air asam

beruap. Kawah ijen didukung ekowisata hinterland meliputi Desa Wisata

Kemiren, Perkebunan Kaliklatak, Perkebunan Selogiri dan Perkebunan

Kalibendo.

b. Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) II

Merupakan wilayah dengan jenis objek wisata yang sebagian besar berada di

sekitar perairan pantai dan mempunyai aksesibilitas rendah, yaitu Pantai

Plengkung terletak di pantai selatan Banyuwangi dan berada di wilayah

Kecamatan Tegaldlimo dengan jarak dari Banyuwangi sekitar 86 km. Pantai

Plengkung sebagai pantai terbaik untuk surfing dan biasa disebut G-Land. Bulan

Mei-Oktober adalah bulan terbaik untuk surfing. Pantai Plengkung didukung

ekowisata hinterland meliputi G-Land (Grajagan Land), Alas Purwo (Goa

Istana), Padang Savana Sadengan dan Pantai Mangrove Bedul.

c. Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) III

(7)

LAPORAN AKHIR II-7

didukung ekowisata hinterland meliputi Pantai Rajegwesi, Teluk Hijau, Pantai

Pancer dan Pulau Merah serta Taman Nasional Meru Betiri.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1 JUMLAH PENDUDUK DAN KK KESELURUHAN

Dengan mengetahui aspek penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk,

kepadatan dan pertumbuhan penduduk, maka prakiraan jumlah dan pertumbuhan

penduduk, prakiraan kebutuhan fasilitas dan utilitas penduduk dapat diketahui. Sumber

utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang dilaksanakan terakhir pada

tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 sebesar 1.599.811

jiwa (dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi).

Kepadatan penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 sebesar 71

jiwa/Ha area terbangun. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kabat (142

jiwa/Ha) dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Bangorejo (28 jiwa/Ha). Untuk

lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan KK Menurut Kecamatan di Kab. Banyuwangi, 2016

NO Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

(8)

LAPORAN AKHIR II-8

NO Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk

(orang/Ha terbangun)

2.3.2 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN PERSEBARAN PENDUDUK

Kemiskinan untuk beberapa daerah dan lingkup pemerintah menjadi sebuah

di Kabupaten Banyuwangi sebesar 10,48%. Kemudian di tahun 2012 angka kemiskinan

di Kabupaten Banyuwangi berada pada angka 9,93% dari total penduduk. Ditahun

2013 kembali turun positif dari angka 9,57% dan kembali turun menjadi 9,29%

ditahun 2014 dan diperkirakan capaian tahun 2015 akan kembali turun pada kisaran

angka 9.12%. Hal ini merupakan hal yang positif, mengingat aspek penentu angka

kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah kondisi sandang, pangan dan

(9)

LAPORAN AKHIR II-9

Sumber: RPJMD 2015

Gambar 2.2 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 – 2015

2.3.3 PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK LIMA TAHUN KE DEPAN

Dengan mengetahui aspek penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk,

kepadatan dan pertumbuhan penduduk, maka prakiraan jumlah dan pertumbuhan

penduduk, prakiraan kebutuhan fasilitas dan utilitas penduduk dapat diketahui. Sumber

utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang dilaksanakan terakhir pada

tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 sebesar 1.599.811

jiwa (dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi).

Kepadatan penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016 sebesar 71

jiwa/Ha area terbangun. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kabat (142

jiwa/Ha) dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Bangorejo (28 jiwa/Ha).

Data kependudukan selengkapnya untuk saat ini dan proyeksinya 5 tahun ke

(10)

LAPORAN AKHIR II-10 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan KK Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun

NO Kecamatan Proyeksi Jumlah Penduduk

21 BANYUWANGI 108,617 109,019 109,421 109,823 110,225 110,627

22 GIRI 29,617 29,795 29,973 30,151 30,329 30,507

23 KALIPURO 84,320 85,638 86,955 88,273 89,591 90,908

24 WONGSOREJO 77,908 78,484 79,060 79,636 80,211 80,787

(11)

LAPORAN AKHIR II-11

Tabel 2.5 Tingkat Pertumbuhan Penduduk & Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun

Sumber: Data & Proyeksi BPS 2016

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 010 PESANGGARAN 0,17 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 29 29 29 29 30 30

2 011 SILIRAGUNG 0,17 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 31 31 31 31 31 32

14 120 ROGOJAMPI 0,29 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 108 109 109 110 110 110

15 130 KABAT 0,45 0,52 0,52 0,51 0,51 0,51 142 143 143 144 145 146

16 140 SINGOJURUH 0,04 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 122 122 122 122 122 122

17 150 SEMPU 0,14 0,22 0,22 0,22 0,21 0,21 42 42 42 42 42 42

18 160 SONGGON 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 68 68 68 68 68 68

19 170 GLAGAH 0,43 0,49 0,48 0,48 0,48 0,48 102 102 103 103 104 104

20 171 LICIN 0,42 0,49 0,49 0,48 0,48 0,48 96 96 97 97 98 98

21 180 BANYUWANGI 0,30 0,37 0,37 0,37 0,37 0,36 135 135 136 136 137 137

22 190 GIRI 0,54 0,60 0,60 0,59 0,59 0,59 132 133 134 135 135 136

23 200 KALIPURO 1,58 1,56 1,54 1,52 1,49 1,47 90 91 93 94 95 97

24 210 WONGSOREJO 0,68 0,74 0,73 0,73 0,72 0,72 58 58 59 59 60 60

(12)

LAPORAN AKHIR II-12 2.3.4 JUMLAH PENDUDUK PERKOTAAN DAN PROYEKSI URBANISASI

Peduduk Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi penduduk wilayah perkotaan

dan wilayah pedesaan. Data penduduk selengkapnya dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Kab. Banyuwangi 2016

NO Kecamatan

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

2.4.1 DATA PERKEMBANGAN PDRB DAN POTENSI EKONOMI

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui perkembangan perekonomian di suatu daerah dalam

suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

(13)

LAPORAN AKHIR II-13

jasa yang dihitung menggunakan harga pada periode saat ini, sedang PDRB atas

dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun

dasar.

Selama kurun waktu 4 tahun terakhir yakni mulai tahun 2011-2014 besaran

PDRB ADHB menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. PDRB ADHK Kabupaten

Banyuwangi pada tahun 2011-2014, berturut-turut pada besaran yang relatif stabil.

Tabel 2.7 PDRB ABHB dan ADHK Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 – 2014

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan peningkatan produk domestik regional

bruto (PDRB) daerah. Di akhir 2011 PDRB ADHB Banyuwangi Rp 36,95 triliun,

jumlah itu terus meningkat Rp 42,11 triliun pada akhir 2012, meningkat Rp 47,24

triliun pada akhir 2013 dan naik lagi menjadi Rp 53,37 triliun di akhir 2014.

Sedangkan capaian PDRB ADHK di akhir 2011 sebesar Rp 34,72 triliun, meningkat Rp

37,24 triliun di akhir tahun 2012, meningkat Rp 39,65 triliun di akhir 2013 dan naik

lagi menjadi 41,99 di akhir 2014. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada periode saat

ini, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan

jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun

(14)

LAPORAN AKHIR II-14 2.4.2 DATA PENDAPATAN PERKAPITA DAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN

PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang

diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Capaian

indikator PDRB per kapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap

tahunnya, tahun 2011 sebesar Rp 23,58 juta, tahun 2012 sebesar Rp 26,74 juta,

tahun 2013 meningkat menjadi Rp 29,85 juta dan tahun 2014 meningkat menjadi Rp

33,61 juta. Lonjakan tajam PDRB per kapita Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu

empat tahun terakhir dipengaruhi oleh sektor pariwisata dan menjaring investor

untuk berinvestasi di kabupaten terluas di Jawa Timur.

Gambar 2.3 PDRB Perkapita Kabuapaten Banyuwangi tahun 2011 - 2014

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banyuwangi terus mengalami penurunan

muulai tahun 2011 hingga 2015. Angka perkiraan proporsi kemiskinan di Kabupaten

Banyuwangi pada tahun 2015 adalah 9.12% dari jumlah seluruh penduduk Banyuwangi

atau 145.903 jiwa. Hal ini merupakan hal yang positif, mengingat aspek penentu

angka kemiskinan sangatlah kompleks diantaranya adalah kondisi sandang, pangan

dan papan penduduk. Tingkat pendidikan dan derajat kesehatan.

Kabupaten Banyuwangi menggunakan strategi penanggulangan kemiskinan

(15)

LAPORAN AKHIR II-15

meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin menurut individu (sebagai anggota

keluarga dalam rumah tangga miskin) Penanggulangan Kemiskinan berbasis

Komunitas. Strategi ini bertujuan membiasakan para rumah tangga miskin untk

berkelompok, belajar mengelola kegiatan secara bersama, memupuk rasa solidaritas

sosial dan meningkatkan peran aktif kelompok rumah tangga miskin dalam satu

satuan wilayah terkecil seperti Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) untuk

berperan dalam meningkatkan akses bagi anggota masyarakat miskin kepada

pelayanan sosial maupun sarana prasarana sosial dasar. Penanggulangan kemiskinan

berbasis individu terpilih sebagai pemicu pencapaian peningkatan pendapatan bagi

kelompok rumah tangga miskin produktif. Strategi ini ditujukan untuk memberikan

kesempatan pada kelompok-kelompok rumah tangga miskin yang ada di antara para

anggotanya yang produktif dan mempunyai usaha mikro dan kecil. Sehingga mereka

dapat meningkatkan akses mereka kepada permodalan, teknologi dan pasar, sehingga

peningkatan pendapatan dapat lebih besar lagi. Strategi ini menyediakan bantuan

modal atau kredit mikro kepada kelompok rumah tangga miskin yang berada dalam

satu satuan wilayah terkecil seperti RT atau RW. Selain itu implementasi pembangunan

sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan miskin, peningkatan

Kabupaten Banyuwangi dibidang Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) pada tahun

2012 dan Perlindungan dan bantuan sosial tahun 2014

2.4.3 DATA KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS

A. GAMBARAN TOPOGRAFI

Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0–2.500 meter di atas permukaan

(16)

LAPORAN AKHIR II-16 Tabel 2.8.Luas Wilayah Kecamatan Menurut Kemiringan (Ha)

No Kecamatan Kelerengan/Slope Total

0-2% 2-15 % 15-40% >40%

1 Pesanggaran 15,857.53 10,740.73 25,129.79 126.19 51,854.24 2 Siliragung 22.74 6,928.56 1,683.05 374.47 9,008.82 3 Bangorejo 9,021.07 2,917.97 942.64 54.90 12,936.58 4 Purwoharjo 10,156.90 1,650.33 157.11 11,964.34 5 Tegaldlimo 21,693.84 30,882.22 3,288.04 295.45 56,159.55

6 Muncar 8,095.10 - - 8,095.10 24 Wongsorejo 5,538.85 17,618.16 10,203.27 704.67 34,064.95

Jumlah/Total 131,881.77 149,593.18 73,584.19 3,493.08 358,552.22

Prosentase 36.78% 41.72% 20.52% 0.97%

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Banyuwangi

Tingkat kedalaman efektif tanah di Kabupaten Banyuwangi bervariatif antara

(17)

LAPORAN AKHIR II-17 2. Kedalaman efektif tanah antara 60 - 90 cm meliputi wilayah seluas 23.248 Ha atau

6,75 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pada daerah ini tanahnya cukup

baik untuk tanaman semusim, tanaman keras atau tanaman tahunanKecamatan

yang memiliki paling luas memiliki kedalaman efektif tanah ini adalah Kecamatan

Pesanggaran dengan luas areal 55.579 Ha.

3. Kedalaman efektif tanah antara 30 - 60 cm meliputi wilayah seluas 44.376 Ha atau

12,84 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pada daerah ini tanahnya cukup

baik untuk tanaman semusim berakar dangkal. Kecamatan yang memiliki paling luas

memiliki kedalaman efektif tanah ini adalah Kecamatan Tegaldlimo dengan luas areal

38.348 Ha.

4. Kedalaman efektif tanah antara kurang 30 cm meliputi wilayah seluas 416 Ha atau

0,12 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pada daerah ini tanahnya cukup

baik untuk tanaman semusim dan berakar dangkal. Kecamatan yang memiliki paling

luas memiliki kedalaman efektif tanah ini adalah Kecamatan Pesanggaran dengan

luas areal 224 Ha.

B. GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi

mulai bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan

basah, yaitu meliputi :

1. Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.

2. Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro.

3. Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro.

4. Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.

5. Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah.

6. Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah.

7. Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi.

8. Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat.

(18)

LAPORAN AKHIR II-18

10. Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi. Sungai ini merupakan

perbatasan antara Kecamatan Rogojampi dengan Kecamatan Srono dan Muncar.

11. Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Gambiran, Purwoharjo dan Muncar.

12. Sungai Porolinggo (30,70 km)melewati Kecamatan Genteng.

13. Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore.

14. Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar.

15. Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran.

16. Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran.

17. Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Pesanggaran

C. GAMBARAN GEOLOGI

Berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai susunan/struktur geologi yang

terdapat pada wilayah Kabupaten Banyuwangi (Lihat Tabel : 2.9).

Tabel 2.9 Luas Tanah Berdasarkan Struktur Geologi No. Struktur Geologi Luas (Ha) %

1. Alluvium 134.525,00 23,27

2. Hasil Gunng Api Kwarter Muda 170.310,50 29,43 3. Hasil Gunng Api Kwarter Muda 59.283,00 10,26

4. Andesit 47.417,75 8,20

5. Mosen Falses Semen 89.177,25 15,43 6. Mosen Falses Batu Gamping 77.536,50 13,41

Jumlah 578.250,00

Sumber : Profil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014.

Lapisan batuan yang yang paling tinggi (Hasil Gunung Api Kwarter Muda) sebesar

170.310,50 terdapat di wilayah Kecamatan Glenmore seluas 33.993,98 Ha. Sedangkan

lapisan Andesit (paling rendah) tersebar di wilayah Kecamatan Pesanggaran, Glenmore

dan Kecamatan Kalibaru.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi terdiri atas jenis tanah

regosol, Lithosol, Lathosol, Podsolik, dan Jenis Tanah Gambut. Untuk masing-masing

luasan pada tiap jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi dapat di lihat pada Tabel

(19)

LAPORAN AKHIR II-19

Terdapat berbagai jenis tekstur tanah di Kabupaten Banyuwangi yang dibedakan

tingkat teksturnya sebagai berikut:

a. Tanah bertekstur halus seluas 309.050 Ha atau 89,41 % dari luas wilayah Kabupaten

Banyuwangi. Wilayah kecamatan yang sebagian besar tanahnya berstekstur halus

adalah Kecamatan Pesanggaran yaitu seluas 56.331 Ha. Sedangkan wilayah

kecamatan yang paling sedikit areal bertekstur halus adalah Kecamatan Purwoharjo.

b. Tanah bertekstur sedang seluas 31.667 Ha atau 0,007 % dari luas wilayah Kabupaten

Banyuwangi. Wilayah kecamatan yang sebagian besar tanahnya berstekstur sedang

adalah Kecamatan Bangorejo yaitu seluas 15.013 Ha. Sedangkan wilayah kecamatan

yang tidak memiliki tanah l bertekstur sedang adalah Kecamatan Tegaldlimo.

c. Tanah bertekstur kasar seluas 4.952 Ha atau 1,43 % dari luas wilayah Kabupaten

Banyuwangi. Wilayah kecamatan yang sebagian besar tanahnya berstekstur kasar

adalah Kecamatan Wongsorejo yaitu seluas 2.880 Ha. Sedangkan wilayah kecamatan

yang sama sekali tidak memiliki tanah bertekstur kasar adalah sebanyak 16

Kecamatan kecuali Kecamatan Purwoharjo, Tegaldlimo, Pesanggaran, Glenmore dan

sebagian Kecamatan Wongsorejo.

D. GAMBARAN KLIMATOLOGI

Kabupaten Banyuwangi terletak di bawah equator yang dikelilingi oleh laut Jawa,

Selat Bali dan Samudra Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim :

1. Musim penghujan antara bulan Oktober–April

(20)

LAPORAN AKHIR II-20

3. Diantara kedua musim ini terdapat musim peralihan Pancaroba yaotu sekitar

bulan April/Mei dan Oktober/Nopember.

Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan mendekati

79 persen. Kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober dengan rata-rata

kelembaban udara sebesar 75 persen. Sebaliknya kelembaban tertinggi terjadi pada

bulan Januari dan Juni dengan besaran 86 persen.

Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada bulan April yaitu sebesar 24,8 derajat

celcius. Sedang tertinggi pada bulan Oktober sebesar 28,2 derajat celcius. Sedang

bulan-bulan lain angka rata-rata suhu udara yang terjadi sekitar 26 derajat celcius. Sebuah

angka dalam ukuran atau tingkat kedinginan suatu wilayah yang sangat ideal. Artinya

dalam rata-rata, bukan berarti setiap wilayah dengan suhu udara yang sama.

Adapun rata-rata curah hujan terendah mencapai 0,8 mm terjadi pada bulan

Oktober. Sedang rata-rata curah hujan tertinggi mencapai 527,5 mm terjadi pada bulan

Januari.Indikasinya dalam semester pertama, hari hujannya relatif lebih banyak yang

diikuti dengan curah hujan yang lebih besar pula. Sedang pada semester kedua, dengan

hari hujan yang lebih sedikit serta diikuti dengan curah hujan yang lebih rendah.

Selain kelembaban, hari hujan dan curah hujan yang biasanya digunakan untuk

mengidentifikasi keadaan iklim, rata-rata suhu udara juga kerap kali digunakan sebagai

ukuran atau tingkat kedinginan suatu daerah. Intepretasinya semakin mendekati angka

nol maka daerah tersebut akan semakin dingin, demikian pula sebaliknya.

Tabel 2.11 Rata-rata Suhu Udara & Kelembaban Relatif Setiap Bulan

(21)

LAPORAN AKHIR II-21

Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2015

Tabel 2.12 Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap bulan

(22)

LAPORAN AKHIR II-22

Tabel 2.14 Rata-rata Jumlah Hujan, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Setiap bulan

Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2015

Tabel 2.15 Rata-rata Hari Hujan Menurut Kecamatan

(23)

LAPORAN AKHIR II-23

Kebutuhan hidup yang paling penting bagi setiap orang berupa pendidikan,

kesehatan dan kemampuan untuk memenuhi kebu tuhan hidupnya dengan baik. Apabila

ketiga kebutuhan yang dimaksud dapat terpenuhi, maka dapat terwujud kesejahteraan

bagi masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia,

hidup sehat berumurpanjang serta meningkatnya pendapatan dan juga daya beli

masyarakat itu sendiri.

Program pendidikan dasar atau sering disebut dengan Program Wajib Belajar

Sembilan Tahun, secara kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan

memadai, karena seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi sudah mempunyai SD &

SLTP. Bahkan minimal ada satu SLTP berstatus negeri.

Pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mempunyai fasilitas

kesehatan berupa Lembaga Rumah Sakit, Puskesmas serta Puskesmas Keliling dengan

jumlah dan keberadaannya sudah relatif mencukupi terhadap jumlah dan persebaran

penduduk. Kecuali yang perlu mendapat perhatian dibeberapa kecamatan yang terletak

di kawasan selatan Kabupaten Banyuwangi perlu didirikan fasilitas kesehatan yang

(24)

LAPORAN AKHIR II-24

berupa rumah sakit mempunyai kendala jarak yang relatif jauh. Puskesmas Rawat Inap

terdekat masih dengan peralatan yang terbatas.

Tabel 2.16 Banyaknya Fasilitas Pendidkan Menurut Kecamatan Tahun 2014

(25)

LAPORAN AKHIR II-25 Tabel 2.17 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2014

(26)

LAPORAN AKHIR II-26 2.4.4 DATA RISIKO BENCANA ALAM

Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan potensi bencana yang

cukup tinggi. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang sering atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banyuwangi

memaparkan bahwa potensi bencana gunung berapi menjadi yang paling diwaspadai.

Berikut ini adalah penggambaran mengenai peta mitigasi bencana di Kabupaten

Banyuwangi. Gunung api merupakan salah satu bencana terbesar yang rawan terjadi di

kabupaten Banyuwangi. Gunung api yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi adalah

gunung ijen. Gunung ini masih aktif dan memiliki sebaran lahar yang cukup luas.

(27)

LAPORAN AKHIR II-27 2.4.5 ISU – ISU STRATEGIS TERKAIT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA

KARYA

Salah satu agenda pembangunan penting di Kabupaten Banyuwangi adalah

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean

Governance). Dukungan kinerja pemerintahan terangkum dalam indikator-indikator

urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil antara lain dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Tabel 2.18 Realisasi Indikator Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 – 2014

Berdasarkan data diatas, secara umum ketercapaian pembangunan Kabupaten

Banyuwangi dalam urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah menunjukkan

tren positif. Sebagaimana tren capaian indikator-indikator sub urusan kependudukan

yaitu Rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk, Kepemilikan KTP, Ketersediaan

database kependudukan skala provinsi, Penerapan KTP Nasional berbasis NIK secara

rata-rata mengalami capain yang relatif stabil. Indikator Rasio penduduk berKTP per

satuan penduduk pada posisi tahun 2011 sebesar 1 : 1,13, tahun 2012 sebesar 1 :

1,16, tahun 2013 sebesar 1 : 1,08 dan 2014 sebesar 1 : 1,09. Bayi yang memiliki akte

(28)

LAPORAN AKHIR II-28

2011 hanya 30,87% bayi yang memiliki akte kelahiran. Prosentase meningkat sangat

signifikan pada tahun 2012 menjadi 61,35% dan terus meningkat hingga tahun

selanjutnya hingga menjadi 95.98% pada tahun 2013 dan stagnan pada tahun 2014

pada prosentase 95,98%. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan terhadap

kesuksesan tersebut adalah adanya inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akte, serta

pelayanan akta online.

Kondisi ini selaras dengan capaian indikator Kepemilikan akta kelahiran per

1000 penduduk yang terealisasi 0.142% di tahun 2011 dan kemudian mengalami

peningkatan signifikan pada tahun 2012 yang terealisasi 0.021%, pada tahun 2013

naik menjadi 0.023% dan naik lagi menjadi 0.023% pada tahun 2014. etidakstabilan

indikator selanjutnya yaitu Ketersediaan database kependudukan skala provinsi dan

Penerapan KTP Nasional berbasis NIK menunjukkan kondisi ketercapaian yang dapat berarti lingkungan tercemar ringan, “70” dan lebih besar dari “70”, berarti kualitas

lingkungan hidup sangat baik. Indeks kualitas lingkungan hidup Kabupaten

Banyuwangi tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar diatas. Sebagaimana data

yang tercantum pada gambar diatas, kualitas lingkungan hidup di Kabupaten

(29)

LAPORAN AKHIR II-29

sebesar 67.74, turun menjadi 56.65 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 IKLH

kembali naik walaupun tidak begitu signifikan karena masih belum mampu melebihi

IKLH tahun 2013, yaitu hanya mencapai 65.31 pada tahun 2015.

Gambar 2.5 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2013 – 2015

Pelayanan publik masih menjadi isu penting yang relevan menjadi sasaran

pembangunan di bidang penyelenggaraan pemerintahan. Sebab pelayanan publik

merupakan unsur inti dalam sistem masyarakat modern. Tujuan pelayanan publik

adalah untuk menyediakan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pelayanan

terbaik adalah pelayanan yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang

didinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan terbaik akan membawa

impilkasi terhadap kepuasan publik atas pelayanan yang diterima. Suatu pelayanan

dinilai memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan

harapan pengguna layanan. Kepuasan masyarakat dapat juga dijadikan acuan bagi

berhasil atau tidaknya pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh pemerintah

(30)

LAPORAN AKHIR II-30

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah indeks tentang tingkat kepuasan

masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif

atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur

penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan

kebutuhannya. Berikut gambaran capaian IKM Kabupaten Banyuwangi tahun

2011-2015.

Capaian IKM Kabupaten Banyuwangi terealisasi 72,77% di tahun 2011,

meningkat menjadi 72,78% di tahun 2012, di tahun 2013 sebesar 74,7%, tahun 2014

sebesar 77,67% dan tahun 2015 sebesar 77,95%. Capaian IKM Kabupaten

banyuwangi tergolong masih kurang meskipun setiap tahun mengalami peningkatan,

karena masih ada sekitar 22% masyarakat yang kurang puas dengan kinerja pelayanan

oleh Pemerintah Daerah yang diberikan.

Gambar 2.6 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kabupaten Banyuwangi

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Banyuwangi
Tabel 2.2 Jarak (Km) Terdekat Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan KK Menurut Kecamatan di Kab. Banyuwangi, 2016
Gambar 2.2 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 – 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gunung Sadeng merupakan salah satu daerah di Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki potensi bahan galian golongan C yang cukup

Sehubungan dengan maksud tersebut mengingat tarip pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana diatur dalam Peraturan

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi wisata yang cukup tinggi dengan beragam daya tarik wisata.. Daya tarik wisata Cibulan

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Banyuwangi khususnya daerah- daerah yang memiliki situs religi seperti Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat,

Gunung Sadeng merupakan salah satu daerah di Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki potensi bahan galian golongan C yang cukup

a) Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula memiliki salah-satu acuan dalam pelaksanaan pembangunan- nya dalam bentuk RTRW yang merupakan penjabaran dari kebijakan

Beberapa daerah yang menjadi daerah tujuan wisata bahari di Kabupaten Karawang adalah Pantai Cemara Jaya, Pantai Tanjung Pakis, Pantai Ciparage, Pantai Tanjung Baru, Perairan

Program inovasi Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi yaitu tebar ikan terkendali adalah salah satu upaya Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi untuk meningkatkan kelestarian sumberdaya