encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum,
serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan
drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang
mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan
tantangan yang harus diantisipasi hingga pada usulan kebutuhan program dan pembiayaan.
7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan
sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan dan pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri
dari peningkatan kualitas permukiman kumuh, pengembangan lingkungan permukiman perkotaan,
pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan. Sedangkan untuk pengembangan kawasan
perdesaan terdiri dari pengembangan permukiman perdesaan potensial, pengembangan permukiman
perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Pengembangan permukiman khusus meliputi
pengembangan kawasan perbatasan, pengembangan kawasan pulau-pulau kecil terluar dan pengembangan
kawasan rawan bencana, pasca bencana dan kawasan tertentu.
R
R encana P embangunan
I nfrastruktur C ipta K arya
7
7.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu strategis Kabupaten Manggarai dapat diidentifikasi seperti yang terlihat pada tebel berikut
Tabel 7.1
ISU-ISU STRATEGIS SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KABUPATEN MANGGARAI
No Isu Starategis Keterangan
(1) (2) (3)
1. Aspek Teknis
Air Bersih
Sebagian besar penduduknya berlum terlayani air bersih PDAM, sehingga sebagian besar menggunakan sumur dan mata air.
Aspek Drainase Belum seluruh wilayah kabupaten Manggarai memiliki saluran drainase. Hal ini menyebabkan aliran air yang tidak lancar ketika hujan terjadi sehingga menyebabkan genangan.
Aspek Persampahan Hampir diseluruh kawasan permukiman di Kawasan Perkotaan Manggarai masih tidak terlayani oleh sistem jaringan pengelolaan sampah. Sampah buangan masyarakat pada umumnya ditimbun atau dibakar sendiri.
Aspek jalan lingkungan Secara umum kondisi jalan lingkungan di kawasan perkotaan Manggarai belum sepenuhnya berkondisi baik
2 Aspek Lingkungan permukiman dan Kependudukan
Distribusi penduduk yang tidak tersebar merata pada seluruh wilayah mengakibatkan biaya investasi yang tinggi untuk pengembangan prasarana wilayah. Hal ini diindikasikan dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang terkonsentrasi di Kecamatan Langke Rembong dan Ruteng. Akibat tidak terpusatnya pembangunan pemukiman dan kecManggarairungan membangun dengan tidak melihat pada tata ruang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Maka untuk selanjutnya diharapkan pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan tata ruang, agar balance dengan apa yang telah direncanakan dalam tata ruang.
3 Aspek Pembiayaan Kurangnya kemampuan masyarakat yg berumah tak layak huni mengakses sumber daya untuk membangun dan meningkatkan kualitas perumahan dan permukimannya.
No Isu Starategis Keterangan
(1) (2) (3)
akses kredit pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk peningkatan kemudahan mekanisme sistem kredit di bidang pembiayaan masyarakat.
4 Aspek Peraturan Perundangan Kurangnya regulasi pendukung kepastian hukum kepemilikan dan pembangunan perumahan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
Perlu adanya perda yang mengatur permasalah pengelolaan permukiman.
5 Aspek Rencana Pengembangan Akibat tidak terpusatnya pembangunan pemukiman dan kecManggarairungan membangun dengan tidak melihat pada tata ruang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Maka untuk selanjutnya diharapkan pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan tata ruang, agar balance dengan apa yang telah direncanakan dalam tata ruang.
Masih kurangnya perhatian terhadap sektor distribusi akibat pelayanan dan kapasitas prasarana dan sarana outlet (terutama pelabuhan) yang jauh dari Kabupaten Manggarai, sehingga mengakibatkan ketergantungan pengangkutan dan distribusi barang masih berorientasi ke keluar Kabupaten yaitu Ruteng Kabupaten Manggarai.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Pelaksanaan pembangunan permukiman di kabupaten Manggarai masih terpusat di kawasan perkotaan
khususnya Kota Ruteng sebagai ibukota kabupaten dan pusat pengembangan wilayah bagi seluruh wilayah Kabupaten
Manggarai. Secara keseluruhan luas wilayah kawasan pusat pengembangan perkotaan yang direncanakan sampai
dengan tahun 2030 di kabupaten Manggarai, adalah + 4.778.79 Ha. Adapun permukiman perdesaan, karakteristiknya
membentuk pola yang menyebar dalam setiap kecamatan dengan kelompok permukiman yang menyebar pula dalam
setiap desa. Keberadaan permukiman perdesaan ini dengan masing-masing pusat-pusat desanya tidak begitu signifikan
luasnya dalam pola ruang eksisting kabupaten Manggarai.
Tidak tersedia data yang akurat tentang jumlah bangunan perumahan di kabupaten Manggarai. Namun
demikian, jika diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga memiliki rumah sendiri maka dapat diperkirakan jumlah rumah
di kabupaten Manggarai pada tahun 2012 adalah 63.231 unit rumah dengan rincian menurut kecamatan disajikan pada
tabel 4.1
Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Manggarai berdasarkan data dari Satker Bankim hanya berada di
DED (belum ada penetapan dari Pemda). Secara Visual kawasan ini dapat di kategorikan sebagai kawasan kumuh
dikarenakan kondisi sarana dan prasarana yang memprihatinkan, kepadatan yang tinggi, kondisi fisik bangunan yang
sebagian besar tidak layak. Berdasarkan data ini luas kawasan kumuh mencapai 45 Ha. Untuk Rusunawa belum pernah
dibangun di Kabupaten Manggarai.
Tabel 7.2
Jumlah Rumah di Kabupaten Manggarai Dirinci Menurut Kecamatan*
No Kecamatan Penduduk Jumlah Rumah Rata2 Anggota Kel.
1 Satar Mese 32.507 6.777 4,8
2 Satar Mese Barat 34.115 6.993 4,9
3 Langke Rembong 58.209 10.945 5,3
4 Ruteng 40.964 8.887 4,6
5 Wae Rii 25.884 6.029 4,3
6 Lelak 11.601 2.563 4,5
7 Rahong Utara 21.399 4.755 4,5
8 Cibal 38.540 8.898 4,3
9 Reok 31.650 7.384 4,3
Jumlah 294.869 63.231 4,6
Tabel 7.3 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Perda No. 6 Tahun 2012 RTRW Kab. Manggarai Tahun
2011-2015
2 Perda No. 1 Tahun 2011 RPJMD Kab. Maggarai tahun
3 Perda No.3 Tahun 2013 Bangunan Gedung
Perkotaan
Tabel 7.4 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Manggarai berdasarkan
SK Penentapan Kawasan Kumuh No HK/197/2014
NO
Kecamatan Kelurahan/desa Luas Wilayah
(Km2)
Tabel 7.5 Data Kondisi RSH di Kabupaten Manggarai
NO
Lokasi RSH Tahun
Pembangunan
Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK
yang Ada
1 Kec. Rahong Utara,
Desa Golo Langko 2012 24 Baik
2 -
3 -
Tabel 7.6 6Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Manggarai
No
Perdesaan
Tabel 7.7 Data Program Perdesaan Di Kab. Manggarai Tahun 2013
No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi Infrastruktur Infrastruktur Perdesaan PPIP (32 desa)
1 Pembangunan Infrastruktur Jalan
Ds. Koak, Ds. Langgo, Ds. Legu, Ds. Pong Leko, Ds. Benteng Kuwu, Ds. Rado, Ds. Lenda, Ds. Perak, Ds. Pong Lao, Ds. Cumbi, Ds. Poco Likang, Ds. Pong Murung, Ds. Belang Turi, Ds. Beo Rahong, Ds. Ndehes, Ds. Ranggi, Ds. Dimpong, Ds. Tengku Lese, Ds. Compang, Ds. Bangka Ajang, Ds. Bangka
23 Ds/Kel 100 % Cukup Baik
2 Pembangunan Air Minum Desa
Ds. Kakor, Ds. Goloworok, Ds. Meler, Ds. Pong Lengor, Ds. Dimpong, Ds. Benteng Tubi, Ds. Loce, Ds. Torong Koe, Ds.
9 Ds/Kel 100 % Cukup Baik
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Manggarai dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
Tabel 7.8 Identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman
Kabupaten Manggarai
1 Aspek Teknis 1) Kawasan yang belum terjangkau
2) Kondisi PS yang sudah ada yang tidak terpelihara
3) Minimnya PS yang tersedia seperti listrik, jalan, air minum, persampahan type rumah yang sudah ada (eksisting), karateristik fisik wilayah, serta ketersediaan lahan yang memungkinkan untuk pengembangan masing type rumah.
2 Aspek Kelembagaan
1) lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama
Penyediaan sarana utilitas didukung oleh Pemerintah Kota, sedangkan investasi fisik bangunan disiapkan oleh developer/ pengembang atau investasi langsung
1)distribusi penduduk yang tidak tersebar merata
2) penurunan kualitas lingkungan hidup
Tidak seimbangnya pembangunan Desa dan Kota yang telah
menumbuhkan berbagai kesenjangan sosio-ekonomi
7. 1. 2 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
7. 1. 2.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Berdasarkan analisis kebutuhan dan usulan program pengembangan infrastruktur permukiman yang yang
relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di kabupaten Manggarai maka diusulkan beberapa
kegiatan/proyek prioritas bangunan Infrastruktur permukiman di kabupaten Manggarai.
Pengembangan PS Permukiman dilakukan sejalan dengan pelaksanaan asas desentralisasi di bidang pekerjaan
umum sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.14 Th. 1987, mengenai penyerahan sebagian tugas Departemen PU
kepada pemerintah daerah. Demikian pula halnya dengan pembiayaan proyek pembangunan permukiman disusun
berdasarkan klasifikasi tanggungjawab pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat.
7. 1. 2.2 Usulan Pembiayaan dan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor
tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Walaupun pembangunan
keciptakaryaan merupakan kawenangan pemerintah daerah namun mengingat berbagai keterbatasan yang ada maka pola
pendaan untuk sebagian besar komponan pengembangan permukiman di kabupaten Manggarai diharapkan berbentuk
shering dengan proporsi 90 % oleh pemerintah pusat dan 10 % oleh pemerintah kabupaten.
Secara rinci, usulan dan pembiayaan pembangunan PS Permukiman di kabupaten Manggarai disajikan pada Bab XI
Tabel 7. 9 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Manggarai
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria
Kesiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan / SPPIP 1 Lap 900,000 Ruteng
2 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Permukiman Prioritas (RPKPP) 1 Lap 900,000
Kab. Manggarai 3 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh 1 Kaw 2,800,000 Pagal
4 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh 1 Kaw 2,800,000 Cancar
5 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan
Kumuh 1 Kaw 10,000,000 Ruteng
6 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Golowoi
7 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Sambi
8 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000
Rahong Utara
9 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Wae Rii
10 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Lelak
11 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Narang
12 Pembangunan Infrastruktur Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,000,000 Satarmese
13 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,750,000 Reok
14 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,750,000 Satarmese
15 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 1,750,000
Satarmese Barat
16 Penyediaan Prasarana dan Sarana (PS) Permukiman RSH
Yang Meningkat Kualitasnya 1 Kaw 2,700,000
No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Kesiapan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
18 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Satarmese
19 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Satarmese Barat
20 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Ruteng
21 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Lelak
22 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Rahong Utara 23 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Wae Rii
24 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Rawan Bencana 1 Paket 2,000,000 Langke Rembong 25 Pembangunan Infrastruktur Rawan Bencana 10 Desa 10,000,000 Kec. Cibal
26 Peningkatan Kualitas Prasarana dan Sarana Kawasan
Daerah Terpencil 1 Paket 600,000 Manggarai
.
7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. ISU STRATEGIS
Isu strategis Bidang PBL tingkat Kabupaten Manggarai sebagai berikut :
Tabel 6.13 Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Manggarai
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL
di Kab/Kota
1. Penataan Lingkungan Permukiman Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota
3. Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET
B. KONDISI EKSISTING
Kondisi eksisting Kabupaten Manggarai
Kondisi eksisting Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan di fokuskan pada penataan bangunan melalui fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan melalui penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, Penyediaan Ruang Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan atau revitalisasi kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan.
Sampai dengan tahun 2015 presentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB belum terdata dikarenakan sampai dengan tahun 2015 belum pernah dilakukan pendataan bangunan gedung di Kabupaten Manggarai .
Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel 12.13
Tabel 7.7. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015
N
2 PROSENTASI BANGUNAN BER-IMB % Belum t er dat a
3 PROSENTASI BANGUNAN BERSERTIFIKAT SLF
% Belum Terdat a
4 PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG unit Belum t er dat a
5 PROSENTASI RTH % 20% Dat a RTRW
6 STATUS BANGUNAN PUSAKA (NASIONAL) Ada/ t idak Tidak ada
Sumber Data Olahan
Dari tahun 2011- 2015 pembangunan sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan di Kabupaten Manggarai yang dibiayai melalui APBN hanya pada Penataan Kawasan Tradisional.
Tabel 7.8. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015
Sumber: hasil olahan
Kondisi eksisting Kabupaten Manggarai yang memuat kegiatan penataan lingkungan
permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta capaian dalam
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan, kondisi eksisting tersebut dapat
diuraikan sebagi berikut :
Gambaran umum bangunan gedung di Kabupaten Manggarai dibedakan atas tiga kategori yaitu
:
a. Bangunan gedung perkantoran dan fasilitas umum/sosial milik pemerintah
b. Bangunan fasilitas umum/sosial milik swasta
c. Bangunan rumah tinggal milik perorangan
Bangunan umum milik pemerintah dan sebagian bangunan umum milik swasta dibangun
berdasarkan perencanaan yang baik, dengan mengikuti ketentuan teknis ketertiban dan
keselamatan bangunan. Akan tetapi sebagian besar bangunan milik swasta dan masyarakat,
dibangun tanpa perencanaan dan tanpa pengendalian oleh instansi teknis terkait sehingga
ketertiban, ketahanan dan keselamatan bangunannya tidak terjamin.
C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Sektor penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan di
Kabupaten Manggarai yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
a. Masih tersebarnya permukiman-permukiman kumuh
b. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional kecual bangunan gedung
bersejarah, padahal punya potensi wisata
c. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong
pertumbuhan kota
d. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Gedung :
a. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan
gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
b. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayan publik .
c. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum sepenuhnya
didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
d. belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya
untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan
permukiman yang berkelanjutan.
Rumah Negara
a. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan, dan kenyaman
b. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi
penyandang cacat;
d. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
3. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat
a. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
b. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan
prioritas pembangunan.
Tabel .7.9. Indentifikasi Permasalahan & Tantangan PBL Kabupaten Manggarai
NO ASPEK PBL MASALAH YG DIHADAPI TANTANGAN
PENGEMBANGAN ALTERNATIF SOLUSI
1 Teknis -Tersebarnya pemukiman/ ketidakteraturan - Sarana lingkungan hijau kurang diperhatikan
Lokasi yang menyebar, belum terdata dgn baik
- Menata/meminimalisir
- Peningkatan fasilitas RTH
- Identifikasi bangunan & dimanfaatkan sesuai fungsi kebutuhan
2 Kelembagaan Belum siap landasan operasional Kurang kerja sama antar Instasi terkait
Perlu penegasan dlm penerapan aturan yang sudah ada
3 Pembiayaan Dana yang minim Kerjasama dgn swasta Usul Tingkatkan dana
4 Partisipasi
masyarakat/swasta Sangat kurang Kurang kesadaran Sosialisasi
5 Lingkungan Permukiman Kurang tertata, kumuh, lokasi tidak sesuai lahan peruntukan
Meelokasi sesuai
peruntukan kawasan, Menata sesuai peruntukan kawasan
7.2.2. Sasaran Program
Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten Manggarai , diperlukan tidak hanya untuk
mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu pertumbuhan kota, tetapi
juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan merusak eksistensi kota. Untuk dapat
menciptakan tahap pembangunan dan pengembangan wilayah dan kota, maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang
diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam
pembangunan fisik kota serta mereduksi berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
1. Peraturan Penataan Bangunan :
Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)
2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan
Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan
Fasilitasi Penguatan Pemda
Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan
Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara
Pembinaan Penataan Bangunan Loinglungan Khusus
Perencanaan dan Analisa Teknis
Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan
3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
Bangunan Gedung Hijau
Bangunan Gedung Mitigasi Bencana
Bangunan Gedung Perbatasan
Pembangunan Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya
4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan Bangunan Kawasan Strategis
Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana
Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan
Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata
5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan
Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau
Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka
Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah
Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata
6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan
Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B
Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dibutuhkan
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja,
komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan
jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset
proyek setelah infrastruktur dibangun.
7.2.3. Usulan Program dan Kegiatan
Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Manggarai di sajikan pada Bab. VIII
Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya.
7.3. SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM
7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN SPAM
Isu-isu strategis yang mempengaruhi upaya Kabupaten Manggarai untuk mencapai target
Kabupaten Manggarai yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pembangunan di bidang
air minum 100% antara lain :
a. Kurang tersedianya air minum disaat musim kemarau
b. Sebaran pemukiman yang tidak merata, berakibat pada kebutuhan sarana prasarana yang air
minum yang lebih besar biayanya.
c. Terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran di sekitar kawasan tangkapan air dan sumber
mata air.
d. Pterbasnya kapasitas air baku
e. Tingkat kebocoran dan idle capacity yang tinggi dan
f. PDAM yang kurang sehat.
B. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN
Berdasarkan dat a capaian unt uk akses rumah t angga t erhadap air minum layak di Kabupat en M anggarai sampai dengan t ahun 2015 sebesar 61,84% at au 38,17% rumah t angga di Kabupat en M anggarai belum m endapat kan / belum mengakses air minum layak. Dari dat a BPS t ahun 2016 jumlah Rumah Tangga yang m engakses air minum menggunakan leding hanya 23,33%, yang menggunakan pompa sebesar 1,68% sedangkan sumur dan mat a air sebanyak 74,98 %.
Penyediaan air minum dengan sist em perpipaan di Kabupat en M anggarai unt uk kaw asan perkot aan dikelola oleh PDAM Kabupat en M anggarai dan sampai dengan akhir t ahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 28,54% at au 14.237 Sambungan Rumah. Unt uk membant u meningkat kan pelayanan air minum di Kabupat en M anggarai pem erint ah Pusat m elalui Sat uan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direkt orat Air M inum t elah mem bangun pipa sepanjang 55.372 met er dengan pagu mencapai Rp 10.947.383.000,- dan dilaksanakan dari t ahun 2012 s/ d 2014.
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2013 2014 2015
PELAYANAN PENDUDUK
1 Jumlah Penduduk Jiwa 332.560 337.286 338.324
2 Jumlah Pelanggan Jiwa 12.529 12.813 14.237
3 Penduduk Terlayani % 25,96 26,25 28,54
DATA PRODUKSI
1 Kapasitas Produksi Lt/detik 1.702,50 1.776,00 1.962,00
2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit
3 Biaya Produksi di PDAM Rp 6.943.666.113 8.826.966.527 8.931.116.618
DATA DISTRIBUSI
1 Kapasitas Distribusi Lt/dtk 1.702,50 1.766,00 1.962,00
2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr 113 117,29 1.962
3 Air Terjual M3/th 3.527.246 3.726.702 4.039.959
4 Air Terdistribusi M3/th 4.713.768 4.603.392 5.085.504
5 Total Penjualan Air Rp 6.600.439.958 7.016.797.156 7.674.437.684
7 Cakupan Penduduk Jiwa 86.316 88.554 96.564
6 Tarif rata-rata Rp 1.871,27 1.882,84 1. 899,61
DATA KONSUMEN
1 Jumlah Sambungan Rumah (SR) Unit 12.529 12.813 14.237 2 Komsumsi Rumah Tangga Unit 11.533 11.806 13.141 3 Komsumsi Non Rumah Tangga Unit 996 1.007 1.096 4 Jumlah Jiwa/Sambungan Tumah
Tangga
Unit 6 6 6
Tabel 7.9. Banyaknya Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum Thn 2015
Sumber: BPS, Manggarai Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 7.10. Akses Air Minum Layak Desa dan Kota Tahun 2013-2015
Sumber: BPS, Prov.NTT
1 Total Akses Air Minum Layak
53.11% 60.89% 61.84%
Tabel 7. 8. Pembangunan Sektor Air Minum di Kabupaten Manggarai Tahun 2011 - 2015
5 Optimalisasi SPAM MBR di Kota Manggarai Kab. Manggarai 40 L/dtk (SKPA)
2013 APBN 8.000.000 Kota Manggarai IPA Sungai Kota Manggarai dan IKK Wolowaru Kabupaten Manggarai ( Paket APBN - 34)
2015 APBN 13.035.735 Manggarai
C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGAMBANGAN SPAM
Adapun beberapa permasalahan pengembangan SPAM di Kabupaten Manggarai antara lain:
1. Peningkatan Cakupan dan Kualitas
a) Tingkat pelayanan air minum dengan system perpipaan belum optimal
b) Kualitas sumber air baku semakin menurun dan terbatas.
c) tingkat kebocoran air yang didistribusikan oleh PDAM cukup tinggi Tingginya tingkat kebcoran tersebut terjadi karena oleh jaringan air minum kurang dikelola dengan baik, minimnya dana pemeliharaan dan perawatan terhadap pipa jaringan akibat tarif yang terlalu rendah, selain itu disebabkan adanya penyebab non teknis.
d) Sistem distribusi yang belum baik
e) Pola permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi air minum sangat tinggi.
2. Pendanaan
a) murahnya tarif retribusi air dan masih kurang patuhnya masyarakat membayar.
b) masalah posisi modal yang masih negatif dan keterbatasan kemampuan pendanaan untuk menggantikan aktiva yang masih rendah, dan itu terlihat dari masih seringnya terjadinya akumulasi kerugian
3. Kelembagaan dan Perundang-Undangan
Harus diakui bahwa saat ini dari aspek kelembagaan Perusahaan Derah Air Minum (PDAM) Kota
Ruteng, sudah belum mampu menjadi perusahaan yang mandiri, meskipun PDAM adalah
perusahaan milik daerah. Namun Pemerintah Kabupaten sebagai pemilik, dari aspek pendanaan
masih belum maksimal memberikan dukungan.
4. Peran Masyarakat
c) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum
memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.
d) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang mencukupi kebutuhannya
Tabel 6.18 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM
N o. Aspek Pengelolaan Air M inum
Permasalahan Yang
Dihadapi
Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan
A. Kelembagaan/ Perundangan
1 Organisasi SPAM Kondisi sakit Diperbaiki lagi
2 Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll) SDM Kurang koordinasi Kesinambungan manaj emen
3 SDM M asih Terbatas Peningkatan SDM
B. Teknis O perasional:
1 Sumber Air Baku beroperasi Tingkatkan kapasitas
2 Bangunan Intake belum ada diadakan
3 IPA
4 Reservoir dan Pompa Distribusi
5 Jaringan Transmisi Kurang memadai Diadakan
6 Jaringan Distribusi Terpelihara ditingkatkan
7 Sambungan Rumah Terbatas Diperluas
8 M eter Pelanggan Terbatas Ditingkatkan
C. Pembiayaan
1 Sumber-sumber pembiayaan
2 Tarif Retribusi Sangat rendah Perda tarif baru
3 M ekanisme penarikan retribusi Pembayaran langsung ditingkatkan
4 Realisasi penerimaan retribusi Tidak sesuai target
D. Peran Serta M asyarakat
1 Penyuluhan Belum maksimal Dialkukan penyuluhan
2 Kemam puan membayar retribusi Belum maksimal Dilakukan sosialisasi
I. Tantangan Pengembangan SPAM
Beberapa tantangan pengembangan SPAM di kabupaten Manggarai antara laian :
1. Terlaksananya penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang terdesentralisir, efisien, dan
terpadu
2. Terciptanya pola penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang berkelanjutan melalui
kewajiban, melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan
3. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui minimalisasi resiko
biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat kurangnya sehatnya air minum yang dikomsumsi
4. Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam penanganan penyediaan dan pengelolaan
prasarana dan sarana air minum
5. Peningkatan pelayanan sistem perpipaan yang menjangkau seluruh wilayah kabupaten Manggarai
6. Untuk pelayanan air minum di pedesaan dilakukan dengan pengolahan air yang diambil langsung dari mata
air/sungai dan dari sumur pompa dalam berbasis komunitas, dengan membangun unit pengolahan air minum
skala kecil menggunakan system filterisasi.
7. Dari aspek manajemen dan regulasi diperlukan adanya kebijakan yang mampu menjamin kesinambungan
institusi pengelola dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi yang bertanggung jawab atas penyediaan air
minum. Dalam kerangka kesinambungan tersebut, tersedia perangkat kebijakan yang mampu menjamin bahwa
tarif air yang berlaku dapat menutup minimum biaya operasional dan dari sisi pengelola memberikan jaminan
bahwa institusi pengelola air minum dapat bekerja dengan komposisi biaya yang minimum.
Untuk mengatasi rendahnya kualitas air dan sekaligus mengurangi beban biaya pengolahan air tersebut, maka
diperlukan adanya relokasi intake, selain itu diperlukan adanya peremajaan terhadap peralatan-peralatan untuk
keperluan pengolahan dan distribusi
7.3.2. Sasaran Program
Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di perkotaan diarahkan untuk menggunakan sumber air yang bersumber dari PDAM.
Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di daerah pedesaan, pelayanan air minum dilakukan melalui proyek air minum pedesaan, dengan memanfaatkan mata air yang ada kemudian menyalurkannya ke bak penampungan air yang dibangun di dalam lingkungan permukiman penduduk.
Sebagian sarana/infrastuktur air minum yang sudah ada hampir merata di semua desa, namun belum memenuhi secara keseluruhan, karena beberapa wilayahnya sulit dijangkau.
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui Gerakan Rencana Aksi
Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja
programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan
cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Rincian di sajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7.11
Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
[
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata
01. Sumba Barat 0 39,42 39,42 50,28 51,11 51,87 52,74 53,50 51,90
1.117 659 1.776 2.409 2.455 2.499 2.544 2.589 2.499
Kebutuhan Volume air (ltr/ detik) Kota Kabupaten
Propinsi
Tabel 7.12
Proyeksi Kebutuhan Air Perdesaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata 01. Sumba Barat 0 19 19,10 55,94 56,85 57,71 58,67 59,51 57,74 02. Sumba Timur 7 48 54,49 120,48 122,09 123,61 125,03 126,44 123,53 03. Kupang 8 118 126,56 229,46 237,52 245,79 255,49 266,10 246,87 04. Timor Tengah Selatan 13 120 132,34 325,11 326,79 328,41 329,82 331,25 328,28 05. Timor Tengah Utara 4 97 101,58 155,13 156,72 158,30 159,75 161,13 158,21 06. Belu 6 73 78,71 113,54 115,48 117,28 119,03 120,86 117,24 07. Alor 1 43 43,56 105,69 106,53 107,26 108,04 108,69 107,24 08. Lembata 6 62 67,96 79,32 80,76 82,65 84,25 85,86 82,57 09. Flores Timur 7 111 117,72 135,10 136,14 137,63 138,83 139,98 137,54 10. Sikka 26 96 122,09 166,26 167,30 168,26 169,13 169,91 168,17 11. Ende 3 102 104,89 116,65 117,16 117,67 118,07 118,47 117,60 12. Ngada 11 59 69,15 81,58 82,32 83,89 85,01 86,07 83,77 13. Manggarai 12 72 83,60 151,40 153,48 155,94 158,17 160,31 155,86 14. Rote Ndao 5 74 79,51 102,18 106,34 110,37 114,64 119,00 110,51 15. Manggarai Barat 13 68 81,38 151,65 155,21 158,59 162,10 165,52 158,61 16. Sumba Tengah 0 13 13,38 41,42 42,08 42,75 43,40 44,01 42,73 17. Sumba Barat Daya 2 57 59,22 157,17 160,41 163,46 166,68 169,78 163,50 18. Nagekeo 10 52 62,80 78,37 79,34 80,18 81,08 81,88 80,17 19. Manggarai Timur 7 65 71,83 173,04 175,64 177,87 179,89 182,37 177,76 20. Sabu Raijua 1 28 28,96 61,84 63,89 65,82 67,91 70,05 65,90 21. Malaka *) 0 41 41,55 99,07 100,72 102,33 103,92 105,39 102,29 22. Kota Kupang 5 5 10,14 10,35 10,65 10,92 11,21 11,51 10,93 147 1.424 1.571 2.711 2.753 2.797 2.840 2.884 2.797
Kebutuhan Volume air (ltr/ detik) Asumsi Debit air tersedia 2015
(liter/ det)
Propinsi
Tabel .7.13
Sasaran Program Penanganan Air Minum di Provinsi NTT tahun 2015-2019
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
2016 2017 2018 2019 SPAM Ber basis Masyarak at
PAMSI MAS Li t er/ det 164 164 164 491
Pengembangan Sumur gali pem anfaatan pengembangan Non PDAM Terfas ilitasi Debit dan jum lah s ambungan Rumah
Pengembangan SPAM MBR
Pemanfaatan SPAM PDAM Terfas ilitas i
339.375 Debit dan jum lah s ambungan Rumah
Pemanfaatan SPAM ibukota kecamatan
Target
Sasaran Kinerj a sat uan
Debi t dan jum lah sambungan
Rumah SPAM Regional
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan
Tot al
Pengembangan jaringan perpipaan dikawas an Rawan Air
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan SPAM ibukota pem ekaran
Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan SPAM PDAM Terfas ilitas i Debit dan jum lah s ambungan Rumah Pemanfaatan SPAM Berbas is Mas yarakat
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat sebagai berikut:
1. Peraturan Pengembangan SPAM
- Penyusunanan Rancangan Undang-undang
2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
- Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda
- Rekomendasi Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Air Minum
- Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum
- Rencana Induk Bidang Air Minum
3. Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
4. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
5. Pegembangan SPAM Perkotaan
- Pembangunan SPAM IKK
- Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran
- Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan
- Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan
- Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
6. Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat
- Pamsimas
- Pembangunan SPAM di Kawasan kumuh
- Pembangunan SPAM di Kawasan nelayan
- Pembangunan SPAM di Kawasan perbatasan
- Pembangunan SPAM di Kawasan Pulau Terluar
- Pembangunan SPAM Strategis
8. Pembangunan SPAM Regional
- Pembangunan SPAM Regional
9. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air
- Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air
- Pemanfaatan Iddle SPAM di Kawasan Rawan Air
10. Pembangunan Jaringan Perpipaan di Kawasan Khusus
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan kumuh
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan nelayan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan perbatasan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan Pulau Terluar
- Pengembangan Jaringan Perpipaan Strategis
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada Rencana
Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;
5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
Dokumen RISPAM Manggarai sementara disusun pada tahun 2016 ini.
Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan
Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.
2. Tersedia dokumen RPIJM
3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
o Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa
JDU terbesar ≥ 250 mm
o Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar 200 mm;
o Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;
4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)
5. Ada monitoring
o Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik indikator kinerja untuk
o Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun
yang sama
6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan
rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun
8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)
9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/ kesiapan
7.3.3. Usulan Kebutuhan Program
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket
fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPIJM. Penyusunan tersebut
memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan
kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan
kebutuhan pembangunan ekonomi.
Secara rinci, usulan dan prioritas pengembangan air minum di Kabupaten Manggarai disajikan
dalam bentuk Matriks RPIJM .
7.4 . PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam RPIJM lebih mengarahkan pada
perencaanaan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP khususnya dalam rangka
pencapaian Gerakan Nasional 100-0-100.
7.4.1. Kondisi Eksisting Air Limbah, Persampahan dan Darinas2
7.4.1.1. AIR LIMBAH
Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang
terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja
manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat
menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan
pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat
(onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem
dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan
pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah
menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Jenis air limbah yang terdapat di kabupaten Manggarai umumnya adalah air limbah lokal atau air
limbah produksi rumah tangga, yaitu air bekas buangan dari kamar mandi/wc atau cucian dapur.
Banyaknya rumah tangga yang sebagian besar membuang limbah dari kamar mandi/wc pada
Tangki/SPA atau Lobang Tanah, sedangkan jika dilihat dari fasilitas Tempat Buang Air
besar,masyarakat saat ini banyak yang sudah mempunyai fasilitas Tempat Buang Air besar
sendiri walaupun masih ada yang menggunakan tempat bersama atau pun ditempat umum.
Dari segi jumlah/kuantitas, volume air limbah rumah tangga di kabupaten Manggarai tidak melampui
ambang batas, terbukti tidak menimbulkan genangan pada kawasan-kawasan permukiman. Kalupun ada
genangan di saluran drainase sekitar kawasan-kawasan pertokoan dan sekitar daerah pasar itu lebih
karena tersumbatnya saluran bukan karena over kapasitas. Sedangkan dari segi kualitas, selain limbah
rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya dapat dikatakan bahwa limbah cair di kabupaten Manggarai
tidak mengandung zat kimia yang berbahaya. Walaupun ada penelitian khusus mengenai tingkat
pencemaran air laut, sumur/air tanah dan lingkungan oleh bakteri E. Coly namun secara umum
kabupaten Manggarai tidak melampui ambang batas toleransi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya
kasus penyakit yang berkaitan dengan masalah lingkungan seperti diare atau muntaber yang ditangani
oleh RSUD dan pusat-pusat kesehatan lainnya di kabupaten Manggarai .
Penanganan limbah cair pada permukiman perdesaan umumnya dilakukan secara individual dengan cara
diresapkan langsung ke tanah atau tanpa sumur resapan. Tidak tersedia data yang akurat mengenai
kepemilikan kakus bagi masyarakat perdesaan di kabupaten Manggarai . Namun dapat diperkirakan
bahwa sejumlah besar penduduk perdesaan sudah memiliki kakus sendiri, namun mengingat
keterbatasan pelayanan air bersih sehingga mengakibatkan sebagian besar kakus di bangun dengan
sistem cubluk, sebagian lainnya bahkan tidak memiliki kakus dan melakukan buang air besar di pantai
atau di hutan. Untuk jelasnya lihat data pengelolaan limbah di kabupaten Manggarai pada tabel berikut
:
Dari data akses sanitasi dasar layak di Kabupaten Manggarai sampai dengan tahun 2015 baru mencapai
6,97% yang terdiri dari Kota 9,87% dan desa 6,09%. Berarti 93,03% rumah tangga di Kabupaten
Manggarai, belum mendapatkan akses saniatsi dasar yang layak. Berdasarkan data yang ada untuk
penanganan sanitasi dan air limbah pada kawasan permukiman baik itu di perkotaan maupun perdesaan
masih dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah,
dengan atau tanpa sumur resapan sedangkan penanganan dengan sistim off site belum ada. Dalam usaha
DAK Sanitasi telah membangun MCK++,Toilet Umum atau Septik Tank Komunal yang dilakukan
melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di beberapa kawasan yang
termasuk daerah rawan Sanitasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah masyarakat yang belum
mendapatkan pelayanan sanitasi dasar yang layak
.
Tabel 7.14. Data Capaian Akses Sanitasi Dasar yang Layak
NO URAIAN CAPAIAN
Sumber data :Manggarai Dalam Angka BPS, 2015
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah
C.1. Identifikasi permasalahan Air Limbah
Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di
Kabupaten Manggarai dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai,
sebagian masyakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar (pekarangan,
saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah baik itu limbah
cair atau padat
b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan
pengelolaan air limbah oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan
permukiman perdesaan
c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan
perkotaan di Kabupaten Manggarai adalah sistem tengki septik dengan bidang
resapan
d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kabupaten Manggarai juga
dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan
langsung ke dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan
Tabel 7.33. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
A Kelembagaan Melekat pada
Dinas
B Perundangan Terkait Sektor Air Limbah
Komunal Belum ada Harus diadakan
N
IPAL Masih kurang Optimalkan
fungsinya
Ditambah/ditingkatka n
C.2 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai sampai saat ini belum
sepenuhnya mampu ditangani dan dibiayai oleh Pemerintah Kota, terutama dalam
hal pembangunan sarana dan prasarananya. Penanganan air limbah selama ini
diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septicktank yang
sederhana dan lainnya berupa cubluk. Akan tetapi dari jumlah penduduk
Kabupaten Manggarai tidak semuanya memiliki septicktank dan cubluk, mereka
membuang air limbah langsung kedalam badan air sungai.
Adapun tantangan yang muncul dalam pengelolaan air limbah serta adalah
sebagai berikut ini :
1. Sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan terpusat di wilayah
Kabupaten Manggarai masih belum ada, hal itu terjadi karena keterbatasan
anggaran pemerintah Kota serta belum menjadi skala prioritas.
2. Secara umum persentase masyarakat Kabupaten Manggarai yang mempunyai
akses terhadap jamban keluarga, jamban umum atau jamban bersama
dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih
belum berkembang, kalupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat
perdagangan.
3. Pola pendanaan investasi di bidang pembiayaan prasarana dan sarana air
limbah selama ini sangat bertumpu kepada kemampuan pemerintah. Kedepan
sangat terbatas, untuk itu upaya pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam
penyediaannya harus lebih ditingkatkan.
4. Sampai saat ini produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan kerangka
peraturan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemilikan, dan fasilitas pengelolaan air limbah.
5. Instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) belum tersedia
Perlu adanya kebijakan khusus yang menangani permasalahan mengenai
penanganan dan pengolahan air limbah, serta usulan atau program kegiatan
yang bersifat teknis. Adapun dari usulan tersebut selain membicarakan masalah
penyediaan alat atau barang, juga memberikan penyuluhan terkait penanganan
air limbah serta peningkatan kualitas lingkungan.
7.4.1. 2. Sasaran Program Kebutuhan Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai dapat dilakukan dengan target
pelayanan 60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat.
Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kabupaten Manggarai
adalah sistem pembuangan air limbah setempat (On-Site System) dengan pertimbangan
biaya konstruksi rendah, dapat dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan cepat
dimanfaatkan. Rencana pengelolaan air limbah di Kabupaten Manggarai adalah
sebagai berikut :
Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah
manusia).
Sistem pelayanan septik tank kolektif (communal sistem) dikembangkan pada
kawasan perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.
Sistem septik tank individu (individual sistem) dikembangkan pada kawasan
perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil
digunakan sistem pelayanan septik tank individu ataupun kolektif dengan
memperhatikan kesepakatan dan kemampuan masyarakat.
Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada kawasan
Untuk itu uraikan kebutuhan pengelolaan sarana & prasarana air limbah yang diusulkan
dengan melihat kondisi eksisting saat ini. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 7. 34
Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Di Kabupaten Manggarai Yang Diusulkan
No Uraian Kondisi
Eksisting
Yang
diusulkan keterangan
A Peraturan terkait sektor Air Limbah
Ketersediaan peraturan bidang air
limbah (perda, pergub,perwali) Belum ada diadakan
B Kelembagaan
Kualitas dan kuantitas SDM kurang ditingkatkan
C Pembiayaan
Sumber Pembiayaan (APBD
Prov/kota/swasta/masyarakat kurang Ditingkatkan
Tarif retribusi Belum ada Di adakan
Realisasi Penarikan Retribusi (%
terhadap target) Tidak ada
D Peran Swasta dan masyarakat
Sudah/belum; bentuk kontribusi Belum ada disosialisaka
n
E Sistem Setempat (on site)
Ketersediaan dan kondisi IPLT Tidak
tersedia diadakan
Kapasitas IPLT (...M³) Belum ada diadakan Hanya pd
rumah sakit Tingkat cakupan pelayanan IPLT (%)
dari target Belum ada
Ketersediaan & kondisi truk tinja 2 unit, baik ditambah
No Uraian Kondisi Eksisting
Yang
diusulkan keterangan
Kualitas efluen IPLT (BOD & COD)
... Mg/liter -
F Sistem Terpusat (off site)
Ketersediaan dan kondisi IPAL Ada di 2
kel.
Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL ... M³
Biaya O & P -
7.4.1.3. Usulan Kebutuhan Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air
Limbah
Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal
Kriteria Lokasi
• Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di p erkotaan yang
memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);
• kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
Lingkup Kegiatan:
• Penyusunan Perencanaan Teknis Bidang Pengembangan PLP
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Regional
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kota meliputi : Pengelolaan terpusat dan
pengeloaan setempat
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kawasan yang berbasis institusi dan
berbasis masyarakat
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Khusus mencakup kawasan kumuh, kawasan
rawan sanitasi dan limbah pedesaan.
Kriteria Kesiapan:
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
• Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan);
• sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang
(non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk
kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
• sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);
• sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana
yang dibangun;
• pemerintah daerah bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan.
Sedangkan kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota
untuk Wilayah Kabupaten Manggarai belum ada, sehingga tidak diuraikan
program pembangunannya.
. Usu lan Kebutuhan Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi
kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);
2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);
3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan;
5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah;
6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun.
7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Untuk jelasnya uraian usulan Kebutuhan Program Pengembangan Air Limbah
disajikan dalam matriks usulan pada Bab VIII.
7.4.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Manggarai antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah
Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas
lainnya adalah bertambahnya pula buangan/limbah yang dihasilkan.
Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang
lebih dikenal sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan
yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Penanganan sampah di Kabupaten Manggarai umumnya masih dilakukan secara
individual, kecuali di pusat Kabupaten Manggarai penanganan sampah dilakukan
secara kolektif skala kota melalui Dinas Kebersihan Kota, tapi belum berjalan
optimal.
1. Kemampuan Kelembagaan
Pengelolaan sampah kini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Manggarai bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola sampah
secara komunal skala kota. Belum memadainya SDM secara kualitas dan kuantitas
dalam pelayanan persampahan.
2. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan
retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban
APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya
kualitas penanganan sampah.
3. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan
belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan
berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat
pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
4. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan
kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala
dalam penanganan sampah.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah
Kabupaten Manggarai , dapat diuraikan sebagi berikut ini:
a. Aspek Teknis
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Manggarai sudah dilakukan secara
skala Kota dimana masyarakat membuang sampah pada tempat pengumpulan
sementara (TPS), kemudian sampah tersebut akan diangkut menggunakan
mobil sampah untuk dibuang ke Tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Penanganan Sampah di Kabupaten Manggarai belum optimal berdasarkan
data dari Dinas Kebersihan Kabupaten Manggarai Produksi sampah perhari
yang dapat diangkut menuju TPA Alak kurang lebih 160 M3 sedangkan sisanya
selain langsung dibakar oleh masyarakat, ada yang dibuang ke kali, pinggir
pantai ataupun tanah kosong.
Selain itu kondisi kendaraan pengangkut sampah (truck sampah) juga tidak
dapat melayani dengan baik karena dari 30 truck sampah yang ada hanya 20
yang berfungsi dengan baik sisanya memerlukan penggantian karena termakan
usia. Kondisi ini mengakibatkan masih adanya sampah yang tidak bisa
terangkut perharinya. Untuk meningkatkan pengelolaan sampah, di Kabupaten
Manggarai sudah dilaksanakan proses pengolahan sampah melalui metode 3R
atau mengurangi, menggunakan dan mendaur ulang sampah menjadi pupuk
ataupun produk lain yang bernilai ekonomi,metode ini sudah dilaksanakan di
Tabel 7.35: Data Pengolahan Persampahan
Sumber : Profil CK Kabupaten Manggarai 2016
b. Pendanaan
Semua rencana sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang di
bangun oleh pemerintah di Kabupaten Manggarai umumnya disesuaikan
dengan rencana perluasan kota dengan menggunakan dana APBD. Namum
keterbatasan keuangan daerah mengakibatkan upaya penyempurnaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana dasar tersebut sepertinya belum mendapat
perhatian yang lebih mManggarai tail. Salah satu peluang yang dimungkinkan
adalah dana pemberdayaan. Dewasa ini sebagian besar peningkatan atau
pembangunan TPS-TPS di desa atau kelurahan dibiayai melalui program
pemberdayaan desa.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan
C.1. Identifikasi Permasalahan sampah
Dalam kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Manggarai umumnya
terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, seperti :
Permasalahan Pembangunan sector persampahan di Kabupaten Manggarai secara
umum adalah :
1. Terbatasnya sarana prasarana pengelolaan dan pengolahan sampah berdampak pada
rendahnya cakupan pelayanan
2. Belum Optimalnya Manajemen Persampahan
3. Belum adanya master plan persampahan
4. Belum adanya penerapan sanksi hukum berkaitan dengan penanganan sampah
5. Rendahnya peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan sampah
6. Peran dan potensi belum dikembangkan secara sistematis
Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk pengelolaan dan pengembangan
pengelolaan persampahan
Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum
adalah:
(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,
jumlah sampah per kapita meningkat);
(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:
monitoring dan evaluasi);
b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan
(kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);
c. Belum memadainya penanganan sampah.
Tabel 7.36. Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi
No. Aspek Pengelolaan Persampahan
Perm asalah Yang Dihadapi Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan
A. Kelembagaan:
- Bentuk Organisasi Pengelola Belum optimalnya manajemen persampahan
pemisahan peran yang jelas antara pembuat peraturan, pengatur/pembina dan pelaksana (operator).
- Tata Laksana (Tupoksi, SOP, Dll) Kurang koordinasi Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Diklat
Menyelenggarakan pembinaan & bimbingan teknis dalam peningkatan PS persampahan
- Kuantitas dan Kualitas SDM Sangat minim dan rendah Biaya untuk pengelolaan persampahan harus menerapkan prinsip pemulihan biaya (full cost receovery), dan sedapat mungkin menghindari dana subsidi pemerintah (NGO) dan swasta agar meningkatkan partisipasnya
D. Peran serta Masyarakat dan swasta Rendahnya partisipasi masyarakat & swasta
pemisahan peran yang jelas antara pembuat peraturan, pengatur/pembina dan pelaksana (operator).
E. Teknis Operasional:
1. Dokumen perencanaan (MP, FS, DED)
2. Pewadahan Tempat sampah yang memadai
menjadi hal yang sangat langka pada kawasan yang padat
3. Pengumpulan banyaknya timbunan sampah yang
terkumpul tapi tidak tertangani (diangkut/ditanam)
Pengumpulan sampah harus dilakukan secepat mungkin dan menjangkau seluruh kawasan perkotaan
4. Penampungan Sementara Pada beberapa daerah yang padat penduduknya TPS sangat kecil dan tidak cukup untuk menampung sampah yang ditimbulkan.
No. Aspek Pengelolaan Persampahan
Perm asalah Yang Dihadapi Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan
5. Pengangkutan ceceran sampah maupun cairannya sepanjang rute
Pengangkutan dari TPS dan dibuang ke TPA harus tidak menyebabkan kemacetan lalulintas serta tidak enimbulkan ceceran sampah maupun cairannya di sepanjang jalan;
6. Pengolahan 3R
7. Pengelolaan Akhir di TPA Masih menggunakan System open dumping sehingga Semakin banyaknya volume sampah yang dibuang akan memerlukan TPA
Pengoperasian TPA dilakukan dengan sistem sanitary landfill;
8. Pengendalian pencemaran di TPA terjadinya kerusakan lingkungan
karena bau yang ditimbulkan dari sampah yang terdekomposisi, bau tersebut kemudian akan mengundang lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular. Selain hal tersebut tanah maupun air permukaan dan air bawah tanah terkontaminasi oleh cairan lindiyang timbul karena TPA tidak dilengkapi dengan kolam pengolah lindi.
Mengoptimalkan manfaat nilai tambah dari sampah dengan menerapkan daur ulang atau melakukan pengomposan.
9. Sarana penunjang TPA Masih minim PS penunjang TPA seperti excavator
Peningkatan PS persampahan berupa alat berat
C.2. Tantangan Pengembangan Persampahan
Tantangan Pengembangan Persampahan di Kabupaten Manggarai saat ini adalah
:
1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh
wilayah yang ada terutama di kawasan permukiman di Kabupaten Manggarai
.
2. Belum terlaksananya pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang
ter-dentralisasi, efisien, efektif dan terpadu
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan yang
memadai di seluruh wilayah Kabupaten Manggarai
4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan dan
industri yang belum memadai guna menunjang pembangunan ekonomi di
Kabupaten Manggarai
6. Perlunya masyarakat sadar kebersihan dengan aktif membantu pemerintah
dalam mengatasi masalah persampahan
Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah dibuatnya kebijakan dari
pemerintah dengan pManggarai katan menyeluruh sehingga dapat dijadikan
payung bagi penyusunan kebijakan ditingkat pusat maupun daerah. Karena belum
adanya kebijakan pemerintah tersebut menyulitkan pengelolaan persampahan.
Kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahap aspek
teknis yaitu dengan melakukan pengurangan timbulan sampah dengan
menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ), dengan harapan pada tahun 2025
tercapai “zero waste“.
7.4.2.2. Sasaran Program Kebutuhan Pengembangan Persampahan
Tabel 7.37 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
No. Uraian Kondisi Eksisting (Perda, Pergub, Perwali,dst)
Belum ada √
B Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan tata laksana √
- Kualitas dan kuantitas SDM Masih terbatas √ √
C Pembiayaan
- Sumber pembiayaan (APBDProv/ √ √ √ √ √
- Tarif Retribusi Belum ada √ √ √ √ √
- Realisasi penarikan retribusi (%terhadap target) Belum ada √ √ √ √ √
D Peran swasta dan masyarakat
(Sudah ada, blm ada, bentuk kontribusi, dll)
Sudah ada √ √ √ √ √
E Teknis Operasional
1. Perencanaan (dokumen MP, FS, DED) Tersedian SSK &
BPS
√