BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari sprematozoa dan
ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung selama 40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan terbagi menjadi
3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu.
Trimester kedua 15 minggu (dari minggu ke 13 hingga 27), dan trimester
ketiga 13 minggu (dari minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawiroharjo, 2014.
h; 213).
2. Tanda – Tanda Kehamilan
Untuk memastikan diagnosa suatu kehamilan, dibawah ini penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan:
a. Tanda dugaan kehamilan
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
Kontrasepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel de graff dan ovalui. Dengan mengetahui hari
pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus naegle, dapat
2) Mual muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan.Mual dan muntah
terutama pada pagi hari disebut morning sicknesa(SICKNESS),
Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual
dan muntah, nafsu makan berkurang (Manuaba,2010; h.107)
3) Ngidam
Wanita hamil sering mengiginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam (Manuaba,2010; h.107).
4) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia
kehamilan 16 minggu (Manuaba,2010; h.107).
5) Payudara tegang
Pengaruh Estrogen-progesteron dan somatomamotrofin,
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang.Ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama (Manuaba,
2010; h.107).
6) Sering miksi
Desakan rahim ke dalam menyebabkan kadung kemih cepat
penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini sudah
7) Kontsipasi atau obstipasi, pengaruh progesteron dapat
menghambat peristatik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang
air besar (Manuaba, 2010; h.107).
8) Pigmentasi kulit, terdapat pembesaran payudara, disertai dengan
hyperpigmentasi puting susu dan aerora. Mamae menjadi tegang
dan membesar , keadaan ini disebabkan pengaruh etrogen dan
progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae,
glandula montrgomeri tampak lebih jelas, pada wajah adanya
melanophore stimulating harmore hipofisis anterior menyebabkan
pigmentasi kulit dinding perut terdapat striae lipid atau albican dan
alba menjadi nigra. Pada pipi, hidung, dan dahi kadang tampak
pigmen yang berlebihan dikenal sebagai kloasma gravidarum
(Manuaba,2010 ;h.107 - 108).
9) Epulis, hipertrofi gusi disebut epulis,dapat terjadi bila hamil
(Manuaba,2010. h;108).
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena karena pengaruh
dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah
vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat, penampakan
pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan
betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat
menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2010; h.108).
b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
1) Pembesaran perut terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi
2) Tanda hegar, adalah pelunakan dan dapat ditekanya isthimus uteri
(Manuaba,2010; h.108).
3) Tanda goodel, adalah pelunakan serviks, pada wanita yang tidak
hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil
melunak seperti bibir (Manuaba,2010; h.108).
4) Tanda chadwick, adalah perubahan warna menjadi keunguan pada
vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks
(Manuaba,2010; h.108).
5) Tanda piscaseck, merupakan pembesaran uterus yang tidak
simetris, terjadi karena ovum berimplamantasi pada daerah dekat
dengan komu sehingga daerah tersebut berkembang lebih
dulu(Manuaba,2010;h.108).
6) Kontraksi braxton hicks, merupakan peregangan sel-sel otot uterus,
akibat meningkatnya actomycin didalam otot uterus. Kontraksi ini
tidak menimbulkan nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan
minggu tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdomen pada
trimester ketiga, kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya,
lamanya dan kekuatannya mendekati persalinan (Manuaba,2010;
h.107).
7) Teraba ballotement, ketukan yang mendadak pada uterus
menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat
dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini haru ada pada
janin saja tidak cukup karena bisa saja itu merupakan nyoma uteri
(Manuaba,2010; h.108).
8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan, pemeriksaan ini adalah untuk
mendeteksi adanya HCG yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel
selama kehamilan. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari
setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60
(Manuaba,2010; h.108).
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
3) Denyut jantung janin, didengar dengan stetoskop laenec, alat kardio
tokografi, alat doppler, dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan
dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin,
ultrasonografi (Manuaba,2010; h.109).
3. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
Dijelaskan oleh Mandang (2016;h.156-176) dalam buku asuhan
kebidanan kehamilan
a. Trimester I
1) Mual pada pagi hari
2) Pembesaran payudara pada masa kehamilan
Payudara akan membesar dan mengencang saat kehamilan,
karena terjadi peningkatan hormone kehamilan yang menimbulkan
nutrisi pada jaringan payidara sebagai persiapan menyusui setelah
msa kehamilan.
3) Konstipasi (susah buang air besar)
4) Pusing-pusing atau pingsan
5) Rasa lelah yang luar biasa
Untuk membawa oksigen dan nutrisi ke janin, tubuh
memproduksi lebih banyak sel darah dan jantung bekerja lebih
keras dan lebih cepat. Terjadinya perbuhan ini pada masa awal
kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan dalam
system sirkulasi tubuh.Pada saat ini, juga memproduksilebih banyak
progesterone, yang cenderung membuat mengantuk.Hal ini
mungkin yang memicu terjadinya rasa lelah yang luar biasa pada
masa awal kehamilan.
6) Perih di ulu hati
Konstipasi, banyaknya gas dan panas di uluhati, semuanya
adalah efek dari lambannya proses pencernaan, yang disebabkan
oleh hormone kehamilan. Saat kehamilan berlanjut, factor kedua
membesarnya rahim, yang dapat mendorong usus keluar dari posisi
normal,bias menjadi penyebab terjadinya rasa perih di ulu hati.
7) Pusing saat kehamilan
Pusing akan sering dialami pada awal kehamilankarena adanya
peningkatan tuntutan darahke tubuh sehinggaketika berubah posisi
dari tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba system
8) Meludah saat kehamilan
9) Kram perut waktu hamil
Hal ini sering tejadi karena adanya perubahan hormonal
hamil/kehamilan dan juga karena adanya perumbuhan dan
pembesaran dari rahim di mana otot dan ligament merenggang
untuk menyokong rahim.
10) Peningkatan cairan vagina waktu hamil
Peningkatan caira vagina Selama hamil/ kehamilan adalah
normal karena adanya perubahan hormonal selama
kehamilan.Cairan vagina selama hamil berwarna putih atau kuning
muda, cair, kadang agak lengket dan tidak berbau. Cairan ini akan
meningkat bertambahnya usia hamil/kehamilan dan mendekati
persalinan akan lebih cair.
11) Perubahan emosional waktu hamil
Kehamilan akan memengaruhi emosi ibu hamil sehingga
menyebabkanemosi tak stabil saat hamil dapat merasa tiba-tiba
sangat sedih, bahkan menangis, dan mudah marah,karena
adanya perubahan hormone dan juga rasa tanggung jawab baru
sebagai calon ibu.
12) Peningkatan berat badan saat hamil
b. Trimester II
1) Perut semakin membesar waktu hamil
Sendawa dan buang angina ini sering terjadi karena adanya
peregangan usus selama hamil sehingga ibu merasa kembung dan
tak nyaman.
3) Rasa panas di perut saat hamil
Rasa panas di perut saat hamiladalah keluhan yang paling sering
selama hamil, karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang
membesar, dan juga perngaruh hormonal yang menyebabkan
rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung
kearah atas.
4) Pelupa waktu hamil
5) Pertumbuhan rambut dan kuku waktu
Perubahan hormonal saat kehamilan juga menyebabkan kuku
bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang
di tempat yang tidak diingkan, seperti di wajah atau perut.
6) Sakit di perut bagian bawah saat hamil
7) Pusing saat kehamilan
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan
trimester kedua ini, karena ketika rahim membesar akan menekan
pembuluh darah besar sehingga menyebakan tekanan darah
menurun. Apabila berlebihan aatau pusing yang berlanjut maka
8) Mendengkur saat kehamilan
Perubahan hormonal juga menyebabkan pembengkakan membran
mukosa yang menyebabkan hidung terasa tersumbat dan
mendengkur saat tertidur.
9) Hidung dan gusi berdarah saat kehamilan
Perbuhan hormonal dan peningkatan aliran darah keseluruh tubuh
termasuk ke daerah hidung dan gusi selama hamil akan
menyebabkan jaringan disekitarnya menjadi lebih lembut dan luinak
akibatnya, hidung dan gusi biosa berdarah ketika menyikat gigi.
Keluhan ini akan hilang setelah melahirkan.
10) Perubahan kulit saat hamil
11) Payudara semakin membesar
12) Sedikit pembengkakan saat kehamilan
13) Merasakan gerakan bayi saat kehamilan
14) Perubahan suasana hati
15) Infeksi vagina dan keluarnya cairan dari vagina
16) Sakit kepala
17) Rasa sakit pada daerah punggung
18) Infeksi saluran kemih
19) Sesak nafas
c. Trimester III
1) Sakit bagian belakang
2) Konstipasi
4) Sering buang air kecil
5) Masalah tidur
6) Varises
7) Kontraksi perut
8) bengkak
9) kram pada kaki
10) gatal-gatal
11) suhu badan meningkat
12) sulit tidur
13) gusi berdarah
4. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen,
dan progestron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh
seperti:
a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasiuntuk menerima dan
melindungi hasil kontrasepsi (janin, plasenta, amnion) sampai peralinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar
dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan
semula dalam beberapa minggu setelah
menyebab isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada
pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.Perlunaka
isthmus disebut tanda hegar. Hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan
kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan
hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat
ditemukakan sebagai berikut:
1) pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh
amnion, di mana desidua kapsularis dan desidua parientalis telah
menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah darak jarak simfisisdan
pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya.
2) Pada usia kehamilan 10 minggu, fundus rahim terletak dua jari
dibawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi atas
pusat.
3) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari di
atas pusat pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus
xifoideus.
4) Pada usia kehamilan 32 minggu,tinggi fundus uteriadalah setengah
jarak prosesus xifoideus dan pusat (Manuaba, 2010; h.87 – 88).
5) Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di
bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas
6) Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari di
bawah prosesus xifiodeus, oleh karena saat ini kepala janin telah
masuk pintu panggul (Manuaba, 2010; h.87-88).
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah
kebiru-biruan (tanda chadwicks). (Manuaba,2010; hal.92). c. Kulit
Pada kulit perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga mengenai daerah
payudara dan paha dikenal dengan nam striae gravidarum. Kulit
digaris pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam
kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan
muncul dalam ukuran bervariasi pada wajah dan leher yang disebut
chloasma gravidarum. Selain itu, pada aerola dan daerah genetalia
juga terlihat pigmentasi berlebihan (Prawirohardjo, 2010; h.179).
d. Ovarium
Proses ovalasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan
folkel baru juga ditunda. Hanya sau kospus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folkel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7
minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
progesteron dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo,2009;
e. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberi ASI ada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu
esterogen,progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba,2010; h.92).
f. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya.Kemudian payudara, volume darah, dan
cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilanberat badan akan
bertambah 12,5 kg. peningkatan jumlah cairan selama kehamilan
adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya
osmolaritas dari 10 mgm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya
ambang rasa haus dan sekresi vasopressin. Pada saat aterm ±3,5 l
cairan berasal dari janin, plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 l
lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus,
dan payudara sehingga minimal tambahyan cairan selama kehamilan
adalah 6,5 (Prawirohardjo, 2010; h.180).
g. Sistem kardiovaskular
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan
vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah
keadaan yang cukup beratakan mengakibatkan ibu kehilangan
kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan mangurangi aliran
darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi
terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan
posisi miring (Prawirohardjo, 2010; h.183).
5. Perubahan Psikologis Dalam Masa Kehamilan
a. Pada kehamilan trimester 1
Trimester pertama sering dikenal sebagai periode penyesuaian
yakni ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilannya, kadang muncul penolakan,
kekecewaan,kecemasan,dan kesedihan,bahkan kadang ibu berharap
agar dirinya tidak hamil saja, ibu akan selalu mencari tanda – tanda apakah ia bener – bener hamil untuk sekedar meyakinkan dirinya (Sulistyawati,2011; h.76).
b. Pada trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni ketika ibu merasa sehat,tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon yang tinggi, sudah bisa menerima
kehamilannya,merasakan gerakan anak,merasa terlepas dari
ketidaknyamanan dan kekhawatiran,libido meningkat,ketertarikan dan
aktivitasnya terfokus pada kehamilan,kelahiran,dan persiapan untuk
c. Pada trimester III
Trimester III biasanya disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaanyakni rasa tidak nyaman timbul kembali,merasa dirinya
elek,aneh,dan tidak menarik,merasa kehilangan perhatian,takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,khawatir
akan keselamatannya,libido menurun (Sulistyawati,2011; h.77).
6. Standar Asuhan Kehamilan
a. Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal :
1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0 – 13 minggu). 2) Satu kali pada trimester II ( usia kehamilan 14 – 27 minggu ).
3) Dua kali pada trimester III ( usia kehamilan 28 – 40 minggu ) (Sulistyawati,2011; h.4).
Pelayanan standar, yaitu 7 TSesuai dengan kebijakan
Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan pada ibu adalah
tujuh bentuk yang disingkat dengan 7 T, antara lain sebagai berikut.
1) Timbang berat badan.
2) Ukur Tekanan Darah.
3) Ukur Tinggi fundus uteri.
4) Pemberian imunisasi TT lengkap.
5) Pemberian Tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan
dengan dosis satu tablet setiap harinya.
6) Lakukan Tes penyakit menular seksual (PMS).
7) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan (Sulistyawati,2011;
7. Tujuan Asuhan Kehamilan
1) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejateraan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta
sosial ibu dan bayi.
3) Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.
4) Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu
maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif
berjalan normal.
6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara
normal(Sulistyawati,2011; h.4 - 5).
8. Tanda bahaya dalam kehamilan
a) Perdarahan per vagina.
b) Sakit kepala hebat.
c) Masalah penglihatan.
d) Bengkak pada muka atau tangan.
e) Nyeri abdomen yang hebat.
f) Bayi kurang bergerak seperti biasa.
9. Letak Sungsang
1) Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau koombinasi keduanya.
(Prawirodhardjo,2014;h.588)
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah
asakrum. Sacrum kanan depan adalah presentasi bokong dengan
sakrumjanin ada di kuadaran kanan depan panggul ibu, dan diameter
bitrochanterica janin berada pada diameter oblique dextra panggul ibu.
(Oxorn, Forte, 2010;h.195)
2) Jenis – jenis presentasi letak sungsang a) Letak bokong murni (Frank Breech)
Letak bokong murni adalah letak bokong dengan kedua tunkai
tarangkat ke atas.
b) Letak bokong sempurna (Complete Breech)
Letak bokong sempurna adalah letak bokong dimana kaki ada di
samping bokong.
c) Letak bokong tidak sempurna (Incomplete Breech)
Letak bokong tidak sempurna adalah dimana selain bokong bagian
terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
(1) Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%)
Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
3) Etiologi
Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya janin ke dalam
panggul mempunyai peranan dalam etiologi presentasi bokong.
Banyak yang tidak diketahui sebabnya, dan etelah mengesampingkan
kemungkinan-kemungkinan yang lain maka sebab malposisi tersebut
baru dinyatakan hanya karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada
presentasi bokong yang membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya
semuanya dengan presentasi bokong, memnunjukan bahwa bentuk
panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk
presentasi bokong dari pada presentasi kepala. Implementasi plasenta
di fundus atau cornu uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya
presentasi bokong. (Oxorn, Forte, 2010;h. 195)
4) Faktor predisposisi
Faktor-faktor predisposisi presentasi bokong meliputi prematuritas,
airketuban yang berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa,
panggul sempit, hydrosefalus, dan janin besar (Oxorn, Forte, 2010;h.
195)
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi
terdapat factor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas structurall
uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,
kehamilan multiple, anormaly janin (anensefali, hidrosefalus) dan
5) Patofisiologi
Letak janin pada uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lbeih
38 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkanjanin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam prsentasi kepala, presentasi bokong
atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terahir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang.karena
bonong dengan kedua tungkai yag terlipat lebih besar dari kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebig luas di
fundus uteri, sdengkan kepala berada dalam ruangan lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian fapat dimngerti mengapa
pada kehamilan cukup nulan, janin sebagian besar dalam presentasi
kepala (Wiknjosastro, 2007;h.611)
6) Tanda dan gejala
Menurut Aspiani (2016;h.326)
a) Pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, dibawah
pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) menusuk iga.
b) Pada palpasi akan teraba keras, bundar dan melenting pada fundus
uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan
bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas simfisis
7) Penatalaksanaan medis
Pertolongan pertama persalinan letak sungsang memerlukan
perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat
permanen sampai dengan kematian bayi. Persalinan diselesaikan
dengan pertolongan pervaginam perftolongan fisiologis secara brach,
ekstrasi parsial ( secara klasik, muller, lovset) persalinan kepala secara
mauriceu veit smelli, menggunakan forcep ekstrasi) ekstrasi bokong
totalis (ekstrasi bokong, ekstrasi kaki) atau pertolongan dengan section
caesaria (manuaba,2010;h.149)
Pertolongan persalinansungsang per abdominam yaitu
pertolongan persalinan letak sungsang dengan section caesarea
sudah tentu merupakan cara terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli
melaporkan bahwa pesalinan letak sungsang pervaginam memberi
trauma sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak,
baik pada waktu persalinan maupun pada kemudian hari. Namun hal
ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan
perabdominam. Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang
dapat melahirkan pervaginam atau harus perabdominam,
kadang-kadang sukar.Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa
letak sungsang harus dilahirkan per abdominal, misalnya primigravida
tua, nilai sosial janin, riwayat persalinan buruk, janin besar lebih dari
3,5 kg- 4 kg, dicurigai adanya kesempitan panggul, prematuritas
B. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(Janin dan plasenta) yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2011;h.69).Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks, serta janin sudah
turun kejalan lahir (Sarwono Prawirohardjo,2009; h.100).
Proses persalinan dengan hasil kontrasepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri)(Manuaba, 2010; h.164).
2. Ada 3 Jenis Persalinan yaitu :
a) persalinan spontan. Jika persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan melalui jalan lahir ibu tersebut.
b) Persalinan buatan. Jika persalinan dibantu dengan tenaga dari luar,
misalnya ekstraksi forsep atau operasi seksio sesaria.
c) Persalinan anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitosin atau prospagladin (Erawati, 2011h.3) 3. Penyebab Mulai Persalinan yaitu sebagai berikut :
a) Penurunan kadar progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi
otot uterus, sedangkan estrogen meningkat karena otot uterus.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
kehamilan kadar estogren menurun sehingga timbul his
(Erawati,2011; h.4).
b) Teori oksitosin.pada akhir kehamilan, kadar oksitosin meningkat.
Oleh sebab itu ,timbul kontraksi otot uterus.
c) Keregangan otot. Uterus seperti halnya kandung kemih dan
lambung. Jika dindingnya teregang karena isinya bertambah, timbul
ontraksi untuk mengeluarkan isinya. Dengan bertambahnya usia
kehamilan, semakin teregang otot-otot uterus dan semakin rentan
(Erawati, 2011; h.4).
d) Pengaruh janin. Hipofisi dan kelenjar suprarenal janin tampaknya
juga memegang peranan karena pada anenseksufalus,
kehamilannya sering lebih lama dari biasanya.
e) Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oelh desidua,
diduga menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil
percobaan menunjukan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan melalui intravena, intraamnial, dan ekstraamnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal
ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi,
baik dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu bhamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan (Erawati, 2011; h.4).
4. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan
Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama
secara tepat dan cepat mengiterprestasikan tanda – tanda, gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah
normal apa tidak persalinan kala 1 (Walyani, 2015; h.29).
a) Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata – rata sebesar 10 – 20mmHg dan kenaikan diastolik rata – rata 5 – 10 mmHg diantara kontraksi – kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan
dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi (Walyani, 2015; h.30).
b) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar
diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot Perubahan
tekanan darah rangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang
meningkat tercemin dengan kenaikan suhu badan, denyut
nadi,pernafasan, kardiak ouput dan kehilangan cairan
(Walyani,2015; h.30).
c) Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah
persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 1 derajat C (Walyani,2015; h.30).
d) Denyut Jantung
Penurunan yang menyolok selama kontraksi uterus tidakterjadi jika
jantung diantara kontraksi sedikit lebih tingggi dibanding selama
periode persalinan atau belum masuk persalinan (Walyani,2015;
h.30).
e) Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri,kekhwatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak
benar (Walyani,2015; h.31).
f) Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan percernaan hampir berhenti selama
persalinan dan akan menyebabkan kontipasi (Walyani,2015; h.33 -
35).
5. Tanda – tanda Persalinan
a) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
1) Pengeluaran lender.
2) Lendir bercampur darah.
3) Dapat disertai ketuban pecah dini.
c) Pada pemeriksaan dalam,dijumpai perubahan servix :
1) Pelunakan servix
2) Perdarahan servix
3) Terjadi pembukaan servix
6. Faktor – Faktor Yang Memperngaruhi Persalinan a) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir dibagi atas :
1) Bagian keras tulang – tulang panggul.
2) Bagian lunak : otot – otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligamen (Walyani,2015; h.19).
b) Power (His dan Mengejan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontrasi otot – otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament (Walyani,2015; h.20)
c) Passengger
Passengger terdiri dari :
1) Janin.
2) Plasenta.
3) Air ketuban (Walyani,2015; h.23 - 25).
7. Tahapan Persalinan
a) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.Pada pembukaan His,
kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parteurien
masih dapat berjakan-jalan.Lamanya kala 1 untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam
(Manuaba, 2010: h173-174)
Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan),
kala II (kala pengeluaran), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV
(kala pengawasan atau observasi atau kala pemulihan).
Kala I dimulai pada saat persalinan mulai (pembukaan nol)
sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi dalam 2
fase, yaitu:
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai
3 cm.
2) Fase aktif: berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4
cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dalam fase ini
dibagi dalam 3 fase yaitu:
(a) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm.
(b) Fase diatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(c) Fase deselari: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.
Pada primigravida kala I berlangsung kurang lebih 12 jam,
sedangkan pada multigravida kurang lebih 8 jam (Sondakh,
3) Asuhan pada kala I
(a) Pemeriksaan fisik, seperti pemeriksaan abdomen untuk
menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU), memantau kontraksi
uterus, memantau DJJ, menentukan presentasi, menentukan
penurunan bagian terbawah janin.
(b) Pemeriksaan dalam
(c) Kemajuan persalinan
(d) Kemajuan pada kondisi janin
(e) Kemajuan kondisi ibu (Sondakh, 2013; h.106-113).
4) Kala II (kala pengeluaran janin)
Yang dimaksud dengan kala II persalinan adalah proses
pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses
dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II di mulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir
kelahiran bayi, kala I juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Durasi kala II pada persalinan spontan tanpa komplikasi adalah
sekitar 40 menit pada primigravida dan 15 menit pada
multipara.Kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit
lebih lama yaitu kira-kira 2 menit berlangsung 60-90 detik dengan
interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya (Walyani, 2015;
h.52).
(a) Tanda dan gejala kala II, yaitu:
(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
(2) Ibu merasakan makin menigkatnya tekanan pada rectum
atau pada vagina.
(3) Perineum menonjol.
(4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
(5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
(b) Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan
ibu adalah sebagai berikut:
(1) Tanda-tanda vital: tekanan darah setiap 30 menit sekali,
suhu, nadi setiap 30 menit sekali, pernafasan.
(2) Kandung kemih.
(3) Urin: protein dan keton.
(4) Hidrasi: cairan, mual, muntah.
(5) Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku,
dan respons terhadap persalinan, serta nyeri dan
kemampuan koping.
(6) Upaya ibu meneran.
(7) Kontraksi setiap 30 menit
(Sondakh, 2013;h.133).
(c) Gejala utama kala II:
(1) His semakin kuat, dengan interval antara 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 detik sampai 100 detik.
(2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan
(3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
dengan keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser (Manuaba,2010; h.173 – 174).
(4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong
kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu,
subsoksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala
seluruhnya.
(5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
(6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput
dan dibawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika
dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti
oleh sisa air ketuban.
(7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit (Manuaba, 2010;h173-174).
5) Kala III (Pelepasan Uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai
10 menit.Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan
plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot
memerhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus
terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi
perdarahan.Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan
ringan secara Crede pada fundus uteri (Manuaba 2010; h.173-174).Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai ketika
bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah dilahirkanj
seluruhnya.Managemen kala III terdiri dari tiga langka yaitu
suntik oksitosin, penjegangan tali pusat terkendali (PTT), dan
masase uterus.Setelah plasenta lahir dilakukan pemeriksaan
plasenta dan tali pusat.
Kala III dimulai segera setelah bayi lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta
dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda
dibawah ini:
1) Uterus menjadi bundar atau globuler.
2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba (Manuaba,2010;
h.173 – 174).
Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik
dorsokranial.Pengeluaran selaput ketuban selaput ketuban
bagian plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut dapat
dikeluarkan dengan cara:
1) Menarik pelan-pelan.
2) Memutar atau memilinnya seperti tali.
3) Memutar pada klem.
4) Manual atau digital.
Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti
setelah dilahirkan, apakah ada setiap bagian plasenta yang
lengkap atau tidak.Bagian plasenta yang diperiksa yaitu
permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 6-20
kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda
plasenta suksenturia.Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut
ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak dan infeksi(Manuaba 2010; h.173-174).
1) Pada kala III tanda-tanda vital yang harus diperiksa adalah:
(a) Tinggi Fundus Uteri (TFU), yang diantaranya bertujuan
untuk mengetahui masih adakah janin di dalam uterus.
(b) Kontraksi uterus, untuk memastikan tidak terjadi inersia
uteri.
(c) Kandung kemih, karena kandung kemih yang penuh
mengganggu kontraksi uterus (Sondakh, 2013;h.140 -141).
2) Asuhan pada kala III
(a) Pemeriksaan plasenta
(c) Pemeriksaan tali pusat
(d) Pemantauan kontraksi
(e) Pemantauan tanda vital
(f) Pemantauan robekan jalan lahir dan perineum
(g) Pemantauan hygiene (Sondakh, 2013;h. 135).
6) Kala IV (kala pengawasan atau observasi atau masa pemulihan)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan
harus ditakar diukur sebaik-baiknya.Kehilangan darah pada
persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan
plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata
jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250cc dan
biasanya 100-300cc. Jika perdarahan melebihi dari 500cc maka
sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari
penyebab dari perdarahan tersebut (Sondakh, 2013;h.7). Kala IV
(observasi).
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling seringterjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan
dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai
500 cc (Manuaba, 2010; h.173-174).
(1) Asuhan pada kala IV
(a) Mencegah perdarahan
(b) Mencegah distensi kandung kemih
(c) Menjaga keamanan
(d) Mempertahankan kenyamanan
(e) Menjaga kebersihan
(f) Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi
(g) Pemantauan keadaan ibu
(h) Pencegahan infeksi
(Sondakh, 2013; h.143).
8. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan
1) Perubahan fisiologis pada kala I persalinan :
a) Uterus
Kontraksi uterus terjadi mulai dari fundus dan menyebar ke
depan dan ke bawah abdomen, kemudian berakhir depan masa
yang paling kuat pada fundus uterus. Kontraksi mencapai puncak
secara bersamaan pada seluruh bagian uterus dan berkurang
bersamaan dengan pembukaan serviks dan pengeluaran janin
(Erawati,2011; h.18).
b) Serviks
Pada kala I persalinan, serviks mengalami effacement
sampai menjadi sanngat pendek.serviks juga mengalami dilatasi
(pembukaan) yang progresif. Pada tahap persalinan ini,
umumnya ibu akan mengeluarkan lendir darah (bloody show)
sedikit atau sedang dari serviks (Erawati,2011; h.18).
c) Penipisan serviks
Serat otot yang mengililingi lubang serviks akan tertarik ke
atas oleh SAU yang beretraksi. Serviks menyatu dalam
SBU.Saluran serviks melebar kea rah lubang serviks.Pada
primigravida, lubang luar serviksakan tertutup sehingga menjadi
ratadi atas bagian janin mengalami penurunan.Pada
multigravida, lubang luar serviks mulai membuka sebelum
penapisan selesai. Pada multiparitas, serviks tidak akan menipis
sepenuhnya (Erawati,2011; h.18).
d) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks terjadi akibat kerja uterus dan tekanan
yang berlawanan oleh kantong ketuban dan bagian janin yang
turun. Kepala janin menekanserviks akan membantu pembukaan
secara efisien. Tekanan pada serviks menyebabkan fundus
uterus berkontraksi (Erawati,2011; h.19).
e) Janin
Janin dengan lambat melakukan maneuver panggul ibu.
f) Kontraksi dan retraksi
kontraksi tidak seluruhnya terjadi pada serat otot uterus, tetapi
uterus dan juga relaksasi tidak jelas sepenuhnya yang disebut
retraksi (Erawati,2011; h.20).
g) Perdarahan
Akibat pembukaan serviks, sumbatan pada serviks akan
menghilang dan keluar lendir bercampur darah. Darah berasal
dari pembuluh-pembuluh halus yang pecah pada pelepasan
korion (Erawati, 2011; h.21).
2) Perubahan Pada Kala II Persalinan
a) Kontraksi (his)
His pada kala II menjadi lebih terkoordinasi, lebih lama (25
menit), lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat kontraksi
uterus simetris, fundus dominan, diikuti relaksasi (Erawati,2011;
h.22)
b) Uterus
Pada saat kontraksi, otot uterus menguncup sehingga menjadi
tebal dan lebih pendek, kavum uterus lebih kecil serta
mendorong janin dan kantong amnion ke asrah segmen bawah
uterus dan serviks.
c) Pergeseran organ dasar panggul
Pada saat persalinan, peningkatan hormone relaksin
menyebabkan peningkatan mobilitas sendi, dan kolagen menjadi
lunak sehingga terjadi relaksasi penggul.karena adanya
kontraksi, kepala janin yang suddah masuk ruang panggul
rectum dan sacara reflek menimbulkan rasa ingin mengejan,
anus membuka, labia membuka, perenium menonjol, dam tidak
lama kemudian kepala tampak didepan vulva pada saat his
(Erawati,2011; h.22).
d) Ekspulsi janin.
9. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan terdiri dari penurunan, fleksi, putar paksi
dalam (rotasi internal), ekstensi, putar paksi luar (rotasi eksternal) dan ekspulsi (johariyati,2012;h.).
a. Engagement
Merupakan masuknya kepala di pintu atas panggul (PAP).Pada
primipara terjadi sebelum persalinan aktif dimulai, karena otot- otot
abdomen masih tegang, sehinnga presentasi terdorong ke dalam
panggul.Pada multipara yang otot- otot abdomennya lebih kendur,
kepala seringkali digerakkan di atas permukaan panggul sampai
persalinan dimulai. (Erawati,2011; h.22).
b. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.,
terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion,
tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma dan otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan. Efek
ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang
panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk molague
c. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul, dalaam keadaan normal fleksi terjadi
dan dagu didekatkan kearah dada janin. Dengan fleksi,
suboksipitobregmantika yang diameter lebih kecil (9,5 cm) dapat
masuk ke dalam pintu bawah panggul (PBP) (Erawati,2011; h.23).
d. Putar Paksi Dalam
Putar paksi dalam dimulai pada bidang setinggi bspina isciadika,
tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai
panggul bagian bawah.Ketika oksiput berputar ke arah anterior,
wajah berputar ke posterior.Setiap terjadi kontraksi, kepala janin
diarahkan oleh tulang panggul dan otot- otot dasar panggul.
Akhirnya, oksiput berada di garis tengah di bawah lengkung pubis
(Erawati,2011; h.23)
e. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh promontorium. Mula- mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar akibat
ekstensi: pertama- tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya
dagu (Erawati,2011; h.23).
f. Restittusi dan Putar Paksi Luar
Setelah kepala keluar, bayi berputar hingga mencapai posisi yang
sama dengan saat kepala memasuki PAP. Gerakan ini dikenal
kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Dengan demikian,
kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi
saat bahu engaged dan turun dengan herakan mirip dengan gerakkan kepala (Erawati,2011; h.23).
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis
ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke
arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan
bayi selesai (Erawati,2011; h.23).
10. Asuhan Persalinan Normal 58 Langkah
a. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua Ibu
mempunyai keinginan untuk meneran
1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
2) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina.
3) Perineum tampak menonjol
4) Vulva dan sfingter ani membuka
b. Memastikan perlengkapan, peralatan bahan, dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan
keras, 2 kain dan 1 handukbersih dan kering lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
1) Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai
didalam partus set.
3) Mengenakan clemek plastik yang bersih
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai cuci
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
5) Mamakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik).
7) Membersihkan vulva dan perimeum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.
(a) Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan kebelakang.
(b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
(c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukan
lengkap, bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi
8) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
9) Memeriksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/saat
relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120 – 160x/menit.
10) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
(a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
(b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
11) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
12) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan yang kuat untuk meneran :
(a) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif
(b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu
yang lama)
(d) Menganjurkan ibu ntuk beristirahat di antara konraksi
(e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
(f) Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
(g) Menilai DJJ setiap kontaksi uterus selesai
(h) Melakukan rujukan segera jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit(1 jam) meneran
(multigravida).
13) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
14) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 -6 cm.
15) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah
bokong ibu.
16) Membuka tutup partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
18) Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering setelah tampak kepala bayi
dengan diameter 5-6 cm. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernapas cepat dan dangkal.
19) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
(1) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
(2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
20) Menunggu hingga kepala bayi malakukan putar paksi luar
sacara spontan
21) Menuunggu kepala bayi melakkan putaran paksi luar secara
22) Melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.Dengan lembut
gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Menggeser tangan yang berada di bawah ke arah perinium
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah
gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24) Melakukan penelusuran tangan yang berada diatas
punggung, bokong tungkai dan sampai mata kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing- masing mata kaki dengan ibu jari dan jari- jari
lainnya).
25) Melakukan penilian selintas :
(a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan?
(b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau
megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi.
26) Mengeringkan dan posisikan bayi di atas perut ibu.
(a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
(b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.
(c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau
perut ibu.
27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (janin tunggal).
28) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan
oksitosin (agar uterus berkontraksi dengan baik).
29) Dalam waktu kurang dari 1 menit setelah bayi lahir, berikan
Menyuntikan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di sepertiga paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30) Menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi
lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar umbilikus) bayi. Dari sisi
luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31) Memotong dan pengikatan tali pusat
(a) Menggunakan satu tangan, angkat tali pusat yang telah
dijepit kemudianlakukan penggunting tali pusat (lindungi
perut bayi) di antara 2 klem tersebut.
(b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu
sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
(c) Melepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah
disediakan.
32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi
Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.luruskan
bahu bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering serta
pasang topi pada kepala bayi.
34) Memindahkankan tali pusat hingga berjarah 5- 10 cm dari
vulva.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas symfisis untuk mendeteks.Tangan lain menegangkan tali
pusat
36) Setelah uterus berkonteraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah yambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
dorso kranial secara hati- hati (untuk mencegah terjadinya
inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30- 40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tinggu sampai ada konteraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak
segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
37) Melakukan penegangan dan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali puat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap melakukan dorso kranial).
(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
(b) Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan
tali pusat:
(i) Memberikan dosis ulang oksitosin 10 IU IM
(ii) Melakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
(iii) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(iv) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
(v) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir
(vi) Jika terjadi perdarahan lakukan manual plasenta.
38) Melihat plasenta di introitus vagina lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai handscoon
steril untuk melakukan eksploraasi sisa selaput kemudian
gunakan jari- jari tangan atau klem untuk mengeluarkan
39) Segera setelah plsenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus dengan meletakan telapak tangan di fundus
dan lakukan masase dengan gerakan secara lambat hingga
uterus berkonteraksi (fundus teraba keras). Melakukan
tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian fetal maupun
maternal dan pastikan bahwa selaput lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat
khusus.
41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan.
42) Memastikan uterus berkonteraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43) Berikan cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di
dadaibu paling sedikit 1 jam).
(a) Melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
(b) Membiarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walau
44) Melakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuscular di
paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu –bayi. 45) Memberikan suntikanimunisasi hepatitis B (setelah satu jam
pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
(a) Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disusukan.
(b) Meletakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
46) Melakukan pemantauan kotraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam:
(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
(b) 15 menit pada 1 jam pertama.
(c) 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
(d) melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan
atonia uteri jika uterus tidak berkonteraksi dengan baik.
47) Menganjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi.
48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
(a) Memeriksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan.
(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5°C – 37,5°C).
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan
bilas peralatan yang telah didekontaminasi.
52) Membuang bahan- bahan yang terkontaminasi ketempat
sampah yang sesuai.
53) Membersihkan badan ibu menggunkan air DTT. Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
54) Memastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi minuman dan makanan
yang diinginkannya.
55) Mendokumentasikan tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
56) Mencelupkankan handscoon kotor kedalam larutan klorin
0,5% balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan
sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan handuk
atau tisu kering.
(58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV( JNPK-KR, 2008; hal : 18-23).
Pemantauan keadaan umum ibu menurut JNPK-KR
tahun 2008 h.112.selama dua jam pertama pasca persalinan :
(a) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandungkemih
dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat.
Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi
observasi dan penilaian kondisi ibu.
(b) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi
baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama jam kedua kala empat.
(c) Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam
pertama pascapersalinan.
(d) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua pada kala empat.
(e) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi
uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana
11. Section Caesarea a. Definisi
Menurut Walyani (2015;h.127) Bedah caesar disebut juga
dengan c-section adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan dimana irirsan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk
mengeluarkan bayi.Bedah caesar dilakukan ketika proses
persalinan secara vagina tidak memungkinkan karena berisiko
kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan
dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang ber
anggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis
anastesi serta bidan.
b. Jenis persalinan section caesarea
1) Menurut Walyani (2015;h. 128) Jenis persalinan dengan
operasiJenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal
sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan
keluar bayi.
2) Sayatan mendatardibagian atas dari kandung kemih. Metode ini
meminimalkan risiko terjaidnya perdarahan dan cepat
penyembuhannya
3) Histerektomi caesar yaitu bedas ceasar diikuti dengan
pengangkatan rahim
4) Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal CS
c. Indikasi persalinan section caesarea
1) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses
persalinan normal (dystosia)
2) Detak jantung janin melambat (fetal distress)
3) Adanya kelainan persalinan
4) Komplikasi pre-eklamsi
5) Sang ibu menderita herpes
6) Putusnya tali pusar
7) Risiko luka parah pada rahm
8) Pesalinan kembar
9) Sungsang
10) Kegagalan persalinan induksi
11) Kegagalan persalinan dengan alat bantu
12) Kegagalan persalinan induksi
13) Masalah plasenta
14) Cephalo Pelvic Dispropotion
15) Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal
16) Ibu menderita hipertensi
d. Operasi terencana dan darurat
1) Operasi caesar terencana (elektif)
Menurut Walyani (2015;h. 131 - 132) Pada operasi caesar
terencana, operasi caesar telah direncanakan jauh heri
sebelum jadwal melahirkan dengan mempertmbangkan
keselamatan ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang
a) Janin dengan presentasi okong
b) Plasenta previa
c) Masalah kesehatan ibu
d) Masalah kesehatan janin
e) Operasi caesar darurat
Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan terlah
berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada masalah
pada ibu mapun janin. Beberapa keadaaan yang memaksa
terjadinya operasi caesar darurat
a) Persalinan macet
b) Prolaps tali pusat
c) Perdarahan
d) Stress janin berat
2) Menurut Walyani (2015;h. 133) Prosedur operasi caesr
a) Dibuat sayatan horizontal pada kulit diperut bagian bawah,
kadang dilakukan sayatan vertikal.
b) Dilakukan insisi pda rahim, cairan amnion diisap dan bayi
ditarik keluar dengan hati-hati.
c) Ketiak bayi keluar, tali pusat dijepit dan dipotong, lalu
plasenta dikeluarkan, dan rahim diperiksa secara
menyeluruh
d) Setelah bayi dan plsaenta lahir, dokter akan menjahit
e) Menurut Walyani (2015;h. 134) risiko dan perawatan pasca
operasi sebagai berikut
3) Risiko dan dampak
a) Ririko kematian ibu yang menjalani bedah caesar adalah tiga
kali ririsko kematian ketika menjalani persalinan normal.
b) Bayi yang lahir dengan persalinan bedah caesar seringkali
mengalami masalah bernafas untuk pertama kalinya.
c) Sring pula bayi menjadi tidak menangis atau mengantuk
karena obat penangkal nyeri yang diberikan pada ibu
d) Infeksi post partum
e) Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses
persalinan
4) Perawatan pascaoperasi
Har ke-1
Hari pertama setelah operasi ibu wajib menjalani program
rawat inap, dokter mengizinkan yang bersangkutan untuk
mengkonsumsi makanan yang sifatnya berat setelah 24 jam pasca
operasi, ataupun hingga usus mampu berfungsi dengan normal
Hari ke-2
Pada hari kedua dan seterus nya kondisi berangsur
membaik meskipun biasanya sedikit mengalami perasaan tidak
nyaman terutama pada bagian perut. Maka pasien akan
mendapatkan obat untuk penghilang rasa sakit. Ada kalanya
dinyatakan sudah stabil, maka pihak meis tentunya akan
memperbolehkan pulang
C. Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (
28 hari ) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (bayi lahir)
sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus ini adalah bayi
berumur 0-7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.
(Muslihatun, 2010; h.2 ).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia kehamilan genap
37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram, nilai Apgar › 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah,2012; hal.2).
Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria
sebagai berikut:
a. Berat badan lahir antara 2500-4000 gram.
b. Panjang badan bayi 48-52cm.
c. Lingkar dada bayi 32-34cm.
d. Lingkar kepala 33-35cm.
e. Denyut jantung dalam menit pertama kurang lebih 180 kali per menit,
kemudian turun sampai 120-140 kali per menit pada saat berumur 30