• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan - Sabilla Latifa BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan - Sabilla Latifa BAB II"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Definisi kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari sprematozoa dan

ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung selama 40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan terbagi menjadi

3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu.

Trimester kedua 15 minggu (dari minggu ke 13 hingga 27), dan trimester

ketiga 13 minggu (dari minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawiroharjo, 2014.

h; 213).

2. Tanda – Tanda Kehamilan

Untuk memastikan diagnosa suatu kehamilan, dibawah ini penilaian

terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan:

a. Tanda dugaan kehamilan

1) Amenorea (terlambat datang bulan)

Kontrasepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graff dan ovalui. Dengan mengetahui hari

pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus naegle, dapat

(2)

2) Mual muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan.Mual dan muntah

terutama pada pagi hari disebut morning sicknesa(SICKNESS),

Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual

dan muntah, nafsu makan berkurang (Manuaba,2010; h.107)

3) Ngidam

Wanita hamil sering mengiginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam (Manuaba,2010; h.107).

4) Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia

kehamilan 16 minggu (Manuaba,2010; h.107).

5) Payudara tegang

Pengaruh Estrogen-progesteron dan somatomamotrofin,

menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

Payudara membesar dan tegang.Ujung saraf tertekan

menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama (Manuaba,

2010; h.107).

6) Sering miksi

Desakan rahim ke dalam menyebabkan kadung kemih cepat

penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini sudah

(3)

7) Kontsipasi atau obstipasi, pengaruh progesteron dapat

menghambat peristatik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang

air besar (Manuaba, 2010; h.107).

8) Pigmentasi kulit, terdapat pembesaran payudara, disertai dengan

hyperpigmentasi puting susu dan aerora. Mamae menjadi tegang

dan membesar , keadaan ini disebabkan pengaruh etrogen dan

progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae,

glandula montrgomeri tampak lebih jelas, pada wajah adanya

melanophore stimulating harmore hipofisis anterior menyebabkan

pigmentasi kulit dinding perut terdapat striae lipid atau albican dan

alba menjadi nigra. Pada pipi, hidung, dan dahi kadang tampak

pigmen yang berlebihan dikenal sebagai kloasma gravidarum

(Manuaba,2010 ;h.107 - 108).

9) Epulis, hipertrofi gusi disebut epulis,dapat terjadi bila hamil

(Manuaba,2010. h;108).

10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena karena pengaruh

dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah

vena. Terutama bagi mereka yang mempunyai bakat, penampakan

pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan

betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat

menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2010; h.108).

b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan

1) Pembesaran perut terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi

(4)

2) Tanda hegar, adalah pelunakan dan dapat ditekanya isthimus uteri

(Manuaba,2010; h.108).

3) Tanda goodel, adalah pelunakan serviks, pada wanita yang tidak

hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil

melunak seperti bibir (Manuaba,2010; h.108).

4) Tanda chadwick, adalah perubahan warna menjadi keunguan pada

vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks

(Manuaba,2010; h.108).

5) Tanda piscaseck, merupakan pembesaran uterus yang tidak

simetris, terjadi karena ovum berimplamantasi pada daerah dekat

dengan komu sehingga daerah tersebut berkembang lebih

dulu(Manuaba,2010;h.108).

6) Kontraksi braxton hicks, merupakan peregangan sel-sel otot uterus,

akibat meningkatnya actomycin didalam otot uterus. Kontraksi ini

tidak menimbulkan nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan

minggu tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdomen pada

trimester ketiga, kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya,

lamanya dan kekuatannya mendekati persalinan (Manuaba,2010;

h.107).

7) Teraba ballotement, ketukan yang mendadak pada uterus

menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat

dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini haru ada pada

(5)

janin saja tidak cukup karena bisa saja itu merupakan nyoma uteri

(Manuaba,2010; h.108).

8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan, pemeriksaan ini adalah untuk

mendeteksi adanya HCG yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel

selama kehamilan. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari

setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60

(Manuaba,2010; h.108).

c. Tanda Pasti Kehamilan

1) Gerakan janin dalam rahim

2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

3) Denyut jantung janin, didengar dengan stetoskop laenec, alat kardio

tokografi, alat doppler, dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan

dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin,

ultrasonografi (Manuaba,2010; h.109).

3. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan

Dijelaskan oleh Mandang (2016;h.156-176) dalam buku asuhan

kebidanan kehamilan

a. Trimester I

1) Mual pada pagi hari

2) Pembesaran payudara pada masa kehamilan

Payudara akan membesar dan mengencang saat kehamilan,

karena terjadi peningkatan hormone kehamilan yang menimbulkan

(6)

nutrisi pada jaringan payidara sebagai persiapan menyusui setelah

msa kehamilan.

3) Konstipasi (susah buang air besar)

4) Pusing-pusing atau pingsan

5) Rasa lelah yang luar biasa

Untuk membawa oksigen dan nutrisi ke janin, tubuh

memproduksi lebih banyak sel darah dan jantung bekerja lebih

keras dan lebih cepat. Terjadinya perbuhan ini pada masa awal

kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan dalam

system sirkulasi tubuh.Pada saat ini, juga memproduksilebih banyak

progesterone, yang cenderung membuat mengantuk.Hal ini

mungkin yang memicu terjadinya rasa lelah yang luar biasa pada

masa awal kehamilan.

6) Perih di ulu hati

Konstipasi, banyaknya gas dan panas di uluhati, semuanya

adalah efek dari lambannya proses pencernaan, yang disebabkan

oleh hormone kehamilan. Saat kehamilan berlanjut, factor kedua

membesarnya rahim, yang dapat mendorong usus keluar dari posisi

normal,bias menjadi penyebab terjadinya rasa perih di ulu hati.

7) Pusing saat kehamilan

Pusing akan sering dialami pada awal kehamilankarena adanya

peningkatan tuntutan darahke tubuh sehinggaketika berubah posisi

dari tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba system

(7)

8) Meludah saat kehamilan

9) Kram perut waktu hamil

Hal ini sering tejadi karena adanya perubahan hormonal

hamil/kehamilan dan juga karena adanya perumbuhan dan

pembesaran dari rahim di mana otot dan ligament merenggang

untuk menyokong rahim.

10) Peningkatan cairan vagina waktu hamil

Peningkatan caira vagina Selama hamil/ kehamilan adalah

normal karena adanya perubahan hormonal selama

kehamilan.Cairan vagina selama hamil berwarna putih atau kuning

muda, cair, kadang agak lengket dan tidak berbau. Cairan ini akan

meningkat bertambahnya usia hamil/kehamilan dan mendekati

persalinan akan lebih cair.

11) Perubahan emosional waktu hamil

Kehamilan akan memengaruhi emosi ibu hamil sehingga

menyebabkanemosi tak stabil saat hamil dapat merasa tiba-tiba

sangat sedih, bahkan menangis, dan mudah marah,karena

adanya perubahan hormone dan juga rasa tanggung jawab baru

sebagai calon ibu.

12) Peningkatan berat badan saat hamil

b. Trimester II

1) Perut semakin membesar waktu hamil

(8)

Sendawa dan buang angina ini sering terjadi karena adanya

peregangan usus selama hamil sehingga ibu merasa kembung dan

tak nyaman.

3) Rasa panas di perut saat hamil

Rasa panas di perut saat hamiladalah keluhan yang paling sering

selama hamil, karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang

membesar, dan juga perngaruh hormonal yang menyebabkan

rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung

kearah atas.

4) Pelupa waktu hamil

5) Pertumbuhan rambut dan kuku waktu

Perubahan hormonal saat kehamilan juga menyebabkan kuku

bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang

di tempat yang tidak diingkan, seperti di wajah atau perut.

6) Sakit di perut bagian bawah saat hamil

7) Pusing saat kehamilan

Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan

trimester kedua ini, karena ketika rahim membesar akan menekan

pembuluh darah besar sehingga menyebakan tekanan darah

menurun. Apabila berlebihan aatau pusing yang berlanjut maka

(9)

8) Mendengkur saat kehamilan

Perubahan hormonal juga menyebabkan pembengkakan membran

mukosa yang menyebabkan hidung terasa tersumbat dan

mendengkur saat tertidur.

9) Hidung dan gusi berdarah saat kehamilan

Perbuhan hormonal dan peningkatan aliran darah keseluruh tubuh

termasuk ke daerah hidung dan gusi selama hamil akan

menyebabkan jaringan disekitarnya menjadi lebih lembut dan luinak

akibatnya, hidung dan gusi biosa berdarah ketika menyikat gigi.

Keluhan ini akan hilang setelah melahirkan.

10) Perubahan kulit saat hamil

11) Payudara semakin membesar

12) Sedikit pembengkakan saat kehamilan

13) Merasakan gerakan bayi saat kehamilan

14) Perubahan suasana hati

15) Infeksi vagina dan keluarnya cairan dari vagina

16) Sakit kepala

17) Rasa sakit pada daerah punggung

18) Infeksi saluran kemih

19) Sesak nafas

c. Trimester III

1) Sakit bagian belakang

2) Konstipasi

(10)

4) Sering buang air kecil

5) Masalah tidur

6) Varises

7) Kontraksi perut

8) bengkak

9) kram pada kaki

10) gatal-gatal

11) suhu badan meningkat

12) sulit tidur

13) gusi berdarah

4. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen,

dan progestron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh

seperti:

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasiuntuk menerima dan

melindungi hasil kontrasepsi (janin, plasenta, amnion) sampai peralinan.

Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar

dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan

semula dalam beberapa minggu setelah

(11)

menyebab isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada

pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.Perlunaka

isthmus disebut tanda hegar. Hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan

kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan

hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat

ditemukakan sebagai berikut:

1) pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh

amnion, di mana desidua kapsularis dan desidua parientalis telah

menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah darak jarak simfisisdan

pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya.

2) Pada usia kehamilan 10 minggu, fundus rahim terletak dua jari

dibawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi atas

pusat.

3) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari di

atas pusat pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus

xifoideus.

4) Pada usia kehamilan 32 minggu,tinggi fundus uteriadalah setengah

jarak prosesus xifoideus dan pusat (Manuaba, 2010; h.87 – 88).

5) Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di

bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas

(12)

6) Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari di

bawah prosesus xifiodeus, oleh karena saat ini kepala janin telah

masuk pintu panggul (Manuaba, 2010; h.87-88).

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah

kebiru-biruan (tanda chadwicks). (Manuaba,2010; hal.92). c. Kulit

Pada kulit perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga mengenai daerah

payudara dan paha dikenal dengan nam striae gravidarum. Kulit

digaris pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam

kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan

muncul dalam ukuran bervariasi pada wajah dan leher yang disebut

chloasma gravidarum. Selain itu, pada aerola dan daerah genetalia

juga terlihat pigmentasi berlebihan (Prawirohardjo, 2010; h.179).

d. Ovarium

Proses ovalasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan

folkel baru juga ditunda. Hanya sau kospus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folkel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7

minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai

progesteron dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo,2009;

(13)

e. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberi ASI ada saat laktasi. Perkembangan payudara

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu

esterogen,progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba,2010; h.92).

f. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya.Kemudian payudara, volume darah, dan

cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilanberat badan akan

bertambah 12,5 kg. peningkatan jumlah cairan selama kehamilan

adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya

osmolaritas dari 10 mgm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya

ambang rasa haus dan sekresi vasopressin. Pada saat aterm ±3,5 l

cairan berasal dari janin, plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 l

lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus,

dan payudara sehingga minimal tambahyan cairan selama kehamilan

adalah 6,5 (Prawirohardjo, 2010; h.180).

g. Sistem kardiovaskular

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi

terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah

(14)

keadaan yang cukup beratakan mengakibatkan ibu kehilangan

kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan mangurangi aliran

darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi

terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

posisi miring (Prawirohardjo, 2010; h.183).

5. Perubahan Psikologis Dalam Masa Kehamilan

a. Pada kehamilan trimester 1

Trimester pertama sering dikenal sebagai periode penyesuaian

yakni ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya, kadang muncul penolakan,

kekecewaan,kecemasan,dan kesedihan,bahkan kadang ibu berharap

agar dirinya tidak hamil saja, ibu akan selalu mencari tanda – tanda apakah ia bener – bener hamil untuk sekedar meyakinkan dirinya (Sulistyawati,2011; h.76).

b. Pada trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang

baik, yakni ketika ibu merasa sehat,tubuh ibu sudah terbiasa dengan

kadar hormon yang tinggi, sudah bisa menerima

kehamilannya,merasakan gerakan anak,merasa terlepas dari

ketidaknyamanan dan kekhawatiran,libido meningkat,ketertarikan dan

aktivitasnya terfokus pada kehamilan,kelahiran,dan persiapan untuk

(15)

c. Pada trimester III

Trimester III biasanya disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaanyakni rasa tidak nyaman timbul kembali,merasa dirinya

elek,aneh,dan tidak menarik,merasa kehilangan perhatian,takut akan

rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,khawatir

akan keselamatannya,libido menurun (Sulistyawati,2011; h.77).

6. Standar Asuhan Kehamilan

a. Kunjungan Ante-natal Care (ANC) minimal :

1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0 – 13 minggu). 2) Satu kali pada trimester II ( usia kehamilan 14 – 27 minggu ).

3) Dua kali pada trimester III ( usia kehamilan 28 – 40 minggu ) (Sulistyawati,2011; h.4).

Pelayanan standar, yaitu 7 TSesuai dengan kebijakan

Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan pada ibu adalah

tujuh bentuk yang disingkat dengan 7 T, antara lain sebagai berikut.

1) Timbang berat badan.

2) Ukur Tekanan Darah.

3) Ukur Tinggi fundus uteri.

4) Pemberian imunisasi TT lengkap.

5) Pemberian Tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan

dengan dosis satu tablet setiap harinya.

6) Lakukan Tes penyakit menular seksual (PMS).

7) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan (Sulistyawati,2011;

(16)

7. Tujuan Asuhan Kehamilan

1) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejateraan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta

sosial ibu dan bayi.

3) Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan

komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.

4) Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu

maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif

berjalan normal.

6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam

memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara

normal(Sulistyawati,2011; h.4 - 5).

8. Tanda bahaya dalam kehamilan

a) Perdarahan per vagina.

b) Sakit kepala hebat.

c) Masalah penglihatan.

d) Bengkak pada muka atau tangan.

e) Nyeri abdomen yang hebat.

f) Bayi kurang bergerak seperti biasa.

(17)

9. Letak Sungsang

1) Definisi

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian

terendahnya bokong, kaki atau koombinasi keduanya.

(Prawirodhardjo,2014;h.588)

Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam

polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah

asakrum. Sacrum kanan depan adalah presentasi bokong dengan

sakrumjanin ada di kuadaran kanan depan panggul ibu, dan diameter

bitrochanterica janin berada pada diameter oblique dextra panggul ibu.

(Oxorn, Forte, 2010;h.195)

2) Jenis – jenis presentasi letak sungsang a) Letak bokong murni (Frank Breech)

Letak bokong murni adalah letak bokong dengan kedua tunkai

tarangkat ke atas.

b) Letak bokong sempurna (Complete Breech)

Letak bokong sempurna adalah letak bokong dimana kaki ada di

samping bokong.

c) Letak bokong tidak sempurna (Incomplete Breech)

Letak bokong tidak sempurna adalah dimana selain bokong bagian

terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :

(1) Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%)

Satu kaki : letak kaki tidak sempurna

(18)

Satu lutut : letak lutut tidak sempurna

3) Etiologi

Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya janin ke dalam

panggul mempunyai peranan dalam etiologi presentasi bokong.

Banyak yang tidak diketahui sebabnya, dan etelah mengesampingkan

kemungkinan-kemungkinan yang lain maka sebab malposisi tersebut

baru dinyatakan hanya karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada

presentasi bokong yang membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya

semuanya dengan presentasi bokong, memnunjukan bahwa bentuk

panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk

presentasi bokong dari pada presentasi kepala. Implementasi plasenta

di fundus atau cornu uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya

presentasi bokong. (Oxorn, Forte, 2010;h. 195)

4) Faktor predisposisi

Faktor-faktor predisposisi presentasi bokong meliputi prematuritas,

airketuban yang berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa,

panggul sempit, hydrosefalus, dan janin besar (Oxorn, Forte, 2010;h.

195)

Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi

terdapat factor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas structurall

uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,

kehamilan multiple, anormaly janin (anensefali, hidrosefalus) dan

(19)

5) Patofisiologi

Letak janin pada uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lbeih

38 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga

memungkinkanjanin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin

dapat menempatkan diri dalam prsentasi kepala, presentasi bokong

atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terahir janin tumbuh

dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang.karena

bonong dengan kedua tungkai yag terlipat lebih besar dari kepala,

maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebig luas di

fundus uteri, sdengkan kepala berada dalam ruangan lebih kecil di

segmen bawah uterus. Dengan demikian fapat dimngerti mengapa

pada kehamilan cukup nulan, janin sebagian besar dalam presentasi

kepala (Wiknjosastro, 2007;h.611)

6) Tanda dan gejala

Menurut Aspiani (2016;h.326)

a) Pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, dibawah

pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) menusuk iga.

b) Pada palpasi akan teraba keras, bundar dan melenting pada fundus

uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan

bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas simfisis

(20)

7) Penatalaksanaan medis

Pertolongan pertama persalinan letak sungsang memerlukan

perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat

permanen sampai dengan kematian bayi. Persalinan diselesaikan

dengan pertolongan pervaginam perftolongan fisiologis secara brach,

ekstrasi parsial ( secara klasik, muller, lovset) persalinan kepala secara

mauriceu veit smelli, menggunakan forcep ekstrasi) ekstrasi bokong

totalis (ekstrasi bokong, ekstrasi kaki) atau pertolongan dengan section

caesaria (manuaba,2010;h.149)

Pertolongan persalinansungsang per abdominam yaitu

pertolongan persalinan letak sungsang dengan section caesarea

sudah tentu merupakan cara terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli

melaporkan bahwa pesalinan letak sungsang pervaginam memberi

trauma sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak,

baik pada waktu persalinan maupun pada kemudian hari. Namun hal

ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan

perabdominam. Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang

dapat melahirkan pervaginam atau harus perabdominam,

kadang-kadang sukar.Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa

letak sungsang harus dilahirkan per abdominal, misalnya primigravida

tua, nilai sosial janin, riwayat persalinan buruk, janin besar lebih dari

3,5 kg- 4 kg, dicurigai adanya kesempitan panggul, prematuritas

(21)

B. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(Janin dan plasenta) yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui

jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2011;h.69).Persalinan

adalah proses membuka dan menipisnya serviks, serta janin sudah

turun kejalan lahir (Sarwono Prawirohardjo,2009; h.100).

Proses persalinan dengan hasil kontrasepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri)(Manuaba, 2010; h.164).

2. Ada 3 Jenis Persalinan yaitu :

a) persalinan spontan. Jika persalinan berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri dan melalui jalan lahir ibu tersebut.

b) Persalinan buatan. Jika persalinan dibantu dengan tenaga dari luar,

misalnya ekstraksi forsep atau operasi seksio sesaria.

c) Persalinan anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,

pemberian pitosin atau prospagladin (Erawati, 2011h.3) 3. Penyebab Mulai Persalinan yaitu sebagai berikut :

a) Penurunan kadar progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi

otot uterus, sedangkan estrogen meningkat karena otot uterus.

Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar

(22)

kehamilan kadar estogren menurun sehingga timbul his

(Erawati,2011; h.4).

b) Teori oksitosin.pada akhir kehamilan, kadar oksitosin meningkat.

Oleh sebab itu ,timbul kontraksi otot uterus.

c) Keregangan otot. Uterus seperti halnya kandung kemih dan

lambung. Jika dindingnya teregang karena isinya bertambah, timbul

ontraksi untuk mengeluarkan isinya. Dengan bertambahnya usia

kehamilan, semakin teregang otot-otot uterus dan semakin rentan

(Erawati, 2011; h.4).

d) Pengaruh janin. Hipofisi dan kelenjar suprarenal janin tampaknya

juga memegang peranan karena pada anenseksufalus,

kehamilannya sering lebih lama dari biasanya.

e) Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oelh desidua,

diduga menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil

percobaan menunjukan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang

diberikan melalui intravena, intraamnial, dan ekstraamnial

menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal

ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi,

baik dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu bhamil

sebelum melahirkan atau selama persalinan (Erawati, 2011; h.4).

4. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama

(23)

secara tepat dan cepat mengiterprestasikan tanda – tanda, gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah

normal apa tidak persalinan kala 1 (Walyani, 2015; h.29).

a) Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata – rata sebesar 10 – 20mmHg dan kenaikan diastolik rata – rata 5 – 10 mmHg diantara kontraksi – kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan

dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi (Walyani, 2015; h.30).

b) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun

anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar

diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot Perubahan

tekanan darah rangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang

meningkat tercemin dengan kenaikan suhu badan, denyut

nadi,pernafasan, kardiak ouput dan kehilangan cairan

(Walyani,2015; h.30).

c) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah

persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 1 derajat C (Walyani,2015; h.30).

d) Denyut Jantung

Penurunan yang menyolok selama kontraksi uterus tidakterjadi jika

(24)

jantung diantara kontraksi sedikit lebih tingggi dibanding selama

periode persalinan atau belum masuk persalinan (Walyani,2015;

h.30).

e) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri,kekhwatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak

benar (Walyani,2015; h.31).

f) Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat

berkurang akan menyebabkan percernaan hampir berhenti selama

persalinan dan akan menyebabkan kontipasi (Walyani,2015; h.33 -

35).

5. Tanda – tanda Persalinan

a) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi

yang semakin pendek.

b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :

1) Pengeluaran lender.

2) Lendir bercampur darah.

3) Dapat disertai ketuban pecah dini.

c) Pada pemeriksaan dalam,dijumpai perubahan servix :

1) Pelunakan servix

2) Perdarahan servix

3) Terjadi pembukaan servix

(25)

6. Faktor – Faktor Yang Memperngaruhi Persalinan a) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir dibagi atas :

1) Bagian keras tulang – tulang panggul.

2) Bagian lunak : otot – otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligamen (Walyani,2015; h.19).

b) Power (His dan Mengejan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontrasi otot – otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament (Walyani,2015; h.20)

c) Passengger

Passengger terdiri dari :

1) Janin.

2) Plasenta.

3) Air ketuban (Walyani,2015; h.23 - 25).

7. Tahapan Persalinan

a) Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.Pada pembukaan His,

kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parteurien

masih dapat berjakan-jalan.Lamanya kala 1 untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

(26)

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam

(Manuaba, 2010: h173-174)

Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan),

kala II (kala pengeluaran), kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV

(kala pengawasan atau observasi atau kala pemulihan).

Kala I dimulai pada saat persalinan mulai (pembukaan nol)

sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi dalam 2

fase, yaitu:

1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai

3 cm.

2) Fase aktif: berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4

cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dalam fase ini

dibagi dalam 3 fase yaitu:

(a) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi

4 cm.

(b) Fase diatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

(c) Fase deselari: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.

Pada primigravida kala I berlangsung kurang lebih 12 jam,

sedangkan pada multigravida kurang lebih 8 jam (Sondakh,

(27)

3) Asuhan pada kala I

(a) Pemeriksaan fisik, seperti pemeriksaan abdomen untuk

menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU), memantau kontraksi

uterus, memantau DJJ, menentukan presentasi, menentukan

penurunan bagian terbawah janin.

(b) Pemeriksaan dalam

(c) Kemajuan persalinan

(d) Kemajuan pada kondisi janin

(e) Kemajuan kondisi ibu (Sondakh, 2013; h.106-113).

4) Kala II (kala pengeluaran janin)

Yang dimaksud dengan kala II persalinan adalah proses

pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses

dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II di mulai

ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir

kelahiran bayi, kala I juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.

Durasi kala II pada persalinan spontan tanpa komplikasi adalah

sekitar 40 menit pada primigravida dan 15 menit pada

multipara.Kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit

lebih lama yaitu kira-kira 2 menit berlangsung 60-90 detik dengan

interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya (Walyani, 2015;

h.52).

(a) Tanda dan gejala kala II, yaitu:

(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan

(28)

(2) Ibu merasakan makin menigkatnya tekanan pada rectum

atau pada vagina.

(3) Perineum menonjol.

(4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

(5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

(b) Tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan

ibu adalah sebagai berikut:

(1) Tanda-tanda vital: tekanan darah setiap 30 menit sekali,

suhu, nadi setiap 30 menit sekali, pernafasan.

(2) Kandung kemih.

(3) Urin: protein dan keton.

(4) Hidrasi: cairan, mual, muntah.

(5) Kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku,

dan respons terhadap persalinan, serta nyeri dan

kemampuan koping.

(6) Upaya ibu meneran.

(7) Kontraksi setiap 30 menit

(Sondakh, 2013;h.133).

(c) Gejala utama kala II:

(1) His semakin kuat, dengan interval antara 2 sampai 3

menit, dengan durasi 50 detik sampai 100 detik.

(2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan

(29)

(3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

dengan keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser (Manuaba,2010; h.173 – 174).

(4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong

kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu,

subsoksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut

lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala

seluruhnya.

(5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,

yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

(6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput

dan dibawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk

melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk

melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika

dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti

oleh sisa air ketuban.

(7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan

multigravida 30 menit (Manuaba, 2010;h173-174).

5) Kala III (Pelepasan Uri)

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai

10 menit.Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan

plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot

(30)

memerhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus

terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah

rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi

perdarahan.Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan

ringan secara Crede pada fundus uteri (Manuaba 2010; h.173-174).Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai ketika

bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah dilahirkanj

seluruhnya.Managemen kala III terdiri dari tiga langka yaitu

suntik oksitosin, penjegangan tali pusat terkendali (PTT), dan

masase uterus.Setelah plasenta lahir dilakukan pemeriksaan

plasenta dan tali pusat.

Kala III dimulai segera setelah bayi lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta

dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda

dibawah ini:

1) Uterus menjadi bundar atau globuler.

2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba (Manuaba,2010;

h.173 – 174).

Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik

dorsokranial.Pengeluaran selaput ketuban selaput ketuban

(31)

bagian plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut dapat

dikeluarkan dengan cara:

1) Menarik pelan-pelan.

2) Memutar atau memilinnya seperti tali.

3) Memutar pada klem.

4) Manual atau digital.

Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti

setelah dilahirkan, apakah ada setiap bagian plasenta yang

lengkap atau tidak.Bagian plasenta yang diperiksa yaitu

permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 6-20

kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda

plasenta suksenturia.Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut

ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan

yang banyak dan infeksi(Manuaba 2010; h.173-174).

1) Pada kala III tanda-tanda vital yang harus diperiksa adalah:

(a) Tinggi Fundus Uteri (TFU), yang diantaranya bertujuan

untuk mengetahui masih adakah janin di dalam uterus.

(b) Kontraksi uterus, untuk memastikan tidak terjadi inersia

uteri.

(c) Kandung kemih, karena kandung kemih yang penuh

mengganggu kontraksi uterus (Sondakh, 2013;h.140 -141).

2) Asuhan pada kala III

(a) Pemeriksaan plasenta

(32)

(c) Pemeriksaan tali pusat

(d) Pemantauan kontraksi

(e) Pemantauan tanda vital

(f) Pemantauan robekan jalan lahir dan perineum

(g) Pemantauan hygiene (Sondakh, 2013;h. 135).

6) Kala IV (kala pengawasan atau observasi atau masa pemulihan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi

pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan

harus ditakar diukur sebaik-baiknya.Kehilangan darah pada

persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan

plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata

jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250cc dan

biasanya 100-300cc. Jika perdarahan melebihi dari 500cc maka

sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari

penyebab dari perdarahan tersebut (Sondakh, 2013;h.7). Kala IV

(observasi).

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling seringterjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan

(33)

dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai

500 cc (Manuaba, 2010; h.173-174).

(1) Asuhan pada kala IV

(a) Mencegah perdarahan

(b) Mencegah distensi kandung kemih

(c) Menjaga keamanan

(d) Mempertahankan kenyamanan

(e) Menjaga kebersihan

(f) Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi

(g) Pemantauan keadaan ibu

(h) Pencegahan infeksi

(Sondakh, 2013; h.143).

8. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

1) Perubahan fisiologis pada kala I persalinan :

a) Uterus

Kontraksi uterus terjadi mulai dari fundus dan menyebar ke

depan dan ke bawah abdomen, kemudian berakhir depan masa

yang paling kuat pada fundus uterus. Kontraksi mencapai puncak

secara bersamaan pada seluruh bagian uterus dan berkurang

bersamaan dengan pembukaan serviks dan pengeluaran janin

(Erawati,2011; h.18).

b) Serviks

Pada kala I persalinan, serviks mengalami effacement

(34)

sampai menjadi sanngat pendek.serviks juga mengalami dilatasi

(pembukaan) yang progresif. Pada tahap persalinan ini,

umumnya ibu akan mengeluarkan lendir darah (bloody show)

sedikit atau sedang dari serviks (Erawati,2011; h.18).

c) Penipisan serviks

Serat otot yang mengililingi lubang serviks akan tertarik ke

atas oleh SAU yang beretraksi. Serviks menyatu dalam

SBU.Saluran serviks melebar kea rah lubang serviks.Pada

primigravida, lubang luar serviksakan tertutup sehingga menjadi

ratadi atas bagian janin mengalami penurunan.Pada

multigravida, lubang luar serviks mulai membuka sebelum

penapisan selesai. Pada multiparitas, serviks tidak akan menipis

sepenuhnya (Erawati,2011; h.18).

d) Pembukaan serviks

Pembukaan serviks terjadi akibat kerja uterus dan tekanan

yang berlawanan oleh kantong ketuban dan bagian janin yang

turun. Kepala janin menekanserviks akan membantu pembukaan

secara efisien. Tekanan pada serviks menyebabkan fundus

uterus berkontraksi (Erawati,2011; h.19).

e) Janin

Janin dengan lambat melakukan maneuver panggul ibu.

f) Kontraksi dan retraksi

kontraksi tidak seluruhnya terjadi pada serat otot uterus, tetapi

(35)

uterus dan juga relaksasi tidak jelas sepenuhnya yang disebut

retraksi (Erawati,2011; h.20).

g) Perdarahan

Akibat pembukaan serviks, sumbatan pada serviks akan

menghilang dan keluar lendir bercampur darah. Darah berasal

dari pembuluh-pembuluh halus yang pecah pada pelepasan

korion (Erawati, 2011; h.21).

2) Perubahan Pada Kala II Persalinan

a) Kontraksi (his)

His pada kala II menjadi lebih terkoordinasi, lebih lama (25

menit), lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat kontraksi

uterus simetris, fundus dominan, diikuti relaksasi (Erawati,2011;

h.22)

b) Uterus

Pada saat kontraksi, otot uterus menguncup sehingga menjadi

tebal dan lebih pendek, kavum uterus lebih kecil serta

mendorong janin dan kantong amnion ke asrah segmen bawah

uterus dan serviks.

c) Pergeseran organ dasar panggul

Pada saat persalinan, peningkatan hormone relaksin

menyebabkan peningkatan mobilitas sendi, dan kolagen menjadi

lunak sehingga terjadi relaksasi penggul.karena adanya

kontraksi, kepala janin yang suddah masuk ruang panggul

(36)

rectum dan sacara reflek menimbulkan rasa ingin mengejan,

anus membuka, labia membuka, perenium menonjol, dam tidak

lama kemudian kepala tampak didepan vulva pada saat his

(Erawati,2011; h.22).

d) Ekspulsi janin.

9. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan terdiri dari penurunan, fleksi, putar paksi

dalam (rotasi internal), ekstensi, putar paksi luar (rotasi eksternal) dan ekspulsi (johariyati,2012;h.).

a. Engagement

Merupakan masuknya kepala di pintu atas panggul (PAP).Pada

primipara terjadi sebelum persalinan aktif dimulai, karena otot- otot

abdomen masih tegang, sehinnga presentasi terdorong ke dalam

panggul.Pada multipara yang otot- otot abdomennya lebih kendur,

kepala seringkali digerakkan di atas permukaan panggul sampai

persalinan dimulai. (Erawati,2011; h.22).

b. Penurunan

Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.,

terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion,

tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi

diafragma dan otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan. Efek

ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang

panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk molague

(37)

c. Fleksi

Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding

panggul, atau dasar panggul, dalaam keadaan normal fleksi terjadi

dan dagu didekatkan kearah dada janin. Dengan fleksi,

suboksipitobregmantika yang diameter lebih kecil (9,5 cm) dapat

masuk ke dalam pintu bawah panggul (PBP) (Erawati,2011; h.23).

d. Putar Paksi Dalam

Putar paksi dalam dimulai pada bidang setinggi bspina isciadika,

tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai

panggul bagian bawah.Ketika oksiput berputar ke arah anterior,

wajah berputar ke posterior.Setiap terjadi kontraksi, kepala janin

diarahkan oleh tulang panggul dan otot- otot dasar panggul.

Akhirnya, oksiput berada di garis tengah di bawah lengkung pubis

(Erawati,2011; h.23)

e. Ekstensi

Saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi ke arah

anterior oleh promontorium. Mula- mula oksiput melewati

permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar akibat

ekstensi: pertama- tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya

dagu (Erawati,2011; h.23).

f. Restittusi dan Putar Paksi Luar

Setelah kepala keluar, bayi berputar hingga mencapai posisi yang

sama dengan saat kepala memasuki PAP. Gerakan ini dikenal

(38)

kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Dengan demikian,

kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi

saat bahu engaged dan turun dengan herakan mirip dengan gerakkan kepala (Erawati,2011; h.23).

g. Ekspulsi

Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis

ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke

arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan

bayi selesai (Erawati,2011; h.23).

10. Asuhan Persalinan Normal 58 Langkah

a. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua Ibu

mempunyai keinginan untuk meneran

1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

2) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada

rectum dan vagina.

3) Perineum tampak menonjol

4) Vulva dan sfingter ani membuka

b. Memastikan perlengkapan, peralatan bahan, dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan

keras, 2 kain dan 1 handukbersih dan kering lampu sorot 60 watt

dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

1) Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal

(39)

2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai

didalam partus set.

3) Mengenakan clemek plastik yang bersih

4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai cuci

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

5) Mamakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan

dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perimeum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.

(a) Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi

tinja, bersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan kebelakang.

(b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia

(c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

(40)

Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukan

lengkap, bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi

8) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan

terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

9) Memeriksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120 – 160x/menit.

10) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

(a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti

pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan

semua temuan yang ada.

(b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu

untuk meneran secara benar.

11) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.

(41)

bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

12) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan yang kuat untuk meneran :

(a) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan

efektif

(b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu

yang lama)

(d) Menganjurkan ibu ntuk beristirahat di antara konraksi

(e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat

untuk ibu.

(f) Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

(g) Menilai DJJ setiap kontaksi uterus selesai

(h) Melakukan rujukan segera jika bayi belum atau tidak akan

segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran

(primigravida) atau 60 menit(1 jam) meneran

(multigravida).

13) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

(42)

14) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5 -6 cm.

15) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah

bokong ibu.

16) Membuka tutup partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

18) Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering setelah tampak kepala bayi

dengan diameter 5-6 cm. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil

bernapas cepat dan dangkal.

19) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

(1) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi

(2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong di antara dua klem tersebut.

20) Menunggu hingga kepala bayi malakukan putar paksi luar

sacara spontan

21) Menuunggu kepala bayi melakkan putaran paksi luar secara

(43)

22) Melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.Dengan lembut

gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah

atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Menggeser tangan yang berada di bawah ke arah perinium

ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah

gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Melakukan penelusuran tangan yang berada diatas

punggung, bokong tungkai dan sampai mata kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukan telunjuk di antara kaki dan pegang

masing- masing mata kaki dengan ibu jari dan jari- jari

lainnya).

25) Melakukan penilian selintas :

(a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa

kesulitan?

(b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau

megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi.

26) Mengeringkan dan posisikan bayi di atas perut ibu.

(a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

(44)

(b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.

(c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau

perut ibu.

27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi

lain dalam uterus (janin tunggal).

28) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan

oksitosin (agar uterus berkontraksi dengan baik).

29) Dalam waktu kurang dari 1 menit setelah bayi lahir, berikan

Menyuntikan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di sepertiga paha

atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin).

30) Menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi

lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar umbilikus) bayi. Dari sisi

luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan

lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem

pertama.

31) Memotong dan pengikatan tali pusat

(a) Menggunakan satu tangan, angkat tali pusat yang telah

dijepit kemudianlakukan penggunting tali pusat (lindungi

perut bayi) di antara 2 klem tersebut.

(b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu

sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi

berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan

(45)

(c) Melepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit

bayi

Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.luruskan

bahu bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan

posisi lebih rendah dari puting payudara ibu

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering serta

pasang topi pada kepala bayi.

34) Memindahkankan tali pusat hingga berjarah 5- 10 cm dari

vulva.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi

atas symfisis untuk mendeteks.Tangan lain menegangkan tali

pusat

36) Setelah uterus berkonteraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah yambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah

dorso kranial secara hati- hati (untuk mencegah terjadinya

inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30- 40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tinggu sampai ada konteraksi

berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak

segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga

(46)

37) Melakukan penegangan dan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali puat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,

mengikuti poros jalan lahir (tetap melakukan dorso kranial).

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

(b) Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangkan

tali pusat:

(i) Memberikan dosis ulang oksitosin 10 IU IM

(ii) Melakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih

penuh

(iii) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(iv) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

(v) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit setelah bayi lahir

(vi) Jika terjadi perdarahan lakukan manual plasenta.

38) Melihat plasenta di introitus vagina lanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Pegang dan

putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai handscoon

steril untuk melakukan eksploraasi sisa selaput kemudian

gunakan jari- jari tangan atau klem untuk mengeluarkan

(47)

39) Segera setelah plsenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus dengan meletakan telapak tangan di fundus

dan lakukan masase dengan gerakan secara lambat hingga

uterus berkonteraksi (fundus teraba keras). Melakukan

tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah

15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian fetal maupun

maternal dan pastikan bahwa selaput lengkap dan utuh.

Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat

khusus.

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan

aktif, segera lakukan penjahitan.

42) Memastikan uterus berkonteraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

43) Berikan cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di

dadaibu paling sedikit 1 jam).

(a) Melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.

Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15

menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara

(b) Membiarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walau

(48)

44) Melakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuscular di

paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu –bayi. 45) Memberikan suntikanimunisasi hepatitis B (setelah satu jam

pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

(a) Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu bisa disusukan.

(b) Meletakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum

berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan

sampai bayi berhasil menyusu.

46) Melakukan pemantauan kotraksi dan pencegahan perdarahan

pervaginam:

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) 15 menit pada 1 jam pertama.

(c) 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

(d) melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan

atonia uteri jika uterus tidak berkonteraksi dengan baik.

47) Menganjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit

(49)

(a) Memeriksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam

pertama pasca persalinan.

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa

bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh

normal (36,5°C – 37,5°C).

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan

bilas peralatan yang telah didekontaminasi.

52) Membuang bahan- bahan yang terkontaminasi ketempat

sampah yang sesuai.

53) Membersihkan badan ibu menggunkan air DTT. Bersihkan

sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

54) Memastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi minuman dan makanan

yang diinginkannya.

55) Mendokumentasikan tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%

56) Mencelupkankan handscoon kotor kedalam larutan klorin

0,5% balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan

(50)

sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan handuk

atau tisu kering.

(58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan kala IV( JNPK-KR, 2008; hal : 18-23).

Pemantauan keadaan umum ibu menurut JNPK-KR

tahun 2008 h.112.selama dua jam pertama pasca persalinan :

(a) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandungkemih

dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam

dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat.

Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi

observasi dan penilaian kondisi ibu.

(b) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi

baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap

30 menit selama jam kedua kala empat.

(c) Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam

pertama pascapersalinan.

(d) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15

menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit

selama jam kedua pada kala empat.

(e) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi

uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana

(51)

11. Section Caesarea a. Definisi

Menurut Walyani (2015;h.127) Bedah caesar disebut juga

dengan c-section adalah proses persalinan dengan melalui

pembedahan dimana irirsan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk

mengeluarkan bayi.Bedah caesar dilakukan ketika proses

persalinan secara vagina tidak memungkinkan karena berisiko

kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan

dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang ber

anggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis

anastesi serta bidan.

b. Jenis persalinan section caesarea

1) Menurut Walyani (2015;h. 128) Jenis persalinan dengan

operasiJenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal

sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan

keluar bayi.

2) Sayatan mendatardibagian atas dari kandung kemih. Metode ini

meminimalkan risiko terjaidnya perdarahan dan cepat

penyembuhannya

3) Histerektomi caesar yaitu bedas ceasar diikuti dengan

pengangkatan rahim

4) Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal CS

c. Indikasi persalinan section caesarea

(52)

1) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses

persalinan normal (dystosia)

2) Detak jantung janin melambat (fetal distress)

3) Adanya kelainan persalinan

4) Komplikasi pre-eklamsi

5) Sang ibu menderita herpes

6) Putusnya tali pusar

7) Risiko luka parah pada rahm

8) Pesalinan kembar

9) Sungsang

10) Kegagalan persalinan induksi

11) Kegagalan persalinan dengan alat bantu

12) Kegagalan persalinan induksi

13) Masalah plasenta

14) Cephalo Pelvic Dispropotion

15) Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal

16) Ibu menderita hipertensi

d. Operasi terencana dan darurat

1) Operasi caesar terencana (elektif)

Menurut Walyani (2015;h. 131 - 132) Pada operasi caesar

terencana, operasi caesar telah direncanakan jauh heri

sebelum jadwal melahirkan dengan mempertmbangkan

keselamatan ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang

(53)

a) Janin dengan presentasi okong

b) Plasenta previa

c) Masalah kesehatan ibu

d) Masalah kesehatan janin

e) Operasi caesar darurat

Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan terlah

berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada masalah

pada ibu mapun janin. Beberapa keadaaan yang memaksa

terjadinya operasi caesar darurat

a) Persalinan macet

b) Prolaps tali pusat

c) Perdarahan

d) Stress janin berat

2) Menurut Walyani (2015;h. 133) Prosedur operasi caesr

a) Dibuat sayatan horizontal pada kulit diperut bagian bawah,

kadang dilakukan sayatan vertikal.

b) Dilakukan insisi pda rahim, cairan amnion diisap dan bayi

ditarik keluar dengan hati-hati.

c) Ketiak bayi keluar, tali pusat dijepit dan dipotong, lalu

plasenta dikeluarkan, dan rahim diperiksa secara

menyeluruh

d) Setelah bayi dan plsaenta lahir, dokter akan menjahit

(54)

e) Menurut Walyani (2015;h. 134) risiko dan perawatan pasca

operasi sebagai berikut

3) Risiko dan dampak

a) Ririko kematian ibu yang menjalani bedah caesar adalah tiga

kali ririsko kematian ketika menjalani persalinan normal.

b) Bayi yang lahir dengan persalinan bedah caesar seringkali

mengalami masalah bernafas untuk pertama kalinya.

c) Sring pula bayi menjadi tidak menangis atau mengantuk

karena obat penangkal nyeri yang diberikan pada ibu

d) Infeksi post partum

e) Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses

persalinan

4) Perawatan pascaoperasi

Har ke-1

Hari pertama setelah operasi ibu wajib menjalani program

rawat inap, dokter mengizinkan yang bersangkutan untuk

mengkonsumsi makanan yang sifatnya berat setelah 24 jam pasca

operasi, ataupun hingga usus mampu berfungsi dengan normal

Hari ke-2

Pada hari kedua dan seterus nya kondisi berangsur

membaik meskipun biasanya sedikit mengalami perasaan tidak

nyaman terutama pada bagian perut. Maka pasien akan

mendapatkan obat untuk penghilang rasa sakit. Ada kalanya

(55)

dinyatakan sudah stabil, maka pihak meis tentunya akan

memperbolehkan pulang

C. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (

28 hari ) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (bayi lahir)

sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus ini adalah bayi

berumur 0-7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.

(Muslihatun, 2010; h.2 ).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia kehamilan genap

37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram, nilai Apgar › 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah,2012; hal.2).

Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria

sebagai berikut:

a. Berat badan lahir antara 2500-4000 gram.

b. Panjang badan bayi 48-52cm.

c. Lingkar dada bayi 32-34cm.

d. Lingkar kepala 33-35cm.

e. Denyut jantung dalam menit pertama kurang lebih 180 kali per menit,

kemudian turun sampai 120-140 kali per menit pada saat berumur 30

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Apgar Score
Tabel 2.2 Penapisan pada metode hormonal (pil, suntik, dan implant)

Referensi

Dokumen terkait

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada

Siklus menstruasi terdiri atas tiga yaitu fase menstruasi, fase poliferasi dan fase sekretori. 1) Fase menstruasi: terjadi apabila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus neagle dengan siklus

Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling

Oligominore adalah gangguan siklus menstruasi, yang mana terjadi pemanjangan siklus menstruasi atau lebih dari 35 hari yang disebabkan karena fase ploriferasi

a) Riwayat menstruasi untuk mengetahui kapan pertama kali menstruasi untuk menegakan diagnosa apakah pasien termasuk dalam kriteria amenore primer atau sekunder, siklus haid

Pramenstruasi adalah fase luteal dalam siklus menstruasi, yang terjadi.. pada hari ke 14 setelah menstruasi sampai haid pertama kembali (Llewellyn

Premenstrual syndrome adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan perilaku yang terjadi selama akhir fase luteal dalam siklus menstruasi (Varney, 2007) Sedangkan