BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Pramenstruasi
1.1. Pengertian pramenstruasi
Pramenstruasi adalah fase luteal dalam siklus menstruasi, yang terjadi
pada hari ke 14 setelah menstruasi sampai haid pertama kembali (Llewellyn &
Jones, 2002).
1.2. Siklus menstruasi
Winkjosastro (2008) mengatakan haid ialah perdarahan secara periodik
dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang
siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid
yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus, karena
jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari
ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung
kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid
yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa
wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Lama haid biasanya antara 3 –5 hari,
ada yang 1 –2 hari diikuti darah sedikit-sedikit, dan ada yang sampai 7 –8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.
Suparman (2012) mengatakan siklus haid terbagi atas dua fase utama, fase
folikuler dan fase luteal. Fase folikuler dini, yang berawal pada hari pertama
estradiol dan progesteron. Kadar FSH yang tinggi ini diperlukan untuk
menstimulasi pertumbuhan folikel-folikel ovarium, sintesis estradiol oleh folikel
dan proliferasi endometrium. Seiring berlangsungnya proses maturasi folikel
dominan pada fase folikuler akhir, kadar estradiol meningkat tajam. Peningkatan
estradiol ini memicu lonjakan LH pada pertengahan siklus haid (umpan balik
positif estradiol terhadap sekresi LH). Lonjakan LH ini menginduksi proses
ovulasi, yang menandai berakhirnya fase proliferasi. Ovulasi ini umumnya terjadi
sekitar 14 hari sebelum periode menstruasi berikutnya.
Fase Luteal siklus haid ditandai dengan terbentuknya korpus luteum di
bawah pengaruh LH sebagai hasil proses luteinisasi sel-sel granulose folikel yang
pecah saat ovulasi terjadi. Korpus luteum ini mampu menghasilkan progesteron
(dalam jumlah besar) dan estradiol (dalam jumlah moderat). Permulaan fase luteal
ditandai dengan penurunan produksi estradiol dan ovarium, yang segera diikuti
oleh peningkatan kadar progesteron dan estradiol hasil produksi korpus luteum
pada pertengahan fase luteal. Sepanjang fase luteal kadar LH dan FSH terus turun
ke titik terendah seperti pada permulaaan fase folikiler. Jika tidak terjadi
fertilisasi, korpus luteum akan mengalami degenerasi sehingga kadar estradiol dan
progesteron yang dihasilkan pun menurun tajam. Penurunan kedua hormon inilah
Gambar 2.1. S
1.3. Gejala-ge
Banyak wanita
antara dua minggu se
tidak mengganggu a
suasana hati dan perub
tubuh yang sehat, se
2.1. Siklus Endometrium dan Perubahan Hor
-gejala pramenstruasi
nita merasakan perubahan suasana hati atau ge
u sebelum haid. Perubahan biasanya tidak terlal
u aktivitas. Sekitar 25% wanita yang mengal
perubahan fisik mengeluhkan perasaan berkura
sehingga mengganggu aktivitas pribadi (Llew
Hormon
u gejala-gejala fisik
lalu menonjol dan
galami perubahan
kurangmya kondisi
2005). Gejala memburuk seiring bertambahnya usia dan 5% perempuan
mempunyai gejala yang sangat berat (Naylor, 2005).
a. Afektif
Gejala afektif yang terjadi seperti kesedihan, kecemasan, kemarahan,
mudah tersinggung dan labilitas perasaan (Suparman, 2012). Cemas, mudah
tersinggung, serta pikiran tegang, terjadi pada 80% wanita yang mengalami
pramenstruasi berat (Yatim, 2001).
Saryono & Sejati (2009) menjelaskan gejala afektif terutama sedih dan
marah ditandai dengan ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis
(biasanya cokelat). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap makanan
yang manis dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan,
jantung berdebar dan pusing. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon
insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat
disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan atau kurangnya
magnesium. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron. Hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon
progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang diberikan untuk mengurangi
gejala yang sangat berat. Tapi penelitian mengatakan kecemasan terjadi karena
b. Kognitif
Suparman (2012) Memaparkan gejala kognitif yang terjadi adalah
penurunan daya konsentrasi, ketidakmampuan memutuskan sesuatu, sensitif
terhadap penolakan serta pikiran untuk bunuh diri.
Saryono & Sejati (2009) menguraikan bahwa gejala kognitif pada saat
menjelang menstruasi yang terjadi meliputi perasaan tertekan, pelupa, bingung,
penurunan ketertarikan bahkan pikiran untuk bunuh diri. Gejala ini disebabkan
terlalu tingginya hormon estrogen dibanding progesteron.
c. Nyeri
Nyeri yang terjadi pada pramenstruasi adalah nyeri kepala, nyeri payudara
dan nyeri panggul (Suparman, 2012).
d. Neurovegetatif
Keluhan Neurovegetatif yang dialami pada pramenstruasi adalah
insomnia, hipersomnia, anoreksia, keinginan berlebihan makan/minum sesuatu,
perasaan lelah, kelemahan badan dan agitasi (Suparman, 2012).
Yatim (2001) mengatakan bahwa sangat merindukan atau menolak
makanan tertentu terjadi pada 44 % wanita pada masa pramenstruasi. Terlihat
mudah tergiur melihat makanan tertentu, perasaan letih dan kepekaan pada
makanan karbohidrat berlebihan.
Pada masa pramenstruasi kebanyakan wanita merasakan lapar dan ingin
sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak , timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang
sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin tubuh
yang meningkat. Rasa ingin menyantap mekanan manis dapat disebabkan oleh
stres atau kurangnya magnesium (Saryono & Sejati, 2009).
e. Gangguan Otonomi
Mual, masalah pencernaan (diare dan konstipasi), palpitasi dan berkeringat
adalah gangguan otonomi yang terjadi pada wanita menjelang menstruasi
(Suparman, 2012).
Gejala atau gangguan otonomi yang terjadi pada pramenstruasi adalah
sembelit/diare, debaran jantung/hati dan kekejangan otot (Saryono & Sejati,
2009).
f. Cairan dan Elektrolit
Keluhan yang berhubungan dengan cairan dan elektolit pada
pramenstruasi seperti perut kembung, peningkatan berat badan, oliguria dan
edema (Suparman, 2012).
Peningkatan berat badan pada pramenstruasi terjadi akibat berkumpulnya
air pada jaringan diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam dan gula
pada diet penderita. Untuk mengurangi terjadinya gejala ini penderita dianjurkan
mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum
g. Dermatologi
Masalah kulit pada pramenstruasi yang banyak terjadi adalah jerawat, kulit
kering dan kulit berminyak (Suparman, 2012).
Saryono & Sejati (2009) mengatakan permasalahan kulit yang terjadi
seperti kemerahan pada kulit wajah, leher, dada dan terasa terbakar. kelainan kulit
(jerawat dan neurodermatitis) dan sariawan.
Llewellyn & Jones (2005) menjelaskan jerawat terjadi antara 60% sampai
80% wanita dan 15% adalah penderita parah. Jerawat disebabkan kelenjar
sebaceous dalam kulit yang peka terhadap hormon androgen. Androgen
dikeluarkan oleh indung telur dan kelenjar adrenal. Pada wanita, jerawat tampak
lebih nyata pada periode haid.
1.4. Penyebab gejala pramenstruasi
Penyebab gejala pramenstruasi tidak diketahui secara pasti. Faktor genetik
merupakan salah satu pemicu, tetapi gejala pramenstruasi lebih bersifat
multifaktorial. Salah satu penyebab adalah fluktuasi kadar estradiol pada fase
luteal yang menyebabkan gejala secara langsung atau dengan mengurangi aktifitas
serotonin. Satu masalah dalam menerima teori ini adalah bahwa tidak selalu
terdeteksi ada fluktuasi dalam monitoring harian (Llewellyn & Jones, 2002).
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, faktor genetik
dan lain-lain juga memegang peranan penting sebagai faktor predisposisi. Yang
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis (Winkjosastro, 2008).
Saryono & Sejati (2009) menjelaskan jika keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron stabil, maka gejala pramenstruasi tidak akan muncul. Kadar
serotonin dapat menurun dan tertekan.
Progesteron dapat menyebabkan efek hipnotis di dalam otak, yang
berakibat pada perubahan emosional dan fisik, yang kadang-kadang terlihat
selama interval segera sebelum menstruasi. Estrogen juga berefek pada
neurokimia dan sintesis protein reseptor pada sistem saraf pusat, mungkin
berkontribusi pada perubahan psikologi dan emosi yang terjadi saat pramenstruasi
pada beberapa wanita (Saryono, 2008).
2. Konsep Kehamilan
2.1. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,
tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan
dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk
menghadapi peran baru, wanita harus mengubah konsep dirinya agar siap menjadi
orang tua (Bobak et al, 2004).
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang harus dijalani manusia untuk
mempertahankan generasi penerusnya. Berbagai perubahan di dalam tubuh terjadi
dalam proses kehamilan, termasuk tahapan-tahapan pembentukan janin (Saryono,
2.2. Perubahan hormonal awal kehamilan
Saryono (2008) mengatakan jika sel telur dibuahi, maka kejadian setelah
ovulasi adalah korpus luteum dipertahankan oleh human chorionic gonadotropin
(hCG), yang dihasilkan pada awalnya oleh sel trofoblas pada embrio yang
berkembang.
Simkin et al (2007) menjelaskan Human chorionic gonadotropin (hCG),
yang di produksi oleh plasenta yang sedang berkembang, memastikan bahwa
indung telur memproduksi estrogen dan progesteron sampai plasenta matang dan
mengambil alih produksi hormon-hormon ini sekitar bulan ketiga sampai
keempat.
Estrogen merangsang pertumbuhan jaringan reproduksi dengan
meningkatkan ukuran otot-otot rahim, merangsang pertumbuhan lapisan rahim
dan pasokan darahnya, meningkatkan produksi lender vagina dan dengan
menstimulasi perkembangan sistem saluran serta pasokan darah di payudara.
Kadar estrogen yang tinggi akan mempengaruhi retensi air, penumpukan lemak di
bawah kulit dan pigmentasi kulit.
Progesteron menghambat kontraksi otot polos. Membuat rahim relaks,
mencegahnya berkontraksi secara berlebihan. Progesteron juga mempunyai efek
merelakskan pada dinding pembuluh darah, membantu mempertahankan tekanan
darah yang rendah dan pada dinding lambung serta usus memungkinkan
hormon indung telur, relaksin, yang merelaksasikan dan melembutkan jaringan
ikat, tulang rawan dan leher rahim sehingga ini dapat meregang selama kelahiran.
Ketika plasenta berkembang, maka plasenta mulai mensekresi hCG dan
progesteron dan merupakan sumber progesteron setelah korpus luteum fungsinya
berhenti. Estrogen (estriol, estron dan estradiol) dihasilkan oleh plasenta dari
androgen yang disekresi oleh adrenal ibu dan janinnya.
2.3. Gejala-gejala awal kehamilan
Kehamilan normal menimbulkan stres karena ibu menghadapi begitu
banyak perubahan dalam waktu relatif singkat seperti perubahan fisik dan
psikologis (Schott & Priest, 2009).
Murkoff et al (2006) mengatakan bahwa wanita hamil bisa mengalami
semua gejala ini atau hanya mengalami satu atau dua gejala saja. Yang perlu
diingat adalah bahwa setiap wanita dan setiap kehamilan adalah berbeda, beberapa
gejala kehamilan memang bersifat universal.
a. Pembengkakan Payudara
Murkoff et al (2006) menjelaskan bahwa Kehamilan membuat payudara
membengkak dan nyeri jika tersentuh, terjadi karena meningkatkan jumlah
estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh tubuh (mekanisme yang sama
terjadi sebelum menstruasi, ketika banyak perempuan mengalami perubahan
payudara tetapi perubahannya lebih menonjol pada kehamilan). Selain
area-memudar tetapi tidak menghilang seluruhnya setelah melahirkkan. Payudara akan
terus tumbuh dan membesar sepanjang kehamilan, tetapi payudara tidak akan
nyeri jika disentuh setelah melewati bulan ketiga atau keempat.
Payudara tegang dan sakit, terasa berat serta tidak nyaman, dengan sensasi
geli pada puting, pembengkakan payudara pada awal kehamilan terjadi karena
hormon membuat payudara siap untuk laktasi. Kelenjar susu tumbuh dan
membesar seiring dengan produksi susu (Stoppard, 2008).
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di payudara
mulai timbul sejak minggu keenam gestasi. Sensitivitas payudara bervariasi dari
rasa geli ringan sampai nyeri tajam. Peningkatan suplai darah membuat pembuluh
darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat,
sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan jaringan biru dibawah
permukaan kulit. Kongesti vena di payudara lebih jelas terlihat pada primigravida
(Kusmiyati dkk, 2009).
b. Sering Berkemih
Pada awal kehamilan wanita hamil akan sering berkemih, ini terjadi karena
peningkatan volume cairan tubuh dan meningkatnya efisiensi ginjal, yang
membantu mempercepat pembuangan produk sisa. Selain itu karena tekanan dari
rahim yang membesar ketika masih berada di dalam pinggul di sebelah kandung
Kusmiyati dkk (2009) mengatakan pada awal kehamilan kandung kencing
tertekan sehingga sering berkemih. Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan
bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.
c. Sembelit
Murkoff et al (2006) menjelaskan bahwa di awal kehamilan wanita hamil
sering mengeluhkan sembelit, salah satu penyebabnya adalah kadar yang tinggi
dari beberapa hormon yang beredar selama kehamilan menyebabkan otot-otot
usus besar melemas, sehingga pembuangan menjadi lamban. Penyebab lainnya,
rahim yang membesar menekan usus.
Konstipasi terjadi karena peningkatan kadar progesteron saat hamil yang
menyebabkan relaksasi otot polos, pada usus menyebabkan penurunan motilitas,
tonus serta peristaltik pada saluran cerna (Morgan & Hamilton, 2009).
d. Hipersalivasi
Produksi air liur yang berlebihan merupakan gejala umum yang terjadi di
awal kehamilan dan sedikit tidak menyenangkan tetapi tidak berbahaya.
Hipersalivasi berlangsung tidak lama dan hilang setelah melewati bulan-bulan
awal kehamilan. Hipersalivasi lebih banyak terjadi pada wanita hamil yang juga
mengalami mual di pagi hari (Murkoff et al, 2006)
Kusmiyati dkk (2009) menjelaskan bahwa hipersalivasi sering terjadi
sebagai kompensasi dari mual muntah. Pada beberapa wanita ditemukan adanya
e. Mual dan Muntah
Murkoff et al (2006) menjelaskan hormon kehamilan hCG yang tinggi di
dalam darah pada trimester pertama, menaiknya kadar estrogen, peregangan yang
cepat dari otot rahim, rileksasi relatif dari jaringan otot pada saluran pencernaan,
kelebihan asam lambung, dan meningkatakan indera penciuman ibu hamil
sehingga meningkatkan rasa mual.
Mual atau bahkan muntah bisa terjadi kapan saja, tapi umumnya saat lama
tidak makan untuk waktu yang lama atau setelah tidur malam. Perasaan mual
paling sering muncul di trimester pertama (Stoppard, 2008).
Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual dan beberapa sampai
muntah muntah. Keluhan ini terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan,
biasanya menghilang pada akhir waktu tersebut. Penyebabnya dapat dipastikan
karena kepekaan terhadap hormon kehamilan (Llewellyn dan Jones, 2005).
f. Mengidam dan membenci makanan
Kebanyakan wanita hamil mengalami perubahan pada rasa makanan.
Penelitian menunjukkan 90 % wanita mengalami mengidap pada satu jenis
makanan di awal kehamilan dan 50-85% wanita membenci satu jenis makanan.
Hormon bukanlah satu-satunya penyebab mengidam dan membenci makanan,
mengidam yang bertahan lebih lama bisa dipicu oleh kebutuhan emosional
Kusmiyati dkk (2009) mengatakan pada beberapa wanita ditemukan
adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu atau
wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah.
g. Sakit kepala
Sakit kepala atau pusing pada awal kehamilan terjadi karena perubahan
hormon, keletihan, ketegangan, lapar, stres fisik dan emosional (Murkoff et al,
2006).
Sakit kepala pada wanita hamil terjadi karena peningkatan volume
sirkulasi atau vasodilatasi akibat peningkatan kadar progesteron dalam sirkulasi
(Morgan & Hamilton, 2009).
h. Keletihan dan mengantuk
Murkoff et al (2006) menjelaskan keletihan dan mudah mengantuk umum
terjadi pada wanita di awal awal kehamilannya, karena tubuh wanita hamil sedang
memproduksi sistem pendukung kehidupan bayi, yaitu plasenta, yang belum akan
selesai sampai akhir trimester pertama. Selain itu tubuh sedang menyesuaikan diri
dengan banyak tuntutan fisik dan emosional dari kehamilan. Begitu tubuh sudah
menyesuaikan diri dan plasenta telah selesai (sekitar bulan keempat) wanita hamil
akan memiliki lebih banyak tenaga.
Keletihan pada awal kehamilan terjadi karena peningkatan konsumsi
oksigen, kadar progesteron dan kebutuhan janin serta perubahan psikososial
i. Masalah Kulit
Aura kehamilan yang dipancarkan oleh beberapa wanita yang cukup
beruntung bukan hanya disebabkan oleh kebahagiaannya menjadi calon ibu, tetapi
karena peningkatan pengeluaran minyak yang ditimbulkan oleh perubahan
hormon. Begitu pula jerawat yang tidak terlalu menggembirakan yang terjadi pada
wanita yang sering kali timbul jerawat sebelum menstruasi. Beberapa wanita
hamil juga mengalami kulit yang kering dan gatal (Murkof et al, 2006).
Saminem (2008) mengatakan terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan
pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi dan hidung mengalami
hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma
gravidarum).
j. Depresi
Gejala depresi yang terjadi di awal kehamilan ialah perasaan tertekan,
penurunan ketertarikan atau kehilangan minat, labilitas perasaan serta sulit
konsentrasi sangat menonjol pada trimester pertama dan pada umumnya terjadi
pada wanita hamil yang mengalami gejala yang sama sebelum menstruasi. Jika
perasaan seperti ini sering terjadi, wanita akan mengalami depresi ringan sampai
menengah selama hamil. Berdasarkan penelitian ada 10-16 % wanita hamil yang
mengalami depresi (Murkoff et al, 2006).
2.4. Penyebab gejala awal kehamilan
Beberapa perubahan (gejala) fisik yang terjadi pada awal kehamilan
trimester pertama, meningkatnya kadar estrogen dan peregangan otot rahim
(Murkoff et al, 2012).
Dampak gejala fisik yang terjadi pada awal kehamilan akan
mempengaruhi perubahan emosional wanita hamil seperti kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan (Kusmiyati dkk, 2009).
3. Hubungan Gejala Pramenstruasi dengan Gejala Awal Kehamilan
Hubungan antara gejala pramenstruasi dan gejala awal kehamilan
dikarenakan sensitivitas hormon reproduksi. Beberapa wanita cenderung berulang
kali mengalami gejala fisik dan psikologis selama fase reproduksi yang berbeda
dengan sifat gejala yang hampir konsisten (Soares & Zitek, 2008).
Setiap fase reproduksi ditandai dengan perubahan neuroendokrin dan
psikososial. Wanita yang mengeluhkan gejala fisik dan psikologis rentan
mengembangkan gejala yang sama selama awal kehamilannya. Hal ini
menunjukkan semacam fenotipe predisposisi dalam sensitivitas hormon