• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 PENGARUH INVESTASI LUAR NEGERI, INVESTASI DALAM NEGERI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO DI PROVINSI BANTEN

Disusun Oleh :

ISCHAK P. LUMBANTOBING, M.Si. NIDN : 0321086902

STIE PUTRA PERDANA INDONESIA Email: ischakpandapotan09877@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of research is, (1) to determine whether the overseas investment significantly influence the Gross Regional Domestic Product (GDP) in the province of Banten, (2) to determine whether an investment in the country a significant effect on the GDP in the province of Banten, (3) to determine whether government spending significant effect on the GDP in the province of Banten. The analysis technique used is Ordinary Least Square (OLS) Regression equation Y = α + Ln Ln X1 b1 + b2 + b3 Ln Ln X2 X3. The results showed that, (1) there is no significant influence of foreign investment to GDP in Banten Province.

Variable coefficient is equal to -0.016 and the value is negative, meaning that the increase in foreign investment negatively affect GDP of Banten Province. If foreign investment rose by 1%, then the GDP will drop by 0,016%, (2) there is no significant effect of domestic investment to GDP in Banten Province. Variable coefficient is equal to 0.018, meaning that an increase in domestic investment positively affects the GDP Banten. If investment in the country rose by 1%, then the GDP will increase by 0.018%, (3) there is a significant effect of government spending to GDP in the province of Banten. Government spending rose by 1 percent, then the GDP will increase by 1.004%. This shows that to increase the GDP of Banten Province government should increase spending.

(2)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 regional domestic product

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah, (1) untuk mengetahui apakah investasi luar negeri berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Banten, (2) untuk mengetahui apakah investasi dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten, (3) untuk mengetahui apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten. Teknik analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) Regression dengan persamaan Ln Y= α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3. Hasil penelitian adalah, (1) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten.

Koefisien variabel adalah sebesar -0,016 dan nilai tersebut adalah negatif, artinya bahwa peningkatan investasi luar negeri berpengaruh negatif terhadap PDRB Provinsi Banten. Jika investasi luar negeri naik sebesar 1%, maka PDRB akan turun sebesar 0,016%, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi dalam negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Koefisien variabel adalah sebesar 0,018, artinya bahwa peningkatan investasi dalam negeri berpengaruh positif terhadap PDRB Provinsi Banten. Jika investasi dalam negeri naik sebesar 1%, maka PDRB akan naik sebesar 0,018%, (3) terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran pemerintah terhadap PDRB di Provinsi Banten. Pengeluaran pemerintah naik sebesar 1 persen, maka PDRB akan naik sebesar 1,004%. Ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDRB Provinsi Banten pihak pemerintah harus meningkatkan pengeluaran.

Kata Kunci: investasi luar negeri, investasi dalam negeri, pengeluaran pemerintah dan produk domestik regional bruto.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

(3)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 memiliki potensi ekonomi yang dapat diberdayakan seoptimal mungkin dan didukung dengan pemberdayaan ekonomi daerah, salah satunya Provinsi Banten yang terletak di pulau jawa. Pada umumnya para ekonom sepakat kalau tingkat investasi berkorelasi positif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana, tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan kapasitas produksi, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan pendapatan masyarakat. Dan teori juga mengatakan bahwa kenaikan investasi dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi fakta yang terjadi di Provinsi Banten menunjukkan bahwa pada saat investasi mengalami pertumbuhan yang tinggi, tidak langsung dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah melalui kebijakan anggaran negara yang dilakukan dengan mengarahkan alokasi pengeluaran rutin yang ditunjukkan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Sedangkan pengeluaran pembangunan diarahkan untuk program proyek prasarana sosial dan program pemulihan perekonomian. Pertumbuhan investasi, pertumbuhan pengeluaran pemerintah maupun pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten sangat berfluktuasi. Ternyata pertumbuhan investasi dalam negeri maupun investasi luar negeri yang cukup besar belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan pengeluaran pemerintah yang cukup besar juga belum mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Mokodompis, Rumate Dan Marami (2014), meneliti tentang pengaruh tingkat investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi memperoleh hasil bahwa penanaman modal asing (PMA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Manado. Hal ini berarti jika PMA naik maka pertumbuhan ekonomi akan turun. Hasil penelitian ini yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji apakah hal itu juga berlaku di Provinsi Banten.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan informasi yang telah disampaikan penulis, menemukan bahwa investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah kadang

(4)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 mengalami kenaikan dan penurunan. Sedangkan PDRB dapat dikatakan mengalami peningkatan. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1) Apakah investasi luar negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten?

2) Apakah investasi dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten?

3) Apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1) Untuk mengetahui apakah investasi luar negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten

2) Untuk mengetahui apakah investasi dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten

3) Untuk mengetahui apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten.

4. Manfat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1) agi pemerintah Provinsi Banten, diharapkan penelitian ini berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan pengeluaran pemerintah,

2) Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan dengan memberikan bukti adanya temuan empiris bahwa analisis investasi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB di Provinsi Banten.

B. KAJIAN PUSTAKA

(5)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai

pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika balas jasa riil terhadap penggunaan faktor - faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun–tahun sebelumnya. Dengan demikian, pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo, 2009).

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu “proses”, bukan merupakan gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan “output perkapita“. Dalam pengertian ini ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu output total dan jumlah penduduk, sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, makaperkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi perspektif waktu jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk menaik (Boediono, 2009). Berdasarkan dua pengertian pertumbuhan ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi jika suatu negara atau suatu daerah mampu menyediakan barang ekonomi bagi penduduknya, akibat dari hasil penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam jangka panjang dan pada akhirnya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita.

2. Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB

(6)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar (Widodo, 2006).

PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan, yaitu: (Widodo, 2006)

a. Cara Produksi.

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor lapangan usaha pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

b. Cara Pengeluaran.

Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok, dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). c. Cara Pendapatan.

Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

3. Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan - peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Investasi seringkali mengarah pada perubahan dalam keseseluruhan

(7)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 permintaan dan mempengaruhi siklus bisnis, selain itu investasi mengarah kepada akumulasi modal yang bisa meningkatkan output potensial negara dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Samuelson, 2003).

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang berasal dari investasi dalam negeri maupun investasi asing. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan volume produksi yang selanjutnya akan meningkatkan kesempatan kerja yang produktif sehingga akanmeningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang dapat menaikan standar hidup masyarakatnya (Mankiw, 2003). Investasi merupakan komponen utama dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Secara teori peningkatan investasi akan mendorong volume perdagangan dan volume produksi yang selanjutnya akan memperluas kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan, dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970.

4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

(8)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu definisi modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut :

Undang-undang ini menjelaskan bahwa “modal dalam negeri” adalah : bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki Negara maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal asing. Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal ini dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan "Penanaman Modal Dalam Negeri" ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang- Undang ini.

5. Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurut UU no. 1 Th. 1967 dan UU no 11 Th. 1970 tentang PMA, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan- ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Sedangkan pengertian Modal Asing antara lain :

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

b. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan bahan- bahan yang dimasukan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.

(9)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

6. Belanja Daerah

Pengertian Belanja menurut PSAP No.2, Paragraf 7 (dalam Erlina dkk ,2008) adalah “ semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua. “Belanja Daerah didefenisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”. Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), oganisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktifitas. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan keuangan menjadi:

1) Belanja Operasi. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang member manfaat jangka pendek. Belanja Operasi meliputi:

a. Belanja pegawai, b. Belanja barang, c. Bunga, d. Subsidi, e. Hibah, f. Bantuan sosial.

(10)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Belanja Modal meliputi:

a. Belanja modal tanah,

b. Belanja modal peralatan dan mesin, c. Belanja modal gedung dan bangunan, d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, e. Belanja modal aset tetap lainnya,

f. Belanja aset lainnya (aset tak berwujud)

3) Belanja Lain-lain/belanja Tak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tida biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

4) Belanja Transfer. Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah provinsi ke kabupaten /kota serta dana bagi hasil dari kabupaten/kota ke desa.

Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi:

1) Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait belanja:

a. Belanja pegawai,

(11)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 c. Belanja modal.

2) Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

a. Belanja pegawai, b. Belanja bunga, c. Belanja subsidi, d. Belanja hibah,

e. Belanja bantuan sosial,

f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa. Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Daerah yang diperoleh baik dari Pendapatan Asli Daerah maupun dari dana perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai Belanja Daerah.

Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen Keuangan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa pada dasarnya, pemerintahan daerah memiliki peranan penting dalam pemberian pelayanan publik. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa permintaan terhadap pelayanan publik dapat berbeda-beda antar daerah. Sementara itu, Pemerintah Daerah juga memiliki yang paling dekat dengan publik untuk mengetahui dan mengatasi perbedaan-perbedaan dalam permintaan dan kebutuhan pelayanan publik tersebut. Satu hal yang sangat penting adalah bagaimana memutuskan untuk mendelegasikan tanggung jawab pelayanan publik atau fungsi belanja pada berbagai tingkat pemerintahan.

(12)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 7. Penelitian Terdahulu

Ria Rahayu Lestari (2007) meneliti tentang Dampak pembangunan ekonomi terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004, variabel yang digunakan yaitu kepadatan penduduk, nilai tambah industri, Ekspor, Pertumbuhan kota, PDRB. Metode yang digunakan metode deskriptif dan kuantitatif, yaitu mendeskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS. Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.

Rustiono, Deddy (2008) Meneliti Tentang Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah, variabel yang digunakan yaitu Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi

(13)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

Dalam penelitian Alfirman dan Sutriono tahun 2005 berjudul “Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto dengan menggunakan pendekatan Granger Causality dan Vector Autoregression” menyatakan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara total pengeluaran pemerintah dengan produk domestik bruto. Pengeluaran rutin tidak signifikan mempengaruhi produk domestik bruto karena lebih bersifat konsumtif dan tidak produktif serta sebagian besar bersifat kontraktif seperti belanja untuk pembayaran bunga utang. Sementara pengeluaran pembangunan memiliki hubungan kausalitas positif dan signifikan terhadap produk domestik bruto. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh positif pengeluaran sektor pertanian, infrastruktur dan transportasi serta pendidikan terhadap produk domestik bruto dan pengaruh positif perubahan produk domestik bruto terhadap pengeluaran pemerintah di sektor infrastruktur dan transportasi.

Mokodompis, Rumate Dan Marami (2014), meneliti tentang pengaruh tingkat investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi memperoleh hasil Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi di Kota Manado. Hal ini berarti semakin tinggi PMDN maka semakin tinggi pula Pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal dalam negeri merupakan suatu hal yang penting bagi suatu daerah khususnya dalam melakukan pembangunan ekonominya guna mengurangi konsumsi masyarakat terhadap produk-produk asing yang dapat mengurangi tingkat tabungan yang tercipta pada masa yang akan datang.Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi di Kota Manado. Hal ini berarti jika PMA naik maka Pertumbuhan ekonomi akan turun. Hal ini disebabkan oleh Jika dalam jangka pendek modal asing melakukan penanaman modalnya tidak di sektor produktif melainkan di sektor moneter yang bersifat spekulatif kemudian modal dan hasilnya di bawah ke luar negeri maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(14)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Kerangka pemikiran merupakan sintesis dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberika solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Investasi Dalam Negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten

2. Investasi Luar Negeri berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten

3. Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data time series dari tahun 2001-2015, di Provinsi Banten. Data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Banten dalam angka tahun 2001 sampai tahun 20015. Investasi Dalam Negeri (X2) PDRB ( Pengeluaran Pemerintah

(15)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) data jumlah investasi dalam negeri, 2) data jumlah investasi luar negeri, 3) data jumlah pengeluaran pemerintah, 4) data PDRB. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi dan tahun penelitiannya adalah tahun 2001 sampai dengan tahun 2015.

3. Teknik Analisis Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah secara deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif dilakukan pemantauan melalui perkembangan investasi dalam negeri, luar negeri dan pengeluaran pemerintah. Analisis deskriptif di sini dibantu dengan menggunakan tabel. Secara inferensial akan digunakan pendekatan hasil perhitungan model regresi linear berganda berbentuk logaritma, termasuk uji statistik. Penggunaan model regresi linear berganda disini dimaksudkan untuk menganalisis dan membuktikan apakah pengaruh antara variabel independen (investasi dalam negeri, luar negeri dan pengeluaran pemerintah) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (PDRB).

Ln Y= α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 Dimana :

Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) α = konstanta

b1 = koefisien regresi variabel investasi luar negeri b2 = koefisien regresi variabel investasi dalam negeri b3 = koefisien variabel pengeluaran pemerintah

4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional untuk mengukur variabel atau konstruk tersebut (Nasir, 1999). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

(16)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 1) Variabel Bebas (X):

a. Investasi luar negeri (X1), yaitu jumlah investasi luar negeri (PMA) yang masuk ke Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Ribu US$)

b. Investasi dalam negeri (X2), yaitu jumlah investasi dalam negeri (PMDN) yang masuk ke Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Juta Rp.)

c. Pengeluaran pemerintah (X3), yaitu jumlah realisasi total belanja daerah pemerintah Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Juta Rp.)

2) Variabel Tergantung (Y), PDRB Provinsi Banten dari tahun 2001-2015 (Juta Rp.)

5. Uji Asumsi Klasik

Pengujian persyaratan analisis digunakan sebagai persyaratan dalam penggunaan model analisis regresi linier. Suatu model regresi harus memenuhi syarat-syarat bahwa tidak terjadi autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Jika tidak ditemukan permasalahan, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis dengan analisis regresi. Dalam regresi berganda, untuk memastikan bahwa model tersebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) maka dilakukan pengujian sebagai berikut.

a. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka perasamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Ukuaran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika nilai Durbin-Watson lebih kecil dari -2, ini berarti ada autokorelasi positif. 2) Jika nilai Durbin-Watson terletak diantara -2 sampai +2, ini berarti tidak ada autokorelasi. 3) jika nilai Durbin-Watson lebih besar +2, ini berarti ada autokorelasi negatif.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ragnar Frisch (dalam Gujarati, 2001) suatu model regresi dikatakan terkena multikolinearitas apabila terjadi hubungan linear yang perfect atau

(17)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 exact diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Terjadinya multikolinearitas yang rawan pada model regresi bisa didektesi

keberadaannya bila R2 dari auxilary regression melebihi R2 regresi keseluruhan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas model yang diteliti. Selain itu jika nilai varian inflation factor (VIF) lebih besar dari 10 maka variabel bebas tersebut memiliki persoalan multikolinieritas. Selain

menggunakan R2 dan VIF juga dapat menggunakan TOL (Tolerance) untuk mendeteksi apakah suatu model terkena multikolinearitas atau tidak, jika nilai TOL nya lebih besar dari 0,10, maka variabel bebas tersebut tidak memiliki persoalan multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan varian antar seri data. Heteroskedastisitas muncul apabila nilai varian dari variabel tak bebas (Yi) meningkat sebagai meningkatnya varian dari variabel bebas (Xi), maka varian dari Yi adalah tidak sama Untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas digunakan Uji Glesjer. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Deskriptif

Tabel 1 adalah menjelaskan perkembangan investasi luar negeri, investasi dalam negeri, pengeluaran pemerintah, produk domestik regional bruto dan perubahannya selama periode tahun 2001 sampai tahun 2015.

Tabel 1

Investasi luar negeri, investasi dalam negeri, pengeluaran pemerintah, produk domestik regional bruto dan perubahan di Provinsi Banten.

(18)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19

Tahun Investasi luar negeri (Ribu US $) Peruba han (%) Investasi dalam negeri (Rp. Juta) Peruba han (%) Pengeluaran Pemerintah (Rp. Juta) Peruba han (%) PDRB (Rp. Juta) Peruba han (%) 2001 868095,7 9 - 1847880,6 2 - 349192,00 - 17350345,0 4 - 2002 52241,64 -93,98 118138,50 -93,61 955002,00 173,4 9 49449321,3 4 185,00 2003 127720,5 2 144,48 1229845,0 0 941,0 2 1121715,0 0 17,46 51957475,7 3 5,07 2004 262796,9 0 105,76 1124070,1 8 -8,60 1091721,0 0 -2,67 54880406,5 0 5,63 2005 1805681, 69 587,10 705775,00 -37,21 1488344,0 0 36,33 58106948,2 2 5,88 2006 231411,2 0 -87,18 5233010,7 0 641,4 6 1812124,0 0 21,75 61341658,6 4 5,57 2007 268626,6 7 16,08 1753724,4 4 -66,49 1867399,0 0 3,05 65046775,7 7 6,04 2008 197920,6 1 -26,32 3281828,0 0 87,13 2253982,7 1 20,70 68802910,2 9 5,77 2009 310895,8 2 57,08 412271,27 -87,44 2420828,8 0 7,40 72031120,6 2 4,69 2010 226316,1 9 -27,21 2830007,4 5 586,4 4 2834570,5 3 17,09 88525900,0 0 22,90 2011 9440771, 00 4071,5 0 2577246,7 2 -8,93 3901218,1 1 37,63 94198170,0 0 6,41 2012 249869,0 0 -97,35 2490285,0 0 -3,37 5317735,4 9 36,31 310385590, 00 229,50 2013 3720210, 00 1388,8 6 4008862,0 0 60,98 5295139,1 5 -0,42 331099110, 00 6,67 2014 2034627, -45,31 8081298,0 101,5 6192155,5 16,94 349205700, 5,47

(19)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19

00 0 9 7 00 2015 2541969, 00 24,94 10709896, 40 32,53 8084140,1 6 30,55 367959220, 00 5,37

Sumber: BPS, Provinsi Banten Dalam Angka, 2001 sampai 2015 (data diolah)

2. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan perekonomian disuatu daerah. Dimana pertumbuhan ekonomi itu merupakan gambaran tingkat perkembangan ekonomi yang terjadi. Jika terjadi pertumbuhan yang positif, hal ini menunjukan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu. Sebaliknya Jika terjadi pertumbuhan yang negatif, hal ini menunjukan adanya penurunan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu. Perhitungan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dari tahun ke tahun itu dilakukan dengan perhitungan angka Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) atas dasar konstan.

Pertumbuhan Produk Domestic Regional Bruto di Provinsi Banten mengalami fluktuasi perubahan yang kadang-kadang naik signifikan begitu juga turun sangat signifikan. Tahun 2009 dan 2011 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2010 dan 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Perkembangan Investasi Dalam Negeri

Perkembangan perekonomian daerah Provinsi Banten, tidak lepas dari peranan investasi yang ditanamkan di Provinsi Banten. Dimana dalam upaya pembangunan daerah propinsi Provinsi Banten diperlukan investasi yang terus meningkat dan harus dicukupi dengan memperhatikan kemampuan daerah sendiri dan kemampuan nasional. Untuk itu diperlukan pengerahan dana, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan dana dari luar.

Adapun perkembangan investasi dalam negeri di Provinsi Banten mengalami fluktuasi yang perubahan kadang-kadang naik signifikan begitu juga turun sangat signifikan. Tahun 2005, 2007, dan 2009 mengalami penurunan jika dibandingkan

(20)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 dengan periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2003, 2006, 2010 dan 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

4. Perkembangan Investai Luar Negeri

Adapun perkembangan investasi luar negeri di Provinsi Banten juga mengalami fluktuasi yang perubahan kadang-kadang naik signifikan begitu juga turun sangat signifikan. Tahun 2006, 2008, 2010 dan 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2005, 2011 dan 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

5. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Adapun perkembangan pengeluaran pemerintah di Provinsi Banten setiap tahun dapat dikatakan mengalami peningkatan. Tahun 2010 mengalami peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2009 yaitu mengalami kenaikan sebesar 37,63%.

6. Hasil Penelitian

Hasil analisis Ordinary Least Square (OLS) Regression diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for windows.

a. Korelasi dan Regresi

Hasil yang diperoleh dari tabel 2 adalah bahwa hubungan antara invetasi dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah dengan PDRB adalah sebesar 0,947, hal dapat dikatakan bahwa hubungannya adalah sangat kuat. Sedangkan untuk nilai R square adalah sebesar 0,896. Ini menjelaskan bahwa sumbangan atau kontribusi investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB adalah sebesar 89,6% sedangkan lainnya (100% - 89,6%) atau 10,4% disebabkan faktor yang lain.

(21)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Tabel 2 Nilai korelasi Model Summary Model 1 R ,947a R Square ,896 Adjusted R Square ,868 Std. Error of the Estimate ,32545 a. Predictors: (Constant),Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Dalam_Negeri, Ln_Investasi_Luar_Negeri b. Uji Autokorelasi Tabel 3 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,947a ,896 ,868 ,32545 ,803

a. Predictors: (Constant), Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Dalam_Negeri, Ln_Investasi_Luar_Negeri b. Dependent Variable: Ln_PDRB

Dari tabel 3 diperoleh nilai durbin watson adalah sebesar 0,803. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis dalam model regresi tersebut tidak ada autokorelasi negatif ataupun positif, karena nilai Durbin-Watson yang diperoleh sebesar 0,803, terletak antara – 2 sampai + 2.

c. Uji Mulitikolinieritas

(22)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 Ln_Investasi_Dalam_Negeri ,584 1,712

Ln_Investasi_Luar_Negeri ,692 1,445 Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,617 1,620

a. Dependent Variable: Ln_PDRB

Dari tabel 4 diperoleh hasil bahwa seluruh variabel penjelas memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki masalah multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Tabel 5 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -,568 ,618 -,919 ,378 Ln_Investasi_Dalam_Negeri -,017 ,029 -,153 -,427 ,678 Ln_Investasi_Luar_Negeri ,014 ,040 ,160 ,483 ,638 Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,060 ,053 ,396 1,132 ,282

(23)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -,568 ,618 -,919 ,378 Ln_Investasi_Dalam_Negeri -,017 ,029 -,153 -,427 ,678 Ln_Investasi_Luar_Negeri ,014 ,040 ,160 ,483 ,638 Ln_Pengeluaran_Pemerintah ,060 ,053 ,396 1,132 ,282

a. Dependent Variable: abresid

Dari tabel 5 diperoleh nilai t statistik dari seluruh variabel bebas nilai signifkannya adalah > 0,05. Ini menjelaskan bahwa bahwa model ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

e. Persamaan Regresi Berganda

Tabel 6

Persamaan Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3,629 1,531 2,371 0,037 Ln_Investasi_Luar_Negeri -0,016 0,072 -0,026 -0,226 0,825 Ln_Investasi_Dalam_Negeri 0,018 0,098 0,023 0,181 0,86 Ln_Pengeluaran_Pemerintah 1,004 0,131 0,945 7,645 0 a. Dependent Variable: Ln_PDRB

Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, digunakan pendekatan OLS (Ordinal Least Square) atau kuadrat terkecil yang dibentuk oleh tiga variabel bebas (X1 , X2 , X3) dan satu variabel terikat (Y). Untuk menguji hipotesis pada

(24)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear berganda yang telah penulis lakukan dapat dilihat pada Tabel 6.

Hasil analisis regresi linear berganda sebagaimana yang terlihat pada Tabel 6 terlihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel penelitian yakni koefisien regresi dari variabel investasi luar negeri (X1) adalah - 0,016, koefisien regresi dari variabel investasi dalam negeri (X2) adalah 0,018 dan koefisien regresi dari variabel pengeluaran pemerintah adalah 1,004 dengan nilai konstanta sebesar 3,629. Kemudian, nilai koefisien regresi masing-masing variabel di atas dapat dituliskan ke dalam persamaan regresi linear sebagai berikut :

Ln Y = 3,629 – 0, 016 lnX1 + 0,018 lnX2 + 1,004 lnX3

Nilai koefisien dari masing- masing variabel dapat diartikan sebagai berikut :

1) Nilai konstanta (a) sebesar 3,629 berarti tanpa adanya pengaruh variabel bebas maka nilai variabel terikat adalah sebesar 3,629. Ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh dari investasi luar negeri, investasi dalam negeri danpengeluaran pemerintrah maka nilai PDRB adalah positif.

2) Nilai koefisien regresi dari variabel investasi luar negeri (X1) adalah sebesar -0,016. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan investasi luar negeri setiap 1 (satu) persen akan menyebabkan penurunan PDRB sebesar 0,016 persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris paribus). 3) Nilai koefisien regresi dari variabel investasi dalam negeri (X2) adalah

sebesar 0,018. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan investasi dalam negeri setiap 1 (satu) persen, akan dapat meningkatkan PDRB sebesar 0,018 persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris paribus).

4) Nilai koefisien regresi dari variabel pengeluaran pemerintah (X3) adalah sebesar 1,004. Hal ini berarti dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah setiap 1 (satu) persen, akan dapat meningkatkan PDRB sebesar 1,004 persen. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (cateris paribus).

(25)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19

Tabel 7 Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 10,058 3 3,353 31,651 ,000a Residual 1,165 11 ,106 Total 11,223 14

a. Predictors: (Constant), Ln_Pengeluaran_Pemerintah, Ln_Investasi_Luar_Negeri, Ln_Investasi_Dalam_Negeri

b. Dependent Variable: Ln_PDRB

Tabel 7 adalah Untuk menguji hipotesis secara bersama-sama, maka digunakan uji F, dimana Uji F ini dipakai untuk membuktikan (menguji) hipotesis dengan tingkat keberartian tertentu seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat:

Dari Tabel 7 diketahui bahwa nilai F hitung adalah sebesar 31,651 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Jika nilai signifikansi dibandingkan dengan tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α= 0,05) maka terbukti bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikan yang digunakan (0,000 < 0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar negeri, investasi dalam negeri dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama terhadap PDRB provinsi Banten. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%.

(26)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Tabel 8 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3,629 1,531 2,371 ,037 Ln_Investasi_Luar_Nege ri -,016 ,072 -,026 -,226 ,825 Ln_Investasi_Dalam_Ne geri ,018 ,098 ,023 ,181 ,860 Ln_Pengeluaran_Pemeri ntah 1,004 ,131 ,945 7,645 ,000 a. Dependent Variable: Ln_PDRB

1) Hasil analisis regresi linear berganda pada tabel 8 digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Untuk menguji, hipotesis 1, 2 dan hipotesis 3 digunakan uji t, yaitu untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Hasil pengujian hipotesis akan diuraikan sebagai berikut :

Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah “Investasi luar negeri (X1), tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Provinsi Banten. Jika nilai probability dibandingkan dengan tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), maka terbukti bahwa nilai probability lebih besar dari tingkat signifikan yang digunakan (0,825 > 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar negeri terhadap PDRB di provinsi Banten. Dengan demikian hipotesis yang diajukan tidak dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%.

(27)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 PDRB. Jika nilai probability dibandingkan dengan tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), maka terbukti bahwa nilai probability lebih besar dari tingkat signifikan yang digunakan (0,860 < 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi dalam negeri terhadap PDRB. Hasil dari penelitian ini juga mendukung temuan dari hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Eddy Wibowo Candra (2012) dalam jurnalnya dengan judul Analisis Peranan Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2001-2010, yang menyatakan bahwa variabel PMDN berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi.

3) Pengujian Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah “Pengeluaran pemerintah (X3) berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Jika nilai probability dibandingkan dengan tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α = 0,05), maka terbukti bahwa nilai probability lebih kecil dari tingkat signifikan yang digunakan (0,000 < 0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran pemerintah terhadap PDRB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%.

E. SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, dapat dijelaskan beberapa kesimpulan:

a. Pengaruh investasi luar negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi luar negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Koefisien dari variabel investasi luar negeri adalah sebesar -0,016 dan nilai tersebut adalah negatif, maka peningkatan

(28)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 investasi luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten tidak secara signifikan. Jika realisasi investasi luar negeri naik sebesar 1 (satu) persen, maka PDRB Provinsi Banten akan turun sebesar 0,016 persen. Hal ini menjadi tantangan bagi pihak birokrat Provinsi Banten, untuk mengoptimalkan peningkatan Penanaman Modal luar negeri (PMA).

b. Pengaruh investasi dalam negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari investasi dalam negeri terhadap PDRB di Provinsi Banten. Dimana dengan terjadinya peningkatan investasi dalam negeri akan meningkatkan PDRB di Provinsi Banten. Jika realisasi investasi dalam negeri naik 1 (satu) persen, maka PDRB Provinsi Banten akan naik sebesar 0,018 persen.

c. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran pemerintah terhadap PDRB di Provinsi Banten. Jika pengeluaran pemerintah naik sebesar 1 (satu) persen, maka PDRB akan naik sebesar 1,004 persen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan PDRB Provinsi Banten pihak pemerintah harus meningkatkan pengeluaran yang lebih tinggi lagi.

2. Implikasi

Adapun Implikasi yang dapat disampaikan penulis adalah:

a. Perlu peningkatan pengeluaran pemerintah dalam komposisi belanja APBD di Provinsi Banten melalui penggalian potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam upaya meningkatkan kemampuan kemandirian keuangan daerah dan mengurangi ketergantungan keuangan dari dana transfer baik dari pemerintah pusat.

b. Perlu dilakukan upaya peningkatan realisasi investasi daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah diantaranya melalui peningkatan ketersediaan

(29)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 infrastruktur daerah dalam menarik minat investasi di daerah.

3. Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah secara time series. Untuk penelitian yang lainnya dapat dilakukan dengan cara menggabungkan antara data time series dengan cross sectional, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat (tingkat kesalahannya lebih kecil).

4. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para pengambil kebijakan: (1). Perlu adanya kebijakan yang membantu dan memberikan kemudahan kepada para investor asing maupun domestik untuk meningkatkan modalnya masuk ke Provinsi Banten. (2). Semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah, maka akan meningkat pula PDRB masyarakat Banten, ini artinya pengeluaran pemerintah harus ditingkatkan secara signifikan diiringi dengan keberhasilan pembangunan di berbagai sektor atau bidang. (3). Keberhasilan pembangunan dengan peningkatan PDRB dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan mencerminkan meningkatnya kesejahteraan rakyat diikuti dengan menurunnya pengangguran dan tersedianya lapangan pekerjaan. (4). Perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB selain investasi dalam negeri, investasi luar negeri dan pengeluaran pemerintah di Provinsi Banten.

DAFTAR PUSTAKA

Alfirman, Luky dan Edy Sutriono. 2005. Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto dengan Menggunakan Pendekatan Granger Causality dan Vector Autoregression. Jurnal Keuangan Publik.

Badan Pusat Statistik Propinsi Banten Dalam Angka. 2001 sampai 2015. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.

(30)

Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan

Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia April 19 Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Deddy Rustiono, S. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah. Universitas Diponegoro.

Eddy Wibowo Candra. 2012. Analisis Peranan Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2001-2010. Universitas Brawijaya. Malang.

Gujarati, Damodar N. 2006. Basic Econometric. 3rd ed, McGraw Hill International Edition. New York.

Lestari, Rahayu, Ria, 2007. Dampak Pembangunan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Kota Jakarta Tahun 1989-2004, Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia Fakultas Ekonomi Ilmu Ekonomi Yogyakarta.

Mankiw, Gregory. N. 2003. Macroeconomics. 5rd ed, by Worth Publishers New York and Basingstokes. Terjemahan. Penerbit Erlangga Surabaya.

Mokodompis, Rumate Dan Marami. 2014. Pengaruh Tingkat Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kota Manado Tahun 2003-2012) Jurnal Berkala Efisiensi. IEP - FEB Unsrat Manado

Nachrowi D Nachrowi. 2006, Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Prasetyo, Rindang Bangun & Muhammad Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. Vol. 2(2), 222-236.

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. 2002. Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

(31)

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran
Tabel 4  Uji Multikolinieritas
Tabel 7  Hasil Uji F  ANOVA b Model  Sum  of  Squares  Df  Mean  Square  F  Sig.  1  Regression  10,058  3  3,353  31,651  ,000 a Residual  1,165  11  ,106  Total  11,223  14

Referensi

Dokumen terkait

Login Admin HOME USER Admin Guru Siswa Tambah Ubah Hapus Tambah Ubah Hapus Tambah Ubah Hapus AKADEMIK Tahun Ajaran Kelas Tambah Ubah Hapus Tambah Ubah Hapus

Kepala desa yang bertindak selaku Pemimpin tertinggi ditingkat desa sangat diharapkan untuk mampu melakukan kegiatan pemberdayaan kepada masyarakat dalam

Biaya di pesemaian sebesar ini dapat menghapus salah satu advantage penggunaan TSS karena ekivalen dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli 1.200 kg benih umbi pada

Menimbang, bahwa dengan mengambil pertimbangan unsur ke.2 dan berdasarkan keterangan Para Saksi dan dihubungkan keterangan Terdakwa bahwa saat perbuatan yang sebagaimana

Berdasarkan analisis serta pembahasan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap

1. Perbandingan imbuhan akhiran yang berdasarkan akhiran -nya sangat produktif dalam pembentukan dan tidak mengalami perubahan bentuk dalam penggabungannya

Perubahan tersebut bisa karena mengalami kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan (periperal atau system operasi baru) baru, atau

sekolah” yang menjadi titik awal lahir dan berkembangnya kapitalisme dalam pendidikan (sekolah), selanjutnya membahas potret kapitalisme dalam pendidikan dengan segala