• Tidak ada hasil yang ditemukan

Turban, Aronson, and Liang Decision Support Systems and Intelligent Systems, Seventh Edition. Pertemuan : Modeling & Analysis (ch 4) DSS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Turban, Aronson, and Liang Decision Support Systems and Intelligent Systems, Seventh Edition. Pertemuan : Modeling & Analysis (ch 4) DSS"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

Seventh Edition

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

DSS

1. Introduction – MSS Overview

2. Decision Making- System Modeling and Support (ch 2)

3. Decision Support System (ch 3)

4, 5 & 6 . Modeling & Analysis (ch 4) 7. Business Intellegence : Data

warehouse, Data Acquisition, Data Mining (ch 5) 8. MID TEST

9. DSS Development (ch 6) 10. Group Decision

Support System & Executive Information System (ch 7 & 8) 11. Knowledge Management (ch 9) 12-14 PRESENTATION 15.FINAL TEST

(2)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

MSS Modeling

Elemen utama dalam DSS

Berbagai jenis model

Setiap model memiliki teknik yang berbeda

Memungkinkan adanya pengkajian ulang

untuk alternatif solusi

Seringkali sebuah DSS melibatkan Multiple

models

Trend menuju transparansi

Multidimensional modeling ditunjukkan seperti

halnya spreadsheet

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simulasi

Menelusuri masalah

Mengidentifikasi alternatif solusi

Dapat berorientasi obyek

Meningkatkan proses pengambilan

keputusan

Memberikan gambaran dampak dari

(3)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

DSS Models

Algorithm-based models

Statistic-based models

Linear programming models

Graphical models

Quantitative models

Qualitative models

Simulation models

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Identifikasi Masalah

Memahami dan menganalisa lingkungan

luar

Business intelligence

Mengidentifikasi variable dan hubungan

Influence diagrams

Cognitive maps

Forecasting

Ditingkatkan dengan e-commerce

Meningkatkan jumlah informasi yang

(4)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Kategori Model

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Static Models

Gambaran sederhana dari situasi

Single interval

Time can be rolled forward, a photo at a

time

Biasanya berulang

Steady state

Optimal operating parameters

Continuous

Unvarying

Primary tool for process design

(5)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Dynamic Model

Merepresentasikan situasi yang kerap

berubah

Time dependent

Kondisi yang beragam

Generate dan menggunakan trends

Suatu kejadian mungkin saja tak

berulang

Contoh : solusi terkait pasar Modal, uang, investasi

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Decision-Making

Certainty (Kepastian)

Diasumsikan sebagai knowledge utuh

Dapat mengetahui semua hasil yang

potensial

Mudah digunakan

Dapat menentukan solusi ulang dengan

mudah

Sangat kompleks

(6)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Decision-Making

Uncertainty (Ketidak pastian)

Beberapa hasil untuk setiap keputusan

Kemungkinan yang terjadi untuk setiap hasil

tidak dapat diketahui

Informasi yang tidak mencukupi

Membutuhkan resiko dan keinginan untuk

mengambil resiko

Pendekatan Pessimistic/optimistic

Contoh : solusi terkait pasar Modal, uang, investasi

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Decision-Making

Probabilistic Decision-Making

Keputusan yang beresiko

Probabilitas dari beberapa hasil yang

memungkinkan bisa saja terjadi

Analisa Resiko

Menghitung nilai untuk setiap alternatif

Memilih nilai terbaik

(7)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Influence Diagrams

Model disajikan dengan grafis

Menyediakan relationship framework

Menguji ketergantungan antar variabel

Semua level disajikan detail

Menunjukkan dampak perubahan

Menunjukkan what-if analysis

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Influence Diagrams

Decisi

on

Intermediate atau uncontrollable

Variables:

Result atau outcome (intermediate atau final)

Certain

ty

Uncertai

nty

Tanda panah mengindikasikan jenis hubungan dan

arah dari pengaruh

Amount in CDs Interest earned Price Sales

(8)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Influence Diagrams

Random

(risk)

Place tilde above variable’s name

~ Demand

Sales

Preference

(double line arrow)

Graduate University Sleep all day Ski all day Get job

Anak panah bisa satu atau dua arah,

tergantung pada arah dari pengaruh

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

(9)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Modeling dengan Spreadsheets

Fleksibel dan mudah

End-user modeling tool

Memungkinkan penggunaan linear

programming dan analisa regresi

Meliputi what-if analysis, data

management, macros

Sempurna dan transparan

Memasukkan Model Statis dan Dinamis

(10)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Decision Tables

Analisa keputusan untuk multi kriteria

Meliputi:

Decision variables (alternatif)

Uncontrollable variables (Variabel tak

terkontrol)

Result variables (Variabel Hasil)

Menerapkan prinsip-prinsip certainty,

uncertainty, and risk

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Decision Tree

Penggambaran dari beberapa hubungan

Pendekatan multi kriteria

Menunjukkan hubungan yang kompleks

Tidak praktis, bila terlalu banyak

(11)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

MSS Mathematical Models

Menyatukan decision variables,

uncontrollable variables, parameters, dan

result variables

Decision variables

menggambarkan alternatif

pilihan.

Uncontrollable variables

adalah sesuatu yang

berada diluar kemampuan

decision-maker

.

Faktor tetap adalah parameter.

Intermediate outcomes

adalah

intermediate

result variables.

Result variables

tergantung pada solusi terpilih

dan

uncontrollable variables

.

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

MSS Mathematical Models

Nonquantitative models

Hubungan Simbolis

Hubungan Kualitatif

Hasil akan tergantung pada

Keputusan yang dipilih

Faktor-faktor diluar kemampuan decision

maker

(12)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Gambaran Umum Quantitative Model

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Variabel Hasil (Result Variables)

Variabel ini merefleksikan efektivitas dari sistem. Variabel hasil tergantung

pada variabel keputusan dan variabel tak terkontrol.

Variabel Keputusan (Decision Variables)

Menggambarkan alternatif tindakan/aksi. Harga dari variabel ini ditentukan

oleh pengambil keputusan.

Variabel tak terkontrol (Uncontrollable Variables or Parameters)

Faktor yang mempengaruhi variabel hasil tapi tidak dalam kendali pengambil

keputusan. Faktor ini bisa tetap -> parameter, juga bisa bervariasi -> variabel.

Variabel Antara (Intermediate Variables)

Variabel yang menghubungkan variabel keputusan dengan variabel hasil.

Sebagai contoh:

Gaji atau penghasilan (variabel keputusan), kepuasan karyawan (variabel

antara) dan tingkat produktivitas (Variabel hasil)

(13)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

QUIZ

AREA

Decision

Variable

Result

Variable

Uncontrollable

Variable

IT

Purchasing

Penjualan

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Mathematical Programming

Tools untuk menyelesaikan masalah

manajerial

Decision-maker harus mengalokasikan

sumber daya

Optimisasi tujuan tertentu

Linear programming

Terdiri dari decision variables, objective function

and coefficients, uncontrollable variables

(constraints), capacities, input and output

coefficients

(14)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Multiple Goals

Seringkali manajemen menginginkan

tujuan yang dapat saling menimbulkan

konflik

Sulit menentukan ukuran efektifitas

Metode Penanganan:

Utility theory

Goal programming

Linear programming with goals as constraints

Point system

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Sensitivity, What-if, and Goal Seeking

Analysis

Sensitivity

Mengkaji dampak dari perubahan input atau parameter terhadap

solusi

Dapat disesuaikan dan fleksibel

Mengurangi variabel

Otomatis atau trial and error

What-if

Mengkaji solusi berdasarkan pada perubahan variabel atau

asumsi

Struktur : “What will happen to the solution if an input variable, an

assumption, or a parameter value is changed?”

Goal seeking

Pendekatan mundur (Backwards approach), dimulai dengan

tujuan

Menentukan nilai input yang diperlukan untuk mencapai tujuan

(15)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Search Approaches

Teknik Analisis (algoritma) untuk masalah

terstruktur

General, step-by-step search

Mencapai solusi yang optimal

Blind search

Complete enumeration

Semua alternatif dipertimbangkan dan sehingga

solusi optimal dapat ditemukan.

Incomplete/Partial search

Dikerjakan sampai menemukan solusi yang “good

enough”.

Mencapai tujuan tertentu

Mungkin mencapai tujuan yang optimal

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Search Approaches

Heurisitic

Repeated, step-by-step searches

Rule-based, hanya digunakan untuk situasi

tertentu

Solusi yang “Good enough” , tetapi, akhirnya

mencapai tujuan yang optimal

Contoh heuristics

Tabu search

Mengingat dan mengarahkan pada pilihan yang lebih

berkualitas

Genetic algorithms

(16)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simulations

Bentuk imitasi dari kenyataan

Memungkinkan eksperimentasi dan waktu yang lebih singkat

Deskriptif, bukan normatif

Mencakup kompleksitas, tetapi membutuhkan keterampilan

khusus

Menangani masalah tidak terstruktur

TIdak menjamin tercapainya solusi optimal

Metodologi

Mendefinisikan masalah

Membuat model

Testing dan validasi

Merancang eksperimen

Eksperimentasi

Evaluasi

Implementasi

(17)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simulations

Probabilistic independent variables

Discrete or continuous distributions

Time-dependent atau time-independent

Visual interactive modeling

Grafis

Decision-makers berinteraksi dengan

simulated model

Dapat digunakan dengan artificial

intelligence

Dapat berorientasi obyek

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

(18)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Model-Based Management System

Software yang memungkinkan pengaturan

model dengan

transparent data

processing

Kemampuan

DSS user memiliki kontrol

Fleksibel dalam merancang

Memberikan feedback

GUI based

Pengurangan redundancy

Meningkatkan konsistensi

Komunikasi antar model kombinasi

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Model-Based Management System

Relational model base management

system

Virtual file

Virtual relationship

Object-oriented model base management

system

Logical independence

Database and MIS design model systems

Data diagram, ERD diagrams managed by

(19)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Metode-metode DSS

37

Decision Table (Table Keputusan)

Decision Tree (Pohon Keputusan)

ANP (Analytical Network Process)

AHP (Analytical Hirarcy Process)

CPI (Composite Performance Index)

Electre

GAP

Promethee (

Preference Ranking Organization METHod for

Enrichment Evaluation)

SAW

TOPSIS (T echnique for Order of Preference by Similarity

to Ideal Solution)

WP (Weighted Product)

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Tabel Keputusan

Tabel keputusan merupakan metode

pengambilan keputusan yang cukup

sederhana.

Metode ini menggunakan bantuan tabel yang

berisi hubungan antara beberapa atribut yang

mempengaruhi atribut tertentu.

Umumnya, tabel keputusan ini digunakan

untuk penyelesaian masalah yang tidak

melibatkan banyak alternatif.

(20)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Tabel Keputusan

Pada tabel keputusan, nilai kebenaran suatu

kondisi diberikan berdasarkan nilai logika dari

setiap atribut E

k

.

Hanya ada dua nilai kebenaran, yaitu E

k

=

benar atau E

k

= salah.

Secara umum, tabel keputusan berbentuk:

D = E {E

1

, E

2

, ..., E

K

}

dengan D adalah nilai kebenaran suatu

kondisi, dan E

i

adalah nilai kebenaran atribut

ke-i (i = 1, 2, ... K).

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Tabel Keputusan

Contoh-1:

Jurusan Teknik Informatika akan melakukan

rekruitmen asisten untuk beberapa laboratorium

di lingkungannya.

Persyaratan untuk menjadi asisten di suatu

laboratorium ditentukan oleh nilai beberapa

matakuliah.

Setiap laboratorium dimungkinkan memiliki syarat

(21)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Tabel Keputusan

Variabel

Logika

Ekspresi Logika

E

1

Memiliki IPK > 3,00

E

2

Minimal tengah duduk di semester 3

E

3

Nilai matakuliah algoritma pemrograman = A

E

4

Nilai matakuliah kecerdasan buatan = A

E

5

Nilai matakuliah basisdata = A

E

6

Nilai matakuliah grafika komputer = A

E

7

Nilai matakuliah jaringan komputer = A

E

8

Nilai matakuliah informatika kedokteran minimal B

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Tabel Keputusan

No

Atribut*

Laboratorium

E

1

E

2

E

3

E

4

E

5

E

6

E

7

E

8

1

Y

Y

Y

Pemrograman &

Informatika Teori

2

Y

Y

Komputasi & Sist. Cerdas

3

Y

Y

Y

Sistem Informasi & RPL

4

Y

Y

Grafika & Multimedia

5

Y

Y

Y

Sistem & Jaringan Komp.

6

Y

Y

Y

Informatika Kedokteran

7

Y

Y

Y

Informatika Kedokteran

8

Y

Y

Y

Informatika Kedokteran

9

Y

Y

Y

Informatika Kedokteran

A. Budi, Smster 5, E3=B, E4=A ? B. Dian, Smster 3, E3=C, E5=A? C. Faida, smtsr 2, E3=A, E4=A ? D. Fadhel , smtsr 6, E3=C, E8=A ?

(22)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Tabel Keputusan

Kombinasi untuk semua E

i

(i=1,2,...,8) pada aturan

tersebut merupakan pengetahuan untuk menentukan

pemilihan asisten laboratorium.

Sebagai contoh untuk laboratorium Pemrograman &

Informatika Teori dapat digunakan aturan pertama, yaitu:

Untuk laboratorium Informatika Kedokteran dapat

digunakan aturan ke-6, ke-7, ke-8, dan ke-9, yaitu:

dengan adalah operator AND; dan + adalah operator OR.

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Tabel Keputusan

Contoh-2:

Suatu institusi pendidikan tinggi akan memberikan penilaian

terhadap produktivitas staf pengajarnya dalam waktu 1 tahun.

Ada 5 kriteria yang akan diberikan, yaitu: tidak produktif, kurang

produktif, cukup produktif, produktif, dan sangat produktif.

Atribut yang digunakan untuk memberikan penilaian adalah

sebagai berikut.

C1 = jumlah karya ilmiah yang dihasilkan

C2 = jumlah diktat (bahan ajar) yang dihasilkan

(23)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Tabel Keputusan

Kategori

Atribut

C1

C2

C3

Sangat Produktif

> 6

> 2

1

Produktif

5 atau 6

2

Tidak

dipertimbangkan

Cukup Produktif

3 atau 4

1

Tidak

dipertimbangkan

Kurang Produktif

1 atau 2

Tidak

dipertimbangkan

Tidak

dipertimbangkan

Tidak Produktif

0

0

0

Budi, C1=4, C2=3, C3=1

Fadhel, C1=2, C2=1,C3=0

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Tabel Keputusan

Nilai ”Tidak dipertimbangkan” berarti berapapun

nilainya diperbolehkan.

Sedangkan nilai 0 berarti, tidak menghasilkan.

Misalkan seorang staf bernama Edi, telah

menghasilkan karya ilmiah sebanyak 3 karya,

diktat sebanyak 2 karya, dan tidak menghasilkan

buku referensi, maka Edi termasuk dalam

kategori ”Cukup Produktif”.

Jawab :

 D = (C1 > 6 * C2>2 * C3>=1) + (C1 = 5 or 6 * C2>=2 * C3>=0 ) +  (C1 = 3 or 4 * C2 >=1 * C3 >= 0) + dst……

(24)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pohon Keputusan

Pohon keputusan adalah salah satu metode

penyelesaian masalah keputusan dengan cara

merepresentasikan pengetahuan dalam bentuk

pohon.

Suatu pohon memiliki

conditional node

yang

menunjukkan kebenaran suatu ekspresi atau

atribut.

Conditional node

tersebut memberikan beberapa

kemungkinan nilai, dapat berupa nilai boolean

(Benar atau Salah), atau beberapa alternatif nilai

yang mungkin dimiliki oleh suatu atribut, misal

untuk atribut Tekanan Darah (Rendah, Normal,

Tinggi).

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Pohon Keputusan

Contoh:

Untuk kasus pemilihan dosen produktif akan

(25)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pohon Keputusan

Kategori

Atribut

C1

(Pengajaran

)

C2 (PKM)

C3 (Penelitian)

Sangat Produktif

> 6

> 2

1

Produktif

5 atau 6

2

Tidak

dipertimbangkan

Cukup Produktif

3 atau 4

1

Tidak

dipertimbangkan

Kurang Produktif

1 atau 2

Tidak

dipertimbangkan

Tidak

dipertimbangkan

Tidak Produktif

0

0

0

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

(26)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Metode

Simple Additive Weighting

(SAW) sering

juga dikenal istilah metode penjumlahan

terbobot.

Konsep dasar metode SAW adalah mencari

penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada

setiap alternatif pada semua atribut (Fishburn,

1967)(MacCrimmon, 1968).

Metode SAW membutuhkan proses normalisasi

matriks keputusan (X) ke suatu skala yang

dapat diperbandingkan dengan semua rating

alternatif yang ada.

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Formula untuk melakukan normalisasi tersebut

adalah sebagai berikut:

dengan r

ij

adalah rating kinerja ternormalisasi

dari alternatif A

i

pada atribut C

j

; i=1,2,...,m dan

j=1,2,...,n. (i=baris, j=kolom)

(27)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Catatan :

Cara menentukan Benefit dan Cost adalah sbb:

Benefit : Jika kriteria ini mempunyai nilai yg lebih besar maka lebih baik

Cost :

Jika kriteria ini mempunyai nilai lebih kecil maka lebih baik

Contoh : Kriteria Nilai, Daya Dukung, Prioritas, Kecepatan, Kebersihan

Nilai (Benefit) Daya Dukung (Benefit) Prioritas (cost) Kecepatan (?) Kebersihan (?)

Nilai A =80-100 1 = Kurang mendukung 1 = Sangat Prioritas 1=Kurang Cepat 1=Sangat Bersi Nilai B =70-79 2 = Cukup Mendukung 2 = Prioritas 2 = Cepat 2=Bersih Nilai C=60-69 3 = Sangat mendukung 3=Cukup Prioritas 3 = Sangat cepat 3=Cukup bersih

Nilai D=50-59 4=Kotor

Nilai E < 50

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (V

i

)

diberikan sebagai:

Nilai V

i

yang lebih besar mengindikasikan

(28)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Contoh-1:

Suatu institusi perguruan tinggi akan memilih seorang

karyawannya untuk dipromosikan sebagai kepala unit

sistem informasi.

Ada empat kriteria yang digunakan untuk melakukan

penilaian, yaitu:

C1 = tes pengetahuan (wawasan) sistem informasi

C2 = praktek instalasi jaringan

C3 = tes kepribadian

C4 = tes kepemimpinan

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Pengambil keputusan memberikan bobot untuk setiap

kriteria sebagai berikut: C1 = 35%; C2 = 25%; C3 = 25%;

dan C4 = 15%.

Ada enam orang karyawan yang menjadi kandidat

(alternatif) untuk dipromosikan sebagai kepala unit, yaitu:

A1 = Indra,

A2 = Roni,

A3 = Putri,

A4 = Dani,

A5 = Ratna, dan

A6 = Mira.

(29)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Tabel nilai alternatif di setiap kriteria:

Alternatif

Kriteria

C1

C2

C3

C4

Indra

70

50

80

60

Roni

50

60

82

70

Putri

85

55

80

75

Dani

82

70

65

85

Ratna

75

75

85

74

Mira

62

50

75

80

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Normalisasi:

(30)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Hasil normalisasi:

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Proses perankingan dengan menggunakan bobot

yang telah diberikan oleh pengambil keputusan: w

= [0,35

0,25 0,25 0,15]

(31)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Nilai terbesar ada pada V

5

sehingga alternatif A

5

adalah alternatif yang terpilih sebagai alternatif

terbaik.

Dengan kata lain, Ratna akan terpilih sebagai

kepala unit sistem informasi.

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Contoh-2:

Sebuah perusahaan makanan ringan XYZ akan

menginvestasikan sisa usahanya dalam satu

tahun.

Beberapa alternatif investasi telah akan

diidentifikasi. Pemilihan alternatif terbaik ditujukan

selain untuk keperluan investasi, juga dalam

rangka meningkatkan kinerja perusahaan ke

depan.

(32)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Beberapa kriteria digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengambil keputusan, yaitu:

C1 =

Harga

, yaitu seberapa besar harga barang

tersebut. (cost)

C2 =

Nilai investasi 10 tahun ke depan

, yaitu

seberapa besar nilai investasi barang dalam

jangka waktu 10 tahun ke depan. (benefit)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

C3 =

Daya dukung terhadap produktivitas

perusahaan

, yaitu seberapa besar peranan

barang dalam mendukung naiknya tingkat

produktivitas perusahaan. Daya dukung diberi

nilai: 1 = kurang mendukung, 2 = cukup

mendukung; dan 3 = sangat mendukung. (benefit)

C4 =

Prioritas kebutuhan

, merupakan tingkat

kepentingan (ke-mendesak-an) barang untuk

dimiliki perusahaan. Prioritas diberi nilai: 1 =

sangat berprioritas, 2 = berprioritas; dan 3 = cukup

berprioritas. (cost)

(33)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

C5 =

Ketersediaan atau kemudahan

, merupakan

ketersediaan barang di pasaran. Ketersediaan diberi

nilai: 1 = sulit diperoleh, 2 = cukup mudah diperoleh;

dan 3 = sangat mudah diperoleh. (benefi)

Dari pertama dan keempat kriteria tersebut, kriteria

pertama dan keempat merupakan kriteria biaya,

sedangkan kriteria kedua, ketiga, dan kelima

merupakan kriteria keuntungan.

Pengambil keputusan memberikan bobot untuk

setiap kriteria sebagai berikut: C1 = 25%; C2 =

15%; C3 = 30%; C4 = 25; dan C5 = 5%.

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Ada empat alternatif yang diberikan, yaitu:

A1 = Membeli mobil box untuk distribusi barang ke

gudang;

A2 = Membeli tanah untuk membangun gudang

baru;

A3 = Maintenance sarana teknologi informasi;

(34)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Nilai setiap alternatif pada setiap kriteria:

Alternatif

Kriteria

C1

(juta Rp)

C2

(%)

C3

C4

C5

A1

150

15

2

2

3

A2

500

200

2

3

2

A3

200

10

3

1

3

A4

350

100

3

1

2

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Normalisasi:

(35)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Simple Additive Weighting

(SAW)

Hasil normalisasi:

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Simple Additive Weighting

(SAW)

Proses perankingan dengan menggunakan bobot yang

telah diberikan oleh pengambil keputusan:

w = [0,25

0,15

0,30

0,25

0,05]

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Nilai terbesar ada pada V3 sehingga alternatif A3 adalah

alternatif yang terpilih sebagai alternatif terbaik. Dengan

kata lain,

maintenance sarana teknologi informasi

akan

(36)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Metode AHP

(Analytical Hyrarcy Process)

Dikembangkan oleh oleh Prof. Thomas L. Saaty

Algoritma pengambilan keputusan untuk

permasalahan multikriteria (

Multi Criteria Decision

Making atau MCDM

).

Konsep dasar AHP adalah penggunaan

matriks

pairwise comparison

(Matriks

perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan

bobot relative antar kriteria maupun alternative.

71

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Metode AHP

(Analytical Hyrarcy Process)

72

Tingkat Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama Pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama

3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan denganpasangannya 5 Lebih Penting Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata,dibandingkan dengan elemen pasangannya. 7 Sangat Penting Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata,dibandingkan dengan elemen pasangannya. 9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, padakeyakinan tertinggi. 2,4,6,8 Nilai Tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian di antara dua tingkat kepentingan yangberdekatan.

Tabel Skala dasar perbandingan berpasangan (Saaty, 1986)

Penilaian dalam membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang

lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak

konsistensian.

(37)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

73

Metode AHP

(Analytical Hyrarcy Process)

a. Mendifinisikan Masalah kedalam Hirarki b. Menyusun kriteria-kriteria dengan matrik Pairwase Comparison c. Hitung bobot kriteria (priority vector) d. Cek Ratio Konsistensi / Consitency Ratio (CR) e. Susunan hierarki yang baru (lengkap dengan bobot kriteria

f. Hitung bobot alternatif pilihan berdasarkan Kriteria “X” g. Perangkingan berdasarkan Alternatif “X” 1. nilai setiap kolom matrik Pairwase comparison 2. Hitung nilai rata-rata dari penjumlahan setiap baris matrik

1. Menentukan nilai Eigen Maksimum (λmaks). 2. Hitung Indeks Konsistensi (CI) 3. Hitung Rasio Konsistensi (CR) =CI/RI Dilakukan berulang sampai semua kriteria dihitung

Tahapan perhitungan metode AHP

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Metode AHP

(Analytical Hyrarcy Process)

Saaty (1990) telah membuktikan bahwa

indeks

konsistensi dari

matrik

ber

ordo

n

dapat diperoleh dengan rumus :

CI = (λmaks-n)/(n-1)... (1)

Dimana :

CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index)

λmaks = Nilai

eigen

terbesar dari matrik berordo n

Nilai

eigen

terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom

dengan

eigen

vector.

Batas ketidak konsistensian di ukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR),

yakni perbandingan indeks konsistensi (CI) dengan nilai pembangkit random (RI).

Nilai ini bergantung pada ordo matrik n.

(38)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Metode AHP

(Analytical Hyrarcy Process)

75

Batas ketidak konsistensian di ukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR),

yakni perbandingan indeks konsistensi (CI) dengan nilai pembangkit random (RI).

Nilai ini bergantung pada ordo matrik n.

Rasio konsistensi dapat dirumuskan :

CR = CI/RI... (2)

Bila nilai CR lebih kecil dari

10%

, ketidak konsistensian pendapat masih dianggap

dapat diterima.

Tabel . Daftar Indeks random konsistensi (RI)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Permasalahan multikriteria dalam AHP

disederhanakan dalam bentuk hierarki

yang terdiri dari 3 komponen utama :

Goal / Tujuan

Kriteria Penilaian

Alternatif pilihan

76

(39)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Langkah Metode AHP :

Problem :

Fadhel ingin membeli mobil. Adapun alterntif pilihan mobil yang akan dibeli

Fadhel adalah Toyota, Honda, Daihatsu, dan Suzuki. Sedangkan kriteria

penilaian yang dipertimbangkan Fadhel untuk membeli mobil adalah style,

reliability, fuel economy.

Langkah-2 Penyelesaian Masalah :

a.

Mendefinisikan Masalah

Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu

menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

77

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Langkah Metode AHP :

a.

Mendefinisikan Masalah (lanjutan)

Toyota Honda Daihatsu Suzuki

Goal

Kriteria

(40)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Langkah Metode AHP :

b. Menyusun kriteria-kriteria dengan matrik perbandingan berpasangan

(matrik

Pairwise Comparison)

(skala Saaty).

79

Style

Reliability

Fuel

Economy

Style

1

1/2

3

Reliabilty

2

1

4

Fuel Economy

1/3

1/4

1

Kriteria :

•Reliability 2 x lebih utama/ penting dibandingkan style

•Reliability 4 x lebih utama/ penting dari fule economy

•Style 3 x lebih utama/ penting dari Fuel economy

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Langkah Metode AHP :

c. Hitung bobot kriteria (priority vector) dengan cara :

1) Normalisasi nilai setiap kolom matrik perbandingan berpasangan

dengan membagi setiap nilai pada kolom matrik dengan hasil

penjumlahan kolom yang bersesuaian.

80

Style Reliability Fuel Economy

Style 1/3,33 =0,3 0,5/1.75=0,29 3/8=0,38

Reliabilty 2/3,33 = 0,6 1/1,75 =0,57 4/8 = 0,5

Fuel Economy 0,33/3,33=0,1 0,25/1,75=0,14 1/8 = 0,1

(41)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Langkah Metode AHP :

c. Hitung bobot kriteria (priority vector) dengan cara (lanjutan) :

2) Hitung nilai rata-rata dari penjumlahan setiap baris matrik

81

Style Reliability Fuel Economy Rows Average (X)

Style 1/3,33 =0,3 0,5/1.75=0,29 3/8=0,38 0,32 Reliabilty 2/3,33 = 0,6 1/1,75 =0,57 4/8 = 0,5 0,56 Fuel Economy 0,33/3,33=0,1 0,25/1,75=0,14 1/8 = 0,1 0,11 Colums Sums 1,00 1,00 1,00 1,00 X= Prio rity V ek tor (Ei gnen V eok tor Norm al is asi ) Row Average

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Langkah Metode AHP :

d.

Cek Ratio Konsistensi / Consitency Ratio (CR) dari matrik

perbandingan berpasangan kriteria. Jika CR > 0.1 maka harus diulang

kembali perbandingan berpasangan sampai didapat CR <= 0.1.

1. Menentukan nilai Eigen Maksimum (λmaks).

λmaks diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom matrikPairwise Comparisonke bentuk desimal dengan vector eigen normalisasi.

λmaks = (3,33 * 0,32) + ( 1, 75 * 0,56) + ( 8,00 * 0,11) = 1,07 + 0,98 + 0,88 = 2,93

2. Menghitung Indeks Konsistensi (CI)

CI = (λmaks-n)/(n-1) = (2,93 – 3) / (3-1) = - 0,035

3. Rasio Konsistensi (CR) =CI/RI, nilai RI untuk n = 3 adalah 0,58 (lihatDaftar Indeks random konsistensi (RI))

CR = - 0,035 / 0,58 = - 0,0603

(42)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Langkah Metode AHP :

e.

Susunan hierarki yang baru (lengkap dengan bobot kriteria)

83

Criteria Weight

Style 0,3

Reliabilty 0,6

Fuel Economy 0,1

Didapat dari poin c) (pembualatan bobot Kriteria)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

84

Style Toyota Honda Daihatsu Suzuki

Toyota 1 1/4 4 1/6

Honda 4 1 4 ¼

Daihatsu 1/4 1/4 1 1/5

Suzuki 6 4 5 1

1. Perhitungan bobot alternatif untuk kriteria Style

Langkah Metode AHP :

Style Toyota Honda Daihatsu Suzuki

Toyota 1,00 0,25 4,00 0,166 Honda 4,00 1,00 4,00 0,25 Daihatsu 0,25 0,25 1,00 0,20 Suzuki 6,00 4,00 5,00 1,00 Columns Sum 11,25 5,50 14 1,616

1

2

Style Toyota Honda Daihatsu Suzuki

Toyota 1/11,25=0,088 0,25/5,5=0,045 4/14=0,285 0,166/1,616= 0,103

Honda 4/11,25=0,355 1/5,5=0,181 4/14=0,285 0,25/1,616=0,154

Daihatsu 0,25/11,25=0,022 0,25/5,5=0,045 1/14=0,071 0,20/ 1,616 =0,124

Suzuki 6/11,25=0,533 4/5,5=0,727 5/14=0,357 1/1,616 =0,618

Columns Sum 1,00 1,00 1,00 1,00

3

Normalized column sum Kriteria Style (kita tentukan – bebas):

•Honda 4 x lebih style dari Toyota, & Daihatsu

•Suzuki 6 x lebih style dari Toyota, 4 x lebih style dari Honda

•Toyota 4 x lebih style dari Daihatus * Suzuki 5 x lebih style dari Daihatus,

(43)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

85

1. Perhitungan bobot alternatif untuk kriteria Style (lanjutan)

Langkah Metode AHP :

Style Toyota Honda Daihatsu Suzuki Average Rows (Priority Vektor) Toyota 1/11,25=0,088 0,25/5,5=0,045 4/14=0,285 0,166/1,616= 0,103 0,13 Honda 4/11,25=0,355 1/5,5=0,181 4/14=0,285 0,25/1,616=0, 154 0,24 Daihatsu 0,25/11,25 =0,022 0,25/5,5=0,045 1/14=0,071 0,20/ 1,616 =0,124 0,07 Suzuki 6/11,25=0,533 4/5,5=0,727 5/14=0,357 1/1,616 =0,618 0,56 Columns Sum 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

2. Perhitungan bobot alternatif untuk kriteria Reliability

Langkah Metode AHP :

Reliability Toyota Honda Daihatsu Suzuki Average Rows (Priority Vektor) Toyota 1 2 5 1 0,38 Honda ½ 1 3 2 0,29 Daihatsu 1/5 1/3 1 ¼ 0,07 Suzuki 1 ½ 4 1 0,26 Colums Sum 1,00

3. Perhitungan bobot alternatif untuk kriteria Fuel Economy

Fuel Economy Mill / Galon Average Rows (Priority Vektor) Toyota 34 0,30 Honda 27 0,24 Daihatsu 24 0,21 Suzuki 28 0,25 Colums Sum 113 1,00

Catatan :

Untuk mendapatkan nilai

diatas , dilakukan proses

yg sama dgn langkah

perhitungan bobot

alternatif 1

2

3

(44)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

4. Perangkingan Alternatif

Langkah Metode AHP :

Reliability Style Reliability Fuel

Economy

X

Criteria Weight (CW) Sum of (S R F) ) * CW Toyota 0,13 0,38 0,30 0,30 0,297 Honda 0,24 0,29 0,24 0,60 0,27 Daihatsu 0,07 0,07 0,21 0,10 0,084 Suzuki 0,56 0,26 0,25 0,349 Colums Sum 1,00 1,00 1,00 1,00

Toyota =(0,13*0,3) + (0,38*0,60)+(0,30*0,1) = 0,297

Honda = (0,24*0,3) + (0,29*0,60)+(0,24*0,10)=0,27

Daihatsu =(0,07*0,3) + (0,07*0,60)+(0,21*0,1) = 0,064

Suzuki =(0,56*0,3) + (0,26*0,60)+(0,25*0,1) = 0,349

2 1 3 4

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

Pertemuan 4-5 – 6 : Modeling & Analysis (ch 4)

Kesimpulan

Metode AHP bisa digunakan untuk

menentukan segala kasus yang

membutuhkan output berupa prioritas

dari hasil perangkingan.

Penyempurnaan dari Metode AHP

adalah Metode ANP

(45)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

89

(46)

Bambang S,S.Kom, MM, M.Kom

MK. DSS

91

Terima Kasih,

Wassalam,

Thanks,

Matur Nuwun,

Tse-se,

Arigato

Gambar

Tabel Keputusan
Tabel Keputusan
Tabel Keputusan
Tabel Keputusan  Contoh-2:
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan Nasional Keseimbangan perekonomian dua sektor Pendapatan keseimbangan nasional merupakan kondisi disaat tingkat pendapatan nasional (PN) disebut nilai

LPTK Induk Rayon 204 Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang Kuota Tahun 2013, maka bersama.. ini karni rnengharap dengan hormat kehadiran Bapak/lbu peserta PLPG

Melalui aplikasi ini penulis mencoba membuat tampilan yang menampilkan informasi mengenai berbusana muslim, model-model busana muslim saat ini, berkreasi dengan kerudung, berbagai

Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa keletihan konstan di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan

Pd, selaku Ketua Jurusan Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan waktu

82 Data dalam penelitian ini adalah nilai tes hasil belajar siswa kelas VII-D yang menggunakan model pembelajaran PBL dan kelas VII-E yang menggunakan

Dengan demikian, modul elektronik dapat diartikan sebagai sebuah bentuk bahan pembelajaran mandiri yang disusun secara terstruktur ke dalam satuan pembelajaran

Shares Change Last Trading Date Commencement of Recording Commencement of Distribution of Share Trading Period Nominal W/ Old Nominal Value Trading Date Settlement