• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PERUM PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PERUM PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PERUM PENDAHULUAN

Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alat-alat navigasi biasa yang umumnya di kapal digunakan untuk menetapkan kedalaman air di suatu tempat di laut.

Tujuan kami menyusun keterangan mengenai Perum adalah agar para pembaca umumnya, dan para Taruna pada khusunya dapat mengenai dan mengerti mengenai Perum.

Perum adalah alas bantu Navigasi di kapal untuk mengukur kedalaman air. Alat ini harus dimiliki oleh setiap kapal. Banyak sekali manfaatnya terutama apabila kapal sedang olah Gerak pada perairan yang belum dikenal dan tanpa adanya pandu diatas kapal.

Mualim jags harus selalu mengetahui dan menyadari akan kedalaman parairan di sekitar haluan yang dilalui. Hal ini sangat penting sekali, meski pun kapal dilengkapi dengan peta dengan data-data kedalaman air. Pengecekan lebih lanjut harus selalu diadakan.

Untuk mengetahui kedalaman yang sebenarnya sesuai dengan kedalaman di peta, terlebih lagi pada seat kapal akan berlabuh jangkar, kedalaman perairan disekitamya harus segera di cek. Setelah itu disesuaikan dengan pasang surut. Apakah cukup kedalaman untuk berlabuh jangkar.'

Pada sat kapal duduk atau kandas, tanpa memiliki Forum ini, tak dapat dibayangkan bagaimana kesibukan.

Setelah selesai mempelajari bab ini para pembaca maupun para toruna dapat ;

1. Menjelaskan ruang lingkup penggunaan Perum pada umumnya di kapal,

2. Mendemonstrasikan cara membaca dan mengoreksi Perum secara tepat

(2)

3. Menjelaskan cara perawatan Perum di kapal.

Umumnya perum dibedakan atas : Perum tangan (Perum Klasik)

Perum Mesin (Mekanik) Perum Modern (Listrik)

1. Perum Tangan.

Perum tangan merupakan Perum klasik, dimana dibedakan atas 3 klas apabila dilihat dari panjang talinya dan pemberatnya.

a. Perum Kelas Ringan

Panjang tali sekitar 25 meter sampai dengan 50 meter dengan pemberat seberat antara 3 kilogram sampai 9 kilogram.

b. Perum Kelas Sedang

Panjang tali jugs sekitar 25 sampai dengan 50 meter tetapi mempunyai beret pemberat sekitar 9 sampai dengan 15 Kilogram.

c. Perum Kelas Berat

Tali perum cukup panjang sampai dengan 120 meter dan pemberatnya sekitar 15 kilogram. Perum tangan terdiri dari dug bagian yang sangat penting, yaitu :

d. Tali Perum Tali Perum merupakan tali yang dianyam sedemikian rupa, tidak mudah putus dan mempunyai elastisitas yang kecil. Tali ini terbuat dari benang linen dan nilon sehingga ringan dan tidak mudah rusak, terdiri dari 3 urat dan 27 benang. "Simson Tiller Rope No. 8" merupakan tali perum yang paling banyak digunakan di atas kapal.

(3)

e. Batu Perum

Batu perum merupakan pemberat yang diikatkan pada tali perum pada ujungnya, terbuat dari timah hitam yang berbentuk limas.

Pada bagian atas ditetapkan mata untuk menempatkan tali sedangkan dasar yang

berbentuk sisi enam sama sisi,

dipusatkan berlomba, untuk

menempelkan gemuk agar dapat

mengetahui macam dasar laut, misalnya pasir, lumpur, atau pada batu-batuan

Di tengah-tengah rentangan tali diberikan beban ( dibanduli ) yang cukup berat.

Hal ini berlangsung kira-kira selama satu minggu, setiap hari tali dibasahi beberapa kali. Tujuan dari pada menggenjot tali agar supaya tali tidak memanjang lagi jika kena pangs dan tidak memendek ( mengkerut ) jika kena dingin sehingga hasil pengukuran kedalaman air dapat lebih tepat.

Pada Ujung tali perum harus dibuat mata, agar diikatkan pada mata batu perum.

Memasang Merkah-Merkah (tanda-tanda) pada tali Perum,

Pemasangan merkah-merkah atau tanda-tanda ini harus dilakukan pada saat tali masih dalam keadaan basah. Panjang tali perum diperhitungkan dari Ujung bawah (dasar) batu perum. Tali perum dibagi-bagi atas bagian-bagian g dinyatakan dalam satuan meter. Dalam pelaksanaan pengukuran kedalaman air laut dengan menggunakan perum tangan, tali perum biasa diberi tanda atau merkah-merkah sebagai berikut :

1. Pada setiap kepanjangan 3, 13, 23 dst ditandai dengan kain merah 2. Pada setiap kepanjangan 5, 15, 25 dst ditandai dengan kain putih 3. Pada setiap kepanjangan tali 7, 17, 27 dst. Ditandai dengan kain

(4)

4. Pada setiap kepanjangan tali 10, 20 dst. Ditandai dengan sepotong kulit yang diberi lobang

1,2 dst. Atau dapat juga dibuat satu simpul dua simpul dan seterusnya. Sedangkan pada kepanjangan yang tidak disebutkan di atas pada kepanjangan 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11 dst. Ditandai dengan tali putih (tidak berwarna).

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, harap memperhatikan gambar di bawah :

Pada Perum berat, pemasangan merkah-merkah berbeda dengan perum ringan ataupun sedang. Hal ini disebabkan panjangnya tali perum dan penggunaan pada perairan yang dalam. Disamping panjang dan merkahnya berbeda-beda ukuran tali dan cara penganyaman tali juga berbeda. Tali ini terdiri dari 3 urat dan 27 benang teranyam secara kokoh. Pemberian merkah sebagai berikut

Pada setiap kepanjangan tali 10, 20, 30 dan 40 diberikan 1, 2, 3, dan 4 simpul

Sedangkan pada kepanjangan tali 50, 60, dan 100 diberikan kulit yang berlobang I dan 2

Kembali pada kepanjangan tali 60, 70, 80 dan 90 diberikan 1, 2, 3 dan 4 simpul kembali. Agar supaya tali perum ini dapat diayun ataupun diputar untuk kemudian dilempar ke taut dengan mudah pada saat pemeruman, maka pada kepanjangan tali sekitar 3 1/3 meter ditempatkan sebuah pasak dari kayu. Pasak ini dinamakan PASAK LINTANG.

(5)

Cara-cara Pemeruman

Di kapal –kapal tua (kuno) salah satu awak kapal ada yang disebut juru

perum, sekarang ini Serang (Boatswain) namanya.

Peruman umumnya dilakukan di sebelah kanan di borders atau lazim disebut Ladder step, bagi juru perum yang kidal melakukan pemeruman di lambung kiri. Bordes kadang-kadang ditempatkan dianjungan, boat deck atau pun di tangga utama geladak kapal.

sebelah melakukan pemeruman, perum dipersiapkan dengan tali perum yang digulung secara rapi. Baru perum diberi gemka pada lubang dasar batu perum. Tali perum disambungkan pada batu perumnya.

Juru perum memegang pasak lintang yang terdapat pada tali perum. Perum diayunkan putar ke depan dan ke belakang dan bilamana telah memperoleh momentum yang cukup, batu perum dilemparkan. ke depan sejauh mungkin sambil mengarea tali perum.

Pada sat batu perum menyentuh dasar, tali perum akan tampak kendor, segera diambil kekendorannya (slacknya) dan dijaga agar tali selalu tegang. Pada saat tali perum tegang lurus ke bawah tepat di bawah juru perum, pemeruman dibaca dan dilaporkan ke anjungan Malim Jaga). -Pada Siang hari pemeruman dapat dibaca langsung dengan melihat merkah-merkah yang ada di atas permukaan air taut. Jika pada waktu malam hari atau pada saat cuaca buruk, biasanya sulit membaca (melihat) merkah-merkahnya.

(6)

Untuk mengetahui merkah-merkahnya cukup dengan melihat apa yang terpegang di tangan. Jadi, pemeruman kedalaman air harus dikoreksi dengan jarak dari tangan juru perum ke permukaan air taut.

Pada pemeruman yang terakhir ini biasanya juru perum meneriakkan ke anjungan (Mualim Jaga) sebanyak tali di tangan".

Jenis tanah di dasar taut dapat dengan mudah diketahui di dasar atau perum, melekat pada gemuk g ada di dasar taut perum. Biasanya yang mudah menempel adalah pasir dan lumpur, batu-batu karang dan jenis batu-batu agak suit kecuali apabila terjadi retakanretakan, hat ini hanya mungkin.

Ketelitian pemeruman sangat tergantung dari banyak faktor, menggunakan perum tangan antara lain :

1. Kecepatan kapal 2. Kemahiran juru perum

3. Keadaan cuaca pada saat itu

4. Banyaknya pemeruman yang dilakukan. dst.

Juru perum yang baik berdasarkan pengalaman dalam keadaan cuaca baik, dapat menghasilkan pemeruman sebagai berikut :

a. Pada kecepatan kapal 10 knot, sangat baik untuk kedalaman perairan 16 meter

b. Pada kecepatan kapal 5 knot, sangat baik untuk kedalaman perairan 27 meter

(7)

c. Pada kecepatan kapal 3 knot, sangat baik untuk kedalaman perairan 40 meter

Berarti pemeruman dengan perum tangan ini, untuk mendapatkan ukuran kedalaman perairan di perairan dalam, akan mendapatkan hasil yang lebih baik pada kecepatan kapal yang lebih rendah, apabila jika kapal dalam keadaan berhenti.

Namun perlu diingat pemeruman yang dikerjakan beberapa kali oleh jur perum yang sama, juru perum dapat menjadi capai sehingga akan mempengaruhi hasil pemeruman.

Seringkali terjadi dalam pemeruman, pada saat pembacaan merkah tali tidak tepat benar berada di atas permukaan air, kadang-kadang berada di atas atau di bawahnya. Sehingga diperlukan pengalaman dalam cars membaca, seperti contoh tersebut :

- 10 meter kecil, ini berarti merkah kulit yang ada lobang satu, berada

sedikit di atas permukaan taut.

- 13 meter besar, berarti merkah kain merah berada sedikit di bawah

permukaan air taut.

- Tidak mengenai dasar taut juru perum meneriakkan "tidak ada dasar"

Apabila pemeruman tidak mengenai dasar taut terjadi beberapa kali harus diarnbil tindakan sebagai berikut :

1. Mengurangi kecepatan kapal

2. Mengganti juru perum, mungkin terlalu lelah

3. Kemungkinan lain, memang dasar taut tidak terjangkau oleh panjang tali.

Cara pemeruman dengan perum berat, sedikit berbeda dengan penggunaan perum tangan ataupun perum sedang, seperti telah diterangkan di atas. Pemakaian perum berat sering dilakukan di tempat perairan yang cukup dalam dan umumnya kapal tidak bergerak (tidak mempunyai kecepatan.

(8)

Karena perum ini cukup berat, maka diperlukan beberapa orang pembantu juru perum. Juru perum berdiri di sisi s angin, dan batu perum ditempatkan di sisi bawah angin.

Tali perum melingkar dipegang oleh pembantu juru perum ke arah depan lewat haluan kapal. Perwira jaga sebagai Koordinator mengatur di anjungan, selanjutnya kegiatan pemeruman dilakukan sesuai dengan perintah Perwira Jaga.

Pemeliharaan Perum di Kapal

Pemeliharaan setiap peralatan di atas kapal adalah sangat penting. Terutama peralatan yang digunakan langsung berhubungan dengan air laut. Setelah dipakai, batu perum dilepaskan dari tali perumnya kemudian dibersihkan dengan air tawar, Lumpur atau kotorannya dibersihkan, dikeringkan dan dilumuri dengan minyak pelumas, dan simpanlah beserta tali perum yang telah juga dibersihkan dan dikeringkan pada tempatnya dengan tali tergulung rapi.

2. Perum Mesin

Cara pemeruman yang lebih maju dilakukan di kapal dengan menggunakan mesin. Sebab saran alat perum ini tidak langsung manusia yang melakukan tetapi menggunakan sarana lain yang lebih mengenal rasa lelah. Sehingga disebut sebagai perum mesin.

Perum mesin banyak macamnya, antara lain yang sering digunakan di kapal

- Perum Mesin Thomson

- Perm Mesin Kelvin

- Perum Mesin Luccas

- Perum Mesin Dobbie Mc Ines

Pada prinsipnya alat-alat pemeruman ini mempunyai kesamaan kerja, hanya berbeda sedikit yang pada umumnya da pada alat pencatat kedalaman. Adapun alat perum mesin ini terdiri dari :

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara peneliti mendapatkan beberapa informasi mengenai kinerja karyawan Perum Bulog yaitu hasil kerja yang dicapai karyawan masih kurang baik yaitu disebabkan oleh

Pemetaan batimetri di perairan dangkal tidak menggunakan kapal dengan ukuran yang besar seperti yang digunakan di laut, hal ini dikarenakan pada perairan dangkal

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecepatan renang ikan terhadap nilai faget strength, kedalaman perairan, waktu dan ukuran panjang serta mengevaluasi

PERUM Prasaran Perikanan Cabang Belawan selaku pihak yang memperoleh hak untuk melakukan pengelolaan atas lahan tanah di perairan perikanan Gabion Belawan tidak serta merta

Apakah kecepatan dan power tungkai memiliki hubungan yang berarti terhadap hasil lompat jauh pada siswa kelasV SD Negeri Palasari dan SD Negeri Pasarean..

Kerangka pikir penelitian Perairan Embung Air Baku Hulu Bintan Parameter Fisika - Kekeruhan - Suhu - Kedalaman Parameter Kimia - Fosfat - DO - pH Profil Fosfat di Embung Air Baku

Kerangka pikir Perairan Senggarang besar Sampah laut berukuran makro  Pemukiman  Pasang surut  Kecepatan arus Gastropoda Jenis dan jumlah gastropoda Keberadaan sampah laut

Informasi pasang surut yang digabungkan dengan data kedalaman ini dapat memberikan informasi tentang profil dasar perairan yang digunakan untuk menentukan jenis kapal yang dapat melalui