ANALISIS PENERIMAAN WAJIB PAJAK TERHADAP
PENGGUNAAN E-FILING SEBAGAI SARANA PELAPORAN PAJAK SECARA ONLINE DAN REALTIME
(Studi Kasus di Wilayah Kota Yogyakarta)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Septi Dharniati Ndraha NIM : 092114062
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS PENERIMAAN WAJIB PAJAK TERHADAP
PENGGUNAAN E-FILING SEBAGAI SARANA PELAPORAN PAJAK SECARA ONLINE DAN REALTIME
(Studi Kasus di Wilayah Kota Yogyakarta)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Septi Dharniati Ndraha NIM : 092114062
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus Pengharapanku,
Orang tua tercinta,
Frater Dion Lamere CMM
Abang dan adik-adik tersayang,
Teman dan Sahabat terkasih
vi
MOTTO
“Permulaan Hikmat Adala
h Takut Akan TUHAN dan Mengenal Yang Maha Kudus Adalah
Penegertian” (Amsal 9;10)
“Be the best that you can be, and GOD will take care of your critics” ( Joel Osteen)
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa
b
erkecukupan didalam segala sesuatu dan malah berkelebihan didalam pelbagai kebajikan”
(2 Korintus 9:8)
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (2 Timotius 4 : 12)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang
tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkati serta menguatkan
penulis dalam setiap proses kehidupan yang dijalani.
2. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3. Ibu M. Trisnawati Rahayu, SE., M.Si., Akt. QIA selaku Dosen Pembimbing yang
telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi yang
telah memberikan bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata
Dharma.
5. Papa tercinta Tahali Ndraha dan mama tercinta Riana Bawamenewi, abang
Elfinus, adik Berkat, Ridha dan Niscaya yang selalu sabar, memotivasi,
ix
6. Frater Dion Lamere CMM yang selalu membimbing dan memberi dukungan.
7. Drs. F.Soenamo, Ak., M.Sc, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(KPP) Yogyakarta dan seluruh staf atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi
ini.
8. Sahabatku Margareta Deciana dan Tasya Merlin Maitimu yang senantiasa
mendoakan dan menyemangati penulis.
9. Teman-teman akuntansi (Michel, Yuli, Ratna, Indri, Tota, Chika, Yuni, Rosa,
Feny, Sari, Tika, Dian) dan Gaby Ruga yang selalu membantu, memberi
semangat dan dukungan dan juga teman-teman akuntansi 2009 semua yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
10.Teman-teman BEM FE ( bang Jo, mbak Sari, kak Titin, kak Elsa, Tina, kak
Derma, Dhimas, mas Very, Risa, Octa, bang Leo, Hendra, Marro, mas Artha)
yang memberi semangat dan dukungannya.
11.Teman-teman seperjuangan MPT (Mbak Vira, Dita, Natalia, ika, Domas, Fenike,
Niken, Angga, Putri, Anis, yoga, Wahyu dan Tiara) yang telah memberikan
masukan, semangat dan dukungan kepada penulis.
12.Adek-adek kos Pringgodani No. 10 (Winey, Dita, Afen, Mili, Stela dan Sari) dan
Lola Permatasari Dihamri, yang selama ini menyemangati penulis.
13.Teman-teman Warrior Prayer dan komsel Faithfull and Excellent Woman GBI Keluarga Allah Yogyakarta yang dengan luar biasa mendoakan dan
x
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 05 April 2013
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... xi
A. Penerimaan Pemakai Terhadap Sistem Teknologi Informasi 9 B. Theory of Reasoned Action (TRA) ... 11
C. Thechnology Acceptance Model (TAM) ... 13
D. Persepsi 1. Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) ... 16
2. Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)17 3. Sikap Terhadap Perilaku (Attitude Toward Behavvior) .. 17
4. Minat Perilaku (Behavioral Intention) ... 18
5. Penggunaan Senyatanya (Actual Use) ... 18
6. Kerumitan (Complexity) ... 18
E. E-filing ... 19
F. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)... 24
G. Penelitian yang Relevan ... 26
xii
D. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 44
E. Populasi dan Sampel ... 44
F. Devinisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 45
G. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 53
A. Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta ... 53
B. Struktur Organisasi ... 57
B. Keterbatasan Penelitian ... 101
C. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi ... 60
Tabel 2 Distribusi Kuesioner Penelitian ... 62
Tabel 3 Outer Lodings (Convergent Validity)... 66
Tabel 4 Modifikasi Outer Loadings (Convergent Validity) ... 67
Tabel 5 Laten Variable Corelation ... 71
Tabel 6 AVE dan akar AVE ... 71
Tabel 7 Cross Loading ... 72
Tabel 8 Composite Reliability ... 73
Tabel 9 Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) ... 75
Tabel 10 R Square ... 76
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Theory of Reasoned Action (TRA) ... 12
Gambar 2 Hubungan Antara Komponen Dalam TAM ... 14
Gambar 3 Indikator Reflektif ... 31
Gambar 4 Indikator Formatif ... 32
Gambar 5 Skema Kerangka Pemikiran ... 36
Gambar 6 Struktur Organisasi KPP Pratama Yogyakarta ... 57
Gambar 7 Inner Model ... 63
xv ABSTRAK
ANALISIS PENERIMAAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENGGUNAAN E-FILING SEBAGAI SARANA PELAPORAN PAJAK SECARA
ONLINE DAN REALTIME
(STUDI KASUS DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA)
Septi Dharniati Ndraha penerimaan Wajib Pajak terhadap e-filing di kota Yogyakarta, dengan menggunakan model yang pernah digunakan oleh Amoroso dan Gardner (2004) dalam penelitiannya terhadap penggunaan internet. Model tersebut menggunakan Technology Accaptance Model (Davis, 1989). Penggunaan model TAM didasarkan pada kenyataan bahwa sejauh ini TAM merupakan sebuah konsep yang dianggap paling baik dalam menjelaskan perilaku pengguna terhadap sistem teknologi informasi baru. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), sikap (attitude), minat (intention), penggunaan senyatanya (actual use) dan kerumitan (complexity).
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta dan mengirimkan kuesioner kepada Wajib Pajak yang sudah menggunakan e-filing. Analisis data dilakukan dengan PLS (Partial Least Square) dengan software Smart PLS 2.0 M3.
xvi ABSTRACT
THE ANALISIS OF TAXPAYER REVENUE TOWARD THE USE OF E-FILING AS THE MEANS OF ONLINE AND REALTIME TAX REPORT
(A Case study in Yogyakarta)
Septi Dharniati Ndraha taxpayer acceptance to e-filing in Yogyakarta. This research use the model which is used by Amoroso and Gardner (2004) in their research about using internet. That model use Technology Acceptance Model (Davis, 1989). The use of TAM model was based on the fact that TAM was the best concept to explain the user behavior about new information technology system. Some variables which are used in this research including perceived usefulness, perceived ease of use, attitude, intention, actual use, and complexity.
This research was a case study. The data was obtained by interviewing with the official of Pratama Tax Service in Yogyakarta and sent the question’s list to the taxpayers who use e-filing. The data analysis was made by PLS (Partial Least Square) with Smart PLS 2.0 M3 software.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi internet memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan informasi dunia. Saat ini, informasi menjadi kunci terpenting
dalam kehidupan manusia. Pengaruh perkembangan dan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi tersebut sampai ke aspek-aspek lain di
pemerintahan salah satunya adalah aspek perpajakan. Lembaga perpajakan
menggunakan teknologi ini untuk memberikan kemudahan dalam memberikan
pelayanan dan informasi kepada pelanggannya.
Serupa dengan perkembangan informasi, penerimaan pajak menjadi
sumber pendapatan Negara yang semakin hari semakin penting. Pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan Negara terbesar. Penerimaan pajak
ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Menurut
Direktur Jendral Pajak, A. Fuad Rahmany, "Realisasi Penerimaan pajak lima
tahun terakhir mengalami kenaikan diatas 15% tiap tahunnya”. Seiring dengan hal tersebut maka berbagai usaha telah dilakukan oleh segenap aparat
Direktorat Jendral Pajak dalam meningkatkan penerimaan pajak dari wajib
pajak dengan cara melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam sistem
Pembaharuan dalam sistem perpajakan ditandai dengan penerapan
teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan. Peningkatan
pelayanan perpajakan ini terlihat dengan dikembangkannya administrasi
perpajakan modern dan teknologi informasi diberbagai aspek kegiatan.
Perubahan mendasar yang berkaitan dengan modernisasi pajak terjadi diawal
tahun 2005 yaitu dilaksanakannya jenis pelayanan kepada wajib pajak yang
baru dalam rangka penyampaian surat pemberitahuan dan penyampaian
perpanjangan surat pemberitahuan tahunan menggunakan elektronik (e-filing). Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2005 bertepatan di Kantor Kepresidenan,
Presiden Republik Indonesia bersama-sama dengan Direktorat Jendral Pajak
meluncurkan produk e-filing atau Electronik Filing sytem yaitu sistem pelaporan/penyampaian pajak dengan Surat Pemberitahuan (SPT) secara
elektronik (e-filing) yang dilakukan secara on-line dan realtime.
Dengan adanya sistem ini, para wajib pajak akan lebih mudah
menunaikan kewajibannya tanpa harus mengantri di kantor-kantor pelayanan
pajak sehingga dirasa lebih efektif dan efisien. Selain itu, pengiriman data
Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, data
akan dikirim langsung ke database Direktorat Jendral Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP). Dengan menggunakan e-filing dapat mengurangi beban proses administrasi laporan pajak menggunakan kertas.
Dengan adanya kemudahan untuk memenuhi kewajiban perpajakan
cara penyampaian dan Pelaporan SPT dapat memudahkan dan memberi
manfaat bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP) sendiri dalam pengelolaan
perpajakan. Oleh karena itu perlu dukungan semua pihak secara terus menerus
agar peningkatan pelayanan kepada wajib pajak terus berjalan dan sekaligus
terciptanya administrasi perpajakan yang modern. Namun saat ini belum
semua wajib pajak menggunakan e-filing karena kurangnya sosialisasi dari Direktorat Jendral Pajak atau wajib pajak belum bisa menerima sebuah
teknologi baru dalam pelaporan pajaknya. Wajib Pajak menganggap bahwa
dalam penggunaan sistem komputer dalam pelaporan SPT sangat
membingungkan dan menyulitkan, hal ini dikarenakan kemampuan wajib
pajak untuk menggunakan e-filing masih minim. Padahal pelaporan SPT secara komputerisasi memiliki manfaat yang lebih besar bagi wajib pajak
maupun DJP. Selain kemampuan wajib pajak, adanya perbedaan persepsi
mengenai kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan, sikap, minat, pengguna
e-filing sesungguhnya dan kerumitan menjadi penentu sistem ini dapat diterima atau tidak.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
menguji perilaku penerimaan teknologi internet dalam hal ini e-filing dan mengambil sampel wajib pajak di wilayah KPP Pratama Yogyakarta karena
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah kerumitan (complexity) berpengaruh negatif terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan penggunaan sesungguhnya (actual use) dalam penggunaan e-filing?
2. Apakah persepsi kegunaan (perceived usefulness) berpengaruh positif terhadap sikap terhadap penggunaan e-filing (attitude toward using) dan minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral intention to use)? 3. Apakah persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use)
berpengaruh positif terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan sikap untuk menggunakan e-filing (attitude toward using)?
4. Apakah sikap terhadap penggunaan e-filing (attitude towards using) berpengaruh positif terhadap minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral intention to use)?
C. Batasan Masalah
Untuk saat ini fasilitas e-filing melalui Direktorat Jendral Pajak (www.pajak.go.id) diberikan hanya untuk dua jenis SPT saja, yaitu SPT
tahunan orang pribadi formulir 1770S dan 1770SS oleh sebab itu, untuk
menghindari penafsiran yang tidak diinginkan atas hasil penelitian, maka
peneliti memfokuskan pada wajib pajak orang pribadi yang menyampaikan
SPT Tahunan 1770S dan 1770SS.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menguji pengaruh kerumitan (complexity) terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan penggunaan sesungguhnya (actual use) dalam penggunaan e-filing.
2. Menguji pengaruh persepsi kegunaan (perceived usefulness) terhadap sikap terhadapa penggunaan e-filing (attitude toward using) dan minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral intention to use).
3. Menguji pengaruh persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan sikap untuk menggunakan e-filing (attitude toward using).
5. Menguji pengaruh minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral intention to use) terhadap penggunaan e-filing sesungguhnya (actual e-filing use).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberi
manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:
1. Bagi penulis
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam penerapan teori-teori yang diperoleh dibangku
perkuliahan dengan keadaan sebenarnya yang terjadi dilapangan.
2. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi dalam membantu penerapan sistem yang baik dan efektif untuk
penggunaan e-filing. 3. Bagi wajib pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan wajib
pajak mengenai sistem informasi dan penggunaan e-filing. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi tambahan pengetahuan
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun atas 6 (enam) bab agar mempunyai suatu susunan
yang sistematis, dapat memudahkan untuk mengetahui dan memahami
hubungan antara bab yang satu dengan yang lain sebagai suatu rangkaian yang
konsisten. Adapun sistematika yang dimaksud adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pendahuluan yang menguraikan latar
belakang ditulisnya karya ilmiah ini, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan landasan teori yang melandasi tiap-tiap
variabel, ringkasan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis,
kerangka pemikiran, dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang deskripsi dan devinisi operasional
variabel-variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis
dan sumber data, metode pendumpulan data, dan teknik analisis
data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan tentang profil kantor pajak Pratama
Yogyakarta, struktur organisasi KPP Pratama Yogyakarta, Visi,
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang deskripsi data, analisis data,
interpretasi hasil data dan argumentasi terhadap hasil penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pengolahan data penelitian, selain itu, dalam bab ini juga berisi
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penerimaan Pemakai Terhadap Sistem Teknologi Informasi
Penerimaan pemakai terhadap sistem teknologi informasi dapat
didefinisikan sebagai kemauan yang nampak didalam kelompok pengguna
untuk menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya.
Semakin menerima sistem teknologi informasi yang baru, semakin besar
kemauan pemakai untuk merubah praktik yang sudah ada dalam penggunaan
waktu serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem teknologi
informasi yang baru (Succi and Walter, 1999 dalam Shinta, 2009). Tetapi jika
pemakai tidak mau menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka
perubahan sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang
banyak bagi organisasi/perusahaan (Davis, l989; Venkatesh and Davis, 1996
dalan Shinta, 2009) menurutnya ada lima karakteristik dalam penerimaan
teknologi yaitu:
a. Keuntungan relatif/relative advantage (teknologi menawarkan perbaikan).
b. Kesesuaian/compatibility (konsisten dengan praktek sosial dan norma yang ada pada pemakai teknologi).
c. Complexity (kemudahan untuk menggunakan atau mempelajari teknologi).
e. Observability (keuntungan teknologi bisa dilihat secara jelas). Sistem informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem
efiling yang merupakan sebuah layanan pengiriman atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi ke
Direktorat Jendral Pajak melalui sebuah Application Service Provider (ASP) atau Penyedia Jasa Aplikasi dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet
secara online dan realtime. Penerapan sistem e-filing ini dapat memudahkan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) di mana dan
kapan saja. Selain itu, sistem e-filing ini dapat digunakan oleh Direktorat
Jendral Pajak sebagai pengendalian dalam mencegah terjadinya praktek
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Lina (2007) dalam Gita (2010) menyatakan bahwa jika pengguna
memiliki pengalaman yang cukup memadai dalam menggunakan e-filing, maka kepercayaan diri pengguna tersebut terhadap penggunaan e-filing semakin tinggi sehingga akan menganggap pengoperasian e-filing cukup mudah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penerimaan dan
penggunaan sistem e-filing oleh pemakai yang terlibat langsung dalam penggunaan sistem informasi harus diperhatikan dalam penyusunan,
pengembangan, dan penerapannya agar sistem e-filing berhasil dan sukses walaupun reaksi pengguna sistem e-filing seringkali tidak dapat diprediksi. Sistem informasi yang baik dan bermutu dari e-flling akan berpengaruh terhadap kebiasaan dan perilaku pengguna dalam meningkatkan kinerja
Menurut Malone (1997) dalam Gita (2010), berdasarkan teori
keperilakuan, diajukan teori yang mengatakan bahwa teknologi informasi
mampu mengubah hierarki dari pengambilan keputusan pada organisasi
dengan cara menekan biaya yang diperlukan oleh informasi dan memperluas
distribusi informasi. Terkait dengan e-filing, dengan diciptakannya e-filing dalam Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat merampingkan posisi-posisi
dalam organisasi tersebut. Teknologi informasi mampu membawa informasi
langsung dari unit-unit operasi ke atasan, dengan demikian mengurangi
pekerja data yang terkait. Teknologi informasi juga dapat mendistribusikan
informasi secara langsung kepada para pekerja di level yang lebih rendah.
Aspek keperilakuan dalam implementasi teknologi informasi juga
berkaitan dengan penerimaan pengguna terhadap teknologi informasi yang
diterapkan. Teori penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi informasi
disebut Technology Acceptance Model (TAM). Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor diterimanya
penggunaan teknologi informasi.
B. Theory of Reasoned Action (TRA)
TRA adalah model yang secara umum menjelaskan dan memprediksi
tujuan berperilaku/behavioral intentions pada berbagai setting. Model ini didasarkan atas asumsi bahwa manusia membuat keputusan rasional
didasarkan atas informasi yang tersedia pada mereka. Ada tiga komponen
Behavioral intention mengukur kekuatan tujuan untuk melakukan tindakan tertentu. Attitude menggambarkan perasaan positif atau negatif individu (menilai dampak/evaluative affect) tentang kinerja dari target suatu tindakan. Subjective norm mengarah pada persepsi seseorang tentang kebanyakan orang yang akan bertanya mengenai apakah dia harus atau tidak
melakukan tindakan tersebut (Fishbein & Ajzen, 1980 dalam Jogiyanto,
2007).
Gambar 1: Theory of Reasoned Action (TRA)
Sumber : Ajzen dan Fishbein, 1980 dalam Jogiyanto, 2007)
Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) ini menjelaskan tahap-tahapan manusia melakukan perilaku. Pada tahap awal, perilaku
(behavioral) diasumsikan ditentukan oleh minat (intention). Pada tahap berikutnya minat-minat dapat dijelaskan dalam bentuk sikap-sikap terhadap
perilaku (attitude toward the behavioral) dan norma-norma subyektif (subjective norm). tahap ketiga mempertimbangkan sikap-sikap (attitudes) dan norma-norma subyektif (subjective norm) dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilakunya dan tentang
ekspektasi- ekspektasi normatif dari orang yang direferensi (referent) yang relevan. Secara keseluruhan, berarti perilaku seseorang dapat dijelaskan
dengan pertimbangan-pertimbangan kepercayaan. Karena
kepercayaan-kepercayaan seseorang mewakili informasi yang mereka peroleh tentang
dirinya sendiri dan tentang dunia disekeliling mereka, ini berarti bahwa
perilaku terutama ditentukan oleh informasi ini.
C. Technology Acceptance Model (TAM)
TAM merupakan adaptasi dari Theory of Reasoned Action Model (TRA) yang secara khusus telah disesuaikan dengan model penerimaan system
Gambar 2 : Hubungan antar komponen dalam TAM Sumber: Davis (1986) dalam Szana(1996).
TAM menjelaskan hubungan antara keyakinan (beliefs) yang terdiri atas persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dengan sikap (attitude), tujuan (intention) pemakai serta pengguaan nyata dari sistem. Perspesi kegunaan (perceived usefulness) didefinisikan oleh Davis et al. (1986) sebagai suatu tingkat dimana seseorang percaya bahwa penggunaan system secara khusus akan
meningkatkan kinerjanya. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana seseorang percaya bahwa penggunaan sistem secara khusus akan mengarah pada suatu
usaha.
Wiyono (2008) menggunakan konstruk asli TAM yang dibuat oleh Davis (1989), yaitu persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi
kemudahan penggunaan (perceived ease of use), sikap (attitude), minat perilaku (behavioral intention), penggunaan senyatanya (actual use) dan ditambahkan beberapa konstruk eksternal yaitu, pengalaman (experience), kerumitan (complexity), Jenis kelamin (Gender), kesukarelaan (voluntariness). Sun (2003) dalam Gardner dan Amoroso (2004) melakukan studi
analisa untuk hasil-hasil penelitian modal TAM. Dari hasil studi analisa
diperoleh hasil bahwa persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) menunjukkan hubungan yang signifikan dengan persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) pada 15 hasil penelitian, tapi ada 2 hasil penelitian yang menunjukkan tidak signifikan. Faktor gender dan pengalaman
merupakan faktor eksternal yang berdampak pada persepsi kegunaan
(Perceived Usefulnes). Sun, Heshan dan Zhang, Ping., (2006) dalam Shinta (2009) juga melakukan studi analisa lagi pada 54 artike jurnal diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Construct berbeda-beda, sebagai contoh beberapa studi menggunakan attitude sedangkan yang lain menggunakan behavioral intension dan actual usage sebagai indikator penerimaan pemakai.
D. Persepsi
Persepsi adalah bagaimana seseorang melihat atau menginterprestasikan
suatu kejadian, objek dan manusia. Individu bertindak berdasarkan pada
persepsinya tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut akurat atau tidak
dalam meggambarkan kenyataan. Penjelasan mengenai kenyataan mungkin
akan sangat berbeda dari individu yang satu dengan individu yang lain.
Persepsi didefinisikan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995) sebagai
tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang
mengetahuai beberapa hal melalui panca indera. Persepsi bersifat sangat
subyektif dan situasional karena bergantung pada suatu kerangka ruang dan
waktu. Persepsi ditentukan oleh faktor personal (sikap, motivasi, kepercayaan,
pengalaman dan pengharapan) dan faktor situasional (waktu, keadaan sosial
dan tempat kerja).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, persepsi merupakan suatu proses
aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian dan pendapat tehadap
suatu objek berdasarkan informasi yang diterima. Persepsi dalam penelitian ini
adalah suatu proses penilaian seseorang terhadap sistem e-filing.
1. Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
Persepsi kegunaan (perceived usefulness) merupakan suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa pengguna suatu sistem tertentu
akan dapat meningkatkan kinerjanya (“as the extent to which a person
believes that using a technology will enhance her or his performance”)
2. Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)
Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem
tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui
kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut. Persepsi
kemudahan penggunaan (perveived ease of use) merupakan tingkat dimana seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk dipahami. Davis (1989)
mengungkapakan kemudahan yang dipersepsikan adalah tingkat dimana
seseorang percaya bahwa penggunaan suatu sistem tertentu dapat
menjadikan orang tersebut bebas dari uasaha (free of effort). Bebasa dari usaha yang dimaksud adalah bahwa saat seseorang menggunkan sistem, ia
hanya memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari sistem tersebut
karena sistem tersebut sederhana, tidak rumit, dan mudah dipahami, sudah
dikenal (familiar).
3. Sikap Terhadap Menggunakan (Attitude Toward Using)
Menurut Davis et al. (1989), “sikap (attitude) merupakan cermin perasaan suka atau tidak suka tentang kinerja dari target perilaku yang
telah dilakukan (“an individual’s positive or negative feelings about
performing the target behavioral”)”. Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavioral) juga didefinisikan oleh Mathieson (1991), “sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan sistem (“the
user’s evaluation of the desirability og his or her using the system”.)”.
(2009) juga mendapatkan hasil yang sama yaitu variabel attitude mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel behavior intention to use.
4. Minat Perilaku (Behavioral Intention)
Minat perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Minat-itensi
berhubungan dengan perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan volitional
dan dapat memprediksi mereka dengan akurasi yang tinggi. Akan tetapi,
minat-minat dapat berubah menurut waktu. Semakin lebar interval waktu,
semakin mungkin terjadi perubahan-perubahan di minat-minat. Suatu
pengukur dari minat yang diperoleh sebelum perubahan terjadi tidak dapat
diharapkan memprediksi perilaku secara akurat. Akurasi dari prediksi
biasanya akan menurun dengan jumlah waktu yang terjadi antara
pengukuran minat tersebut dengan observasi dari perilaku.
5. Penggunaan Sesungguhnya (Actual Use)
“Penggunaan sesungguhnya (actual use) adalah kondisi nyata penggunaan sistem (Davis, 1989)”. Seseorang akan puas menggunakan
sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan
akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi
nyata penggunaan (Natalia Tangke, 2004).
6. Kerumitan (Complexity)
pemakai (Rogers dan Shoemaker, 1971). Davis (1989) dan Igbaria et al.
(1996) mengukur kerumitan ini dalam bentuk waktu yang dihabiskan
untuk melakukan tugas-tugas, integrasi dari hasil Komputer kedalam
pekerjaan yang sedang dilakukan, dan vulnerability. Thompson et al. (1991) menemukan bahwa semakin rumit suatu inovasi, semakin rendah
tingkat penerimaan inovasi tersebut.
E. E-Filing
E-filig adalah sebuah layanan pengiriman atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik ke Direktorat Jendral Pajak melalui
sebuah ASP (Application Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi) dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet secara online real time, sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan pencetakan semua
formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual. Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan
kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila data-data Surat
Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai
dikirim secara elektronik.
E-filing ini sengaja dibuat agar tidak ada persinggungan Wajib Pajak dengan aparat pajak dan kontrol Wajib Pajak bisa tinggi karena merekam
Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan sebuah peraturan mengenai e-filing ini yaitu Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ./2008 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dan Penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan secara Elektronik
(e-filing) melalui
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika
sudah menggunakan fasilitas e-filing sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini karena pengiriman data SPT dapat dilakukan di
mana saja dan kapan saja serta dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau
beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak. E-filing mempermudah penyampaian SPT dan memberi keyakinan kepada Wajib pajak bahwa SPT itu sudah benar diterima
Direktorat Jenderal Pajak serta keamanan jauh lebih terjamin.
Alat kelengkapan e-filing meliputi Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), Surat permohonan memperoleh e-FIN, e-FIN atau Electronic Filling Identification Number, Digital Certificate, e-SPT, bukti penerimaan E-SPT. Penjelasan mengenai alat kelengkapan e-filling adalah sebagai berikut:
ASP atau Application Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi adalah perusahaan yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
yang dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara
memperoleh e-FIN adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagai permohonan untuk melaksanakan e-filing.
e-FIN atau Electronic Filling Identification Number adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat terdaftar
kepada Wajib Pajak (WP) yang mengajukan permohonan e-filing. E-FIN ini tidak sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Digital Certificate adalah sebuah sertifikat berbentuk digital yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk kepentingan
pengamanan data SPT. Sertifikat ini mirip dengan sertifikat yang diberikan
oleh pihak yang berkompeten untuk menjamin validitas transaksi saat
melakukan pembayaran secara on-line. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga hanya bisa dibaca oleh sistem tertentu (dalam hal ini sistem penerimaan SPT ASP dan Direktorat
Jenderal Pajak) dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tertentu
pula.
e-SPT adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang berbentuk formulir elektronik (Compact Disk) yang merupakan pengganti lembar manual SPT. E-SPT ini tersedia untuk berbagai jenis laporan dan dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana
wajib pajak terdaftar. E-SPT ini juga dapat dibeli melalui layanan pajak. Bukti Penerimaan SPT Elektronik adalah bukti penerimaan Surat
Pemberitahuan (SPT) yang dikirimkan lewat Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
on-line. Fungsi bukti penerimaan ini adalah sama dengan bukti penerimaan SPT secara off line.
Berikut ini merupakan prosedur penggunaan e-filling adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak menyampaikan Surat Permohonan memperoleh e-FIN atau melaksanakan e-filing kepada Direktorat Jenderal Pajak yaitu kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
2. Direktorat Jenderal Pajak via Kantor Pelayanan Pajak memberikan e-FIN 3. Wajib Pajak mendaftar ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dan meminta Digital
Certificate ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) 4. Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak memberikan
Digital Certificate melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
5. Wajib Pajak melakukan e-filing ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak
6. Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak memberikan bukti
penerimaan e-SPT yang mengandung informasi berupa : NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Transaksi
Penyampaian SPT (NTPS), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), nama
ASP.
Wajib Pajak menyampaikan print out dari Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) berupa induk SPT yang sudah diberi bukti penerimaan elektronik,
ditandatangani dan dilampiri sesuai ketentuan Kantor Pelayanan Pajak.
selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
standar waktu adalah Waktu Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian, Surat
Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik (e-filing) pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang telah jatuh pada hari libur,
dianggap disampaikan tepat waktu.
Untuk saat ini fasilitas e-filing melalui www.pajak.go.id diberikan hanya untuk 2 jenis SPT saja, yaitu:
1) SPT Tahunan OP Formulir 1770S
Bagi wajib pajak yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih
pemberi kerja; dari dalam negeri lainnya; dan/atau yang dikenakan Pajak
Penghasilan final dan/atau bersifat final) dan;
2) SPT Tahunan OP Formulir 1770SS
Bagi wajib pajak yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi
kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan tidak mempunyai
penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga
koperasi). Melaporkan SPT kini bisa dilakukan 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu dan dapat dilakukan di mana saja sepanjang Anda terhubung
dengan internet dan dapat mengakses ke www.pajak.go.id Anda Tidak
F. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
Dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan secara online (e-Filing) Wajib Pajak dapat menggunakan jasa dari Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi
(Application ServiceProvider) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Syarat-syarat perusahaan penyedia jasa aplikasi yang dapat ditunjuk
oleh Direktorat Jenderal Pajak, yaitu :
1. Berbentuk badan
2. Memiliki izin usaha penyedia jasa aplikasi
3. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
4. Menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak Perusahaan
penyedia jasa aplikasi yang memenuhi syarat-syarat di atas, dapat
mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal Pajak agar ditunjuk
sebagai perusahaan penyedia jasa aplikasi yang dapat menyalurkan Surat
Pemberitahuan secara online (e-Filing).
Terdapat 4 perusahaan penyedia jasa aplikasi yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak, antara lain :
1. PT. Garuda Mitra Utama (www.laporpajak.com)
2. PT. Mitra Pajakku (www.pajakku.com)
3. PT. Travelgare Indonesia (www.layananpajak.com)
4. PT. Sarana Prima Telematika (www.SPT.co.id)
Menurut keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-05/PJ/2005
e-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), yang dimaksud dengan :
a. Surat Pemberitahuan adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat
Pemberitahuan Tahunan yang berbentuk formulir elektronik dalam media
komputer (e-SPT).
b. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing) adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan yang dilakukan melalui
sistem online yang real time.
c. Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktorat
Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian
Surat Pemberitahuan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak
d. Electronic Filing Identification Number (EFIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan
Surat Pemberitahuan secara e-Filing.
e. Sertifikat (Digital Certificate) adalah alat yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses e-Filing melalui suatu ASP kepada Direktorat Jenderal Pajak.
f. Kode Aktivasi adalah kode yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk
mengaktifkan software e-SPT.
g. NTPA (Nomor Transaksi Pengiriman ASP) adalah bukti penerimaan Surat
h. NTPS (Nomor Transaksi Penyampaian SPT) adalah bukti penerimaan
Surat Pemberitahuan secara elektronik yang menyatakan bahwa Surat
Pemberitahuan telahditerima oleh Direktorat Jenderal Pajak.
G. Penelitian Yang Relevan
Davis et al. (1989) mengembangkan model Technology Acceptance Model (TAM) untuk meneliti faktor-faktor determinan dari penggunaan Teknologi Informasi oleh pengguna. Menurut Davis, penggunaan Teknologi
Informasi dipengaruhi oleh minat (intention) pemanfaatan Teknologi Informasi. Dalam penelitian Davis, minat ini dipengaruhi oleh perceived usefulness dan perceived ease of use.
DeLone dan McLean (1992) melakukan studi yang mendalam
mengenai kesuksesan sistem informasi menyatakan bahwa kesuksesan sistem
informasi dipengaruhi oleh perceived information quality dan perceived system quality merupakan prediktor yang signifikan bagi user satisfaction. User satisfaction juga merupakan prediktor yang signifikan bagi intended use dan perceived individual impact.
Penelitian tentang sistem e-filling juga telah dilakukan yaitu mengenai penerimaan Wajib Pajak terhadap penggunaan e-filling dengan menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) yang berbeda variabel. Studi yang dilakukan Wiyono (2008) terhadap para Wajib Pajak yang telah
senyatanya, sedangkan kerumitan tidak berpengaruh signifikan terhadap
persepsi kegunaan. Pengalaman tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
persepsi kegunaan maupun minat perilaku. Jenis kelamin hanya berpengaruh
signifikan pada persepsi kemudahan. Persepsi kemudahan berpengaruh
signifikan terhadap sikap dan persepsi kegunaan. Sedangkan persepsi
kegunaan terhadap penggunaan actual tidak signifikan pada tingkat
kepercayaan. Persepsi kegunaan berpengaruh signifikan pada tingkat
kepercayaan 90% terhadap sikap Wajib Pajak. Persepsi kegunaan berpengaruh
signifikan terhadap minat perilaku Wajib Pajak. Sedangkan minat perilaku,
persepsi kegunaan, dan kesukarelaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
penggunaan e-filling.
Gita (2010) juga melakukan studi empiris terhadap perilaku
Penelitian Tjhai (2003) menggunakan variabel kesesuaian tugas (job fit) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi oleh akuntan publik. Tjai juga menggunakan variabel kerumitan, variabel yang
juga digunakan oleh Wiyono (2008) serta Amoroso dan Gadner (2004)
sebagai faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi.
Kharisma (2011) melakukan penelitian terhadap karyawan perusahaan
penggunaan software akuntansi MYOB. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kharisma menunjukkan hasil bahwa pengalaman tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap persepsi kegunaan maupun persepsi kemudahan
penggunaan. Kerumitan tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi
kegunaan maupun persepsi kemudahan penggunaan. Sedangkan kesesuaian
tugas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan penggunaan memliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi
kegunaan. Persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap penggunaan. Persepsi
kegunaan berpengaruh signifikan terhadap minat perilaku penggunaan. Sikap
terhadap penggunaan berpengaruh signifikan terhadap minat perilaku
penggunaan. Minat perilaku penggunaan berpengaruh signifikan terhadap
penggunaan senyatanya.
Shinta (2009) melalukan penelitian penerimaan Sistem Informasi
iCons pada karyawan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Di Kota
H. Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square merupakan metode analisis yang powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi
dan ukuran sampel tidak harus besar. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang
belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi (Ghozali, 2006).
PLS digunakan untuk mengetahui kompleksitas hubungan suatu
konstruk dan konstruk yang lain, serta hubungan suatu konstruk dan indikator
–indikatornya. PLS didefinisikan oleh dua persamaan, yaitu inner model dan outer model. Inner model menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk dan konstruk yang lain, sedangkan outer model menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk dan indkator-indikatornya. Konstruk terbagi
menjadi dua yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen. Konstruk eksogen
merupakan konstruk penyebab, konstruk yang tidak dipengaruhi oleh konstruk
lainnya . konstruk eksogen memberikan efek kepada konstruk lainnya,
sedangkan konstruk endogen merupakan konstruk yang dijelaskan oleh
konstruk eksogen. Konstruk endogen adalah efek dari konstruk endogen
(Yamin dan Kurniawan, 2009) dalam Denny (2012).
1. Ciri-ciri model Indikator reflektif:
a. Arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator.
b. Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (instrumen harus
c. Menghilangkan satu indikator, tidak akan merubah makna dan arti
konstruk yang diukur.
d. Kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.
Contoh Indikator reflektif :
Gambar 3 : Indikator Refleksif Sumber : Wiyono (2011: 397)
2. Ciri-ciri model indikator formatif :
a. Arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk.
b. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji
reliabilitas konsistensi internal).
c. Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari konstruk.
d. Kesalahan pengukuran berada pada tingkat variabel laten (zeta)
VARIABEL LATEN
Contoh Indikator formatif :
Gambar 4: Indikator Formatif Sumber : Wiyono (2011: 397)
1. PEMODELAN di dalam PLS:
a. Inner model model struktural yang menghubungkan antar konstruk. b. Outer model model pengukuran yang menghubungkan indikator
dengan konstruknya.
2. Langkah – langkah dalam PLS :
a. Merancang Model Struktural (inner model). b. Merancang Model Pengukuran (outer model). c. Mengkonstruksi Diagram Jalur.
d. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan.
e. Estimasi: Koef. Jalur, Loading dan Weight. f. Evaluasi Goodness of Fit.
g. Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping).
Tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linear agregat dari
indikator-VARIABEL LATEN
indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variable laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang
menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran
yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi (Ghozali,
2006).
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh
ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (Ghozali,
2006).
1. Model Pengukuran atau Outer Model
Model ini digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari
indikator. Indikator dalam penelitian ini adalah reflektif karena indikator
varibel laten mempengaruhi indikatornya, untuk itu digunakan 3 cara
a. Convergent validity : dinilai berdasarkan korelasi antara item skor/komponen skor dengan konstruk skor yang dihitung dengan PLS, Korelasi dikatakan tinggi jika melebihi 0,70.
b. Discriminant validity : dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih
besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan
bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik
dari pada ukuran blok lainnya. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2006).
Jika semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan average communalities dalam blok. Fornnel dan Larcker (1981) menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur
reabilitas component score variabel laten dan hasil lebih konservatif di bandingkan dengan composite reability (ρс). Direkomendasikan nilai
AVE harus lebih besar 0,50.
c. Composite realibility : dengan mengunakan output yang dihasilkan PLS. Nilai dari composite realibity harus diatas 0,70
2. Model Struktural atau Inner Model
predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
I. Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Andrianto Sugiartono Wiyono (2008) tentang Evaluasi Penerimaan Wajib
Pajak Terhadap Penggunaan e-filing Sebagai Sarana Pelaporan Pajak Secara On-line dan Realtime. Konstruk-konstruk pada penelitian tentang e-filing ini terdiri dari satu konstruk eksternal yang dikembangkan oleh Andrianto
Sugiartono Wiyono (2008) dan Amoroso dan Gardner (2004) yaitu kerumitan
(complexity), 4 (empat) konstruk original TAM yang dikembangkan oleh Davis et al. (1989).
1. Pengaruh kerumitan (complexity) terhadap persepsi kegunaan (usefulness) dan penggunaan sesungguhnya (actual use)
Kerumitan didefinisikan sebagai seberapa sulit suatu teknologi
komputer untuk dipahami dan digunakan yang dipersepsikan oleh pemakai
(Rogers dan Shoemaker, 1971). Davis (1996) dan Igbaria et al. (1996)
mengukur kerumitan ini dalam bentuk waktu yang dihabiskan untuk
melakukan tugas-tugas, integrasi dari hasil komputer kedalam pekerjaan
yang sedang dilakukan, dan vulnerability.
Thompson et al. (1991) menemukan bahwa semakin rumit suatu
inovasi, maka semakin rendah tingkat peneriamaan inovasi tersebut. Dari
hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Gardner dan Amoroso (2004)
menemukan bahwa kerumitan (complexity) berpengaruh negatif terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan penggunaan sesungguhnya (actual use). Penggunaan suatu teknologi informasi dapat di tunjukan dalam konteks penerimaan atas inovasi, jika suatu inovasi semakin sulit
untuk dipahami dan digunakan maka akan menurunkan fungsi dan
kegunaan dari suatu inovasi tersebut yang mempengaruhi keputusan
pemakai untuk menggunakan. maka hasil ini mendukung sebuah
hubungan yang negatif antar kompleksitas dengan penggunaan teknologi
informasi. Peneliti ingin menguji kembali hubungan antara kerumitan
terhadap penggunaan sesungguhnya dan persepsi kegunaan.
H1b: Kerumitan (complexity) berpengaruh negatif terhadap penggunaan sesungguhnya (actual use) dalam penggunaan e-filing.
2. Pengaruh persepsi kegunaan (perceived usefulness) terhadap sikap untuk menggunakan e-filing (attitude toward using) dan minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral intention to use)
Persepsi kegunaan (perveived usefulness) adalah sejauh mana individu percaya bahwa dengan menggunakan teknologi dapat membantu
meningkatkan kinerja tugasnya (Gardner & Amoroso, 2004). Davis (1989)
mendefinisikan persepsi kegunaan (perceived usefulness) sebagai tingkatan sejauh mana seseorang yakin bahwa menggunakan sebuah
sistem akan meningkatkan kinerjanya. Penelitian Davis, et al (1989) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan (perceived usefulness) dengan pemakaian (usage) mempunyai hubungan yang kuat.
Dari definisinya, diketahui bahwa persepsi kegunaan (perceived usefulness) merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Dengan demikian jika seseorang merasa percaya
bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya.
Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang
berguna maka dia tidak akan menggunakannya.
Pernyataan Sun (2003) mendukung hasil penelitian Davis (1989)
penelitiannya, 8 studi memperoleh hasil bahwa persepsi kegunaan
(perceived usefulness) mempunyai hubungan yang signifikan dengan attitude, 13 studi memperoleh hasil bahwa persepsi kegunaan (perceived usefulness) mempunyai hubungan yang signifikan dengan behavior intention to use.
Wiyono (2008) menguji pengaruh persepsi kegunaan terhadap
penggunaan e-filing diwalayah kota semarang. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa sikap dan minat dipengaruhi oleh persepsi kegunaan
(Perceived usefulness). Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji kembali hubungan antara persepsi kegunaan (perceived usefulness) terhadap sikap menggunakan (attitude toward using) dan minat perilaku menggunakan (behavioral intention to use). Atas dasar ini, maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H2a: Persepsi kegunaan (perceived usefulness) berpengaruh positif terhadap sikap menggunakan e-filing (attitude toward using) H2b: Persepsi kegunaan (perceived usefulness) berpengaruh positif
3. Pengaruh persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan sikap untuk menggunakan e-filing (attitude toward using).
Persepsi kemudahan penggunaan e-filing (perceived ease of use e-filing) didefinisikan sebagai suatu tingkat kepercayaan individu bahwa dengan menggunakan teknologi akan membawa mereka terbebas dari
usaha secara fisik dan mental (Gardner & Amoroso, 2004). Menurut
konsep TAM, attitude secara bersama-sama dipengaruhi oleh perceived usefullness, perceived ease of use dan variabel eksternal seperti commitment to system use dan self efficacy, (Warsaw et al, 1989 dalam Shinta, 2009)
Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness), sikap (attitude), minat (intention), dan pengguna sesungguhnya (actual use) (Chau, 1996). Davis et al. (1989) membuktikan bahwa persepsi kemudahan penggunaan (Perceived ease of use) mempunyai dampak baik secara langsung atau tidak langsung pada persepsi kegunaan (perceived usefulness), melalui attitude.
Menururt Davis (1989), persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) menjelaskan persepsi user terhadap usaha yang diperlukan untuk memanfaatkan sebuah sistem. Davis (1989)
menambahkan jika seseorang cenderung menggunakan sebuah sistem,
kinerja yang diinginkan. Meskipun demikian, kepercayaan terhadap
manfaat sistem tidak akan membantu dalam pemanfaatan apabila mereka
meyakinan bahwa sistem sulit digunakan sehingga usaha ekstra yang
dikeluarkan untuk mencapai kinerja tidak sepadan dengan hasil yang
dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa perceived ease of use mempengaruhi perceived usefulness dan attitude. Atas dasar ini, maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H3a : Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) berpengaruh positif terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) dalam penggunaan e-filing.
H3b : Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) berpengaruh positif terhadap sikap untuk menggunakan e-filing (attitude toward using).
4. Pengaruh sikap menggunakan e-filing (attitude towards using) terhadap minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral intention to use)
Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior) didefinisikan oleh Davis et al. (1989) sebagai perasaan positif atau negatif dari
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (“an
individual’s positive or negative feelings about performing the target
ketertarikannya menggunakan system (“the user’s evaluation of the
desirability of his or her using the system”) dan juga menemukan variabel sikap (attitude) secara statistik signifikan untuk menjelaskan variabel minat perilaku menggunakan (behavior intention to use). Wiyono (2008) juga mendapatkan hasil yang sama yaitu variabel sikap (attitude) mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel minat perilaku
menggunakan (behavior intention to use). Sun (2003) melakukan penelitian untuk menganalisis TAM. Dia menemukan hasil bahwa dari
hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk hubungan attitude dengan behavior intention to use menunjukkan hasil bahwa dari hasil penelitan terdapat 3 penelitian yang signifikan sedangkan yang tidak signifikan ada
4 penelitian.
Kharisma (2011) secara empris juga membuktikan bahwa attitude mempengaruhi minat perilaku penggunaan MAYOB (behavioral intention to use). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang mempengaruhi mereka dalam memutuskan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
sebuah sistem/teknologi. Atas dasar ini, maka dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
5. Pengaruh minat perilaku untuk menggunakan e-filing (behavioral) terhadap penggunaan e-filing sesunggunnya (actual use)
Minat perilaku ( bahavioarl intention) adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang tertentu.
Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai keinginan atau minat (behavioral intention) untuk melakukannya.
Kesulitan untuk mengukur penggunaan senyatanya membuat
banyak penelitian berhenti sampai pada minat perilaku meskipun minat
perilaku merupakan pengukur kekuatan dari minat seseorang untuk
melakukan suatu perilaku. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa minat perilaku (behavioral intention) merupakan pemrediksi yang baik dari penggunaan teknologi oleh pemakai sistem (Davis et al., 1989;
Taylor dan Todd, 1995; Venkatesh dan Davis, 2000 dalam Jogiyanto,
2007).
Kharisma (2011) juga membuktikan bahwa minat perilaku
(behavioral intention) mempengaruhi pengguna senyatanya (actual use) MYOB. Hal ini menunjukkan bahwa minat seseorang mempengaruhi mereka dalam memutuskan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
sebuah sistem/teknologi. Atas dasar ini, maka dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitan ini yaitu studi kasus yaitu penelitian yang memusatkan pada suatu objek dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Objek dalam
penelitan ini yaitu wajib pajak di wilayah kota Yogyakarta. Kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitan ini hanya berlaku pada kota Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Untuk mengetahui wajib pajak yang sudah menggunakan e-filing maka peneliti melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Panembahan Senopati No.20,
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2013.
C. Data Yang Diperlukan Dari KPP Pratama Yogyakarta
1. Wajib pajak yang sudah menggunakan e-filing 2. Nama wajib pajak
3. Alamat Wajib Pajak
D. Data dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah Data primer, yaitu informasi
diperoleh dengan metode pembagian kuesioner kepada wajib pajak yang
sudah menggunakan e-filing. 2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu untuk bisa
mengetahui siapa saja wajib pajak di kota Yogyakarta yang sudah
menggunakan e-filing, peneliti melakukan wawancara langsung dengan petugas atau pejabat kantor pelayanan pajak kota Yogyakarta dan untuk
data utama dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden dengan cara mengirim kuesioner kepada wajib pajak yang
sudah menggunakan e-filing sesuai dengan informasi yang diperoleh penulis dari kantor pelayanan pajak secara langsung dan melalui e-mail.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2002 ; hal. 72). Populasi dalam penelitian ini adalah para Wajib Pajak
orang pribadi di Yogyakarta. Alasan penggunaan setting penelitian di Yogyakarta adalah karena penelitian ini lebih berfokus terhadap perilaku
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2002;hal 73). Sampel dalam penelitian ini
adalah para Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan e-filing di wilayah Kota Yogyakarta.
F. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah kuesioner yang dikembangkan dan digunakan oleh Amoroso dan Gardner
(2004) dan juga yang dipakai oleh Wiyono (2008) dalam penelitiannya
sehingga memungkinkan untuk meningkatkan validitas dan realibilitas
pengukuran. Pengukuran masing-masing variabel menggunakan skala Likert 1
sampai dengan 5 yang masing-masing mempunyai arti sebagai berikut :
1 = sangat tidak setuju (STS) 2 = tidak setuju (TS)
3 = Netral (N) 4 = setuju (S)
5 = sangat setuju (SS)
1. Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness)
Persepsi kegunaan adalah sejauh mana individu percaya bahwa dengan menggunakan teknologi dapat membantu meningkatkan kinerja
tugasnya (Gardner & Amoroso, 2004). Davis (1989) mendefinisikan
persepsi kegunaan (perceived usefulness) sebagai tingkatan sejauh mana seseorang yakin bahwa menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan
kinerjanya. Persepsi kegunaan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu