• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1508473366BAB 5 Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya RPIIJM Aceh Selatan docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1508473366BAB 5 Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya RPIIJM Aceh Selatan docx"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 1 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Pada kerangka pendanaan infrastruktur bidang cipta karya sebagaimana

yang sesuai dengan PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan

pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah

Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong

untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas

lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana

baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja

untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah

terbangun.

Namun, seringkali Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan fiskal

dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah

cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu

dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan

sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu,

alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan

untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah

daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan

dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang

Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIIJM bidang Cipta Karya pada

dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam

(2)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 2 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari

masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang

Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan

arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi

daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam

hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,

moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah:

untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah

didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan.

Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah

yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

(3)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 3 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan

DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.

Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang

ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan

besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan

kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas

urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman

pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan

oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan

bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,

pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan

urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011

Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah,

Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta

Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung

kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam

melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%

penerimaan APBD tahun sebelumnya;

(4)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 4 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang

bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib

mendapatkan persetujuan DPRD;

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005

Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):

Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam

penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat

dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum,

infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan

Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan

Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010

Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang

Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran

nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK

(5)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 5 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan

sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di

kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan

permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk

program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target

Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang mempertimbangkan:

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

 Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air

limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada

masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan

melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan

untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi

sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

 Kerawanan sanitasi;

 Cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum

yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri:

Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian

PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana

program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus

mengacu pada RPIIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.

Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan

urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan

(6)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 6 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang

dibahas dalam RPIIJM bidang Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada

Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana

Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama

pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social

Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Distribusi dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan,

pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta

rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu,

dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal

dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan

bidang Cipta Karya.

5.2 Perkembangan Aspek Pendanaan

Pembahasan mengenai aspek pendanaan dalam penyusunan RPIIJM ini

adalah pada dasarnya adalah untuk membuat taksiran dan proyeksi dana yang

tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Aceh

(7)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 7 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

a. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah

terbangun.

b. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan dan peningkatan prasarana yang ada.

c. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Dalam melaksanakan suatu program, anggaran menjadi sesuatu yang sangat

penting dalam menentukan berjalan tidaknya suatu program. Pemerintah

Kabupaten Aceh Selatan dalam melaksanakan proses pembangunan juga

membuat anggaran, yaitu APBD Kabupaten Aceh Selatan. Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan

perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk

meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.

Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten

Aceh Selatan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

1. Adanyan Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses

penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi

masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya

dalam pelaksanaan APBD.

2. Adanyan Transparansi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus

dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh

masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap

jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan

manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun

akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah

(8)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 8 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

3. Memiliki Disiplin Anggaran

Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas

masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan

daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi

anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

4. Adanya Keadilan Anggaran

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang

dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan

untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan

rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan

masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi

diberikan beban yang tinggi pula.

5. Memiliki Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk

dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang

maksimal guna kepentingan masyarakat.

6. Adanya Taat Azas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan

daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam

penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah

lainnya.

5.3 Profil Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Aceh Selatan

Profil APBD Kabupaten Aceh Selatan menggambarkan struktur APBD

Kabupaten Aceh Selatan selama 5 tahun terakhir (2011-2015) dengan sumber

data yang berasal dari dokumen realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Belanja

daerah terbagi atas Belanja Aparatur dan Belanja Pelayanan Publik. Sejak

(9)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 9 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Daerah yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok

belanja daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja

Aparatur) dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik).

Sedangkan belanja daerah itu sendiri adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang

diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang dirubah dengan

Permendagri Nomor 56 Tahun 2007).

Tabel 5.1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

NO

3 Dana alokasi khusus

44.181.100.00

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah

(10)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 10 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa belanja tidak langsung

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan selama tahun 2011-2015 terlihat

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demikian pula dengan biaya langsung,

meskipun sedikit berfluktuasi. Komponen yang dianalisis berdasarkan

Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terutama pada Bab

V pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa :

I. PAD bersumber dari:

a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

d. Lain-lain PAD yang sah.

II. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah; dan

(11)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 11 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh, telah membuka peluang bagi Provinsi Aceh, termasuk

Kabupaten Aceh Selatan untuk mengembangkan zakat sebagai salah satu

sumber PAD. Hal ini tercantum dalam Pasal 180 ayat (1) butir (d)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Perkembangan

realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan selama lima tahun terakhir relatif

mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum maksimal dan

fluktuatif. Tahun 2008, jumlah PAD di Kabupaten ini sebesar

Rp.14.503.911.817,83. Jumlah PAD ini terus mengalami peningkatan menjadi

Rp.16.264.626.725,83 (tahun 2009), Rp.17.585.914.619,26 (tahun 2010) dan

Rp.33.502.663.375,45 (tahun 2012). Selanjutnya pada tahun 2014 Realisasi PAD

Kabupaten Aceh Selatan meningkat menjadi Rp.73.784.427.485,30 atau naik

signifikan 72,36 persen dari tahun 2013. Memperhatikan pencapaian 2014 maka

Tahun 2015 pos Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan mampu mencapai

Rp.79.039.081.500,-.

Sepanjang tahun 2008-2015, pertumbuhan rata-rata PAD Kabupaten Aceh

Selatan adalah 46,91 persen setiap tahunnya. Untuk tahun 2014, penerimaan

yang sangat menonjol disumbangkan lain-lain PAD yang sah, disamping berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah.

Penerimaan dari lain-lain PAD yang sah pada tahun 2014 mencapai

Rp.53.098.066.228,- dari tahun sebelumnya yakni Rp.8.999.488.740,00 atau

sekitar 490,01 persen dari tahun 2013. Peningkatan yang signifikan ini

disebabkan oleh masuknya pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

RSU dr. Yuliddin Away Tapaktuan.

Pada tahun-tahun sebelumnya, penerimaan yang disumbangkan dari pos

lain-lain PAD yang sah ini tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti

serta memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan Pendapatan Asli

Daerah. Penerimaan dari pos pajak daerah sepanjang tahun 2008 – 2015 belum menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang berarti bagi peningkatan

(12)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 12 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

PAD hanya sebesar Rp.2.142.906.557 (14,77 persen). Sementara itu, retribusi

daerah hanya menghasilkan sumbangan sekitar 13,44 persen dari total PAD pada

tahun 2008 atau berjumlah Rp.1.849.123.474,92. Demikian halnya dengan pos

Bagian Laba Usaha Daerah, juga belum memberikan kontribusi yang cukup

berarti terhadap PAD. Pada tahun 2008 kontribusi dari pos penerimaan ini yaitu

sebesar 9,28 persen atau berjumlah Rp 1.345.889.067,83.

Pada Tahun 2014 penerimaan daerah dari pos pajak daerah mencapai

Rp6.071.842.491,- dan proyeksi realisasi pada tahun 2015 sebesar

Rp6.581.064.500,-dengan pertumbuhan rata-rata selama Tahun 2008-2015

mencapai 14,26 persen. Begitu juga hal nya dengan pos pendapatan lainnya

yakni Retribusi Daerah meningkat rata-rata mencapai 34,41 persen, pos bagian

laba usaha yang dipisahkan naik rata-rata 16,72 persen, dan zakat sebanyak

34,37 persen.

Berdasarkan realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan tersebut, menunjukkan

adanya disparitas dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Kondisi ini

disebabkan belum optimalnya strategi dan kebijakan yang dijalankan serta

dipengaruhi pula pertumbuhan perekonomian daerah yang juga relatif masih

rendah. Konsekuensi dari permasalahan ini menyebabkan rasio Kemandirian

Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014 juga masih kecil yaitu

sebesar 7,28 persen. Ini menunjukkan ketergantungan Pemerintah Kabupaten

Aceh Selatan terhadap Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup tinggi.

b. Dana Perimbangan

Di dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 10 ayat (1) disebutkan

bahwa, Dana Perimbangan terdiri dari :

(a) Dana Bagi Hasil;

(b) Dana Alokasi Umum; dan

(13)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 13 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan

sumber daya alam. Pasal 11 ayat (2) menyebutkan bahwa Dana Bagi Hasil yang

bersumber dari:

(a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

(b) Pajak Penghasilan (PPh).

Pasal 11 ayat (3) menjelaskan bahwa Dana Bagi Hasil yang bersumber dari

sumberdaya alam, berasal dari:

(a) Kehutanan;

(b) Pertambangan;

(c) Perikanan;

(d) Pertambangan Minyak Bumi;

(e) Pertambangan Gas Bumi; dan

(f) Pertambangan Panas Bumi.

Jumlah penerimaan Dana Perimbangan selama tahun 2011 - 2015

mengalami kenaikan rata-rata sebesar 11,23 persen per tahunnya. Hingga akhir

tahun 2014, dana perimbangan yang dialokasikan dalam bentuk BHP, BHBP,

DAU, DAK dan bantuan keuangan dari Provinsi Aceh, mencapai

Rp.678.402.001.000,-. Penerimaan dana perimbangan Tahun 2014 meningkat

8,03 persen dari tahun sebelumnya sehingga untuk Tahun 2015 diproyeksikan

dapat mencapai Rp712.877.710.000,- atau meningkat 5,08 persen. Bila

dibandingkan dengan penerimaan dana perimbangan pada tahun 2008 yaitu

sebesar Rp 405,412 milyar maka penerimaan Dana Perimbangan pada Tahun

2014 telah meningkat sebesar Rp272.990.001.000,- atau meningkat 67,34

persen.

Berbeda halnya dengan sumber Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain

Pendapatan Daerah yang sah, maka besaran penerimaan Dana perimbangan

sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah Pusat. Oleh karena sifatnya yang

demikian, maka proyeksi penerimaan terhadap sumber ini harus diperhitungkan

(14)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 14 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Pusat pada tahun-tahun mendatang. Mengacu pada Undang-Undang

Pemerintahan Aceh, maka sejak tahun 2008 Provinsi Aceh menerima

pendapatan tambahan sebesar 2 persen dari alokasi DAU nasional selama 15

tahun, disusul 1 persen dari alokasi DAU nasional selama 5 tahun berikutnya

(sampai 2028). Undang-Undang Pemerintahan Aceh juga menyebutkan Provinsi

Aceh menerima 70 persen dari pendapatan migas. Untuk itu pemerintah daerah

harus membuat perencananaan pembangunan dan perencanaan anggaran yang

komperehensif, sehingga alokasi dana yang cukup besar ini mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi pembiayaan pembangunan

inftrastruktur, pemberdayaan sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta

mewujudkan kemadirian keuangan daerah.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah, terdiri atas dana penyumbang

(hibah); dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya;

bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya; Dana

penyesuaian dan otonomi khusus; dan bantuan dana kontingensi/penyeimbang

dari pemerintah. Tahun 2012, realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari

lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah mencapai Rp.62.194.169.666,22

sementara pada Tahun 2014 mencapai Rp.260.211.464.000,31. Angka ini akan

diperkirakan tetap positif sehingga pada Tahun 2015 diperkirakan mencapai

Rp.286.500.027.889,- atau meningkat 10,10 persen dari tahun 2014.

1. Belanja Daerah.

Manajemen belanja yang digunakan oleh pemerintah daerah selama ini

belum menunjukkan fungsi dan perannya secara efisien. Pemborosan adalah

fenomena umum yang terjadi diberbagai unit kerja pemerintah daerah. Lemahnya

manajemen perencanaan pengeluaran akan memunculkan kemungkinan

terjadinya underfinancing atau overfinancing, yang kesemuanya mempengaruhi

(15)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 15 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Pada umumnya masalah utama yang dihadapi unit kerja yang mengalami

underfinancing adalah rendahnya kapabilitas program kerja untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan publik. Sedangkan unit kerja yang menikmati

overfinancing, masalah yang dihadapi adalah efisiensi yang rendah. Besarnya

tuntutan kebutuhan publik, dihadapkan dengan dana yang tersedia dalam APBK

yang juga merupakan dana publik (public money) yang terbatas menyebabkan

kondisi ini dalam jangka panjang akan cenderung memperlemah peran

pemerintah daerah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur

(wirausaha) dalam proses pembangunan.

Pengelolaan belanja daerah harus dilaksanakan berlandaskan pada

anggaran kinerja (performance budget) yaitu belanja daerah yang berorientasi

pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan

efektifitas pelayanan publik, yang berarti belanja daerah harus berorientasi pada

kepentingan publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja daerah harus

digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik terutama masyarakat

miskin dan kurang beruntung (pro-poor), pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dan

perluasan lapangan kerja (pro-job).

Dari tabel di bawah ini, menunjukkan bahwa selama periode 2011-2015,

realisasi Belanja Daerah yang digunakan untuk Belanja Tidak Langsung tumbuh

rata-rata sebesar 23,13 persen. Sebahagian besar digunakan untuk belanja

pegawai dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 14,03 %, sedangkan Belanja

Langsung sebahagian besar digunakan untuk belanja barang dan jasa serta

belanja Modal, sedangkan sisanya digunakan untuk belanja pegawai. Dilihat dari

persetase penggunaannya maka perkembangan dari tahun 2011 hingga 2015

terlihat alokasi pemanfaatan anggaran daerah semakin baik. Proporsi belanja

tidak langsung semakin mengecil yakni 71,18 persen pada tahun 2011 menjadi

58,75 persen pada tahun 2015. Sementara belanja langsung meningkat dari

28,82 persen pada tahun 2011 menjadi 41,25 persen pada tahun 2015.

Gambaran perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan selama

(16)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 16 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Tabel. 5.2

Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2011-2015

No URAIAN

Jumlah

ӯ

2011 2012 2013 2014 2015

A Belanja Tidak Langsung

388.588.137.967,00 432.113.338.283,00 471.826.203.946,41 526.434.054.836,00 649.004.845.832,00 13,81

1 Belanja Pegawai 347.420.806.357,00 404.256.405.349,00 434.675.955.946,41 497.584.194.709,00 556.381.326.305,00 12,54

2 Belanja bunga - -

3 Belanja subsidi - - 400.000.000,00 700.000.000,00 700.000.000,00 18,75 4 Belanja Hibah 28.156.452.650,00 24.888.321.934,00 20.645.982.000,00 9.012.395.791,00 8.099.000.000,00 (23,78)

5 Belanja Bantuan Sosial 2.062.275.000,00 48.643.000,00 1.575.250.000,00 4.483.000.000,00 7.000.000.000,00 820,37

6 Belanja Bagi Hasil 3.000.000,00 - 1.168.629.750,00 0

7 Belanja Bantuan Keuangan

9.339.599.960,00 2.593.968.000,00 13.529.016.000,00 13.254.464.336,00 74.155.889.777,00 201,69

8 Belanja Tidak Terduga 1.606.004.000,00 326.000.000,00 1.000.000.000,00 1.400.000.000,00 1.500.000.000,00 43,55

B Belanja langsung 157.343.228.508,00 180.686.210.978,00 290.467.213.216,00 493.392.748.869,00 455.590.617.334,00 34,45

1 Belanja Pegawai 28.534.035.448,00 37.100.885.744,00 46.238.950.952,00 65.005.096.935,00 28.162.717.580,00 9,64

2 Belanja Barang dan Jasa 74.299.398.073,00 68.744.475.523,00 114.134.259.619,00 188.824.744.409,00 203.400.602.246,00 32,93

3 Belanja Modal 54.509.794.947,00 74.840.849.911,00 130.094.002.645,00 239.562.907.525,00 224.027.297.508,00 47,20

C.Total Belanja (A+B) 545.931.366.475,00 612.799.549.261,00 762.293.417.162,41 1.019.826.803.705,00 1.104.595.463.166,00 23,13

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (diolah)

5.3.1 Proporsi Penggunaan Anggaran.

Selama periode 2008-2015. penggunaan anggaran daerah yang

dialokasikan untuk pemenuhan belanja aparatur yaitu mencapai 51,16 persen

pada tahun 2008, sebesar 63,90 persen pada tahun 2010, dan meningkat

menjadi 72,02 persen pada tahun 2012. Selanjutnya kondisi ini semakin

(17)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 17 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

dialokasikan untuk pemenuhan belanja aparatur menjadi 61,90 persen. Semakin

membaik pada Tahun 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 51,62 persen dan

58,75 persen.

Tabel 5.3

Proporsi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008-2015

No

Uraian

Total Belanja Untuk pemenuhan

kebutuhan aparatur

Total Pengeluaran (Belanja + Pembiayan

Pengeluaran) Persentase

1 Tahun Anggaran 2008 245.248.778.199 479.359.801.566,50 51,16 2 Tahun Anggaran 2009 271.900.222.149 451.583.467.525,50 60,21 3 Tahun Anggaran 2010 306.875.199.614 480.260.375.715,49 63,90

4 Tahun Anggaran 2011 375.954.841.845 547.172.346.184,00 68,71 5 Tahun Anggaran 2012 441.357.291.093 612.799.549.261,00 72,02

6 Tahun Anggaran 2013 471.826.203.946 762.293.417.162,41 61,90

7 Tahun Anggaran 2014 526.434.054.836 1.019.826.803.705,00 51,62

8 Tahun Anggaran 2015 649.004.845.832 1.104.595.463.166,00 58,75

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan, diolah)

Hal ini menunjukkan bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir alokasi belanja

untuk memenuhi kebutuhan aparatur semakin disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunan bagi masyarakat. Kedepan alokasi anggaran belanja ini harus

lebih fokus untuk kebutuhan belanja publik (belanja langsung) dalam rangka

mempercepat pembangunan daerah, sedangkan belanja aparatur dialokasikan

dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur sebagai fasilitator pembangunan.

Memasuki tahun 2013 porsi anggaran untuk pemenuhan kebutuhan aparatur

semakin berkurang. Hal ini sangat baik untuk percepatan pembangunan di

Kabupaten Aceh Selatan. Tahun 2013 alokasi untuk ini menjadi 61,90 persen dan

(18)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 18 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

5.3.2 Analisa Pembiayaan

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang harus diterima kembali, baik pada tahun anggaran

yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Tujuan

pembiayaan daerah adalah untuk menutupi defisit anggaran dan/atau untuk

menyimpan surplus anggaran.

a. Penerimaan Pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan adalah semua uang yang masuk ke kas daerah yang

bersumber dari pembiayaan daerah yang bertujuan untuk menutupi defisit

anggaran berjalan. Penerimaan pembiayaan terdiri dari beberapa sumber

diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), yaitu

seluruh anggaran belanja yang tidak terealisasi di kurangi dengan seluruh

anggaran pendapatan yang tidak terealisasi.

2. Pencairan dana cadangan, yaitu pencairan dana yang disimpan pada

lembaga keuangan atau lembaga lainnya pada tahun sebelumnya, sekarang

dana tersebut dicairkan dan masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit

tahun berjalan, maupun untuk membiayai program dan kegiatan yang sangat

mendesak;

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu penjualan Asset

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dananya masuk ke kas daerah

untuk menutupi defisit tahun berjalan maupun untuk membiayai program dan

kegiatan yang sangat mendesak;

4. Penerimaan pinjaman daerah, yaitu dana yang kita pinjamkan kepada pihak

lain untuk menutupi defisit anggaran;

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman, yaitu pinjaman yang diberikan

beberapa tahun yang lalu kepada pihak lain, sekarang dikembalikan tanpa

bunga pinjaman dan masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit tahun

(19)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 19 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

6. Penerimaan piutang, yaitu pinjaman yang diberikan beberapa tahun yang

lalu kepada pihak lain, sekarang dikembalikan bersama bunga pinjam dan

masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit tahun berjalan atau membiayai

kegiatan baru;

Dana yang bersumber dari pencairan dana cadangan, Penerimaan

pinjaman daerah, Penerimaan kembali pemberian pinjaman dan Penerimaan

piutang belum dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, mengingat

belum adanya Qanun yang mengatur masalah pinjaman daerah.

a. Pengeluaran Pembiayaan.

Pengeluaran pembiayaan adalah semua uang yang keluar dari kas daerah

sebagai akibat kelebihan anggaran dari rencana pembangunan daerah pada

tertentu atau kebijakan tertentu dari Pemerintah daerah dan dana tersebut

digunakan untuk keperluan sebagai berikut:

1. Pembentukan dana Cadangan, yaitu dana yang ditempatkan pada lembaga

keuangan (perbankan) baik dalam bentuk deposito atau di pasar Saham;

2. Penyertaan modal (Investasi) Pemerintah daerah, yaitu dana yang ditempatkan

pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti PD. Fajar Selatan, PDAM

Tirta Naga dan PT.Bank Aceh Cabang Tapaktuan, dengan harapan disamping

sebagai penguatan modal, juga keuntungan dari penyertaan modal tersebut

menjadi PAD bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan;

3. Pembayaran pokok utang, yaitu dana yang dikeluarkan Pemerintah daerah

untuk membayar cicilan pokok utang yang dipinjamkan beberapa tahun lalu;

4. Pemberian pinjaman daerah, yaitu dana yang dikeluarkan sebagai akibat

surplus anggaran dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan akan

memperoleh bunga pinjaman, dan pinjaman tersebut merupakan PAD bagi

Pemerintah Daerah.

Pembiayaan riil daerah selama tiga tahun terakhir (2010-2012),

menunjukkan bahwa realisasi belanja daerah masih diatas (lebih besar) dari pada

(20)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 20 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Rp. 19.236.517.575,66 pada tahun 2010 dan sebesar Rp.19.216.966.431 pada

tahun 2012, sehingga SILPA tahun anggaran sebelumnya perlu dialokasikan

untuk menutup defisit tersebut.

5.4 Kerangka Pendanaan

Pada kerangka pendanaan yang bertujuan untuk menghitung kapasitas rill

keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program

pembangunan jangka menengah daerah selama lima tahun kedepan. Kapasitas

rill keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangi dengan

berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat

serta prioritas utama. Menindaklanjuti hal tersebut maka perlu dilakukan proyeksi

terhadap pendapatan daerah, belanja daerah serta pembiyaan daerah.

Kebutuhan dana yang semakin meningkat untuk keperluan pembiayaan

pembangunan daerah merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Aceh

Selatan di masa mendatang, terutama didalam penyelenggaraan pemerintahan

dan implementasi pembangunan yang berkualitas bagi masyarakat. Kebutuhan

dana tersebut sebagian besar masih diharapkan bersumber dari dana

perimbangan, disamping berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yang

bersumber dari PAD.

5.4.1 Analisis Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta prioritas

Utama.

Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan

untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran yang tidak

dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran. Belanja periodik

yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat

ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh pemerintah daerah seperti

gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, bunga, belanja jasa kantor dan

(21)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 21 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

harus dibayar oleh pemerintah daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan

dasar prioritas Pemerintah Daerah yaitu pelayanan pendidikan dan Kesehatan,

seperti honorarium guru dan tenaga medis serta belanja sejenis lainnya.

sebagaimana pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4

Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2011-2015

NO. URAIAN

A. Belanja Tidak Langsung

1. Belanja Gaji dan Tunjangan 347.420.806.357 404.256.405.3 49

9.339.599.960 2.593.968.000 13.529.016.000 13.254.464.33 6

74.155.889.77 7

B. Belanja Langsung

1. Belanja Pegawai 28.534.035.488 37.100.885.74 4

46.238.950.952 65.005.096.93 5

28.162.717.58 0

2. Belanja Barang dan jasa 74.299.398.073 68.744.475.32 3

2. Pembayaran pokok Utang 240.979.709 36.501.337.92 8

- - -

TOTAL (A+B+C) 459.837.819.587 549.197.072.3

44

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan, diolah)

Dengan memperoleh gambaran awal kebutuhan pengeluaran priodik, wajib

dan mengikat serta prioritas utama sebagaimana tabel di atas, maka

diproyeksikan pula anggaran belanja dimaksud selama lima tahun kedepan

(2013-2018) sebagai dasar penghitungan kerangka pendanaan pembangunan

(22)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 22 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Tabel 5.5

Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Yang Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama

Kabupaten Aceh Selatan tahun 2013-2018.

No Uraian

Data Tahun Dasar

Proyeksi

2013 2014 2015 2016 2017 2018

A Belanja Tidak Langsung

471.826.203.946 526.434.054.836 649.004.845.832 842.725.071.929 912.047.615.782 987.195.238.687

1 Belanja gaji dan tunjangan

434.675.955.946 497.584.194.709 556.381.326.305 597.998.533.608 624.848.423.629 691.062.055.401

2. Belanja Bunga - - - -

3 Belanja Bagi Hasil 1.168.629.750 1.279.265.300 1.407.191.830 1.561.982.931

4 Belanja Bantuan keuangan

13.529.016.000 13.254.464.336 74.155.889.777 222.628.793.021 244.891.672.323 269.380.839.555

B Belanja Langsung 152.836.133.412 493.392.748.869 455.590.617.334 516.690.245.152 568.359.269.667 624.826.449.052

1 Belanja Pegawai 43.626.330.821 65.005.096.935 28.162.717.580 33.522.507.430 36.874.758.173 40.193.486.409

2 Belanja Barang dan Jasa

109.209.802.591 188.824.744.409 203.400.602.246 245.781.268.065 270.359.394.872 297.395.334.359

C Pengeluaran Pembiayaan

1 Pembentukan Dana Cadangan

- - - -

2 Pembayaran pokok utang

- - - -

Total (A+B+C) 762.293.417.162 1.019.826.803.705 1,104,595,463,166 1.359.415.317.081 1.480.406.885.449 1.612.021.687.740

(23)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 23 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Tabel 5.6

Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013-2018

No Uraian 2013 Data Tahun Dasar Proyeksi

2014 2015 2016 2017 2018

1 Pendapatan Daerah

761,093,208,089 1,012,397,892,486 1,078,416,819,389 1,314,787,162,928 1,443,153,838,352 1,590,722,189,125

1.1 Pendapat Asli Daerah

42,809,358,879 1.1.5 Lain-lain PAD yang

sah 8,999,488,740

53,098,066,228 60,002,784,000 71,361,455,200 85,633,746,240 102,760,495,488

1.2 Dana Perimbangan 627,980,615,664 678,402,001,000 712,877,710,000 887,694,662,100 957,844,858,685 1,033,756,429,707 1.2.1 Dana Bagi Hasil

Pajak/bagi Hasil bukan Pajak

32,462,490,664 32,500,000,000 27,473,452,000 28,000,000,000 28,420,000,000 28,846,300,000

1.2.2 Dana Alokasi Umum 528,579,445,000 582,668,161,000 604,474,808,000 649,570,785,000 698,288,593,875 750,660,238,416 1.2.3

1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan)

Keterbatasan kemampuan anggaran yang dimiliki Pemerintah Kabupaten

Aceh Selatan, mendorong Pemerintah Daerah untuk menginventarisir seluruh

sumber daya pembangunan yang ada agar dapat dimanfaatkan secara optimal

untuk kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dengan

pemanfaatan dan pengalokasian anggaran yang tepat dan sesuai kebutuhan,

(24)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 24 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

rakyat serta menjamin terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu

perlu dilakukan proyeksi-proyeksi terhadap komponen belanja daerah tersebut.

Tabel 5.7

Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013-2018

No Uraian

Data Tahun Dasar Proyeksi

2013 2014 2015 2016 2017 2018

A Belanja Tidak Langsung

471,826,203,946 526,434,054,836 649,004,845,832 842,725,071,929 912,047,615,782 987,195,238,687

1 Belanja Pegawai 434,675,955,946 497,584,194,709 556,381,326,305 597,998,533,608 642,848,423,629 691,062,055,401

2 Belanja Bunga

3 Belanja subsidi 400,000,000 700,000,000 700,000,000 1,000,000,000 1,100,000,000 1,210,000,000 4 Belanja Hibah 20,645,982,000 9,012,395,791 8,099,000,000 9,891,500,000 10,880,650,000 11,968,715,000 5 Belanja Bantuan Sosial 1,575,250,000 4,483,000,000 7,000,000,000 8,276,980,000 9,104,678,000 10,015,145,800 6 Belanja Bagi Hasil 1,168,629,750 1,279,265,300 1,407,191,830 1,561,982,931 7 Belanja Bantuan

Keuangan

13,529,016,000 13,254,464,336 74,155,889,777 222,628,793,021 244,891,672,323 269,380,839,555

8 Belanja tidak terduga 1,000,000,000 1,400,000,000 1,500,000,000 1,650,000,000 1,815,000,000 1,996,500,000

B Belanja Langsung 290,467,213,216 493,392,748,869 455,590,617,334 516,690,245,152 568,359,269,667 624,826,449,052 1 Belanja Pegawai 46,238,950,952 65,005,096,935 28,162,717,580 33,522,507,430 36,874,758,173 40,193,486,409

2 Belanja Barang dan Jasa 114,134,259,619 188,824,744,409 203,400,602,246 245,781,268,065 270,359,394,872 297,395,334,359

3 Belanja Modal 130,094,002,645 239,562,907,525 224,027,297,508 237,386,469,657 261,125,116,623 287,237,628,285

Total Belanja (A+B) 762,293,417,162 1,019,826,803,705 1,104,595,463,166 1,359,415,317,081 1,480,406,885,449 1,612,021,687,740 Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan)

Selanjutnya Proyeksi Pembiayaan Daerah bertujuan pula untuk

memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada

tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus dan defisit belanja daerah dalam

(25)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 25 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

Tabel 5.8

Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013-2018

4.366.381.648 3.567.980.346 49.547.067.165 34.018.506.000 34.018.506.000 34.018.506.000

1.1 Sisa lebih Perhitungan Anggaran tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA)

4.366.381.648 3.567.980.346 49.547.067.165 34.018.506.000 34.018.506.000 34.018.506.000

1.2 Pencairan Dana Cadangan

1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah

1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1.6 Penerimaan Piutang

Daerah

Pengeluaran Pembiayaan daerah

500.000.000 1.000.000.000 6.800.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000

2.1 Pembentukan Dana Cadangan

2.2 Penyertaan Modal (Investansi)

Pemerintah Daerah

500.000.000 1.000.000.000 6.800.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000

2.3 Pembayaran Pokok Piutang

2.4 Pemberian Pinjaman Daerah

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan, diolah)

5.5 Pelaksanaan Pembiayaan RPIIJM

Setelah melalui proses penilaian RPIIJM oleh Pemerintah Kabupaten Aceh

Selatan, maka selanjutnya adalah program sekaligus proses pembiayaannya.

Pada pelaksanaan pembiayaan maka semua sumber pembiayaan yang sudah

disepakati oleh antara Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dengan Pemerintah

Pusat termasuk dana bantuan luar negeri yang dirumuskan dalam dokumen

(26)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 26 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

5.6 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah,

dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan

program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan

telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain :

1. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:

 Meningkatkan PAD terurtama pajak daerah potensial dan retribusi

daertah potensial

 Meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran sehingga terdapat SilPA

 Mengusulkan DDUB kepada Pemerintah Provinsi.

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan

anggaran, meliputi:

 Meningkatkan penerimaan Pajak daerah potensial dan retribusi derah

potensial

 Meningkatkan efisiensi penggunaan dana anggaran berbasis kinerja

3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, meliputi:

 Meningkatkan kinerja pengelolaan perusahaan daerah untuk

meningkatkan pelayanan

 Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat yang masih

rendah

 Meningkatkan pengelolaan keuangan perusahaan daerah secara efektif

dan efisien sehingga memperoleh kauntungan

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam

pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya

 Melakukan kerjasama dengan masyarakat di dalam pemeliharaan

prasarana dan sarana pembangunan infrastruktur yang dibangun.

 Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan

(27)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 27 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM)

KABUPATEN ACEH SELATAN

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada

 Biaya operasi dan pemeliharaan infrastruktur permukiman yuang

terbangun didanai dari masyarakat pengguna/sewa yang dipungut

kepada penghuni

 Untuk biaya perbaikan / renovasi didanai dari APBD.

Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Aceh Selatan untuk

mendukung pembangunan didasarkan pada skala prioritas pembangunan yang

mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada

masyarakat. Dukungan dana melalui berbagai sumber pendanaan, seperti:

DAU dan DAK masih sangat dibutuhkan Kabupaten Aceh Selatan. Selain itu

peningkatan PAD perlu ditingkatkan melalui optimalisasi pendapatan yang ada

selama ini dan pengawasan, seperti: retribusi parkir, kebersihan dll serta

peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mendukung kemampuan keuangan daerah, setiap kegiatan

pembangunan dapat melibatkan partisipasi dan swadaya masyarakat, swasta.

Para investor yang akan masuk ke Kabupaten Aceh Selatan perlu didukung

dengan memberikan insentif seperti kemudahan perizinan yang tetap sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Penggunaan tabungan

masyarakat (public saving) juga dapat digunakan untuk mendukung peningkatan

kemampuan keuangan Kabupaten Aceh Selatan atau bahkan melalui

pinjaman bila mendesak perlu dilakukan. Diharapkan dengan keterlibatan

semua komponen masyarakat dan dukungan dalam pembiayaan akan

Gambar

Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel. 5.2
Tabel 5.4 Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Tabel 5.5 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Yang Wajib dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

3.Per anGMNIdal am pel aksanaan si kap nasi onal i sme di dal am or gani sasiBer dasar kan t abel11 di ket ahui sebagi an besar r esponden menyat akan bahwa per an or gani sasi Ger

Harahap (2008 : 190) menjelaskan pengertian analisis laporan sebagai berikut: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

Gambar 5.24 Hasil Pengujian Dari Fungsi Tampil ImageView Pada Logcat

Dalam penelitian ini, studi yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dapat menggambarkan penggunaan new media Instagram sebagai sarana VDA di

Penelitian menunjukkan bahwa bangunan bioklimatik akan menggunakan lima sampai enam kali lebih energi daripada bangunan konvensional selama hidupnya melalui penggunaan

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridha-Nya jualah sehingga Buku Saku Pendidikan pada Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan yang meliputi Sekolah,

Variasi Geotextil (Tanah Terganggu Wopt = 32.5%) Pemodelan 1 Perbaikan Tanah Dengan Geotextil Dari hasil hubungan pembebanan, faktor keamanan dan penurunan maka di ambil

Untuk membuat permainan semakin menarik dan seru, aplikasi permainan kartu King and Slave Capsa ini akan memiliki 3 mode permainan, yaitu mode Normal, mode King &