• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Financial Distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami penurunan keuangan yang terjadi secara terus menerus sehingga dapat berujung pada kebangkrutan. Financial distress secara umum adalah kondisi di mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut (Yati & Afni Patunrui, 2017). Financial distress juga dapat dikatakan sebagai penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Perusahaan harus mewaspadai dan mengantisipasi kondisi seperti ini karena dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan (Octavera & Syafel, 2022).

Sudaryanti & Dinar (2019) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kondisi kesulitan keuangan antara lain ditandai oleh terjadinya laba negatif yang dialami perusahaan secara berturut-turut. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki sumber dana yang memadai untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhinya (perusahaan mengalami kebangkrutan). Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, maka akan terganggu kegiatan operasinya yang akan berdampak pada kelangsungan usaha dimasa yang akan datang atau akan mengalami kebangkrutan. Assaji & Machmuddah (2019) mengemukakan bahwa situasi dimana perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dapat dinilai dan dilihat melalui laporan keuangan yang tercatat pada indeks-indeks tertentu.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Sulistyowati, 2015). Bagi para pemegang saham, laporan keuangan diperlukan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan sehingga pemilik dan para pemegang saham dapat menaksir keuntungan yang akan diterima dimasa yang akan datang serta memperkirakan nilai harga saham yang dimilikinya. Laporan keuangan juga dapat digunakan bagi manajemen perusahaan untuk mengukur tingkat biaya dari

(2)

berbagai kegiatan perusahaan, mengukur efisiensi dan kinerja tiap-tiap divisi dan individu dalam perusahaan sehingga manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan tentang perlu tidaknya kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (KUSUMA, 2018).

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami financial distress selain dilihat dari sisi laporan keuangan, salah satunya berasal dari internal perusahaan yaitu manajemen perusahaan yang kurang berkompeten dalam menjalankan tanggung jawabnya sehingga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan kebijakan yang ditentukan. Selain penyebab internal, penyebab dari luar atau eksternal juga dapat menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress sehingga harus diwaspadai dan diantisipasi.

Kondisi tersebut bisa terjadi karena penurunan harga produk atau jasa yang dihasilkan, penurunan jumlah permintaan, kondisi perekonomian secara makro baik domestik maupun internasional, dan sebagainya (Rudianto, 2013).

Peristiwa lain yang sedang mewabah akhir ini yaitu pandemi COVID-19, yang juga diduga sangat berimbas pada kinerja perusahaan baik keuangan maupun operasionalnya. Pandemi COVID-19 merupakan peristiwa menyebarnya penyakit coronavirus 2019 yang menjadi masalah kesehatan yang serius saat ini di berbagai negara termasuk di Indonesia. Fenomena virus COVID-19 yang terjadi pada akhir 2019 lalu telah menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap seluruh tatanan kehidupan terutama pada sektor perekonomian. Dengan banyaknya kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19, secara global World Health Organization (2020) mencatat per 24 Oktober 2020 jumlah kasus sebanyak 41.809.078 sedangkan di Indonesia sendiri adalah 385.890 kasus. Hal tersebut berdampak pada terkontraksinya perekonomian Indonesia sesuai data BPS yaitu -5,32% YoY dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat akibat kekhawatiran juga kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah yang pada akhirnya berimbas pada banyaknya perusahan yang gulung tikar (Armadani et al., 2021).

(3)

Pada CNBC Indonesia 12 Mei 2020, Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menyebutkan bahwa 50 emiten mengalami kesulitan arus kas yang diakibatkan oleh adanya pandemi COVID-19, diantaranya adalah emiten otomotif terbesar yakni PT. Astra International Tbk (ASII) yang mengalami penurunan penjualan sebesar 40%. Selain perusahaan otomotif yang terdampak, terdapat beberapa sektor yang juga paling tertekan akibat dari pademi COVID-19 yaitu berasal dari sektor manufaktur, konstruksi, pariwisata, serta transportasi (CNBC, 2020).

Dalam CNN Indonesia pada 13 April 2020, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mencatat pendapatan sektor transpotasi menurun 25%-50% sejak adanya pandemi COVID-19, sebagai dampak penerapan sosialiasi masif kepada masyarakat untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah yang diterapkan oleh pemerintah (CNN, 2020).

Gambar 1.1

Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (c-to-c) (persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 1.1 diatas menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07% (c-to-c) dibandingan tahun 2019. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam

(4)

diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar -15,04%; perdagangan, reparasi mobil dan motor sebesar -3,72%; konstruksi sebesar -3,26%; jasa lainnya sebesar -3,08%; industry pengolahan sebesar -2,93%; serta pertambangan dan penggalian sebesar -1,95% (BPS, 2021).

Perusahaan sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagian besar mengalami penurunan pendapatan dan laba bahkan terdapat perusahaan yang juga mengalami kerugian selama pandemi COVID-19.

Berikut merupakan data yang diperoleh penulis pada situs idx.co.id : Tabel 1.1

Data Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih Per 31 Desember 2019 dan 2020

2019 2020 2019 2020

1. AKSI Rp474.271.493.696 Rp521.617.491.481 Rp4.177.237.649 Rp3.036.178.470 2. ASSA Rp2.334.222.192.085 Rp3.037.359.367.967 Rp91.614.940.880 Rp63.896.421.980 3. BIRD Rp4.047.691.000.000 Rp2.046.660.000.000 Rp315.622.000.000 -Rp163.183.000.000 4. BPTR Rp162.596.163.771 Rp162.257.365.449 Rp8.108.255.688 Rp3.116.278.755 5. CMPP Rp6.708.800.607.590 Rp1.610.973.387.045 -Rp157.368.618.806 -Rp2.754.589.873.561 6. DEAL Rp144.400.863.183 Rp71.141.862.149 -Rp146.699.139 -Rp51.690.228.917 7. GIAA Rp52.454.020.499.872 Rp16.935.488.140.658 -Rp619.533.026.015 -Rp34.932.938.153.979 8. HAIS Rp373.522.635.364 Rp310.349.248.348 Rp30.435.062.592 Rp18.626.074.488 9. HELI Rp318.024.503.004 Rp143.838.437.841 Rp22.186.962.539 Rp6.618.117.086 10. IATA Rp206.904.596.952 Rp108.940.143.470 -Rp69.128.977.950 -Rp90.435.950.111 11. KJEN Rp12.615.551.557 Rp13.158.116.600 Rp260.143.093 -Rp1.681.187.095 12. LRNA Rp124.579.469.969 Rp65.046.772.361 -Rp6.857.140.631 -Rp43.027.059.389 13. MIRA Rp131.033.025.029 Rp86.959.391.390 -Rp3.222.370.200 -Rp18.218.177.373 14. NELY Rp250.170.826.551 Rp230.662.117.776 Rp52.344.151.967 Rp43.944.061.538 15. SAFE Rp180.073.555.181 Rp143.961.352.119 Rp9.207.473.993 -Rp17.589.816.911 16. SAPX Rp394.765.940.589 Rp451.599.889.844 Rp39.507.538.392 Rp31.333.543.159 17. SDMU Rp106.273.588.474 Rp89.009.501.417 -Rp36.224.089.028 -Rp43.293.065.964 18. TMAS Rp2.512.269.000.000 Rp2.669.618.000.000 Rp100.615.000.000 Rp52.214.000.000 19. TNCA Rp75.622.705.756 Rp68.821.011.923 Rp2.318.303.630 -Rp3.185.219.424 20. TRUK Rp49.805.015.656 Rp42.839.805.962 Rp948.039.895 -Rp9.242.134.862 21. WEHA Rp146.173.217.700 Rp70.513.990.516 Rp4.518.959.735 -Rp33.601.480.667

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Pendapatan Laba/Rugi Bersih

Nama Perusahaan

No. (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)

Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa pendapatan dan laba bersih tahun 2020 pada dua puluh satu perusahaan sektor transportasi dan logistik mengalami penurunan. Seperti yang dikutip dalam CNN Indonesia pada 02 Juni 2021, PT

(5)

Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dikatakan mengalami kerugian pada kuartal III- 2020 sebesar US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,19 triliun, padahal di periode yang sama tahun 2019 perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$

122,42 juta atau setara Rp 1,73 triliun. Selain itu Direktur Utama PT Garuda Indonesia mengatakan bahwa rata-rata pendapatan perusahaan turun hampir 60%

pada 2020. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya jumlah penumpang secara drastis meskipun pengeluaran tetap tinggi (CNN, 2021).

PT. Blue Bird Tbk juga mengalami tekanan yang cukup berat karena permintaan pasar yang menurun secara drastis selama tahun 2020 yang diakibatkan oleh pembatasan kegiatan bisnis maupun sosial yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai upaya menekan laju penyebaran virus COVID-19. Pendapatan perusahaan pada tahun 2020 turun sekitar 49% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2019, sehingga untuk pertama kali dalam perjalanannya, pada tahun 2020, perusahaan terpaksa harus membukukan kerugian.

Di sisi lain, ada tujuh perusahaan yang selama pandemi COVID-19 justru mengalami peningkatan pendapatan dan laba serta penurunan kerugian seolah- olah tidak terdampak adanya pandemi COVID-19. Perusahaan yang tidak terdampak salah satunya adalah PT. Armada Berjaya Trans Tbk, yang merupakan salah satu perusahaan di bidang industri angkutan yang turut membantu mendistribusikan bahan pangan, kertas, dan berbagai komoditi lainnya.

Diberlakukannya kebijakan PSBB juga membantu kelancaran proses distribusi dan memangkas waktu pengiriman, sehingga komoditi dapat diantarkan ke tujuan dengan lebih cepat dan efisien. Berikut merupakan data yang diperoleh penulis pada situs idx.co.id :

(6)

Tabel 1.2

Data Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih Per 31 Desember 2019 dan 2020

2019 2020 2019 2020

1. BLTA Rp278.741.378.494 Rp259.036.011.780 -Rp12.127.274.103 -Rp11.525.816.120 2. JAYA Rp63.419.433.727 Rp65.475.480.450 Rp1.472.313.967 Rp3.027.214.839 3. PPGL Rp101.427.062.442 Rp136.611.673.628 Rp3.530.554.078 Rp6.767.526.619 4. PURA Rp88.464.453.282 Rp95.955.756.721 Rp5.063.989.535 Rp6.768.585.403 5. SMDR Rp6.100.667.369.360 Rp6.923.298.594.797 -Rp837.088.722.078 -Rp32.736.035.609 6. TAXI Rp134.251.103.000 Rp21.541.634.000 -Rp276.072.942.000 -Rp53.221.960.000 7. TRJA Rp401.336.284.977 Rp402.461.051.428 Rp30.564.435.089 Rp38.318.498.356 Sumber : Bursa Efek Indonesia

No. Nama Perusahaan

Pendapatan Laba/Rugi Bersih

(Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)

Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa pada tujuh perusahaan sektor transportasi dan logistik mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih bahkan penurunan kerugian pada tahun 2020. Perusahaan PT. Armada Berjaya Trans Tbk merupakan salah satu perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih, yaitu sebesar 3,24% dan 105%. Meskipun perusahaan tengah menghadapi tantangan pandemi COVID-19, tetapi industri angkutan tetap dapat mempertahankan kinerjanya karena PT. Armada Berjaya Trans merupakan salah satu industri penopang keberlangsungan distribusi logistik kepada masyarakat.

PT Samudera Indonesia Tbk juga mengalami peningkatan pendapatan dan penurunan kerugian pada tahun 2020. Pemulihan ekonomi yang disertai dengan kenaikan harga komoditas dan relaksasi lockdown di beberapa negara memicu kenaikan permintaan kontainer sehingga hal tersebut menyebabkan kenaikan tarif angkutan kontainer bulan Desember 2020 sampai dengan 164% bila dibandingkan dengan bulan April 2020. Kenaikan tarif angkutan untuk kontainer internasional tersebut mendorong peningkatan pendapatan bagi para perusahaan pelayaran kontainer. Pandemi COVID-19 memaksa berbagai negara menurunkan tingkat mobilitas sosial, termasuk di area kerja. Hal tersebut berdampak terhadap turunnya produktivitas pelabuhan yang menyebabkan kemacetan dan keterlambatan dalam proses bongkar/muat kargo. Keterlambatan yang terjadi

(7)

membuat kontainer menumpuk di beberapa pelabuhan, namun langka di pelabuhan lainnya sehingga perlu dilakukan relokasi atas kontainer kosong.

Kegiatan perubahan posisi secara signifikan ini meningkatkan permintaan untuk jasa pelayaran yang menyebabkan kenaikan yang sangat tinggi pada tarif angkutan kontainer.

Model analisis untuk memprediksi kondisi financial distress ada beberapa macam dan penulis memilih menggunakan model Grover, Springate dan Zmijewski dalam penelitian ini karena model-model tersebut relatif mudah untuk digunakan. Berdasarkan hasil penelitian - penelitian terdahulu, ketiga model tersebut juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Yunita & Wibowo (2021) dalam penelitian yang dilakukannya menyatakan bahwa model terbaik dalam memprediksi financial distress adalah model Grover. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Edi & Tania (2018) memperlihatkan bahwa model Springate adalah model prediksi terbaik untuk financial distress diantara model lainnya, dan menurut penelitian Gunawan et al. (2017) model Zmijewski memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kondisi financial distress.

Penelitian yang membahas tentang financial distress karena fenomena tertentu, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Estiani (2021) yang menganalisis kinerja keuangan sebelum dan selama krisis moneter pada Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu pada tahun 1995-1996 dan tahun 1998-1999. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat sejumlah bank yang mengalami kesulitan keuangan selama krisis dan krisis berdampak negatif terhadap kinerja bank, hal ini tampak dari adanya perbedaan yang signifikan terhadap ratio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, E/TA sebelum dan selama krisis.

Selain itu, penelitian Sari & Setyaningsih (2022) yang menganalisis financial distress dan financial performance sebelum dan selama pandemi COVID-19, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika dibandingkan antara sebelum dan selama pandemi COVID-19 menggunakan model prediksi Grover Score.

(8)

Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh E. Gunawan & Debbianita (2022) yang meneliti terkait perbedaan financial distress sebelum dan sesudah pandemi COVID-19 menggunakan model altman dan springate, dimana kedua model tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan financial distress sebelum dan sesudah pandemi COVID-19 pada perusahaan sub industri penerbangan dan kereta api yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nakamura (2021), ketika ada krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008-2009 menunjukkan hasil prediksi financial distress pada BUMN sektor Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak mengalami perbedaan prediksi sebelum, saat, dan sesudah krisis keuangan global.

Penelitian yang dilakukan oleh Estiani (2021) dan Nakamura (2021) memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, fenomena dan metode pengukuran financial distress. Kemudian penelitian Sari &

Setyaningsih (2022) memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian dan periode penelitian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh E. Gunawan & Debbianita (2022) memiliki perbedaan dengan penelitian ini yang terletak pada objek penelitian dan model prediksi financial distress yang digunakan. Adanya perbedaan hasil penelitian yang beragam dan tidak konsisten tersebut serta berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan diatas, membuat penulis tertarik untuk meneliti perbedaan tingkat financial distress sebelum dan selama pandemi COVID-19.

Permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan fenomena yang ada yaitu bagaimanakah perbedaan potensi financial distress pada masa sebelum dan selama adanya pandemi COVID-19 dengan menggunakan model grover, springate dan zmijewski. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang berada dalam sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa rasio keuangan yang termuat dalam model grover, springate dan zmijewski untuk menggambarkan kondisi perusahaan apakah berada dalam kondisi financial

(9)

distress atau tidak, sehingga masing-masing perusahaan dapat melakukan antisipasi dan perbaikan kinerja diperusahaannya.

Alasan penulis memilih perusahaan sektor transportasi dan logistik sebagai objek penelitian ini dikarenakan sektor transportasi dan logistik adalah salah satu sektor yang terkena dampak adanya pandemi COVID-19. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya pendapatan dan laba perusahaan bahkan meningkatnya kerugian yang dialami oleh perusahaan selama masa pandemi COVID-19. Selain itu, menurut Silondae (2016) dalam perkembangan sistem transportasi, secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi. Jika pergerakan moda transportasi tersebut berhenti, tentu akan menimbulkan dampak lain terutama akan terganggunya aktivitas di bidang sosial dan juga rantai perekonomian masyarakat.

Adanya pertimbangan fenomena dan fakta diatas, maka perlu dilakukan analisis penelitian untuk memprediksi kondisi financial distress dengan melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan model grover, springate dan zmijewski. Apalagi menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) pendapatan sektor transpotasi menurun 25%-50% sejak adanya pandemi COVID- 19. Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Potensi Financial Distress Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 Menggunakan Metode Grover, Springate dan Zmijewski (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Transportasi dan Logistik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019- 2020)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan potensi financial distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Grover?

(10)

2. Apakah terdapat perbedaan potensi financial distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Springate?

3. Apakah terdapat perbedaan potensi financial distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Zmijewski?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Perbedaan potensi Financial Distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Grover.

2. Perbedaan potensi Financial Distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Springate.

3. Perbedaan potensi Financial Distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Zmijewski.

1.4 Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu manfaat untuk teoritis dan praktik yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis a. Penulis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan penulis untuk memperdalam ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan juga memberikan pemahaman serta kemampuan analisis yang lebih baik mengenai prediksi financial distress dengan menggunakan metode Grover, Springate dan Zmijewski.

b. Akademis

(11)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi khususnya pembahasan isu pandemi COVID-19 dalam dunia akuntansi, serta dapat dijadikan bahan rujukan tambahan mengenai kinerja keuangan dan tingkat kebangkrutan ditengah krisis global.

2. Manfaat Praktis a. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan kinerja. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi perusahaan dalam memilih kebijakan yang paling tepat untuk mengantisipasi prediksi buruk terhadap perusahaan.

b. Investor dan Kreditur

Hasil dari penelitian ini dapat membantu investor dan kreditur dalam menganalisis sebelum memutuskan akan melakukan investasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Selain itu, penelitian ini dapat membantu investor dan kreditur untuk melihat kondisi financial distress pada suatu perusahaan, sehingga keputusan investasi dan pemberian pinjaman menjadi lebih tepat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik mengabil judul peniltian “ Pengaruh Audit Internal terhadap Penerapan Good.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul„’ Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Dan

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terutama mengenai saluran distribusi yang dilakukan oleh perusahaan dengan judul :

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh ROA, Debt Ratio, dan Current Ratio terhadap Tingkat Financial Distress pada

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Lokasi, Kualitas Produk dan Layanan Go-Food

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ANALISIS PEMBERDAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DALAM