• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1. Definisi Pajak

Pada awalnya pengaturan perpajakan diatur dalam Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang mengatur bahwa semua pajak untuk keperluan negara harus berlandaskan konstitusi. Ketentuan ini memiliki implikasi yang luas. Dimana negara membutuhkan pajak untuk membiayai keperluannya, sebagaimana tercantum dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945.

Setelah UUD 1945 direvisi, Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 diganti dengan Pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan bahwa pajak dan pungutan koersif lainnya untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Bagian ini dengan jelas membedakan pajak dari pungutan paksa.

Pajak adalah iuran wajib kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan perundangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (P.J.A Andriani 2015: 3).

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Ketentuan Umum dan Perpajakan, menjelaskan bahwa Pajak merupakan suatu kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap orang maupun badan yang sifatnya memaksa

(2)

namun tetap berdasarkan pada Undang-Undang, dan tidak mendapat imbalan secara langsung serta digunakan untuk kebutuhan negara juga kemakmuran rakyatnya.

Terdapat lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak menurut Ilyas dan Burton (2001: 5), yaitu:

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Tidak ada kontra-prestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara baik oleh pemerintah pusat ataupun daerah.

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah bagi kepentingan masyarakat umum.Perbedaan utama antara pajak dan retribusi adalah timbal balik langsung.

Berdasarkan beberapa definisi para ahli, pajak adalah iuran wajib kepada negara yang bersifat memaksa karena peristiwa, keadaan, dan perbuatan tertentu yang memberikan kedudukan tertentu di mana pungutan itu bukan merupakan suatu pinalti, melainkan suatu kewajiban berdasarkan peraturan perundang- undangan, dengan tujuan yang tetap memelihara kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

(3)

2.1.2. Fungsi Pajak

Umumnya pajak memiliki fungsi utama , yaitu:

1. Fungsi Pengatur

Pajak juga berfungsi sebagai pengatur perekonomian demi kepentingan dan kemajuan negara. Fungsi pengaturan dilakukan sedemikian rupa sehingga dana perpajakan digunakan semaksimal mungkin.

2. Fungsi Anggaran

Dalam rangka melaksanakan tugasnya untuk pembangunan bangsa, pemerintah melakukan berbagai kegiatan dan pembangunan. Kegiatan tersebut tentunya membutuhkan dana, oleh karena itu pajak dijadikan sebagai sumber dana bagi pemerintah dalam menjalankan tanggung jawabnya. Karena berdasarkan sejarahnya, yaitu pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan dalam memungut pajak dari rakyatnya, maka anggaran pada pajak disebut juga sebagai fungsi utama.

3. Fungsi Pemerataan

Dalam pungutan pajak dapat terjadi pemerataan pendapatan dari penduduk karena hasil dari pemungutan pajak tersebut dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Salah satunya adalah untuk membiayai dan melaksanakan perencaan suatu daerah dalam upaya pembangunan dan peningkatan kemakmuran masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi

Pajak juga berfungsi untuk menjaga kestabilan suatu negara. Contohnya

(4)

adalah pengendalian terhadap inflasi, seperti inflasi yang terjadi akibat dari banyaknya uang yang beredar, sehingga pemerintah akan menaikkan tarif pajak, hal itu agar inflasi dapat menurun dan terkontrol.

2.1.3. Tarif Pajak

Tarif pajak menjadi salah satu unsur keadilan dalam pemungutan pajak bagi wajib pajak. Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase tarif pajak, terdapat empat macam tarif, yaitu:

1. Tarif Pajak Proporsional

Yaitu persentase tetap terhadap berapapun besaran yang menjadi dasar pengenaan pajak tersebut.

2. Tarif Pajak Progresif

Yaitu tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila besaran yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar.

3. Tarif Pajak Degresif

Yaitu tarif pajak yang persentasenya semakin menurun apabila besaran yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar.

4. Tarif Pajak Tetap

Yaitu dalam tarif ini dengan jumlah atau besaran yang tetap terhadap berapapun besaran yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya, tarif bea materai.

(5)

2.1.4. Klasifikasi Pajak

Pajak diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok, yakni:

1. Pengelompokan pajak menurut golongan, yaitu:

a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Pengelompokan pajak menurut sifatnya, yaitu:

a. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada obyeknya, tanpa memperhatikan diri wajib pajak.

b. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3. Pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutan pajak, yaitu:

a. Pajak Daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan perauturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

b. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan dipungut untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mawah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak Bea Materai.

(6)

2.1.5. Sistem Pungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak di Indonesia baik Pajak Pusat maupun Pajak Daerah menganut beberapa sistem antara lain:

1. Official Assessment System

Sistem ini memberi kewenangan pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri-ciri official assessment adalah:

a. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Sistem ini memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepadawajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. With Holding System

Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenangan kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

(7)

2.1.6. Pajak Daerah

Pengertian pajak daerah berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009

pasal 1 ayat 10 tentang pajak daerah dan retribusi daerah menyatakan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan.

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi maupun badan yang bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo 2011:12).

Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri atau unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak daerah, yaitu :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang 2. Pajak bersifat memaksa

3. Diperutukkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah 4. Tidak dapat ditunjukkannya kontraprestasi secara langsung.

2.1.6.1 Jenis-jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 2, jenis-jenis pajak daerah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pajak Provinsi meliputi:

(8)

a. Pajak Kendaraan Bermotor(PKB) adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraaan bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor yang dilakukan oleh dua pihak atau perbuatan sepihak yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, maupun pemasukan ke dalam badan usaha.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

d. Pajak Air Permukaan (PAP) adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.

e. Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai yang dipungut oleh Pemerintah.

2. Pajak Kabupaten/Kota meliputi:

a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yang disediakan.

Objek pajak hotel yaitu setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel sedangkan subjek hotel terdiri dari orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel.

b. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran yang disediakan. Objek pajak restoran yaitu setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran sedangkan subjek pajak restoran terdiri dari orang pribadi atau badan yang melakukan

(9)

pembayaran atas pelayanan restoran, wajib pajak restorannya itu pengusaha restoran. Tarif pajak yang ditetapkan sebesar 10%.

c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggara hiburan. Objek pajak hiburan adalah semua penyelenggaraan hiburan sedangkan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan.

d. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame objek pajak ialah penyelenggara reklame sedangkan subjek pajak adalah Orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan reklame.

Tarif pajak yang ditetapkan sebesar 25%

e. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

h. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

(10)

i. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliaphaga, collocalia maxina, collacalia esculanta, dan collocalia linchi.

j. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, dan pertambangan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh perseorangan atau badan yang terjadi karena suatu peristiwa atau perbuatan hukum.

BPHTB dikenakan bukan hanya saat terjadinya jual beli tanah, tetapi juga terhadap setiap perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan baik secara waris, hibah, maupun tukar lahan.

2.1.6.2 Pemungutan Pajak Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2016 pasal 5 bahwa sistem pemungutan pajak daerah dapat dilakukan secara dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Self Assessment) yaitu jenis Pajak Jotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Pajak Rokok. Pajak yang ditetapkan oleh Kepala Daerah (Official Assessment) yaitu untuk jenis Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Tanah,

(11)

Pajak Reklame dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB- P2).

Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan (Mardiasmo 2011:15):

1. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), yaitu surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah

2. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit 14 pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

3. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

2.1.7. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik

(12)

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Pajak Kendaraan Bermotor termasuk ke dalam jenis pajak provinsi yang merupakan bagian dari Pajak Daerah. Lebih lanjut, Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana yang didefinisikan dalam Pasal 1 angka 12 dan 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan di kantor bersama samsat. Kantor Bersama SAMSAT ini melibatkan tiga instansi pemerintahan, yaitu: Badan Pendapatan Daerah, Kepolisian Daerah Republik Indonesia, dan PT. (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja.

Menurut Pasal 8 ayat 5 UU Nomor 28 Tahun 2009, sekurang-kurangnya 10% dari pendapatan PKB, termasuk yang dibagi antar kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan, peningkatan modal, dan infrastruktur angkutan umum. Dalam situasi ini, pemerintah provinsi bertanggung jawab untuk mengalokasikan sebagian dari penerimaan pajak daerah untuk mendukung pembangunan sarana dan prasarana yang dapat langsung dinikmati oleh wajib pajak dan seluruh masyarakat. Hal itu dimaksudkan guna peningkatan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus serta sekaligus menciptakan tata kelola dan pemerintahan yang baik.

(13)

Pajak Kendaraan Bermotor dipungut bagi mereka yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor meliputi kendaraan berroda dan trailernya yang dioperasikan di segala bentuk jalan darat, serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran volume kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7. (tujuh Gross Tonnage).

Berikut beberapa yang bukan Objek Pajak Kendaraan yaitu:

1) Kereta api

2) Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara

3) Kendaraan bermotor yang dimiliki dan atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah pusat,

4) Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

Orang pribadi atau badan yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor merupakan subjek pajak. Orang pribadi atau badan usaha yang memiliki kendaraan bermotor, sebaliknya, menjadi wajib pajak. Jika wajib pajak adalah badan, pengurus atau kuasa badan tersebut mewakili tanggung jawab perpajakannya. Dengan demikian subjek pajak dalam PKB sama dengan wajib pajak yaitu orang pribadi atau badan usaha yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.

(14)

Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor yang tertuang dalam Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 adalah hasil perkalian dari 2 unsur pokok, yaitu:

1) Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB)

2) Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) tersebut menjadi dasar pemberlakuan Pajak Kendaraan Bermotor, khususnya bagi Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan raya umum, seperti alat berat, alat besar, dan kendaraan di atas air.

Bobot kendaraan dinyatakan sebagai koefisien dengan nilai satu atau lebih besar, dengan pengertian sebagai berikut:

1) Koefisien satu menunjukkan bahwa kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor masih dalam batas toleransi.

2) Koefisien yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penggunaan kendaraan bermotor telah melampaui batas toleransi.

Berat kendaraan bermotor di Provinsi Jawa Barat dihitung dengan menggunakan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 68 Tahun 2011 yang menyebutkan: Kendaraan bermotor, sedan, sedan stasiun, jip, station wagon, minibus, mikrolet, bus, dan alat berat, mesin penggerak besar, sepeda motor , dan item serupa ditetapkan pada 1,00. Berat kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 1,30 untuk mobil barang/muat, kendaraan khusus, dan trailer/gerbong.

(15)

Harga Pasar Umum Kendaraan Bermotor digunakan untuk menghitung Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). Harga Pasar Umum adalah harga rata- rata yang dikumpulkan dari berbagai sumber data yang dapat dipercaya. NJKB dihitung dengan menggunakan Harga Pasar Umum pada minggu pertama bulan Desember tahun anggaran sebelumnya.

Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui, NJKB dapat ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut:

1) Harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang sama.

2) Penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi.

3) Harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang sama.

4) Harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor yang sama.

5) Harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat Kendaraan Bermotor.

6) Harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis.

7) Harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

Bobot kendaraan dihitung berdasarkan faktor-faktor berikut:

1) Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat Kendaraan Bermotor.

2) Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.

(16)

3) Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.

Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan umum ditetapkan sebesar 60%. Dasar pengenaan PKB terhadap kendaraan angkutan barang umum bermotor ditetapkan sebesar 80%.

Sedangkan dasar penetapan pengenaan PKB untuk kendaraan udara adalah penjumlahan dari harga jual rangka/bodi dan harga jual motor penggerak kendaraan udara. HPU kendaraan bermotor yang dioperasikan di udara pada minggu pertama bulan Desember tahun sebelumnya digunakan untuk menghitung nilai jual kendaraan bermotor (KB) untuk kendaraan yang dioperasikan di udara.

Rangka/badan kendaraan bermotor yang digunakan di air dinilai berdasarkan jenisnya, gross tonnage (GT) antara GT 5 dan GT 7, kegunaan, dan umur. Nilai kendaraan bermotor yang beroperasi di udara berbeda-beda menurut tenaga kuda dan umur kendaraan tersebeut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 6 ayat 1, besaran tarif PKB untuk kendaraan bermotor pribadi ditetapkan sebagaimana di bawah ini:

1) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1 % dan paling tinggi 2 %

2) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi sebesar 10 %.

(17)

3) Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan atau alamat yang sama.

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan minimal 0,5% dan maksimal 1% untuk angkutan umum, ambulans, mobil pemadam kebakaran, sosial keagamaan, organisasi sosial keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan oleh Daerah. Peraturan. Tarif pajak kendaraan bermotor alat berat dan besar ditetapkan minimal 0,1% dan maksimal 0,2%.

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah, untuk penghitungan tarif Pajak Kendaraan Bermotor yang berlaku di Provinsi Jawa Barat besarannya ditentukan berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 68 Tahun 2011 yaitu :

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:

1) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama, sebesar 1,75%

2) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 4 (empat) kedua dan seterusnya didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif sebagai berikut :

a) PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 % b) PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 % c) PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %

d) PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %

(18)

3) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga) kedua dan seterusnya, didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif sebagai berikut :

a) PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 % b) PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 % c) PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %

d) PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %

4) Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan Umum yang dimiliki oleh Badan, Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/Polri dan kendaraan umum.

5) Tarif PKB angkutan umum ditetapkan sebesar 1% (satu persen).

6) Tarif PKB ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan ditetapkan sebesar 0,5 % (nol koma lima persen).

7) Tarif PKB Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/Polri ditetapkan sebesar 0,5

% (nol koma lima persen).

8) Tarif PKB alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen).

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Bukan Umum adalah sebagai berikut : 1) 1,75% (satu koma tujuh puluh lima persen) untuk kendaraan bermotor

bukan umum.

2) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 4 (empat) kedua dan seterusnya didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda

(19)

a) PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 % b) PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 % c) PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %

d) PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %

3) Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga) kedua dan seterusnya, didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif sebagai berikut :

a) PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 % b) PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 % c) PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %

d) PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %

Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan Umum yang dimiliki oleh Badan, Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/Polri dan kendaraan umum.

2.1.8. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah biaya yang dikenakan atas kepemilikan hak milik kendaraan sebagai akibat adanya kesepakatan antara dua pihak atau tindakan atau keadaan sepihak yang terjadi sebagai akibat dari penjualan kendaraan, pembelian, penukaran, pemberian, pewarisan, atau berpartisipasi dalam suatu bisnis.

Hak kepemilikan kendaraan bermotor beralih sebagai akibat dari perjanjian dua pihak, tindakan sepihak, atau kondisi lain seperti jual beli, pertukaran, hibah, warisan, atau bergabung dengan organisasi bisnis. Kepemilikan kendaraan

(20)

bermotor lebih dari satu tahun dapat dianggap hangus atau menyerah.

Kepemilikan kendaraan bermotor tidak termasuk penguasaan kendaraan bermotor karena perjanjian sewa beli. Pengalihan kepemilikan kendaraan bermotor tidak seluruhnya dikenai pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 9 ayat 3, dikecualikan dari pengertian kendaraan bermotor yang penyerahan kepemilikannya menjadi objek pajak BBNKB yakni:

1) Kereta Api

2) Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara

3) Kendaraan bermotor yang dimiliki dan atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah pusat,

4) Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

Orang pribadi atau badan usaha yang menerima penyerahan kendaraan bermotor disebut sebagai subjek dan wajib pajak dalam BBNKB. Jika wajib pajak adalah badan, pengurus atau kuasa badan tersebut mewakili kewajiban perpajakannya. Dengan demikian subjek pajak di BBNKB sama dengan wajib pajak, yaitu orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor tersebut. Penerapan pajak BBNKB didasarkan pada Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) yang juga diterapkan dalam peraturan Pajak Kendaraan Bermotor.

(21)

Tarif BBNKB ditentukan berdasarkan jumlah objek pajak yang diserahkan dan jenis kendaraan bermotor yang diserahkan. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan (BBNKB) di bagi menjadi dua jenis, yakni:

1) BBNKB I

BBNKB I merupakan jenis pajak yang diterapkan untuk kendaraan bermotor baru dari dealer. Umumnya masyarakat mengenal ini dengan istilah pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor tangan ke satu. Artinya bahwa kempemilikan kendaraan tersebut merupakan orang pertama.

Karena itu BBNKB I dikenakan pada Objek kendaraan yang baru rilis atau turun dari dealer.

2) BBNKB II

BBNKB II merupakan jenis pajak yang diterapkan untuk kendaraan bermotor bukan baru (bekas). Sebaliknya dari pengertian sebelumnya, jenis BBNKB II ini dikenakan pada kepemilikan ke dua dan seterusnya.

Jenis ini dikenakan berdasarkan perpindahan kepemilikan dari kendaraan bermotor, yang umumnya termasuk dalam kategori kendaraan bekas meski obyek kendaraan tersebut masih terlihat seperti baru dari dealer. Karena yang menjadi dikenakannya BBNKB II terhitung pada kepemilikannya, atau dapat diartikan kepemilikan tangan ke-berapa dari kendaraan bermotor tersebut.

NJKB digunakan sebagai dasar pengenaan BBNKB dalam perhitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011.

(22)

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil ulasan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO PENELITI

SAMPEL DAN PERIODE PENELITIAN

VARIABEL KESIMPULAN 1. Ruslinda

Agustina dan Rina Arliani (2015)

Data penerimaan PKB dan BBNKB di Dinas Pendapatan Provinsi

Kalimantan Selatan periode 2009-2012

-Variabel bebas : PKB dan BBNKB -Variabel terikat : PAD -Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda dengan

persamaan.

PKB dan BBNKB berpengaruh terhadap PAD provinsi Kalimantan Selatan periode 2003-2012.

2 Putu Nadya Kardevi Rakatitha dan Gayatri (2017)

Data realisasi PKB, realisasi BBNKB, dan

realisasi PAD pada BPDProvinsi Bali Periode 2013-2016

-Variabel bebas : kontribusi PKB dan BBNKB Provinsi Bali -Variabel terikat : PAD Provinsi Bali -Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

PKB memiliki pengaruh terhadap PAD di Provinsi Bali dari tahun 2013-2016. PKB secara rata-rata setiap tahunnya memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah sebesar 31,94 persen dalam 4 tahun terakhir.

3. Yani Rizal &

Miftahul Hidayah (2018)

Laporan penerimaan PKB dan BBNKB di Kantor SAMSAT Aceh Timur periode tahun 2012-2016

-Variabel bebas : kontribusi penerimaan PKB dan BBNKB di

Tingkat kontribusi PKB dan BBNKB terhadap PAD Provinsi Aceh dari tahun 2012-2016 mengalami

(23)

NO PENELITI

SAMPEL DAN PERIODE PENELITIAN

VARIABEL KESIMPULAN Kantor

SAMSAT Aceh Timur - Variabel terikat: PAD Provinsi Aceh -Metode analisis yang digunakan adalah metode penelitian kontribusi dengan formulasi sebagai berikut:

Kontribusi=

(Realisasi X1/X2 : Realisasi Y) x 100%

penerimaan yang meningkat setiap tahunnya. Namun dari hasil pengolahan data diketahui bahwa kontribusi PKB dan BBNKB terhadap PAD Provinsi Aceh dikatakan kurang berkontribusi.

4. Wahidah &

Arjun Sorong (2018)

Data perkembangan jumlah PKB di Kota Palopo

-Variabel bebas : kontribusi PKB di Kota Palopo -Variabel terikat: PAD Kota Palopo -Metode analisis yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

Kontribusi PKB terhadap PAD di Kota Palopo adalah sangat baik dengan nilai rata-rata sebesar 55,20 persen.

5. Septiani Hanipah dan Dudi

Pratomo (2015)

Data target dan realisasi PKB, realisasi PAD, dan biaya pemungutan PKB pada DPKAD

-Variabel bebas : efektivitas, efisiensi, dan kontribusi

Kontribusi PKB berpengaruh terhadap PAD Kota Bandung.

(24)

NO PENELITI

SAMPEL DAN PERIODE PENELITIAN

VARIABEL KESIMPULAN

tahun 2009-2013 PKB -Variabel terikat : PAD -Metode analisis regresi linier berganda.

6. Margaretha Anggraini, dkk (2016)

Data realisasi jumlah penerimaan PKB dan BBNKB, provinsi Sumsel tahun 2012–

2014

-Variabel bebas : PKB dan BBNKB -Variabel terikat : PAD -Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan metode analisis regresi linier

berganda.

Pengaruh yang siginifikan antara PKB dan BBNKB terhadap di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012- 2014.

7. Fathiyah, Mufidah dan Masnun (2019)

Realisasi Anggaran Pajak PKB, BBNKB, dan PBBKB Provinsi Jambi 2016-2018

-Variabel bebas : PKB, BBNKB, PBBKB -Variabel Terikat : PAD -Metode rasio efektivitas dan analisis kontribusi

-Efektivitas PKB, BBNKB dan PBBKB sangat efektif di 3 tahun terakhir.

-Kontribusi PKB, BBNKB dan PBBKB terhadap PAD berada di 60%

artinya tidak efektif.

8. Nurrohman Hari Mulyono

Pengaruh Efektivitas Administrasi

Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap

-Variabel bebas : Efektivitas Administrasi Perpajakan,

-secara

simultanefektivitas administrasi perpajakan dan kepatuhan wajib

(25)

NO PENELITI

SAMPEL DAN PERIODE PENELITIAN

VARIABEL KESIMPULAN

Daerah Wajib Pajak

-Variabel terikat : Pajak Daerah

kontribusi yang positif terhadap penerimaan pajak daerah sebesar 60,3%

-secara parsial efektifitas administrasi perpajakan memberikan kontribusi sebesar 80,1%, sedangkan kepatuhan wajib pajak memberikan kontribusi sebesar 61,4%secara positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak daerah

pemerintahkabupaten Mojokerto.

9. Denny George Lumy, Paulus Kindangen, Daisy S.M.

Engka

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pada

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

-Variabel bebas : Jumlah Penduduk, PDRB dan Inflasi.

-Variabel terikat : Pajak Daerah

- Hasil penelitian Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak daerah.

-PDRB berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak daerah

- Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaanpajak daerah.

(26)

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1. Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Terhadap Pajak Daerah

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (bersifat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebagai salah satu Pajak Daerah yang potensial dalam menentukan besaran Pajak Daerah. Semakin baik serapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang dilakukan pemerintah, maka akan semakin baik pula besaran Pajak Daerah yang diterima. Kemampuan pajak daerah yang dimilki setiap daerah merupakan indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi daerah. Karena itu perolehan pajak daerah diarahkan dalam meningkatakan PAD yang digunakan untuk menyelenggarakan otonomi dareah khususnya melalui penerimaan pajak daerah yang bersumber dari iuran pajak atas kepemilikan kendaraan bermotor. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat potensi pajak yang tinggi akibat dari terus meningkatnya volume atau jumlah kendaraan di Provinsi Jawa Barat.

2.3.2. Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Terhadap Pajak Daerah

Hampir seluruh wilayah di Indonesia menggali potensi pendapatan daerahnya melalui pajak daerah (Romandana, 2012). Pajak daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi daerah itu sendiri, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan

(27)

dan pembangunan daerah. Suwarno dan Suhartiningsih (2008) menyatakan kemampuan penyerapan pencemaran BBNKB perlu diperluas sebagai sumber pendapatan daerah. Padahal jumlah penduduk saat ini terus bertambah, begitu juga dengan jumlah kendaraan yang ada. Bukan tidak mungkin potensi BBNKB yang ada, jika diserap dengan baik akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah. Kontribusi didefinisikan oleh Guritno (dalam Karina & Budiarso, 2016) sebagai “segala sesuatu yang ditawarkan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama”.

Artinya kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai kontribusi terhadap pajak daerah melalui penerimaan pajak dari sektor BBNKB maupun PKB.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraian diatas, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran teoritis yang menggambarkan variabel-variabel yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam kerangka pemikiran penelitian ini antara lain variabel pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor dan pajak daerah.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor

Pajak Daerah

(28)

Berdasarkan skema kerangka pemikiran pada Gambar 2.1 dapat menjelaskan bahwa penelitian ini ingin melihat pengaruh Pajak Kendaraan Bermotor (X1), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (X2), terhadap Pajak Daerah (Y) di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2013-2021.

Referensi

Dokumen terkait

Pajak Negara dan Pajak Daerah| 5 umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan pribadi.. Tarif pajak

Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha

Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Pembayaran dari pemotong atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan pada ayat (3) huruf b, atau huruf

(1) Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/memanfaatkan pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan

menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Subjek pajak penerangan jalan adalah