• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode IDEAL Problem Solving dengan Video dalam Pembelajaran Fisika Materi Suhu dan Kalor pada Masa Pandemi Covid-19 untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Metode IDEAL Problem Solving dengan Video dalam Pembelajaran Fisika Materi Suhu dan Kalor pada Masa Pandemi Covid-19 untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Metode IDEAL Problem Solving dengan Video dalam Pembelajaran Fisika Materi Suhu dan Kalor pada Masa Pandemi Covid-19 untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta

Khawarizmy Mahfudz a,1,*

a SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Jl. Gotongroyong II Petinggen Karangwaru Tegalrejo, Yogyakarta 55241, Indonesia

1 [email protected] *

* corresponding author

1. Pendahuluan

Pada masa pandemi Covid-19 semua siswa di Indonesia untuk sementara tidak bisa masuk sekolah, hal ini menimbulkan dampak terhadap keberlangsungan pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam proses pembelajaran, menurut guru kelas XI MIPA mata pelajaran fisika, siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan pada materi suhu dan kalor (Risni et al., 2021). Selain itu siswa juga mengalami kesulitan ketika harus belajar secara online dan harus belajar mandiri (Utomo et al., 2021). Siswa belum bisa menentukan cara penyelesaian yang efektif dan tepat untuk menyelesaikan soal atau permasalahan tersebut sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Siswa aktif secara online namun belum terarah dalam mencari informasi menggunakan media video dalam pembelajaran online untuk belajar mandiri pada masa pandemi Covid-19 (Wicaksana et al., 2021). Guru memerlukan metode pembelajaran yang sesuai untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga diperlukan media pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa dalam proses belajar. Salah satu metode pembelajaran yang memuat masalah, merencanakan, melakukan analisis, dan menyelesaikan masalah adalah problem

A R T I C L E I N F O A B S T R A K

Kata Kunci

IDEAL Problem Solving Video pembelajaran Kemampuan kognitif

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui metode IDEAL Problem Solving dengan video pembelajaran (1) dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika materi suhu dan kalor di masa pandemi Covid-19 dan (2) dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada kelas virtual atau online. Penelitian ini menggunakan model Hopkins yang dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan mengolah posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran dengan metode IDEAL Problem Solving dengan video pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika materi suhu dan kalor di masa pandemi Covid-19 dan (2) dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan nilai rata-rata sebesar 79 dengan persentase ketuntasan 74,29 % pada siklus I dan mengamali kenaikan menjadi 97,14 % pada siklus II dengan nilai rata- rata sebesar 92.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

(2)

solving (Ayudha & Setyarsih, 2021). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maison) bahwa prosedur yang didesain untuk membantu siswa menyelesaikan tugasnya seperti problem solving (Maison et al., 2015), berhasil membantu siswa belajar kognitif. Pada metode problem solving, guru akan berperan sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.

IDEAL problem solving merupakan bentuk metode belajar yang memuat identifikasi masalah, mendefinisikan masalah, mencari solusi, menentukan strategi, dan pengkajian dari solusi permasalahan. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode IDEAL Problem Solving mencapai ketuntasan belajar (Prasetya & Widodo, 2012). Selain itu aktivitas dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Dengan demikian metode belajar IDEAL problem solving dapat menjadi solusi permasalahan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan pada proses pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Justianus Tarigan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan media video akan meningkatkan nilai dalam proses pembelajaran (Tarigan, 2018). Selain itu Putu Putri Agustini dkk, memaparkan hasil penelitiannya bahwa terjadi peningkatan nilai dalam proses pembelajaran (Agustini et al., 2016). Peningkatan tersebut dikarenakan siswa mulai terbiasa untuk menjalani proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual. Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan pengetahuan dengan memanfaatkan media belajar berupa video pembelajaran. Berangkat dari berbagai latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran berbasis IDEAL Problem Solving. Penggunaan video pada proses pembelajaran dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan ketika belajar secara mandiri dan membantu siswa memahami materi untuk menyelesaikan soal atau permasalahan. Oleh karena itu peneliti mengangkat penelitian tindakan kelas mengenai implementasi pembelajaran berbasis IDEAL Problem Solving dengan video pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa

2. Metode

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Hopkins. Model PTK ini dilakukan dalam bentuk siklus. Siklus yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 2 siklus.

Setiap siklus akan dilakukan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 35 orang siswa dengan jumlah siswa laki- laki 14 siswa dan jumlah siswa perempuan 21 siswa. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan mengolah posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran setiap siklusnya. Kriteria keberhasilan ditentukan oleh jumlah siswa yang telah mengalami kenaikan kemampuan kognitif minimal 80 % dari total seluruh siswa yang ada di kelas

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Siklus I

Siklus I melewati tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian, mempersiapkan media, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, dan soal posttest. Pada tahap tindakan, peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer pada proses pembelajaran. Pada tahap observasi, observer menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dalam proses pembelajaran.

Observer memberikan saran dan masukan kepada peneliti sebagai bahan evaluasi kemudian pada tahap refleksi melakukan perbaikan proses pembelajaran yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya. Tabel 1 adalah hasil posttest siswa pada siklus I. Tabel 2 menunjukkan kemampuan kognitif yang diukur dari hasil posttest siswa berada pada kategori sedang dan tinggi. Nilai KKM kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta sebesar 75 sehingga siswa yang masuk kategori sedang belum mencapai KKM. Berdasarkan tabel di atas sebanyak 9 siswa atau 25,71 % dari seluruh siswa di kelas, masuk kategori sedang dan 26 siswa atau 74,29 % dari seluruh siswa di kelas, masuk kategori tinggi. Pada kategori sangat rendah dan kategori rendah berdasarkan tabel menunjukkan persentase sebesar 0 % atau tidak ada siswa yang masuk dua kategori tersebut. Selain itu untuk

(3)

kategori sangat tinggi juga menunjukkan persentase sebesar 0 % atau tidak ada siswa yang termasuk kategori tersebut.

Tabel 1. Hasil posttest siswa siklus I

Siswa Posttest Siklus I Siswa Posttest Siklus I

1 77 19 67

2 85 20 85

3 61 21 85

4 85 22 61

5 85 23 74

6 80 24 82

7 85 25 85

8 85 26 85

9 74 27 74

10 85 28 72

11 80 29 80

12 82 30 85

13 82 31 85

14 74 32 80

15 80 33 85

16 77 34 80

17 80 35 74

18 77

Hasil persentase posttest siswa sebagai kemampuan kognitif pada siklus I dikonversi ke dalam Tabel 2. Langkah-langkah implementasi metode IDEAL Problem Solving dengan video pembelajaran mengikuti RPP yang disusun oleh peneliti. Berdasarkan pengamatan observer pada saat pembelajaran secara keseluruhan peneliti telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun. Berdasarkan hasil penelitian siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 74,92 % dari seluruh siswa di kelas sehingga siklus I belum mencapai target ketuntasan sesuai dengan rancangan awal yang telah disusun yaitu 80 % dari seluruh siswa di kelas. Oleh karena itu pada tahap refleksi penelitian ini diputuskan untuk lanjut ke siklus II.

Tabel 2. Persentase hasil posttest siswa siklus I

Rentang Nilai Kategori Posttest

Frekuensi Persen

0 – 39 Sangat rendah 0 0 %

40 – 59 Rendah 0 0 %

60 – 74 Sedang 9 25,71 %

75 – 89 Tinggi 26 74,29 %

90 - 100 Sangat tinggi 0 0 %

Jumlah 35 100 %

Belum berhasilnya penelitian pada siklus I disebabkan karena beberapa contoh aplikasi soal atau soal latihan siswa masih kurang. Siswa belum sepenuhnya memahami konsep fisika pada materi suhu dan kalor dan beberapa siswa masih tampak kesulitan ketika berhadapan dengan soal. Dengan demikian dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II dilakukan perbaikan berdasarkan pada penyebab kesulitan yang dialami oleh siswa. Perbaikan dilakukan agar siswa dapat memahami materi sepenuhnya dan mengatasi kesulitan yang ditemukan pada siklus I. Perbaikan yang dilakukan adalah (1) Siswa diarahkan untuk mencermati ulang video pembelajaran fisika materi suhu dan kalor, (2) Siswa dibimbing untuk mampu menyelesaikan kesulitan ketika dihadapkan dengan soal. Latihan soal dan cara pembahasan diberikan melalui video pembelajaran.

3.2. Siklus II

Siklus II melewati tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti melakukan perbaikan pada tahap refleksi siklus I. Pada tahap Tindakan peneliti memperbaiki masalah yang ditemukan pada siklus I. Siswa diarahkan untuk mencermati ulang video pembelajaran fisika materi

(4)

suhu dan kalor. Selain itu siswa dibimbing untuk mampu menyelesaikan kesulitan ketika dihadapkan dengan soal. Latihan soal dan cara pembahasan diberikan melalui video pembelajaran. Kemudian pada tahap observasi, observer menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dalam proses pembelajaran. Selanjutnya pada tahap refleksi menganalisis hasil belajar siswa sebagai kemampuan kognitif pada pembelajaran. Tabel 3 adalah hasil posttest siswa pada siklus II.

Tabel 3. Hasil posttest siswa siklus II

Siswa Posttest Siklus II Siswa Posttest Siklus II

1 95 19 95

2 95 20 95

3 84 21 95

4 89 22 71

5 100 23 84

6 95 24 92

7 84 25 95

8 95 26 95

9 89 27 89

10 95 28 79

11 84 29 100

12 95 30 100

13 100 31 100

14 89 32 100

15 76 33 89

16 95 34 89

17 95 35 95

18 95

Hasil persentase posttest siswa sebagai kemampuan kognitif pada siklus II dikonversi ke dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan kemampuan kognitif yang diukur dari hasil posttest siswa berada pada kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai KKM kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta sebesar 75 sehingga siswa yang masuk kategori sedang beum mencapai KKM. Berdasarkan table di atas sebanyak 1 siswa atau 2,86 % dari seluruh siswa di kelas, masuk kategori sedang , 12 siswa atau 34,28 % dari seluruh siswa di kelas, masuk kategori tinggi dan 22 siswa atau 62,86 % dari seluruh siswa di kelas, masuk kategori sangat tinggi.

Tabel 4. Persentase hasil posttest siswa siklus II

Rentang Nilai Kategori Posttest

Frekuensi Persen

0 – 39 Sangat rendah 0 0 %

40 – 59 Rendah 0 0 %

60 – 74 Sedang 1 2,86 %

75 – 89 Tinggi 12 34,28 %

90 - 100 Sangat tinggi 22 62,86 %

Jumlah 35

Berdasarkan pengamatan observer pada saat pembelajaran siklus II secara keseluruhan peneliti telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun. Hasil penelitian siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah siswa dengan kategori tinggi dan sangat tinggi dengan jumlah persentasi kedua kategori tersebut sebesar 97,14 % dari seluruh siswa di kelas sehingga siklus II sudah mencapai target ketuntasan yaitu 80 % dari seluruh siswa di kelas. Belum berhasilnya siswa dalam memahami materi suhu dan kalor disebabkan karena beberapa contoh aplikasi soal atau soal latihan siswa masih kurang. Siswa belum sepenuhnya memahami konsep fisika pada materi suhu dan kalor dan beberapa siswa masih tampak kesulitan ketika berhadapan dengan soal. Berdasarkan hasil observasi frekuensi motivasi yang dilakukan guru kepada siswa belum maksimal karena hanya dijmpai ketika pembukaan proses pembelajaran saja. Secara prosedur pembelajaran semua kegiatan pembelajaran sudah terlaksana. Perbaikan dilakukan demi tercapainya tujuan penelitian ini. Perbaikan yang dilakukan yaitu memberikan contoh soal dengan pembahasan baik dalam video dan di luar video

(5)

untuk tambahan pendalaman. Guru meminta siswa untuk mempelajari kembali materi yang ada di video pembelajaran, dan juga memberikan motivasi belajaran kepada siswa di pembekaan pembelajaran dan penutup pembelajaran. Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II disajikan tabel data untuk membandingkan nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan siswa pada siklus I dan siklus II. Secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan hasil posttest siswa tiap siklus

Aspek yang dibandingkan Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata 79 92

Persentase Ketuntasan 74,29 % 97,14 %

Berdasarkan hasil perbandingan pada Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode IDEAL Problem Solving dengan video pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika materi suhu dan kalor di masa pandemi COVID-19. Hal ini ditunjukkan dengan tercapainya tujuan pmbelajaran fisika materi suhu dan kalor dengan keterbatasan tatap muka atau offline pada massa pandemi. Pembelajaran dengan metode IDEAL Problem Solving menggunakan media video pembelajaran pada masa pandemi dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 79 dengan persentase ketuntasan 74,29 % pada siklus I dan mengamali kenaikan menjadi 97,14 % pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 92

4. Kesimpulan

Pembelajaran dengan metode IDEAL Problem Solving dengan video pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika materi suhu dan kalor di masa pandemi Covid-19. Hal ini ditunjukkan dengan tercapainya tujuan pmbelajaran fisika materi suhu dan kalor dengan keterbatasan tatap muka atau offline pada massa pandemi Covid-19. Pembelajaran dengan metode IDEAL Problem Solving menggunakan media video pembelajaran pada masa pandemi dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 79 dengan persentase ketuntasan 74,29 % pada siklus I dan mengamali kenaikan menjadi 97,14 % pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 92. Pembelajaran pada masa pandemi akan berjalan efektif jika menerapkan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuaiseperti metode problem solving atau berbasis masalah dengan media pembelajaran berupa video. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding dengan metode berbasis masalah yang lain yang diterapkan pada proses pembelajaran.

Referensi

Agustini, P. P., Kristiantari, M. G. R., & Putra, D. B. K. T. N. G. R. S. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Menyimak Tema Sejarah Peradaban Indonesia pada Siswa Kelas V Sdn 8 Sumerta. Mimbar PGSD Undiksha, 4(1).

Ayudha, C. F. H., & Setyarsih, W. (2021). Studi Literatur: Analisis Praktik Pembelajaran Fisika Di Sma Untuk Melatih Keterampilan Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 11(1), 16–28.

Maison, M., Asrial, A., & Syaiful, S. (2015). Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada materi Fisika melalui Kegiatan Lesson study di smp 17 kota jambi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 30(4), 55–60.

Prasetya, A., & Widodo, A. T. (2012). Model Ideal Problem Solving untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah di Kelas Olimpiade. Lembaran Ilmu Kependidikan, 41(1).

Risni, R., Hutahaean, S. D. T., & Bustan, A. (2021). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada Materi Pokok Suhu dan Kalor. Bahana Pendidikan: Jurnal Pendidikan Sains, 3(1), 1–9.

Tarigan, J. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Singaraja.

Journal of Education Action Research, 2(2), 123–133.

Utomo, K. D., Soegeng, A. Y., Purnamasari, I., & Amaruddin, H. (2021). Pemecahan Masalah Kesulitan Belajar Siswa pada Masa Pandemi Covid-19. Mimbar PGSD Undiksha, 9(1), 1–9.

(6)

Wicaksana, M. F., Kurniasari, N., & Sudiatmi, T. (2021). Learning Machine System (LMS) SPADA untuk adaptasi pengajaran online. Linguista: Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya, 5(1), 57–

67.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa perangkat pembelajaran fisika materi suhu dan kalor terintegrasi thermoregulasi pada manusia adalah sangat praktis digunakan Data

Dari Grafik 5 menunjukkan bahwa pembelajaran matematika model IDEAL Problem Solving dengan teori pemrosesan informasi untuk pembentukan karakter rasa ingin tahu lebih tepat

Penelitian ini menggunakan Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan IDEAL Problem Solving. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III

Hasil penelitian adalah implementasi model pembelajaran IDEAL problem solving berbasis maple efektif yang ditandai (a) kemampuan pemecahan masalah mahasiswa mencapai

Abstrak: Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving and IDEAL Problem Solving Berbasis Pengalaman Nyata (Experiencing) Ditinjau dari Motivasi

dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karena model dan metode pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran Problem Solving yang diterapkan pada kelas

Problem Solving Fisika berbantu alat peraga kolektor surya dalam pembelajaran kalor pada kegiatan ektrakulikuler di SMA IT Iqra’ Kota Bengkulu, dan untuk

Disimpulan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran IPA fisika melalui model pengajaran langsung dengan metode problem solving di SMPN 9 Banjarmasin, dapat dinyatakan