• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI SUHU DAN KALOR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

OLEH:

KHAIRIATI RAWZIS NIM. 1302872

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2015

(2)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI SUHU DAN KALOR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing

Dr. Ida Hamidah, M.Si. NIP. 19680926 199303 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Oleh Khairiati Rawzis

S.Pd FKIP Universitas Riau, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika

© Khairiati Rawzis 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI SUHU DAN KALOR

Khairiati Rawzis, NIM. 1302872, Pembimbing: Dr. Ida Hamidah, M.Si., Program Studi Pendidikan Fisika

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Tahun 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbandingan peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah pada materi suhu dan kalor, antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dan deskriptif yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Kampar Provinsi Riau dengan sampel siswa kelas X semester 2 pada tahun ajaran 2014/2015. Pengumpulan data tentang hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah dilakukan melalui tes awal dan tes akhir, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan skala sikap untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah dihitung dengan persamaan gain yang dinormalisasi <g>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk hasil belajar ranah kognitif pada kelas eksperimen sebesar 0,35 yang memenuhi kriteria sedang, dan pada kelas kontrol sebesar 0,29 yang memenuhi kriteria rendah. Sedangkan, skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen sebesar 0,55 yang memenuhi kriteria sedang, dan pada kelas kontrol sebesar 0,38 yang memenuhi kriteria sedang. Berdasarkan uji beda rata-rata, pada taraf kepercayaan 95%, hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Fisika berorientasi

problem solving secara signifikan lebih meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah dibandingkan model pembelajaran konvensional.

(5)

Khairiati Rawzis, 2015

THE IMPLEMENTATION OF A PROBLEM SOLVING-ORIENTED INSTRUCTIONAL MODEL TO INCREASE COGNITIVE

ACHIEVEMENT AND PROBLEM SOLVING SKILL ON THE TOPIC OF TEMPERATURE AND HEAT

Khairiati Rawzis, NIM. 1302872, Supervisor: Dr. Ida Hamidah, M.Si., Physics Education Program

Graduate School of UPI Bandung in 2015

ABSTRACT

This study aims to get an overview of the differences of the enhancement of cognitive achievement and problem solving skills to temperature and heat materials. This study deals with the comparison between students who got problem solving-oriented instructional model and conventional learning modes in Physics subject. The method used was a quasi-experimental design and descriptive that were conducted in one of high schools in Kampar, Riau by employing tenth graders in second semester in the academic year 2014/2015 as sample. To collect the data, collecting the results of cognitive achievement and problem solving skills were done through preliminary tests and final tests, observation sheet, classroom observation, and attitude scale to determine students' responses to the implementation of problem solving-oriented instructional model in Physics subject. The measurement of the enhancement of cognitive achievement and problem solving skills were calculated by the equation gain normalized <g>. The results revealed that the gain average score that was normalized <g> for cognitive achievement in the experimental class was 0.35 which dealt with medium criteria and in the control class was 0.29 which indicated low criteria. Meanwhile, the gain average score that was normalized <g> for the problem solving skills in the experimental class was 0.55 which dealt with medium criteria and in the control class was 0.38 which indicated medium criteria. Based on the different average test, at the level of 95%, the results revealed that problem solving-oriented instructional model significantly improves cognitive achievement and problem-solving skills if it is compared to conventional learning models.

(6)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Suhu

dan Kalor” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini”.

Bandung, Juli 2015 Yang membuat pernyataan,

(7)

Khairiati Rawzis, 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang menguasai seluruh alam karena hanya dengan limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem

Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan kemudahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ida Hamidah, M.Si., selaku Pembimbing yang memberikan bimbingan, saran, dan pemikiran yang membangun sejak penyusunan tesis hingga selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed, Bapak Dr. M. Solehuddin, M.Pd, M.A, Bapak Prof. Dr. Agus Rahayu, M.P., selaku direktur dan asisten direktur Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

3. Ibu Dr. Ida Kaniawati, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen pada Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan.

5. Kepala sekolah, guru-guru, dan staf di SMA Negeri 1 Kampar dan MAN 1 Kampar, atas bantuan dan bimbingannya dalam pengumpulan data dan observasi di lapangan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

(8)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kasih sayang, didikan, bimbingan dari kecil hingga kini, serta do’a

restunya senantiasa mengiringi perjalananku menempuh keberhasilan pendidikan ini.

7. Keempat kakakku (Ibna Zahrah, S.Kom, Zukhri Azhari, S.Pd, Fakhrur Razia, S.Pd.I, dan Sri Deswita Rawzis, S.Pd) dan kedua adikku (Nurhayati Rawzis, A.M.Keb dan Anisha Febrianti) yang selalu mencurahkan do’a, motivasi, dan dukungannya.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu, dan rekan-rekan berikan kepada penulis demi kelancaran penyelesaian tesis ini, mendapat balasan karunia nikmat dari Allah SWT.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pembelajaran Fisika di masa depan.

(9)

Khairiati Rawzis, 2015 A. Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajarn Fisika Berorientasi Problem Solving ... 11

B. Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving ... 13

C. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 16

D. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 20

E. Hubungan antara Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving dengan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 24

F. Pertimbangan Materi Subyek Suhu dan Kalor ... 25

G. Penelitian yang Relevan ... 34

H. Kerangka Fikir Penelitian ... 36

I. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Peneleitian ... 39

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

C. Defenisi Operasional ... 40

D. Prosedur Penelitian ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 63

(10)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 64

2. Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 69

3. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 81

4. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving ... 96

5. Kendala yang Dihadapi Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving ... 99

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...100

B. Saran ...100

DAFTAR PUSTAKA ...102

(11)

Khairiati Rawzis, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving ... 15

2.2 Dimensi Kognitif pada Taksonomi Bloom yang telah Direvisi Anderson dan Krathwohl ... 17

2.3 Matriks Hubungan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving dengan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 24

2.4 Rekapitulasi Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Problem Solving .... 34

3.1 Komposisi Instrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 48

3.2 Kategori Reliabilitas Tes ... 49

3.3 Kategori Indeks Diskriminasi ... 51

3.4 Kategori Indeks Kemudahan ... 52

3.5 Hasil Uji Coba Pertama Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 52

3.6 Hasil Uji Coba Kedua Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 54

3.7 Hasil Uji Coba Pertama Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 55

3.8 Hasil Uji Coba Kedua Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 56

3.9 Kategori Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 58

3.10 Kategori Tanggapan Siswa ... 61

3.11 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 62

4.1 Hasil Observasi Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi ProblemSolving oleh Guru(Kelas Eksperimen) ... 64

4.2 Hasil Observasi Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi ProblemSolving oleh Siswa(Kelas Eksperimen) ... 65

4.3 Hasil Pretest, Posttest, dan <g> Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

4.4 Hasil Uji Normalitas <g> Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72

4.5 Hasil Uji Homogenitas <g> Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72

4.6 Uji Beda Rata-rata <g> Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

4.7 Hasil Pretest, Posttest, dan <g> Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

4.8 Hasil Uji Normalitas <g> Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84

(12)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.10 Uji Beda Rata-Rata <g> Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85 4.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Skala Sikap Tanggapan Siswa terhadap

Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berorientasi ProblemSolving

(13)

Khairiati Rawzis, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi ... 32

3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Alur Penelitian ... 45

3.2 Alur Pengolahan Uji Hipotesis ... 59

4.1 Diagram Persentase Rata-rata Skor Pre-test, Post-test, dan <g> Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

4.2 Diagram Persentase Rata-rata Skor <g> pada Setiap Aspek Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...76

4.3 Diagram Presentase Rata-rata Skor Pre-test, Post-test, dan <g> Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 82 4.4 Diagram Presentase Rata-rata Skor <g> Setiap Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88

4.5 Diagram Persentase Rata-Rata Skor <g> Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Sub Pokok Bahasan Pengaruh Kalor terhadap Suatu Zat Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93

(14)

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Perangkat Pembelajaran ... 106

Lampiran B. Instrumen Penelitian ... 137

Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 169

Lampiran D. Data-data Hasil Penelitian ... 190

Lampiran E. Pengolahan Data Hasil Penelitian... 212

(15)

39

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mendapatkan gambaran peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi

problem solving.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “The Randomized Pretest-Postest Control Group Design” (Fraenkel dan Wallen, 2007). Dalam desain ini pembelajaran dilakukan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Terhadap dua kelompok dilakukan pre-test dan post-test untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah sebelum dan setelah pembelajaran. Ilustrasi desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini seperti Gambar. 3.1. berikut ini.

Eksperimen : O1 O2 X O1 O2 O3 Kontrol : O1 O2 Y O1 O2 Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Gambar 3.1. Desain Penelitian Keterangan:

X : Perlakuan dengan model pembelajaran Fisika berorientasi

problem solving

(16)

40

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O3 : Skala sikap untuk tanggapan siswa

Pada penelitian ini, diberikan pre-test sebelum pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah itu, pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Setelah model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving selesai diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, siswa diberikan post-test.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Kampar di Kabupaten Kampar Provinsi Riau semester genap tahun ajaran 2014/2015.

Teknik sampling yang digunakan dalam menentukan sampel dalam penelitian adalah “randomized sampling class”. Teknik random dilakukan dengan cara pengundian. Pengundian sampel dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel sehingga diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol (Ruseffendi, 1998).

C. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap beberapa variabel yang digunakan, berikut ini akan dijelaskan pengertian dari variabel-variabel tersebut.

a. Model Pembelajaran Fisika Berorientasi Problem Solving

(17)

41

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

problem solving dalam penelitian ini memiliki tujuh langkah pembelajaran yaitu: (1) Mengidentifikasi masalah; (2) Mendefenisikan masalah; (3) Mengumpulkan, menyusun, dan mengevaluasi informasi mengenai masalah; (4) Membuat atau memilih strategi untuk menyelesaikan masalah; (5) Mengalokasikan sumber-sumber untuk menyelesaikan masalah; (6) Memonitor proses penyelesaian masalah; dan (7) Mengevaluasi hasil akhir (Crebert, G., et al., 2011). Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dalam pembelajaran konsep suhu dan kalor di indikasikan oleh hasil penyebaran skala sikap pada siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving

pada materi suhu dan kalor dengan skala likert empat skala yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer melalui lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

b. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tempat penelitian, yang biasanya didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.

c. Hasil Belajar Ranah Kognitif

(18)

42

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian ini hasil belajar ranah kognitif siswa diukur sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes hasil belajar kognitif berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator hasil belajar ranah kognitif. Data hasil belajar ranah kognitif didapat dari instrumen berupa soal pilihan ganda. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif yang dimaksud adalah peningkatan skor test setelah dilakukan treatment. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif suhu dan kalor dihitung dengan membandingkan nilai rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> hasil belajar ranah kognitif antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.

d. Kemampuan Pemecahan Masalah

(19)

43

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL D.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Melakukan Studi pendahuluan berupa wawancara kepada guru, studi literatur terhadap jurnal, buku, dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran Fisika yang berorientasi problem solving, menganalisis kurikulum Fisika SMA/MA 2006, dan materi pelajaran Fisika kelas X SMA/MA.

b. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pembelajaran (RP), Skenario Pembelajaran (SP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

c. Membuat instrumen penelitian yang meliputi tes hasil belajar ranah kognitif, tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi, dan skala sikap.

d. Meminta pertimbangan dosen ahli terhadap instrumen yang dibuat kemudian melakukan revisi berdasarkan saran dosen ahli.

e. Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian untuk mengukur reliabilitas butir-butir soal yang akan digunakan pada tes awal (pre-test)

dan tes akhir (post-test).

f. Merevisi/memperbaiki instrument yang sudah divalidasi dan di uji coba. g. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

h. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:

(20)

44

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Melakukan observasi keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran

Fisika berorientasi problem solving.

d. Memberikan post-test untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah pada kedua kelompok sampel tentang materi suhu dan kalor setelah mendapatkan perlakuan.

e. Menyebarkan angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Fisika problem solving.

3.Tahap Analisis Data

Pelaksanaan tahapan analisis data meliputi:

a. Pengolahan data hasil penelitian berupa data hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah siswa, baik sebelum perlakuan maupun sesudah diberikan perlakuan.

b.Menganalisis dan membahas temuan yang diperoleh sebelum penelitian. c. Menarik kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan.

(21)

45

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL Validasi, Judgement,

Uji Coba, Revisi

Skala Sikap Penyusunan Instrumen

1. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif

2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 3. Skala Sikap

4. Lembar Observasi Identifikasi Masalah

Studi Literatur dan Penyusunan Proposal

Penyusunan

Perangkat Pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol

Model Pembelajaran konvensional (diterapkan pada

kelas kontrol)

Analisis Data Tes Akhir (Post-test)

Model Pembelajaran Fisika Berorientasi

Problem Solving (diterapkan pada kelas

eksperimen) Tes Awal

(Pre-test)

Observasi

(22)

46

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Alur Penelitian

E.Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1.Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa tentang penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving pada materi suhu dan kalor. Skala sikap dikembangkan dalam bentuk angket yang diolah menggunakan skala Likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Untuk keperluan analisis kuantitatif pertanyaan positif dikaitkan dengan nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Skala sikap untuk tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.

2.Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran Fisika berorientasi

(23)

47

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.

3. Tes

Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah pada materi suhu dan kalor melalui pembelajaran Fisika. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar ranah kognitif siswa digunakan instrumen berupa 34 soal pilihan ganda, sedangkan untuk mengetahui tingkat pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa dikembangkan instrumen berbentuk uraian sebanyak 14 soal. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (tes awal) dan akhir (tes akhir) perlakuan. Tes awal digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah pada materi suhu dan kalor melalui penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving.

Butir soal tes yang dikembangkan kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan di ujicobakan untuk mengukur reliabilitas tes, daya pembeda, serta tingkat kemudahan tes. Adapun teknik analisis instrumen tes dan deskripsi hasil uji coba instrumen tes di jelaskan sebagai berikut.

a. Analisis Instrumen Tes

Penelitian yang berkualitas diperlukan pengumpulan data yang berasal dari tes yang baik. Syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas konstruksi menurut Ahli, reliabilitas tinggi, tingkat kesukaran yang layak, dan daya pembeda yang baik. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan, maka sebelum digunakan seharusnya tes tersebut dinilai oleh Ahli untuk mendapatkan gambaran validitas konstruksi, dan diuji coba untuk mendapatkan gambaran reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Analisis setiap bagian dijabarkan sebagai berikut.

(24)

48

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dgunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid dimana intsrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Pengujian validitas instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian validitas konstruksi (construct validity). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts) (Sugiyono, 2011). Judgment ahli untuk mendapatkan validitas konstruksi pada penelitian ini dilakukan oleh tiga orang ahli selama 1 minggu.

a) Validitas Konstruksi untuk Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif

Jumlah soal hasil belajar ranah kognitif yang dinilai oleh ahli sebanyak 34 soal pilihan ganda dengan rincian untuk aspek C1 sebanyak 2 soal, C2 sebanyak 10 soal, C3 sebanyak 13 soal, dan C4 sebanyak 9 soal. Rekapitulasi sebaran soal per dimensi proses kognitif hasil belajar ranah kognitif sebelum dinilai dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Komposisi Instrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif No. Hasil Belajar Ranah Kognitif Nomor Butir Soal 1. C1: Mengingat (Remember) 9, 24

2. C2: Memahami (Understand) 1, 6, 10, 13, 14, 16, 17, 20, 21, 28 3. C3: Menerapkan (Applying) 2, 3, 4, 5, 7, 11, 18, 25, 26, 29, 30, 31, 34 4. C4: Menganalisis (Analyzing) 8, 12, 15, 19, 22, 23, 27, 32, 33

Hasil judgment dari ahli 1, 2, dan 3 untuk seluruh soal hasil belajar ranah kognitif secara umum meliputi aspek-aspek ranah kognitif (dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan), indikator soal, dan uraian pada setiap soal mengenai kesesuaian kunci jawaban pada setiap soal. Komentar umum mengenai seluruh soal hasil belajar ranah kognitif dapat dilihat pada lembar judgment dalam lampiran.

(25)

49

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL Jumlah soal kemampuan pemecahan masalah yang dinilai oleh ahli sebanyak 14 soal uraian dengan rincian soal untuk label konsep konsep suhu, kalor dan pemuaian, perpindahan kalor, dan asas Black. Secara umum komentar ahli 1, 2, dan 3 untuk seluruh soal kemampuan pemecahan masalah menyatakan kesesuaian indikator soal, uraian soal, dan aspek pemecahan masalah soal Fisika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Komentar umum hasil judgment

soal kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada lembar judgment

lampiran.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pada penelitian ini uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang sama namun dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2011), yaitu:

 

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y Skor tes uji coba pertama

Skor tes uji coba kedua Jumlah sampel

Interpretasi koefisien reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2

(26)

50

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Batasan Kategori

Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah (Arikunto, 2011). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal yang berbentuk pilihan ganda digunakan persamaan (Arikunto, 2011) :

B

Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Banyaknya peserta tes kelompok atas Banyaknya peserta tes kelompok bawah

(27)

51

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL SA

Jumlah skor siswa kelompok atas Jumlah skor siswa kelompok bawah Jumlah skor ideal salah satu kelompok

Kategori indeks diskriminasi suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kategori Indeks Diskriminasi (Arikunto, 2011)

Batasan Kategori

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat (indeks) kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto, 2011). Besarnya indeks kemudahan (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan persamaan (Arikunto, 2011):

JS

(28)

52

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indek kemudahan untuk soal bentuk uraian dapat ditentukan dengan persamaan :

Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal Jumlah skor ideal atau maksimum pada butir soal tersebut

Kategori indeks kemudahan suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4

Kategori Indeks Kemudahan (Arikunto, 2011)

Batasan Kategori

0,00 < P≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < P≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < P≤ 1,00 Soal Mudah

Seluruh instumen tes dinilai oleh Ahli kemudian dilanjutkan dengan pengujian kesahihan tes meliputi relaibilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda menggunakan aplikasi Microsoft Excel.

b. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen Tes

(29)

53

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Pertama Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif No

soal

Daya pembeda Tingkat kemudahan

(30)

54

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 34 butir soal yang diujicobakan terdapat 9 buah soal yang memiliki daya pembeda yang termasuk dalam kategoi jelek sehingga tidak digunakan yaitu soal nomor 6, 8, 10, 14, 17, 22, 24, 32 dan 33. Pada uji coba pertama diperoleh bahwa dari 34 soal yang diujicobakan jumlah soal tes hasil belajar ranah kognitif yang bisa digunakan untuk pre-test dan post-test berjumlah 25 soal yang meliputi dimensi proses kognitif mengingat (C1) sebanyak 1 soal, memahami (C2) 7 soal, menerapkan (C3) sebanyak 12, dan aspek menganalisis (C4) sebanyak 5 soal.

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Kedua Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif No

soal

Daya pembeda Tingkat kemudahan

(31)

55

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL No

soal

Daya pembeda Tingkat kemudahan

Keterangan

D Kriteria P Kriteria

25 0,23 Cukup 0,42 Sedang Dipakai

26 0,38 Cukup 0,65 Sedang Dipakai

27 0,46 Baik 0,46 Sedang Dipakai

28 0,38 Cukup 0,42 Sedang Dipakai

29 0,38 Cukup 0,27 Sukar Dipakai

30 0,46 Baik 0,46 Sedang Dipakai

31 0,15 Jelek 0,46 Sedang Dibuang

32 0,31 Cukup 0,23 Sukar Dipakai

33 0,15 Jelek 0,38 Sedang Dibuang

34 0,46 Baik 0,31 Sukar Dipakai

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa pada uji coba tes hasil belajar ranah kognitif yang kedua terdapat 9 buah soal yang memiliki daya pembeda yang termasuk dalam kategori jelek sehingga tidak digunakan yaitu soal nomor 6, 8, 10, 14, 17, 22, 24, 31 dan 33. Pada uji coba yang kedua juga diperoleh bahwa dari 34 soal yang diujicobakan jumlah soal tes hasil belajar ranah kognitif yang bisa digunakan untuk pre-test dan post-test berjumlah 25 soal yang meliputi dimensi proses kognitif mengingat (C1) sebanyak 1 soal, memahami (C2) 7 soal, menerapkan (C3) sebanyak 12, dan aspek menganalisis (C4) sebanyak 5 soal.

(32)

56

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rekapitulasi hasil uji coba pertama untuk tes kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Uji Coba Pertama Tes Kemampuan Pemecahan Masalah No

soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan digunakan karena tidak mampu untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Pada uji coba yang pertama 13 butir soal yang digunakan dari 14 buah soal yang diujikan yang terdiri atas sub pokok bahasan pengaruh kalor terhadap suatu zat, cara perpindahan kalor, dan asas Black.

Tabel 3.8

Hasil Uji Coba Kedua Tes Kemampuan Pemecahan Masalah No

soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran

(33)

57

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL No

soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan pengaruh kalor terhadap suatu zat, cara perpindahan kalor, dan asas Black.

Reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh menghitung koefisien korelasi antara uji coba pertama dan uji coba kedua menghasilkan nilai sebesar 0,75 yang menandakan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian, soal tes kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan untuk dapat digunakan sebagai instrument tes kemampuan pemecahan masalah untuk

pre-test dan post-test berjumlah 13 butir soal. Karena pada penelitian ini dibatasi pada sub pokok bahasan pengaruh kalor terhadap suatu zat dan cara perpindahan kalor maka jumlah soal yang dimasukkan dalam pembahasan sebanyak 8 soal yaitu 4 soal tentang pengaruh kalor terhadap suatu zat dan 4 soal tentang cara perpindahan kalor.

F. Teknik Analisis Data

(34)

58

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran, dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Data hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah dianalisis dengan uji statistik, sedangkan data skala sikap dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian.

1. Gain Dinormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan melalui pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (Cheng, et.al, 2004), yaitu:

e

Tingkat gain ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah pada materi suhu dan kalor dengan kriteria seperti Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kategori Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah

Batasan Kategori

(35)

59

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL Skor <g> yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dan model pembelajaran konvensional pada materi suhu dan kalor.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis melalui pengujian statistik yang diperoleh dari skor

<g> tes hasil belajar ranah kognitif dan tes kemampuan pemecahan masalah. Sebelum melakukan uji statistik tersebut maka data harus memenuhi uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varians data. Alur pengolahan data untuk menguji hipotesis mengenai penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving pada materi suhu dan kalor untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan pencapaian kemampuan pemecahan masalah seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Alur Pengolahan Uji Hipotesis

a. Uji normalitas

Asumsi normalitas distribusi data merupakan prasyarat yang digunakan dalam statistik inferensial yang dalam penelitian ini berhubungan dengan statistik

Tidak

(36)

60

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang diperlukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Jika data berdistribusi normal, maka hipotesis dilakukan dengan uji-t, dan jika data tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan uji Mann-Whitney.

Pada penelitian ini asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk melalui SPSS Statistics 17.0 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Cara menganalisis normalitas data pada output SPSS Statistics 17.0 yaitu dilihat dari tabel test of normality pada kolom Shapiro-Wilk dengan kriteria jika nilai signifikansi (sig.) 0,05maka data tidak berdistribusi normal, dan jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Data yang berdistribusi normal perlu dilakukan uji homogenitas varians untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi menggunakan uji Levene pada program SPSS Statistics 17.0

dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria yang digunakan yaitu dengan kriteria jika nilai signifikansi (sig.) 0,05 maka data tidak homogen, dan jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka data homogen.

c. Uji Hipotesis Parametrik

Uji hipotesis parametrik dilakukan jika dipenuhi syarat berasal dari data yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu pihak. Uji-t ini ini menggunakan software

SPSS Statistics 17.0 dengan Independent-sample t-test.

Uji-t menggunakan SPSS Statistics 17.0 mempunyai dua keluaran. Jika syarat kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka kita menggunakan hasil independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Jika kedua varians sama besar tidak terpenuhi (equal variances not assumed), maka kita menggunakan hasil independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.

(37)

61

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL dengam membandingkan nilai thitung dengan tTabel. Jika thitung > tTabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, begitu juga sebaliknya. Cara kedua dengan membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan yang kita ambil yaitu . P-value yang dihasilkan merupakan uji dua sisi, sehingga hasil p-value

tersebut harus dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.

d. Uji Hipotesis Non Parametrik

Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) merupakan uji Statistik

Nonparametrik. Uji Mann-Whitney digunakan asumsi yang disyaratkan pada uji hipotesis parametrik tidak dipenuhi yaitu data yang diuji tidak berdistribusi normal dan tidak homogen.

Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test). Nilai p-value yang diperoleh dari keluaran SPSS Statistics 17.0 adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi p-value/2 dan hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan = 0,05. Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima, begitu juga sebaliknya.

3. Tanggapan Siswa

Data yang diperoleh melalui skala sikap merupakan skala kualitatif yang dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor tertinggi. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif kategori sangat tidak setuju (STS) diberi skor tertinggi.

Berdasarkan Sugiyono (2011), data interval yang diperoleh dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden dan skor tersebut dioalah dengan menggunakan jumlah skor ideal (kriterium) untuk setiap ítem pernyataan. Tingkat persetujuan terhadap setiap ítem dapat dihitung dengan menggunaan persamaan 3.9 (Sugiyono, 2011).

(38)

62

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dapat dinterpretasikan sesuai Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Kategori Tanggapan Siswa

Tanggapan Siswa (%) Kategori

TS = 0 Tak satu siswa

Analisis data hasil observasi proses pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran diolah secara kualitatif. Tingkat keterlaksanaan model pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan 3.10.

%

Persentase keterlaksanaan pembelajaran ini diinterpretasikan sesuai dengan kriteria seperti Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

% Keterlaksanaan Kriteria

KP = 0 Tak Satupun Kegiatan

0 < KP < 25 Sebagian Kecil Kegiatan

25 ≤ KP < 50 Hampir Setengah Kegiatan

KP = 50 Setengah Kegiatan

(39)

63

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

75 ≤ KP < 100 Hampir Seluruh Kegiatan

KP = 100 Seluruh Kegiatan

(40)

101

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving pada materi suhu dan kalor, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving secara signifikan lebih meningkatkan hasil belajar ranah kognitif pada materi suhu dan kalor dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving secara signifikan lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi suhu dan kalor dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. 3. Secara umum hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju terhadap

penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving yang dilaksanakan. Siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan membantu siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari dan melatihkan kemampuan pemecahan masalah, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving pada materi suhu dan kalor, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kompetensi dalam mengajar, dan merancang model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving dengan baik sehingga dalam pelaksanaannya dapat lebih efektif.

(41)

101

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL Sehingga ketika ditemukan kurang terlaksananya salah satu kegiatan dalam model pembelajaran Fisika berorientasi problem solving yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan perbaikan untuk pertemuan berikutnya. 3. Pembekalan kemampuan pemecahan masalah sebaiknya ditunjang dengan

menggunakan kegiatan-kegiatan ilmiah melalui pengumpulan data dan lebih sering melakukan latihan dengan berbagai variasi soal untuk meningkatkan kemampuan siswa. Berdasarkan temuan peneliti, hal tersebut dapat memudahkan siswa untuk lebih terampil dalam pemecahan masalah.

(42)

102

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L W, & Krathwohl D R (eds.). (2001). A Taxonomy for Learning and Teaching and Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education

Objectives. New York : Longman.

Anderson, L W, & Krathwohl D R (eds.). (2010). Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R. L. (2004). Learning to Teach. 5th Ed. Boston: McGraw Hill Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi.Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi.Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:

Bumi aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: BSNP.

Caliskan, S., Selcuk, G., Z, dan Erol., M. (2010). The Effects of Problem Solving Strategies Instruction on the Students’ Physics Problem Solving Performance and Strategy Usage. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 2239-2243. www.sciencedirect.com.

Crebert, G., Patrick, C.-J., Cragnolini, V., Smith, C., Worsfold, K., & Webb, F. (2011). Problem Solving Skills Toolkit. (Retrieved from the World Wide Web 4th April, 2011) http://www.griffith.edu.au/gihe/resources-support/graduate-attributes

Costa, A.L. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa, A.L. (ed) Develoving Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD. Virginia: Alexandria.

Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, R. (2011). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan, M.D. (1984). Model-Model Mengajar. Bandung : CV. Diponegoro. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Depdiknas

(43)

103

Khairiati Rawzis, 2015

Djamarah, S.B & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Dori, Y. I & Belcher, J. (2005). “How does technology-enabled active learning

affect undergraduate students’ understanding of electromagnetism

concepts”. The Journal of Leraning science. 14, (2). 243-279. Tersedia:

http://web.mit.edu/.

Eggen, P.D & Kauchak, D.P. (1996). Strategies for Teachers. Boston: Allyn and Bacon.

Febrina, S., & Arief. A. (2011). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle (Siklus Belajar) 7e terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol. 2. (3): 242-245.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6th Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Gagne, E. D. (1985). The Cognitive Psycology of School Learning. Boston: Little Brown.

Giancoli, D.C. (2001). Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Gok, T & Silay, I. (2010). The Effects of Problem Solving Strategies on Students’ Achievement, Attitude and Motivation. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4, No. 1, Jan. 2010.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia

Hake & Richard, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and

Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization

Heller, P & Keneth . (1999). Cooperative Group Problem Solving in Physics. Kansas: University of Minnesota.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2008). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(44)

104

Khairiati Rawzis, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kistiono. (2012). Penyusunan dan Analisis Tes Pemahaman (Understanding)

Konsep Fisika Dasar Mahasiswa Calon Guru. Seminar Nasional

Yogyakarta. [online]: http://seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites.

Liliasari & Tawil, M. (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM: Makassar.

Matlin, M. E. (2009). Cognitive Psychology. Seventh Edition. International Student Version. Jhon Wiley & Sons, Inc.

Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Novak. (1979). Meaningfull Reception Learning as a Basis for The Psychology of Teaching for Thinking Creativity. Ohio: Cleraing

Polya, G. (1973). How To Solve It. Princention.NJ: Princention University Press. Purwanto, N. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi, H. E. T. (1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santyasa, I.W. (2006). Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika bagi Siswa SMA dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha.

Serwey & Jewett. (2004). Physics for Scientists and Engineers. Six Editionsl. Thomson Brooks/Cole.

Slavin, R.E. (2000). Educational Phychologi: Theory and Practice. Six Editional. Boston: Allyn and Bacon.

Selcuk, G.S., Caliskan, S., & Erol, M. (2008). “The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and

Strategy Use”. Lat. Am. J. Phys. Educ. 2, (3). 151-166.

http://www.journal.lapen.org.mx

(45)

105

Khairiati Rawzis, 2015

dan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Disertasi Doktor. Bandung: SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo.

Suparno, P. (2012). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Tan, O. S. (2004). Enhancing Thinking Problem Based Learning Approached. Singapura: Thomson.

Tayubi, Y.R. & Feranie, S. (2007). Model Pembelajaran yang Memadukan Pendekatan Konseptual Interaktif dan Strategi Problem Solving untuk Perkuliahan Fisika Dasar II. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan IPA. SPs UPI Bandung.

Tipler, A. P. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknk. Jakarta: Erlangga.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi). Bandung: UPI. Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasinya. Salatiga:

Universitas Kristen Satya Wacana.

Gambar

Tabel 3.1  Komposisi Instrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif
Tabel 3.5
Tabel 3.7  Hasil Uji Coba Pertama Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Gambar 3.3. Alur Pengolahan Uji Hipotesis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah ini dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini memuat satu topik atau proyek pembelajaran yang akan dibahas dalam satu kali atau lebih

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak.. merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual

Daerah (Desa, Kecamatan) Luas (Ha) Status Pertambangan (Liar, berijin) Jenis Pertambangan (pasir, emas, dsb) Status Kerusakan (Rusak, agak rusak, tidak rusak) Kondisi

―Active Learning : Konsep dan Penerapannya‖, dalam International Seminar On Education Comparative in Curriculum For Active Learning Between Indonesia and Malaysia [Seminar

Secara umum dapat diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi melalui1. media kardus terbukti secara signifikan dapat meningkatkan

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, 2014.. Program Studi Peternakan FP

The study presents a scheme for discriminating dead standing trees from living ones in forest areas based on a 3D single tree detection method from full-waveform LiDAR data.

Skripsi : Kemampuan Anak dalam Menari dengan Menggunakan Metode Meniru, SAS, dan Demonstrasi serta Eksperimen di TK Islam