ABSTRAK
Tesis ini berisi penelitian mengenai efektivitas Pelatihan Prokrastinasi Akademik terhadap perilaku menunda pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X” Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan modul pelatihan prokrastinasi akademik serta melihat efektivitas pelatihan prokrastinasi akademik tersebut terhadap perubahan perilaku menunda pada mahasiswa yang prokrastinator. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa semester tiga yang memiliki tingkat prokrastinasi akademik tinggi. Jumlah sampel sebanyak 22 (dua puluh dua) orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat prokrastinasi akademik dari sampel adalah kuesioner Procrastination Assessment Scale for Student (PASS) yang disusun oleh Solomon & Rothblum yang telah melalui rangkaian try out untuk disesuaikan dengan kondisi sampel. Pelatihan Prokrastinasi Akademik ini menggunakan pendekatan perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Owen & Lee yang menjelaskan perubahan perilaku seseorang dapat terjadi dalam lima tahap dengan menggunakan metode ceramah, paper work, diskusi dan permainan. Hipotesis yang diajukan adalah Pelatihan Prokrastinasi Akademik dapat menurunkan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator. Adapun rancangan penelitian yang dilakukan adalah Quasi Experimental One Group Pretest-Posttest Design, melalui dua kali pengambilan data terhadap para peserta untuk mengetahui tingkat prokrastinasi akademik sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan kedua data tersebut digunakan rumus uji statistik Tes Ranking Bertanda dari Wilcoxon.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistik peringkat bertanda Wilcoxon dengan menggunakan program SPSS for Windows menunjukkan t hitung=4,004 dengan menggunakan derajat kekeliruan 0,05%. Hal ini menunjukkan t hitung > t tabel maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi akademik sebelum pelatihan prokrastinasi akademik dan sesudah pelatihan prokrastinasi akademik menjadi lebih rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran Posttest atau pengukuran kembali tingkat prokrastinasi akademik setelah pelatihan prokrastinasi akademik, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama. Saran untuk penyempurnaan modul pelatihan, pada tahap pemberian skill pada peserta supaya lebih banyak memuat keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan yang bersangkutan untuk mengubah perilaku prokrastinasi pada area prokrastinasi akademik tertentu. Dan bagi universitas, pelatihan bisa diberikan juga pada mahasiswa yang sedang menempuh tugas akhir sehingga dapat membantu penyelesaian tugas akhir tersebut dengan tepat waktu.
ABSTRACT
This thesis contains a study on the effectiveness of training on behavior postpone academic procrastination in prokrastinator students at the University "X" in Bandung. This research aims to design a training module academic procrastination and academic procrastination to see the effectiveness of training is to changes in student behavior prokrastinator delay. The sample in this study were students semester three who have high levels of academic procrastination. The total sample is 22 (twenty two). The measurement used to determine levels of academic procrastination is a sample questionnaire for Student Procrastination Assessment Scale (PASS) made by Solomon & Rothblum who have gone through a series of try out to suit the conditions of the sample. Training of academic procrastination is a behavioral change approach proposed by Owen & Lee, who describes a person's behavior changes can occur in five stages with the lecture method, paper work, discussions and games. The hypothesis proposed is the training can reduce levels of academic procrastination in prokrastinator students. The design of the research is Quasi-Experimental One Group Pretest-posttest design, through two times collecting data on the participants to know the level of academic procrastination before and after training. Furthermore to know the difference both data used statistical formulas of the Wilcoxon Signed Rank Test.
Based on the results of data processing and calculation of Wilcoxon rank statistics using SPSS for Windows showed t count = 4.004 by using the degree of error 0.05%. This shows t calculate> t tables of hence H0 refused. So there are differences in levels of academic procrastination before training and after training of academic procrastination becomes lower.
DAFTAR ISI
2.1.1.3.2 Penelitian Prokrastinasi dan Tradisi Behavioristik………....18
2.1.1.4 Bentuk Prokrastinasi……….………...21
2.1.1.5 Ciri-ciri Prokrastinasi……….………..24
2.1.1.6 Prokrastinasi Akademik………..26
2.1.1.7 Prokrastinasi Akademik dan Motif Berprestasi………..30
2.1.1.8 Prokrastinasi dan Anxiety………30
2.1.1.9 Prokrastinasi dan Fear of Failure……….………...31
2.1.1.10 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Prokrastinasi……….…….32
2.1.1.11 Akibat Prokrastinasi……….………….35
2.1.2 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa……….…….36
2.1.3 Teori Belajar dalam Pelatihan………..……37
2.1.4 Taksonomi Tujuan Instruksional dari B.S Bloom……….…….….39
2.1.4.1 Pembelajaran pada Kategori Knowledge……….………42
3.1.4.2 Pembelajaran pada Kategori Awareness……….………43
2.1.5 Model dari Behavior Change………..44
2.1.6 Merancang Modul / Program Pelatihan………..45
2.1.7 Evaluasi Program Pelatihan………47
2.1.8 Metode Pelaksanaan Pelatihan………48
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN………..53
2.3 ASUMSI………..64
2.4 HIPOTESA PENELITIAN……….64
BAB III METODE DAN SUBYEK PENELITIAN……….…………65
3.1 RANCANGAN PENELITIAN.……….65
3.2 DEFINISI KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL….….………..……..66
3.3 ALAT UKUR………...67
3.4 VALIDITAS DAN RELIABILITAS………..………..70
3.5 RANCANGAN PELATIHAN PROKRASTINASI
AKADEMIK ……….………..72
3.6 EVALUASI PROGRAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN………...……74
3.7 TEKNIK ANALISIS DATA………..75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………...………..76
4.1 GAMBARAN RESPONDEN………...……….76
4.2 HASIL PENELITIAN………...……….77
4.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis………...77
4.2.2 Analisis Deskriptif………..78
4.3 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………..………80
4.3.1 Gambaran Pelatihan Prokrastinasi Akademik terhadap Perilaku Menunda pada Mahasiswa Prokrastinator………..80
4.3.2 Reaksi Peserta Pelatihan terhadap Penyelenggaraan Program Pelatihan Prokrastinasi Akademik………..97
4.3.3 Pembelajaran yang diperoleh dari Pelatihan Prokrastinasi Akademik………..…100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….102
5.1 SIMPULAN...………102
5.2 SARAN………..103
DAFTAR PUSTAKA………..………105
DAFTAR RUJUKAN……….……….106
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3.1 Bobot Nilai Kuesioner Prokrastinasi Akademik………68
Tabel 4.1 Gambaran Sampel Penelitian……….76
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis………..77
Tabel 4.2.2.1 Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik………..78
Tabel 4.2.2.2 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Tugas Membuat Tulisan……78
Tabel 4.2.2.3 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Belajar Menghadapi Ujian………...……78
Tabel 4.2.2.4 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Belajar Menghadapi Perkuliahan………...…..…79
Tabel 4.2.2.5 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Menyelesaikan Administrasi Akademik………...…..…79
Tabel 4.2.2.6 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Menghadiri Pertemuan……..79
Tabel 4.2.2.7 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Mengikuti Pendidikan Sesuai Batas Waktu…..……….………...…..…80
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
Lampiran 2 Rancangan Modul Pelatihan Prokrastinasi Akademik Lampiran 3 Lembar Evaluasi Pelatihan
Lampiran 4 Action Plan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG PENELITIAN
Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di
bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang
di berbagai bidang kehidupannya. Agar seorang lulusan memiliki kompetensi dan daya saing
yang tinggi, baik dalam kompetisi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan maupun
sumbangan pemikiran pada pemerintah, maka harus didukung dengan kurikulum dan silabus
serta pengayaan materi melalui penyediaan materi kuliah pilihan yang memadai. Namun
demikian, kurikulum maupun silabus bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
kesuksesan ataupun kegagalan seseorang dalam bidang akademik. Dalam beberapa penelitian
terdahulu, perbedaan individu dalam kemampuan dan motivasi telah diidentifikasi sebagai
faktor terpenting yang menentukan kesuksesan akademik (Atkinson & Raynor, 1978).
Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka Universitas “X” sebagai salah satu
perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan berprofesi bidan, dalam menyelenggarakan
pendidikannya berpedoman pada kurikulum nasional tahun 2002, yang berorientasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan profesi dan
penyusunannya mengacu pada kompetensi Inti Bidan Indonesia. Kompetensi Inti Bidan
Indonesia tersebut terbagi menjadi 5 kelompok kompetensi yang disesuaikan dengan
kelompok mata kuliah yang diatur dalam Surat Keputusan Mendiknas 232 / U / 2000.
Adapun kelima kelompok kompetensi tersebut antara lain : (1). Mengembangkan diri sebagai
bidan profesional yang berkepribadian Indonesia; (2). Menerapkan konsep dan prinsip serta
dan pelayanan kebidanan; (3). Melaksanakan asuhan kebidanan secara profesional kepada
wanita dalam siklus kehidupannya (remaja, pra perkawinan, ibu hamil, ibu bersalin, nifas,
klimakterium, menopause dan masa antara, asuhan neonatus, bayi dan anak balita) di semua
tatanan pelayanan kesehatan di institusi dan komunitas: (4). Mengembangkan sikap
profesional dalam praktek kebidanan, komunikasi interpersonal dan konseling serta menjalin
kerjasama dalam tim kesehatan; (5). Memberikan pelayanan kebidanan dengan
mempertimbangkan kultur dan budaya setempat, dengan melakukan upaya promosi dan
prevensi kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan, pemberdayaan wanita, keluarga
serta masyarakat dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan kompetensi tersebut maka diharapkan lulusan Pendidikan Kebidanan menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan sikap serta perilaku sebagai bidan profesional.
Untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka disusunlah kurikulum
perkuliahan yang dilakukan secara teori (40%) maupun praktek (60%), baik praktek di
laboratorium maupun praktek di lapangan. Dalam hal ini, mahasiswa kebidanan dituntut
untuk lebih aktif dan berinisiatif dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
mereka baik ketika belajar di dalam kelas maupun pada saat praktek kerja. Mereka juga
dituntut untuk lebih mandiri dalam pengerjaan tugas-tugas kuliah, menguasai materi yang
diberikan, maupun cara belajar dalam menghadapi ujian-ujian sebagai evaluasi prestasi
belajar mereka.
Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua mahasiswa mampu memenuhi
tuntutan yang dipersyaratkan dan dapat menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan.
Banyak diantara mereka yang ternyata dalam studinya tidak berhasil memperoleh prestasi
belajar yang memuaskan. Data indeks prestasi sampai semester genap yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti, menunjukkan dari 28 mahasiswa, hanya 6 orang mahasiswa yang
mahasiswa meraih IP antara 2,50-2,74 dan sisanya 10 orang mahasiswa memiliki IP di bawah
2,50. Dari data di atas dapat dilihat sekitar 35,71% mahasiswa memiliki IP di bawah standar
prestasi yang diharapkan yaitu 2,50.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang dosen, prestasi belajar mahasiswa
yang kurang optimal tersebut erat kaitannya dengan perilaku tidak disiplin, baik yang
ditampilkan para mahasiswa, baik dalam pengerjaan tugas-tugas perkuliahan maupun dalam
menghadiri perkuliahan. Menurut salah seorang dosen, ada mahasiswa yang sering bolos atau
terlambat menghadiri perkuliahan di kelas ataupun pada saat praktek kerja. Ada juga
mahasiswa yang sering terlambat menyerahkan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan.
Dosen lainnya mengatakan bahwa ada kecenderungan mahasiswa malas untuk belajar,
terutama untuk menghadapi ujian. Mahasiswa dinilai sering belajar dengan “Sistem Kebut
Semalam” sehingga nilai yang diperoleh menjadi tidak memuaskan. Sedangkan dosen lain
mengeluhkan seringnya mahasiswa terlambat membayar uang perkuliahan yang
menyebabkan mereka mengalami kesulitan mengikuti daftar ulang untuk mengikuti
perkuliahan di semester selanjutnya.
Berdasarkan wawancara awal dengan lima orang mahasiswa yang memiliki prestasi di
bawah standar rata-rata yang diharapkan, diperoleh keterangan terdapat beberapa hal yang
menghambat mereka memperoleh prestasi yang memuaskan, antara lain malas untuk belajar
ketika akan menghadapi ujian, malas untuk mengerjakan tugas, baik tugas perkuliahan
ataupun tugas praktikum. Selain itu, mereka juga cenderung merasa kewalahan bila
menerima banyak tugas dengan waktu pengumpulan tugas yang bersamaan serta kesulitan
membagi waktu antara waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas serta waktu untuk
bermain dan melakukan aktivitas sosial. Alasan-alasan yang dikemukakan tersebut membuat
cenderung mengerjakan tugas-tugas tersebut di saat-saat terakhir sehingga hasilnya menjadi
kurang optimal.
Perilaku-perilaku tidak disiplin waktu, kebiasaan menunda-nunda mengerjakan tugas
dan belajar dalam literatur ilmiah psikologi disebut prokrastinasi (procrastination). Istilah
prokrastinasi dipergunakan oleh Brown & Holtzman (1967) untuk menunjukkan suatu
kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Ellis & Knaus
(1977) menggambarkan prokrastinasi sebagai kegagalan untuk memulai atau menyelesaikan
suatu tugas atau aktivitas pada waktu yang ditetapkan.
Di Indonesia, penelitian mengenai prokrastinasi sudah mulai banyak dilakukan.
Namun demikian, di dunia barat pembicaraan bahkan penelitian mengenai prokrastinasi ini
sudah lama dilakukan. Menurut Oxford English Dictionary (OED, 1952), istilah
prokrastinasi mulai digunakan pada awal tahun 1600-an. Namun demikian, konotasi negatif
dari istilah tersebut tampaknya belum muncul sampai pertengahan abad ke 18, pada saat
revolusi industrial. Sedangkan, mayoritas penelitian yang telah dilakukan lebih banyak
memfokuskan pada prokrastinasi akademik (McCown & Roberts, 1994). Hasil dari
beberapa penelitian mengindikasikan bahwa prokrastinasi adalah suatu hal yang biasa terjadi
secara luas di kalangan mahasiswa. Penelitian mengenai prokrastinasi yang dilakukan oleh
Knauss (1998) menyatakan bahwa sebanyak 90% mahasiswa melakukan prokrastinasi dan
sebanyak 25% dari populasi tersebut merupakan prokrastinator kronik. Sedangkan
berdasarkan survey yang dilakukan Solomon & Rothblum (1984) didapatkan bahwa 50%
para mahasiswa melaporkan bahwa mereka melakukan prokrastinasi pada tugas akademik
setidaknya hingga separuh dari waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas dan 38%
lainnya melaporkan bahwa mereka hanya kadang-kadang melakukan prokrastinasi (Caroline
Bentuk yang paling umum dari prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa adalah
menunda hingga waktu terakhir untuk menyerahkan tugas perkuliahan atau untuk belajar
ketika akan menghadapi ujian (Milgram, Batori, & Mowrer, 1993). Hal ini bisa terjadi
karena kehidupan siswa di perguruan tinggi memiliki karakteristik seringnya pemberian tugas
oleh dosen maupun staf administrasi yang menuntut tanggung jawab seperti daftar ulang,
melakukan pendaftaran untuk suatu mata kuliah tertentu, melengkapi formulir, dan
menyerahkan tugas perkuliahan atau makalah. Para prokrastinator (akademik) lebih sering
menggunakan waktu yang dimiliki untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan yang tidak penting
jika dibandingkan dengan tugas yang sedang dihadapinya. Para prokrastinator lebih sering
menggunakan waktunya untuk aktivitas yang bersifat hiburan (Kalechstein dkk, 1989)
seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), jalan-jalan, mengobrol,
mendengarkan musik, menonton film, minum atau makan makanan kecil.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tidaklah meragukan bahwa prokrastinasi
memiliki konsekuensi serius bagi mahasiswa. Beberapa literatur mencatat
konsekuensi-konsekuensi dari prokrastinasi akademik ini. Tice & Baumeister (1977) menemukan bahwa
para prokrastinator menerima nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas perkuliahannya dan
pada nilai-nilai ujiannya dibandingkan mereka yang non prokrastinator. Selain itu, mahasiswa
prokrastinator cenderung lebih sering untuk menarik diri dan tidak menyelesaikan mata
kuliah (Semb,Glick & Spencer, 1979; Rothblum, Solomon & Murakami, 1997).
Sedangkan Knauss (1998) mencatat bahwa selain seringnya mahasiswa prokrastinator bolos
mengikuti mata kuliah, pada skala yang lebih besar, prokrastinasi dapat membawa mahasiswa
pada kegagalan, misalnya drop out.
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan peneliti terhadap 45 mahasiswa untuk
mencoba menjaring perilaku prokrastinasi mereka didapatkan data bahwa sebanyak 17
menyelesaikan tugas yang diberikan pada dosen. Sebanyak 12 mahasiswa (26,66%)
mengatakan bahwa mereka sering kali terlambat menyelesaikan tugas, selanjutnya sebanyak
5 mahasiswa (11,11%) mengatakan bahwa seringkali mereka menganggap masih memiliki
waktu yang banyak untuk menyelesaikan tugas, namun pada kenyataannya waktu yang
dimilikinya sudah sempit karena mereka tidak segera mengerjakan tugas begitu tugas tersebut
diberikan. Sebanyak 11 mahasiswa (24,44%) menyatakan cenderung mendahulukan kegiatan
yang bersifat hiburan daripada menyelesaikan tugas sesegera mungkin. Berdasarkan perilaku
di atas, maka menurut Ferrari,dkk (1995) mahasiswa-mahasiswa tersebut memiliki cirri-ciri
sebagai seorang prokrastinator. Dimana ciri-ciri tersebut dapat diamati berupa: (a) penundaan
untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi; (b) keterlambatan
dalam mengerjakan tugas; (c) kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual; (d)
melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus
dikerjakan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dijaring pula alasan mengapa mereka melakukan
penundaan dalam kegiatan-kegiatan akademik mereka dan kondisi yang mereka rasakan
sebagai hasil penundaan tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut: alasan paling banyak
adalah karena mereka kesulitan membuat prioritas (23,3%). Dalam hal ini mahasiswa merasa
memiliki banyak kegiatan lain yang harus dilakukan. Sayangnya, kegiatan yang mereka
dahulukan pengerjaannya adalah kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan perkuliahan
mereka, misalnya menonton, jalan-jalan, ataupun kegiatan rekreasi lainnya. Alasan yang
kedua adalah karena mereka menyukai resiko (21,6%). Mereka merasa senang dan tertantang
untuk menyelesaikan tugas di menit-menit terakhir. Menurut mereka mengatakan bahwa
kualitas dari hasil tugas yang mereka selesaikan bukanlah menjadi suatu masalah, karena
yang terpenting di sini adalah bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas dan mengumpulkan
keempat adalah karena takut gagal (18,4%). Dalam hal ini mahasiswa cenderung takut
mendapatkan nilai yang buruk, kekhawatiran bahwa dosen tidak akan menyukai tugas
mereka, sehingga mereka melakukan penundaan pengerjaan tugas sampai mereka
benar-benar siap secara mental untuk mengerjakannya. Alasan terakhir adalah karena mereka tidak
menyukai tugas yang diberikan pada mereka (16,7%), hal ini menyebabkan mereka merasa
tidak memiliki energi yang cukup untuk memulai mengerjakan tugas.
Sedangkan kondisi yang mahasiswa rasakan sebagai hasil dari penundaan yang
mereka lakukan antara lain, merasa tidak percaya diri dengan hasil kerja yang sudah mereka
buat (55%). Dalam hal ini ada rasa kekhawatiran bahwa hasil pekerjaan mereka kurang
optimal sehingga tidak akan memperoleh nilai yang memuaskan. Kondisi lain yang
mahasiswa rasakan adalah menyesal melakukan penundaan (25%). Perasaan menyesal itu
muncul setelah mengetahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tinggal
sedikit lagi dan mereka khawatir tidak mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Kondisi ketiga yang mereka rasakan adalah takut gagal atau tidak lulus (15%). Hal ini terjadi
sebagai akibat rendahnya nilai yang mereka peroleh atau kesulitan mengikuti ujian karena
sering membolos. Sedangkan kondisi terakhir yang mahasiswa rasakan sebagai akibat
melakukan penundaaan adalah putus asa (5%). Kondisi ini terjadi karena mahasiswa sudah
merasa tidak mampu mengerjakan tugas tepat waktu secara optimal.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat dilihat betapa prokrastinasi akademik yang
dilakukan mahasiswa memberikan banyak kerugian baik bagi kehidupan mereka sehari-hari
maupun bagi pencapaian prestasi akademik mereka. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mencoba membuat suatu langkah intervensi dengan cara membuat suatu modul
pelatihan prokrastinasi akademik yang dapat membantu para mahasiswa prokrastinator agar
dapat mengatasi masalah prokrastinasinya sejak awal masa perkuliahan. Tujuan diadakannya
mahasiswa yang mendukung perilaku prokrastinasi mereka serta untuk memberikan
keterampilan (skill) yang dibutuhkan agar mahasiswa prokrastinator mampu merubah
perilaku prokrastinasi akademik mereka. Dengan demikian diharapkan dapat mencegah
kemungkinan prestasi buruk di masa yang akan datang ataupun kemungkinan drop out.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan meneliti bagaimana efektivitas
pelatihan prokrastinasi akademik terhadap perubahan perilaku menunda pada mahasiswa
prokrastinator di Universitas “X” Bandung?
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang prokrastinasi
akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X” sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan prokrastinasi akademik.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat rancangan modul
pelatihan prokrastinasi akademik serta melihat efektivitas pelatihan prokrastinasi akademik
tersebut terhadap perubahan perilaku menunda pada mahasiswa yang prokrastinator di
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1 Kegunaan Teoretis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang akan mengadakan evaluasi
mengenai program pelatihan yang telah diterapkan disini.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
prokrastinasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat kajian mengenai ketepatan modul
pelatihan prokrastinasi yang sesuai dengan proses perubahan tingkat prokrastinasi
akademik pada mahasiswa prokrastinator.
b. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat membantu merubah perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa prokrastinator. Dengan berubahnya perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa, maka diharapkan prestasi belajarnya juga akan mengalami
peningkatan menjadi lebih optimal sesuai dengan kapasitas intelektual yang
dimilikinya.
c. Memberikan sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang mengelola kegiatan belajar
pada mahasiswa mengenai alternatif memecahkan masalah yang berhubungan dengan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil pelatihan prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Terdapat penurunan tingkat prokrastinasi akademik setelah mengikuti pelatihan prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X”.
2. Rancangan modul pelatihan prokrastinasi akademik yang diturunkan dari enam area prokrastinasi akademik secara efektif dapat menurunkan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas ”X”.
3. Penurunan tingkat prokrastinasi akademik berkaitan dengan perubahan kesadaran pada penundaan enam area prokrastinasi akademik.
4. Dari segi materi, secara umum pelatihan prokrastinasi akademik dinilai oleh peserta pelatihan cukup memuaskan, materinya bermanfaat dalam pengembangan diri dan bermanfaatkan untuk diterapkan dalam kehidupan akademik mereka, namun kurang di dalam pemberian contoh-contoh kongkrit dan permainan-permainan serta durasi yang di perpanjang dan dilakukan secara rutin.
5. Pelatihan prokrastinasi akademik dari segi fasilitator di dalam penyampaian materi,
membangun, dan memiliki pemahaman yang baik atas materi dan kemampuannya dalam menjelaskan.
6. Setiap peserta pelatihan mampu menerapkan action plan sebagai upaya pengembangan diri masing-masing ke dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam kehidupan akademik mereka. Penerapan action plan yang dilakukan oleh setiap peserta dapat digolongkan kedalam dua macam perubahan, yaitu pertama adalah perubahan paradigma mengenai prokrastinasi, antara lain seperti memandang prokrastinasi akademik sebagai suatu kebiasaan yang memiliki efek negatif terhadap kehidupan akademis dan yang kedua adalah perubahan dalam perilaku menunda, dimana mahasiswa diajarkan keterampilan yang dibutuhkan agar bisa merubah perilaku prokrastinasi mereka.
5.2 SARAN
Posttest atau pengukuran kembali tingkat prokrastinasi akademik setelah pelatihan prokrastinasi akademik, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama.
Contoh-contoh kongkrit dalam penyampaian materi hendaknya lebih disesuaikan lagi dengan minat dan kebutuhan peserta pelatihan, khususnya dalam menjelaskan perilaku prokrastinasi akademik.
Penyempurnaan materi pelatihan prokrastinasi terutama pada tahap pemberian
1
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. 1969. Principles of Behavior Modification. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Bloom, Benjamin S.,etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook 1 Cognitive Domain. New York: Longmans, Green and co
Ferrari, Joseph R., Judith L. Johnson, William G. McCown. 1995.
Procrastination and Task Avoidance, Theory, Research, and Treatment. New York and London: Plenum Press.
Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, the Four Levels 2nd Ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:
2
DAFTAR RUJUKAN
Binder, Kelly. 2000. The Effects of an Academic Procrastination Treatment on Student Procrastination and Subjective Well-Being. Thesis. Carletton University, Ottawa, Ontario.
Lestari, Maria Ike Septi. 1999. Hubungan antara Motif Berprestasi dan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa fakultas “X” Universitas “Y” Bandung. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Pekasa, Stefania Andriyani. 2007. Perancangan Modul Pelatihan Untuk