• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRAKTUR CRURIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRAKTUR CRURIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRAKTUR CRURIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Devi Endah Lestari NIM. P1337420116060

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

(2)

TAHUN AJARAN 2018/2019

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION) FRAKTUR CRURIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN Devi Endah Lestari 1) Rodhi Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes 2)

Sri Utami Dwiningsih, MNS 2) 1) Mahasiswa Program DIII Keperawatan

2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Email: devi44487@gmail.com

Latar belakang: Pemasangan ORIF menyebabkan nyeri pasca bedah yang disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat sayatan, prosedur pemasangan plat dan screw yang memfiksasi menembus tulang, kekuatan dan beban gaya yang dilakukan selama prosedur dan prosedur penutupan luka. Nyeri tersebut bersifat akut, yang berlangsung selama berjam-jam hingga berhari- hari. Tindakan untuk menangani nyeri tersebut salah satunya adalah dengan teknik non farmakologi yaitu kompres dingin dan relaksasi nafas dalam.

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mendiskripsikan Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Pasien Post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Fraktur Cruris di RSUD Ungaran.

Metode: Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif dengan pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Sampling yang digunakan sebanyak dua responden.

Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam pada kedua responden didapatkan hasil kedua pasien mengalami penurunan skala nyeri.

Pada Ny I skala nyeri awal 7 menjadi skala 2 dan pada Tn P skala nyeri awal 6 menjadi 1. Dari hasil yang didapatkan disarankan agar perawat melakukan pengelolaan nyeri non farmakologi kepada klien melalui kompres dingin, relaksasi nafas dalam, dan inovasi lainnya dalam mengurangi nyeri yang tepat bagi klien.

Kata kunci : fraktur cruris, nyeri post ORIF, kompres dingin, relaksasi nafas dalam, skala nyeri.

(3)

ABSTRACT

NURSING CARE FOR ACUTE PAIN IN PATIENTS POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION)

WITH CRURIS FRACTURES IN RSUD UNGARAN

Devi Endah Lestari 1) Rodhi Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes 2) Sri Utami Dwiningsih, MNS 2)

1) Mahasiswa Program DIII Keperawatan

2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Email: devi44487@gmail.com

Background: The installation of ORIF causes post-surgical pain caused by tissue damage due to incisions, procedures for fixation of plates and screws that are installed through the bone, strength and strength of the force carried out during procedures and procedures for wound closure. The pain is acute, which lasts for hours to days. One action to overcome pain is by non- pharmacological techniques, namely cold compresses and deep breath relaxation.

Goal: This study was conducted to describe Nursing Care for Acute Pain in Patients Post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Cruris Fracture in Ungaran Hospital.

Method: The method used in this case study is a descriptive method by presenting cases and using the nursing process approach. Sampling used was two respondents.

Results: After the 3 x 24 hour nursing action on the two respondents, the results of the two patients decreased the pain scale. In Ny I the initial pain scale was 7 on a scale of 2 and at the earliest pain scale 6 became 1. From the results obtained it was suggested that nurses manage non- pharmacological pain for clients through cold compresses, deep breath relaxation, and other innovations in reducing pain. right for the client.

Keywords: cruris fracture, post ORIF pain, cold compress, relaxation of deep breathing, pain scale

(4)

1. PENDAHULUAN

Fraktur cruris merupakan suatu istilah patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian pergelangan kaki (Muttaqin, 2008, hlm. 232).

Berdasarkan data catatan medik RSUD Ungaran pada bulan Januari-Oktober 2018 penderita fraktur ekstremitas bawah sebanyak 188 orang, penderita fraktur cruris sebesar 39 kasus.

Penanganan utama pada fraktur yaitu dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan fiksasi internal yang disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation).

Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien fraktur adalah nyeri (Helmi, 2013). Nyeri pasca bedah ORIF merupakan sensasi yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat sayatan, prosedur

pemasangan plat dan screw yang memfiksasi menembus tulang, kekuatan dan beban gaya yang dilakukan selama prosedur dan prosedur penutupan luka. Nyeri tersebut bersifat akut, yang berlangsung selama berjam-jam hingga berhari-hari.

Pada umumnya manajemen meliputi dua tipe dasar intervensi keperawatan yaitu intervensi farmakologi dan non farmakologi.

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan obat. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi, meliputi stimulasi kutaneus (Kozier & Erb, 2009).

Stimulasi kutaneus atau terapi berbasis suhu ini berupa kompres dingin. Kompres dingin merupakan metode menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan sensasi dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

(5)

Tujuan dari kompres dingin adalah mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat. Pada aplikasi dingin memberikan efek fisiologis yakni menurunkan respon inflamasi, menurunkan aliran darah dan mengurangi rasa nyeri lokal (Asmadi, 2008, hlm.159).

Pemberian kompres dingin dapat meningkatkan pelepasan endofrin yang memblok transmisi stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut beta A sehingga menurunkan transmisi implus nyeri melalui serabut kecil yaitu serabut delta C.

Menurut penelitian Elia dkk (2014) setelah pemberian kompres dingin didapatkan 19 responden (90,5%) mengalami nyeri ringan dan 2 responden (9,5%) mengatakan tidak nyeri. Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p= 0,000 (p-value<0,05). Hal ini menunjukkan adanya efektifitas

kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur. Rekomendasi dari hasil penelitian adalah kompres dingin dapat dijadikan sebagai tindakan mandiri keperawatan non farmakologi untuk menurunkan intensitas nyeri.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan studi kasus

“Asuhan Keperawatan Nyeri Akut dengan Post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Fraktur Cruris.”

2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dalam penelitian ini menggunakan dua responden, dengan kriteria inklusi pasien dengan diagnosa Fraktur Cruris 1/3 distal. Asuhan keperawatan nyeri akut pada post

(6)

ORIF fraktur cruris ini dilakukan di RSUD Ungaran selama 3 x 24 jam.

Pengelolaan nyeri akut post ORIF fraktur cruris adalah asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, pengumpulan data dalam studi kasus ini melalui catatan medis klien, lembar kuisioner pre-post, observasi dan wawancara dengan klien.

Pengkajian nyeri dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Dilanjutkan dengan analisis data, diagnosis keperawatan,kemudian menyusun intervensi, melakukan implementasi yang telah direncanakan berupa melakukan pengkajian nyeri komprehensif, monitor tanda vital, mengajarkan terknik non farmakologi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam, serta kolaborasi pemberian analgetik. Hingga tahap evaluasi untuk dapat menganalisis hasil

studi kasus pengelolaan keperawatan nyeri akut post ORIF.

3. HASIL

Pengkajian klien 1 dilakukan pada tanggal 08 Januari 2019 pukul 17.00 WIB di ruang Cempaka RSUD Ungaran. Hasil pengkajian didapatkan data, nama:

Ny I, berusia 48 tahun, diagnosa medis fraktur tibia fibula 1/3 distal dextra.

Keluhan utama Ny I mengatakan merasakan nyeri pada kaki kanan area post ORIF. Nyeri bertambah saat kaki kanan bergerak atau digeser, nyeri berkurang ketika beristirahat.

Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Lokasi nyeri pada kaki kanan bagian tibia fibula menjalar hingga lutut. Skala nyeri 7. Nyeri hilang timbul dengan durasi tidak menentu.

(7)

Riwayat keperawatan dahulu, klien tidak memiliki riwayat jatuh dan fraktur sebelumnya.

Pengkajian klien 2 dilakukan pada tanggal 17 Januari 2019 pukul 16.40 WIB di ruang Cempaka RSUD Ungaran. Hasil pengkajian didapatkan data, nama : Tn P, berusia 53 tahun, diagnosa medis fraktur tibia fibula 1/3 distal dextra dan dislokasi patella.

Keluhan utama Tn P mengatakan kaki area post ORIF terasa nyeri. Nyeri bertambah saat kaki kanan bergerak atau digeser, nyeri berkurang ketika beristirahat.

Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Lokasi nyeri pada kaki kanan bagian tibia fibula menjalar sampai femur. Skala nyeri 6. Nyeri hilang timbul dengan durasi tidak menentu.

Riwayat keperawatan dahulu, ± 2 tahun yang lalu klien mengalami fraktur pada radius dekstra.

Fokus diagnosa keperawatan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah).

Intervensi keperawatan yang dilakukan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi dengan pengkajian PQRST. Monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

Mengajarkan tehnik non farmakologi (kompres dingin dan relaksasi nafas dalam). Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

Hasil pengkajian nyeri dengan PQRST pada Ny I hari pertama data subyektif, Ny I mengatakan kaki kanan terasa nyeri dan kencang seperti ditarik pada area post ORIF, P: Nyeri karena luka post ORIF. Nyeri bertambah saat

(8)

kaki kanan bergerak atau digeser, dan nyeri berkurang ketika beristirahat. Q: nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R: lokasi nyeri pada kaki kanan bagian tibia fibula menjalar hingga lutut, , T: nyeri hilang timbul dengan durasi tidak menentu. Data obyektif, S: skala nyeri 7. Setelah dilakukan kompres dingin nyeri berkurang menjadi skala 6. Hari kedua skala nyeri berkurang menjadi skala 5 dan setelah dilakukan kompres dingin skala nyeri berkurang menjadi skala 4.

Pengelolaan hari ketiga skala nyeri berkurang dari skala 3 menjadi skala 2.

Hasil pengkajian nyeri dengan PQRST pada Tn P hari pertama data subyektif, P: Nyeri karena luka post ORIF, nyeri bertambah saat kaki kanan bergerak atau digeser, dapat berkurang ketika beristirahat. Q: Nyeri yang

dirasakan seperti tertusuk-tusuk.

R: lokasi nyeri pada kaki kanan bagian tibia fibula menjalar hingga bagian femur, T: nyeri hilang timbul dengan durasi tidak menentu. Data obyektif, S: skala nyeri 7. Setelah dilakukan kompres dingin nyeri berkurang menjadi skala 4. Hari kedua skala nyeri berkurang dari skala 4 menjadi skala 2. Pengelolaan hari ketiga skala nyeri berkurang dari skala 2 menjadi skala 1.

4. PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian didapatkan data dan keluhan utama. Klien pertama seorang perempuan bernama Ny I dan klien kedua seorang laki-laki benama Tn P. Keduanya sama- sama mengeluh nyeri post ORIF fraktur cruris. ORIF adalah pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi dengan

(9)

mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas yang mencakup dengan pemasangan pen, yang akan menimbulkan masalah salah satunya adalah nyeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Helmi (2013).

Sesuai dengan kasus pada Ny I dan Tn P dimana klien merasakan nyeri karena prosedur tindakan ORIF dan adanya luka jahitan ± 15 cm. Ditemukan perbedaan pada skala nyeri yang dirasakan oleh klien, dimana Ny I merasakan nyeri dengan skala 7 sedangkan pada Tn P nyeri dengan skala 6.

Sesuai dengan instrumen pengukuran nyeri dengan skala nyeri numerik (NRS) berdasarkan skala tersebut Ny I berada pada kriteria nyeri berat dan Tn P kriteria nyeri sedang.

Nyeri yang dirasakan oleh kedua klien tersebut dikarenakan

adanya fase penyembuhan tulang dimana pada hari pertama terjadi proses inflamasi. Tahap inflamasi berlangsung selama 4-5 hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.

Skala nyeri pada dua klien tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah persepsi. Suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda karena keadaan emosionalnya yang berbeda. (Zakiyah, 2015, hlm. 6).

Faktor pengalaman masa lalu dimana Tn P mempunyai riwayat fraktur, sehingga Tn P merasa bahwa nyeri yang dirasakan saat ini adalah hal yang pernah dirasakan sebelumnya. Tn P dapat mengatasi nyeri tersebut dimasa lampau, sehingga Tn P tidak merasa cemas dan gelisah karena sudah merasakan nyeri yang sama sebelumnya, sedangkan Ny I tidak

(10)

mempunyai pengalaman nyeri sebelumnya, sehingga klien merasakan nyeri mengganggu.

Perbedaan jenis kelamin diantara kedua klien tersebut menjadi faktor ketiga yang mempengaruhi nyeri dimana dalam merespon nyeri wanita lebih terbuka dalam mengungkapkan nyeri yang dirasakan, sedangkan pria enggan mengungkapkan nyeri yang dialaminya (Hawthorn &

Redmond, 1998 dalam Kneale, 2011, hlm. 164).

Perhatian dan kecemasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan nyeri, sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian dihubungkan dengan penurunan sensasi nyeri. Berkurangnya sensasi nyeri disebabkan oleh opiat endogen, yaitu endofrin dan

enkefalin yang merangsang kerja serabut taktil A-Beta sehingga menghambat transmisi nyeri oleh serabut delta C.

Ny I selalu memusatkan perhatiannya pada nyeri, Ny I meronta kesakitan ketika nyeri timbul dan merasa cemas karena tidak pernah merasakan nyeri sebelumnya dan nyeri yang dirasakan tidak hilang-hilang.

Berbeda dengan Tn P yang mengalihkan perhatiannya dengan cara menonton TV atau mengobrol dengan keluarganya, sehingga Tn P tidak memfokuskan dirinya kepada nyeri yang saat ini dirasakannya.

Dukungan dari orang yang dekat merupakan bentuk dukungan sosial yang dapat digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan aktivitas fisik (Potter & Perry, 2010). Ny I dan Tn P selalu ditemani oleh

(11)

keluarganya ketika sakit, dalam pengimplementasian tindakan nonfarmakologi keluarga juga ikut beperan aktif untuk upaya meredakan nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu kehadiran keluarga juga dapat membantu kegiatan ADL klien karena adanya keterbatasan gerak.

Faktor keenam yaitu mekanisme koping, dimana mekansime koping kedua klien tersebut baik, karena mereka bersedia menerima saran dan melakukan tindakan yang dapat mengurangi nyeri yang mereka rasakan. Hal ini sesuai dengan Muttaqin (2008) Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri.

5. SIMPULAN

Berdasarkan hsil pembahasan diatas dapat disimpulkan respon yang didapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam adalah pada Ny I nyeri berkurang dari skala 7 menjadi skala 2, sedangkan pada Tn P setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 2 jam nyeri yang dirasakan berkurang dari skala 6 menjadi skala 1.

Berdasarkan data yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma bedah) teratasi.

Masalah dapat teratasi dipengaruhi oleh tindakan keperawatan yang tepat dan efisien, yang diberikan kepada Ny I dan Tn P yaitu adanya tindakan kolaborasi antara tindakan farmakologi yaitu pemberian kompres dingin dan relaksasi nafas dalam dengan

(12)

tindakan farmakologi pemberian analgetik Keterolac 30 mg dan Dexketoprofen 25 mg.

6. SARAN

Bagi Perawat yang menangani pasien dengan nyeri akut post ORIF fraktur cruris dapat menerapkan teknin non farmakologi kompres dingin untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Karena di RSUD Ungaran pemberian kompres dingin sebagai tindakan untuk membantu menurunkan nyeri belum dilakukan.

Bagi pasien dan keluarga perlunya dukungan keluarga dan pasien untuk melakukan tindakan non farmakologi secara mandiri agar nyeri yang dirasakan oleh pasien dapat berkurang.

7. DAFTAR PUSTAKA

Agung Kristanto, Fitri Arofati.

(2016). Efektifitas penggunaan cold pack dibandingkan relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri pasca Open Reduction Internal Fixation..

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan:

Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, G. M., Butcher, H.K., Dochterman, I.M & Wagner, C.

M. (2013). Nursing intervetion clasification (NIC). Elsevier.

Corwin, J Elisabeth. (2009). Buku saku patofisiologi edisi 3.

Jakarta: EGC.

Elia Purnamasari, Ismonah, Supriyadi. (2014). Efektifitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur di RSUD Ungaran.

(13)

Hawks, H. J. (2009). Medical surgical nursing: Clinical of management for continuity 8th ed. Philapelphia: Wbsaunders Compeny.

Helmi, Z. N. (2013). Buku ajar gangguan muskuloskeletal.

Jakarta: Salemba Medika.

Herdman, T. Shigemi. (2015).

Diagnosis keperawatan:

Definisi dan klasifikasi 2015- 2017 edisi 10. Jakarta: EGC.

Kneale. (2011). Keperawatan ortopedik dan trauma edisi 2.

Jakarta: EGC.

Kozier, B., & Erb, G., (2009).

Buku ajar praktik keperawatan klinis. Alih Bahasa: Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih, dan Devi Yulianti. Jakarta:

EGC.

Muttaqin, A. (2011). Buku saku gangguan muskuloskeletal:

Aplikasi pada praktik klinik keperawatan. Jakarta: EGC.

Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi

asuhan keperawatan

berdasarkan diagnosa medis.

Yogyakarta: Medication Publishing.

Potter & Perry. (2010).

Fundamental of nursing.

Jakarta: Salemba Medika.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer & Bare. (2013).

Keperwatan medikal bedah edisi 12. Jakarta: EGC.

Zakiyah, Ana. (2015). Nyeri:

Konsep dan penatalaksanaan dalam praktik keperawatan berbasis bukti. Jakarta:

Salemba Medika.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden yang selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (1) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara

Dalam Java Script pendeklarasian sebuah variabel sifatnya opsional, artinya Anda boleh mendeklarasikan atau tidak, Jika Anda memberi nilai pada suatu variabel, maka dalam..

Jika fase phalik tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat phalik yang menonjol yaitu persaingan. dan ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu

The scientific personnel involved in crocodile conservation programme, project tiger and other wildlife conservation activities in situ and ex situ have produced the bulk of

memberi akibat hapusnya status hak guna bangunan pada tanah tersebut. Hapusnya hak atas tanah menyebabkan hapusnya hapusnya hak tanggungan, hal ini berdasarkan

Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh asal serbuksari, dalam penyerbukan buatan, terhadap kemampuan silang dan hasil pada buah naga dan mempelajari bentuk dan

Apakah kebijakan pemerintah terhadap input dan output mempengaruhi daya saing usaha peternakan sapi potong dan budidaya ikan patin di Kabupaten Indragiri

In the first system, automation is made possible by using field controller to operate the valve that was programmed to act to keep water condition at the field as expected to