PROSIDING SEMINAR NASIONAL
TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50
Penggalian, Pelestarian, Pemanfaatan dan Pengembangan Berkelanjutan
Tema Khusus
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dan Tabat Barito (Ficus deltoidea) Sumber Bahan Farmasi Potensial dari Bumi Borneo
Penyelenggara
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman
Bekerjasama
Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA
(TOI) KE-50
PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus)
Josanti Pitri Sagala, Wisnu Cahyo Prabowo, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur
*email: rolan@farmasi.unmul.ac.id
ABSTRAK
Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) adalah tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia.
Tanaman ini termasuk ke dalam Zingiberaceae. Umumnya masyarakat menggunakan bunga kecombrang sebagai bumbu masakan, mengobati sakit telinga dan daunnya juga dapat digunakan untuk menyembuhkan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga kecombrang terhadap penyembuhan luka pada tikus putih.
Pengujian ini menggunakan 18 ekor tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok. Luka sayat dibuat pada bagian punggung tikus dengan panjang 2 cm dan kedalaman 2 mm, kemudian diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya masing-masing 2 kali sehari. Hasilnya adalah pada konsentrasi 15% terlihat efek penyembuhan luka yang paling cepat yaitu 8 hari sedangkan pada kelompok Povidone Iodine penyembuhan luka terjadi pada hari ke-10, sehingga ekstrak bunga kecombrang berpotensi sebagai obat luka.
Kata kunci : Bunga Kecombrang, Luka, Tikus Putih
ABSTRACT
Kecombrang flower (Etlingera elatior) ia a plant that grows in Indonesia. This plant included in Zingiberaceae. Generally, people use kecombrang as a cooking flavor, treat earache and leaves also used to heal wounds. The aim of this research was to determine the effect of ethanol extract of Kecombrang flower on wounds healing in rats. This test was used 18 rats that divided into 6 groups. The wounds was made on the back of rats with a length of 2 cm and the depth of 2 mm, then the treatment was given twice a day. The result shown that at concentration 15% was the fastest wound healing at 8 days, while Povidone Iodine groups wound healing on day 10. Extract kecombrang flower is potential as a cure wounds
Keywords : Kecombrang flower, Wound, Rats
PENDAHULUAN
Luka merupakan kerusakan jaringan yang menyebabkan terganggunya proses selular normal dari tubuh, khususnya pada bagian kulit. Dalam kegiatan sehari-hari luka sering ditemukan khususnya pada anak-anak. Luka dibedakan berdasarkan penyebab lukanya, seperti luka bakar, luka sayat, luka tusuk dan lain sebagainya. Menurut data dari MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di Amerika yang mencatat prevalensi angka kejadian luka dari tahun ke tahun berdasarkan tipe-tipenya, ada lebih dari 100 juta kasus
banyak dikembangkan obat-obat luka yang lebih cepat dalam menyembuhkan luka dan efek sampingnya ringan serta tidak menimbulkan iritasi.
Bunga kebombrang banyak tumbuh di sumatera dan kalimantan. Masyarakat biasanya menggunakan bunga kecombrang sebagai bumbu masakan, mengobati sakit telinga, menghilangkan bau badan dan daunnya sebagai pencuci luka (Chan, 2007).
Bunga kecombrang mengandung flavonoid, terpenoid, saponin, tanin dan karbohidrat seperti alkaloid dan antrakuinon (Jackie, 2011). Bunga kecombrang memiliki aktivitas sebagai antibakteri dengan nilai MIC 1,56-50 mg/mL dan antioksidan dengan nilai IC 9,14 mg/mL (Lachumy, 2010).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan percobaan eksperimental dengan menggunakan 18 ekor tikus yang dibagi kedalam 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdapat 3 ekor tikus.
Bahan
Bunga Kecombrang, Etanol 96%, povidone iodine, NaCl, Alkohol, kasa.
Peralatan
Pisau bedah no.24, pisau cukur, penggaris, gunting
Prosedur 1. Ekstraksi
Bunga kecombrang segar diambil dari desa Pampang, Samarinda. Setelah itu dibersihkan dan dikeringkan. Kemudian simplisia yang telah kering dimaserasi dengan menggunakan etanol 96% dan hasil filtratnya dievaporasi untuk menghilangkan pelarutnya sehingga menghasilkan ekstrak pekat.
2. Penyiapan Hewan Uji dan Pembuatan Luka
Hewan yang digunakan adalah 18 ekor tikus yang memiliki berat badan 200-300 gram dan dibagi kedalam 6 kelompok yaitu kelompok 5%, 10%, 15%, 20% kontrol negatif dan Povidone Iodine. Sebelum dilakukan pembuatan luka, hewan diaklimatisasi selama 2 minggu. Setelah itu punggung tikus dicukur dan dibuat luka sayatan dengan panjang luka 2 cm dan kedalaman 2 mm. Kemudian, luka diberi ekstrak sesuai dengan kelompoknya masing-masing sebanyak 2 kali sehari dan setiap hari diukur panjang lukanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyembuhan luka yang paling cepat terdapat pada kelompok ekstrak 15% yang sembuh dalam waktu 9 hari sedangkan kelompok kontrol negatif sembuh dalam 13 hari dan kelompok kontrol positif yaitu Povidone Iodine sembuh dalam 11 hari. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bunga kecombrang memiliki pengaruh dalam mempercepat penyembuhan luka (Gambar.1).
Gambar.1 Grafik Penyembuhan Luka
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan Uji Duncan terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kelompok 5%, 10%, 15%, 20% dan Povidone Iodine. Hal ini terlihat dari nilai rata-ratanya yang tidak berbeda jauh. Meskipun nilai rata-rata dari kelompok 15% adalah yang paling besar namun secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan penyembuhan luka jika dibandingkandengan kelompok 5%, 10%, 20% dan Povidone Iodine. Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa konsentrasi yang paling efektif dalam menyembuhkan luka adalah konsentrasi 5% karena dengan konsentrasi yang kecil sudah dapat menimbulkan efek penyembuhan luka yang sama pada konsentrasi 15%. Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa potensi ekstrak bunga kecombrang dalam menyembuhkan luka sama dengan povidone Iodine (Tabel.1)
Tabel.1 Hasil Analisis Statistik Duncan pada Rata-Rata Kecepatan Penyembuhan Luka
Kelompok N Subset
1 2
Kontrol Negatif 36 1,2083
10% 36 1,3556
20% 36 1,3972
Povidone 36 1,4111
5% 36 1,4528
15% 36 1,4722
Sig. 1,000 ,083
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,064.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 36,000.
b. Alpha = ,05.
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai metabolit sekunder dari bunga kecombrang adalah flavonoid, terpenoid, saponin, tanin dan karbohidrat seperti alkaloid
0 0,5 1 1,5 2 2,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Panjang Luka (cm)
Hari
5%
10%
15%
20%
Kontrol Positif Kontrol Negatif
dan antrakuinon. Metabolit sekunder inilah yang diduga berperan dalam mempercepat proses penyembuhan luka.
Penyembuhan luka secara umum dibagi menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi/remodelling. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus akan mengalami konstriksi yang disertai dengan reaksi hemostasis dimana trombosit yang keluar dari pembuluh darah akan saling melengket dan benang-benang fibrin akan membentuk bekuan darah sehingga perdarahan berhenti (Sherwood, 2001).
Setelah itu terjadilah fase inflamasi yang ditandai dengan gejala seperti kemerahan, nyeri, panas, dan pembengkakan pada luka. Dalam fase ini, sel mast akan mengeluarkan mediator-mediator inflamasi yang ikut menghancurkan bakteri pada luka. Selanjutnya adalah fase proliferasi yaitu fase regenerasi sel-sel mati. Kemudian fase maturasi/remodelling dimana terjadi proses pematangan sel-sel baru hingga luka akhirnya sembuh.
Flavonoid merupakan antioksidan yang mencegah oksidasi pada sel sehingga kerusakan sel dapat dihambat. Selain itu flavonoid juga berperan sebagai antiinflamasi dan meningkatkan kecepatan epitelisasi sehingga membantu mempercepat penyembuhan luka.
Tanin berperan sebagai antibakteri dan adstringen yang menyebabkan penciutan pori-pori kulit. Saponin juga berperan sebagai antibakteri yang mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat (Yenti, 2011). Selain itu saponin juga berperan dalam menstimulai sel-sel baru dan jaringan kulit (Kurniati, 2008).
KESIMPULAN
Ekstrak bunga kecombrang memiliki pengaruh dalam mempercepat penyembuhan luka dengan dosis efektif sebesar 5%. Ekstrak bunga kecombrang memiliki potensi yang sama dalam menymbuhkan luka jika dibandingkan dengan Povidone Iodine.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chan et al. 2007. Antioxidant and antibacterial activity of leaves of Etlingera species (Zingiberaceae) in Penisular Malaysia. Food Chemistry 104, 1586-1593.
2. Jackie et al. 2011. Antioxidant Effects of Etlingera elatior Flower Extract Against Lead Acetate-Induced Pertubations in Free Radical Scavenging Enzymes and Lipid Peroxidation in Rats. BMC Research Notes 4, 67
3. Lachumy et al. 2010. Pharmacological Activity, Phytochemical Analysis and Toxicity of Methanol Extract of Etlingera Elatior (torch ginger) Flowers. Asian Pasific J of Tropical Medicine. 769-774
4. Shewood, L. 2001. Human Physiologi From Cells to System 5th ed. Thomson Learning- Brooksdale Cole. New York.
5. Yenti et al. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Euphatorium odoratum. L) untuk Penyembuhan Luka. Majalah Kesehatan PharmaMedika. 3 (1) . 227-230
6. Kurniati, 2008. Efek Ekstrak Etanol Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Universitas Hasanuddin Makassar.
FORMULASI KRIM MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI SEBAGAI ANTI-ACNE DENGAN GLISERIL MONOSTEARAT DAN SETIL ALKOHOL
Kartiningsih* dan Meilisa
Laboratorium Teknologi Farmasi Sediaan Semi Solid dan Cair Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Lenteng Agung, Jakarta Selatan
*Email: kartiningsih.kania2@gmail.com
ABSTRAK
Minyak biji bunga matahari memiliki kandungan terpenoid dan asam linoleat, sehingga dapat menghambat Propionibacterium acnes dan dapat diformulasikan menjadi sediaan krim. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula terbaik dari sediaan krim minyak biji bunga matahari. Minyak biji bunga matahari ditentukan nilai KHM dan didapat hasil sebesar 1,5%. Dilakukan formulasi sediaan krim menggunakan desain faktorial 22 dengan variasi konsentrasi gliseril mono stearat dan setil alkohol. Sediaan krim dibuat dengan cara memanaskan fase air dan fase minyak masing-masing pada suhu 70˚C, lalu dicampur dan diaduk sampai terbentuk sediaan krim. Terhadap sediaan dilakukan evaluasi baik secara fisika, kimia, maupun mikrobiologi. Dari hasil evaluasi dilakukan overlaid counter plot untuk mendapatkan formula terbaik sesuai syarat mutu fisika, kimia, dan mikrobiologi.
Formula terbaik didapat pada formula III dengan konsentrasi gliserilmonostearat sebesar 9% dan setil alcohol sebesar 1%. Dari hasil evaluasi pada formula III didapat sediaan krim berwarna putih, tidak berbau, dan tekstur lembut dengan nilai yield value sebesar 90,77 dyne/cm2, memiliki ukuran globul sebesar 59,90 µm, viskositas sebesar 32705,33 cP dengan sifat alir tiksotropi plastis, kemampuan menyebar sebesar 33,62 cm2, dan pH sebesar 5,95, dan DDH sebesar 15,28 mm.
Kata kunci: minyak biji bunga matahari, Propionibacterium acnes, gliserilmonostearat, setilalkohol, krim, anti-acne.
ABSTRACT
Sunflower seed oil contains terpenoids and linoleic acid, which can inhibit Propionibacterium acnes (the bacteria that cause acne). This research is to obtain the best formula of the sunflower seed oil as topical cream. The MIC of sunflower seed oil is determined and got the result about 1.5%. Formulation of cream is done using factorial design 22 with variation concentration of glycerylmonostearate and cetyl alcohol. Cream is made by heating the water phase and the oil phase respectively at temperature of 70˚C, and then mixed and stirred until it forms a cream. After that, cream is evaluated both in physics, chemistry, and microbiology. The results of the evaluation are plotted to get the best formula of the antiacne cream. The best formula is Formula III with concentration of glycerylmonostearate of 9% and cetyl alcohol of 1%. From the results of the evaluation, the obtained formula has a white colour, odorless, and soft texture cream with a yield value equal to the value of 90.77 dyne/cm2, has globule size of 59.90 μm, the viscosity of 32705.33 cP with thixotropic plastis flow, the spreadability amounted to 33.62 cm2, and pH of 5.95, and inhibition zone diameter of 15.28 mm.