BAB 4
HAS IL PENELITIAN 4.1 Penyajian data penelitian
Pada bab ini, pembahasan akan memasuki tahap analisa yang melibatkan penggunaan data primer dan sekunder sabagai dasar dalam merumuskan pemecahan masalah. Lebih lanjut, terdapat permasalahan dimana M enteri Kesehatan Sri Endang Rahayu menanggapi bahwa RS M ER-C di Gaza tidak dapat lagi didiukung oleh Pemerintah.
Penulis akan melakukan serta mencoba untuk fokus pada satu kasus mengenai status RS di Gaza yang sebelumnya didiukung oleh pemerintah dan sekarang dukungan itu telah dicabut, meninggalkan rasa penasaran dan keheranan dari publik. Penggunaan data primer meliputi hasil wawancara penulis dengan 3 orang yang memiliki klasifikasi dan persyaratan untuk dianggap sebagai sumber informasi yang jujur, terpercaya dan mampu menjaga integritas.
4.1.1 Data Primer
Pada data primer yang disajikan, penulis menghadirkan dalam bentuk deskriptif, dengan urutan penyajian data dimulai hasil wawancara dari pendiri M ER-C, divisi humas dan donator yang berpastisipasi, selain itu penulis juga melakukan observasi di dala M ER-C dan di daerah kasus yang dibahas.
4.1.1.1 Wawancara dengan pendiri MER-C (Dr Jose Rizal Jurnalis)
Wawancara dengan pendiri M ER-C diharapkan dapat memiliki makna sebagai proses dan bagian dari pemahaman awal yang sangat diperlukan dalam menentukan visi
dan misi para pendiri dalam mendirikan organisasi LSM di bidang kesehatan dan kedaruratan. Lebih lanjut, dengan wawancara terhadap pendiri M ER-C karya tulis ini berharap dapat mengerti serta memaparkan terhadap pembaca tentang alasan – alasan apa sajakah yang dijadikan pertimbangan oleh pendiri M ER-C dalam hal pendirian organisasi LSM ini.
Pertama penulis bertanya mengenai latar belakang, sejarah dan alasan mengapa M ER-C dibentuk dan atau didirikan. Narasumber, Dr. Jose, menyatakan bahwa M ER-C adalah bentuk lahirnya idealisme yang timbul terhadap rasa kepedulian dengan sesama yang memerlukan perhatian medis dan dalam keadaan darurat. Ini diperkuat dengan adanya kejadian yang dianggap memprihatinkan di daerah Indonesia Bagian Timur.
Perlu diperhatikan, bahwa M ER-C sendiri berawal dari rasa idealisme mahasiswa dan ini dibuktikan pada saat berdirinya, M ER-C diisi oleh para aktivis dan pejuang kesehatan dan kemanusiaan yang tergabung didalam Tim M edis M ahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Narasumber lebih lanjut menjelaskan bagaimana M ER-C secara komprehensif lalu berjuang serta berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, karena Trust menurut Dr Jose adalah hal yang paling urgen dan penting untuk dipertahankan di dalam perjuangan LSM kesehatan dan kedaruratan.
Dr Jose juga membenarkan pernyataan penulis yang menyatakan bahwa, M ER-C berdiri atas respon dari rasa ketidak adilan yang timbul dari keberpihakan tim medis dalam menangani kasus ini. Hal ini juga telah dibahas oleh penulis di bab sebelumnya yang menyoroti penanganan korban kerusuhan dan pengungsi pada tragedi Ambon, TMM -UI berpendapat bahwa terdapat ketidaknetralan dan keberpihakan tenaga medis dalam kancah pertempuran di kepulauan wilayah timur Indonesia ini. Sikap profesional yang seharusnya ada pada setiap tenaga medis, salah satunya terlihat dari sikap netral dan tidak berpihak, sulit ditemui. Distribusi bantuan baik berupa logistik maupun pelayanan medis yang diberikan kepada kedua belah pihak yang bertikai tidak adil dan merata. Kondisi ini diperburuk oleh mobilitas tenaga medis ke daerah kerusuhan yang kurang, semua faktor di atas berimplikasi pada penanganan korban yang tidak optimal.
Atas dasar pemikiran bahwa penanganan korban kerusuhan dan pengungsi tidak optimal khususnya dalam pelayanan medis maka perlu sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat professional, netral, mandiri, sukarela, dan memiliki mobilitas tinggi. Berlatarbelakang keadaan di atas lahir suatu organisasi yang bernama Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).
Lebih lanjut, ke depannya penulis bertanya tentang respon Dr. Jose mengenai pentingnya public relations untuk menopang serta menjalankan rasa percaya atau trust yang telah disampaikan sebelumnya. Dr Jose sependapat dengan penulis serta menaggapi pertanyaan mengenai pentingnya kepercayaan dari masyarakat sebagai pertanyaan paling krusial untuk masa depan serta mendukung perjuangan, visi serta tujuan M ER-C.
Dr. Jose menganggap, dalam hal memenuhi serta menjalankan tujuan M ER-C, kepercayaan masyarakat adalah hal yang paling fundamental. M ER-C dalam
menjalankan operasi kemanusiaannya mendapatkan bantuan yang signifikan dari semua elemen masyarakat yang disebut dengan Donatur Kemanusiaan. Oleh karena itu dalam hal memberikan informasi eksternal serta menjalankan fungsi public relations, departemen ini perlu dijalankan secara efisien demi mendapatkan serta mempertahankan rasa kepercayaan tersebut.
M asuk ke dalam pertanyaan yang mulai spesifik, mengenai peran public relations di masa pendirian serta proses terdapatanya public relations di masa sekarang
serta bagaimana proses evolusi tersebut dibentuk. Dr Jose menjawab, bahwa pada awal pendirian, TMM UI dan M ER-C hanya terdiri atas para dokter yang bertugas menjalankan tugas penyelamatan dan pertolongan medis tanpa memikirkan operasional serta membangun kepercayaan dari masyarakat sehingga banyak operasional yang dilakukan M ER-C bersumber dari dana pribadi para anggotanya saja.
Baru sampai dengan 5-7 tahun belakangan, para pendiri M ER-C menyadari pentingnya dukungan dari masyarakat dalam hal menyokong dan mendukung operasi dan kegiatan M ER-C sehari – hari. Oleh karena itulah dibentuk divisi public relations yang waktu itu fungsinya dianggap dan diakui oleh Dr Jose tidak secara komprehensif sesuai dengan teori atauapun aplikasi Public Relations yang berkembang pada saat ini.
M engomentari tentang pendapat pendiri dan Dr Jose secara pribadi tentang pernyataan M enteri kesehatan periode 2009 – 2014, Sri Endang Rahayu (KIB II) yang menganggap bahwa RS Indonesia yang di Gaza memiliki permasalahan permasalahan yang dianggap menghambat pembangunan tersebut, termasuk dalam hal perizinan. Dr Jose menjelaskan bahwa Organisasi non profit hidup dan keberlangsungannya sangat tergantung dari kontribusi masyarakat secara langusng dan tidak langsung termasuk dari
donasi – donasi yang diberikan atas nama M ER-C. Sehingga, apabila divisi ini terbentuk maka sebelum M enteri Kesehatan memberikan pendapat atau tanggapan seperti itu, M ER-C selalu melakukan update dan pemberian informasi secara berkala tentang progress status mengenai RS Indonesia yang ada di Gaza terhadap para donatur kita melalui fungsi public relations. Dr Jose menganggap bahwa permasalahan timbul dikarenakan LSM dan organisasi non-profit di Indonesia pada umumnya mengalami kesulitan dalam hal pelaksanaan hubungan kemasyarakatan dan tidak banyak yang berhasil mengimplementasikan praktek public relations secara optimal.
Sebagai pendiri, Dr Jose Rizal mengakui belum terdapat Standard Operasi atau SOP yang baku untuk dijadikan suatu pegangan dan referensi dalam hal menangani serta menjalankan proses hubungan kemasyarakatan. Usulan penulis mengenai perlunya aspek ini diakui sebagai hal urgent dan sangat penting untuk dapat diaplikasikan oleh Dr Jose sebagai pendiri, namun permasalahan yang ia kemukakan adalah: pada saat pendirian M ER-C, para pendiri merupakan individu yang berprofesi sebagai dokter sehingga secara fundamental tidak memiliki dan kompeten dalam menangani hubungan kemasyarakatan, lebih lanjut, ia mengakui untuk saat ini penggunaan dan aplikasi dari perlunya SOP dalam hubungan kemasyarakatan perlu untuk diadaptasi.
Berkaitan dengan adanya pembangunan RS Indonesia di Gaza, tidak adanya suatu sistem atau SOP yang baku dalam hal hubungan kemasyarakatan, dampaknya adalah, setiap progress atau kemajuan dan perkembangan dari pembangunan RS itu tidak dipublikasikan secara transparan dan kontinyu, walaupun pertanggung jawaban penggunaan uang telah dilaporkan ke publik secara berkala. Lebih lanjut, ketika terdapat press release dari pemerintah mengenai status RS tersebut, bantahan serta informasi dari pihak M ER-C akhirnya bersifat sporadis dan mendadak dan hanya dialamatkan untuk
komentar dari Kementrian Kesehatan. Padahal, dengan adanya aplikasi dari SOP maka setiap program, proyek bantuan ataupun operasi kemanusiaan apapun itu bisa dipertimbangkan porsi pemberitaannya secara berkala, kontinyu dan transparan berdasarkan pertimbangan dari SOP tersebut.
4.1.1.2 Wawancara dengan Kepala Divisi Humas (Hubungan Kemasyarakatan)
Narasumber ke dua yang dipilih oleh narasumber adalah kepala divisi Hubungan kemasyarakatan (Sdr Ahya) – penulis membuka pertanyaan tentang awal mula dibentuknya divisi hubungan kemasyarakatan serta latar belakang perlunya divisi Humas untuk didirikan dalam hal LSM kesehatan seperti M ER-C.
Humas itu jelas berkaitan dengan niat baik dan nama baik organisasi M ER-C.
Ia juga menganggap bahwa, selain itu Humas harus mampu mempunyai teknik-teknik komunikasi yang efektif dalam merencanakan suatu program sehingga dapat menganalisis berbagai kecenderungan yang terjadi agar tidak terjadi kesalahan fatal.
Selain itu aktivitas humas bersifat terencana, berorientasi pada fungsi manajemen organisasi / lembaga tertentu dan mempunyai sasaran dalam mencapai komunikasi yang bersifat dua arah, saling mengerti dan bekerjasama dengan publik dalam mencapai suatu kepuasan dan keuntungan bersama, serta dapat memahami hakikat komunikasi, hakikat manajemen, visi dan misi organisasi / lembaga dalam menentukan publik dengan karakteristik berdasarkan pengetahuan, keahlian dan kreatifitas.
Penulis lalu bertanya apakah fungsi Humas di M ER-C secara umum dan juga secara khusus, ia menjawab bahwa secara visioner dan organisatoris, fungsi utama humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan M ER-C dengan publiknya, intern maupun ekstern dalam rangka menanamkan pengertian,
menumbuhkan, motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan M ER-C secara keseluruhan.
Penulis juga lalu bertanya mengenai apakah kontribusi HUM AS di M ER-C secara manajerial dan struktur organisasi sebagai fungsi manajemen, narasumber sdr Ahya menjawab bahwa humas berarti mempunyai kontribusi yang sangat penting untuk membantu lancarnya kegiatan manajemen khususnya dalam membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk menilai sikap publik terhadap organisasinya.Fungsi humas apabila dilaksanakan dengan seksama akan menjadi dukungan yang nyata terhadap pencapaian tujuan organisasi beserta manajemennya, karena M ER – C memiliki visi untuk mewujudkan Humas sebagai fungsi yang tidak memihak serta bersifat netral. Fungsi humas di M ER-C salah satunya adalah menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, sehingga dengan adanya komunikasi yang timbal balik ini kesenjangan komunikasi dalam organisasi bisa diantisipasi dan tercipta hubungan yang harmonis.
Lalu penulis melanjutkan pertanyaan tentang strategi utama humas di M ER-C, Strategi utama yang dijalankan dalam kegiatan HUM AS di M ER C adalah dengan memelihara komunikasi yang baik, yaitu hubungan komunikatif diantara humas dengan publik internal maupun publik eksternal yang dilakukan secara timbal balik yang dilandasi empati sehingga menimbulkan rasa simpati sebagai sumber kontribusi dan sumbangan donasi dari publik.
Selain itu dengan menitik beratkan moral dan perilaku yang baik, fungsi humas juga mewakili organisasi agar memperoleh pandangan yang positif dari publik – hal ini dicontohkan dengan kebijakan M ER-C untuk melarang semua elemen dari pendiri,
pimpinan, relawan ataupun anggota lainnya untuk tidak merokok sebagai bentuk dukungan atas program pemerintah memberantas serta mengurangi adiksi rokok.
Berkaitan dengan masalah yang timbul dari pernyataan M ENKES mengenai bahwa izin yang dikeluarkan oleh Otoritas Palestina sangat sulit untuk didapat sehingga tanah yang digunakan membangun RS di Gaza tidak dapat dijalankan, dianggap sebagai pernyataan kontra produktif serta memberikan image negatif kepada M ER-C dimata donatur serta pendukungnya, sdr Ahya menganggap bahwa kontinuitas dari fungsi Humas yang sesungguhnya tidak berjalan maksimal seperti seharusnya.
Hal ini terlihat dari bagaimana proses public relations yang dalam teori mengdepankan kontinuitas tidak dapat berjalan secara optimal. Lebih lanjut, Pada umumnya humas merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan saling pengertian (Mutual understansing), menciptakan keuntungan bersama, dan menciptakan citra yang baik bagi publik atau masyarakat.
Oleh karena itu Sdr Ahya sebagai narasumber menganggap M ER-C dan divisi Humas seharusnya dari awal menjalankan kontinuitas tersebut dengan membuat buletin atau laporan khusus kepada donatur tentang progress atau kemajuan pembangunan RS Indonesia di Gaza bukan hanya laporan keuangannya saja namun termasuk status pembangunan, agar hal tersebut diatas bisa dicegah. Penulis juga bertanya, aspek paling penting apakah dari divisi Humas di M ER-C yang perlu untuk dipertahankan &
dianggap sebagai isu terpenting dari tujuan humas. Secara umum/universal yang pada prinsipnya menekankan tujuan pada aspek citra/image, citra merupakan salah satu tujuan penting bagi M ER-C, karena dengan memiliki citra yang baik Hal ini memberikan pengaruh pada tingkat kepercayaan publik-publikya.
Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas hubungan kemasyarakatan, narasumber mengakui bahwa SOP atau Standard Operational procedure di M ER-C belum terbentuk sehingga pola hubungan kemasyarakatan atau Public Relations lebih bersifat sporadis dan reaktif. Narasumber mengakui, bahwa usul dari penulis dalam hal aplikasi dan penggunaan SOP dalam hubungan kemasyarakatan dapat diterapkan. SOP ini menjadi penting sehingga aktivitas hubungan kemasyarakatan dapat dijalankan secara konsisten dan tidak sporadis atau reaktif, segala proses dan aktifitas serta program M ER-C dapat dijalankan tanpa harus bersikap menunggu atau bereaksi terhadap pemberitaan yang menyangkut M ER-C, namun pemberitaan atau hubungan kemasyarakatan justru dapat dijalankan secara konsisten, transparan serta kredibel apabila disandarkan pada SOP tersebut. Hal ini sesuai dengan keterangan seperti narasumber Dr Jose, dimana terhadap pelaksanaan pembangunan RS Gaza, pemberitaannya bersifat balasan dan dialamatkan hanya ke publik berdasarkan informasi atau press release dari pihak Kementrian Kesehatan. Dengan adanya SOP, sepatutnya pemberitaan tersebut bisa dipersiapkan dan dipublikasikan secara periodik tanpa harus dilakukan secara sporadis.
4.1.1.3 Wawancara dengan Donatur (Anonymous)
Setelah melakukan wawancara dan penggalian data primer bersumber dari pihak M ER-C secara internal, maka penulis menganggap pentingnya untuk melakukan wawancara secara komprehensif dengan donatur yang diwakili oleh seseorang yang bersifat anonymous dan selanjutnya akan disebut dengan kata: narasumber.Penulis mengawali pertanyaan secara umum, mengenai darimana mendengar M ER-C pertama kali sebagai organisasi LSM . Setelah, ditanyakan hal tersebut, narasumber melakukan
respon dengan menjawab bahwa ia mengetahui M ER-C sebagai LSM dibidang kedaruratan dari media massa dan pembahasan yang ada di lingkungan perkerjaan dan kantornya. Lebih lanjut, penulis bertanya tentang image M ER-C dimatanya berkaitan dengan keberhasilan fungsi humas terhadap kinerja M ER-C sehari – hari.
Narasumber menganggap M ER-C telah berhasil membangun kepercayaan di masyarakat yang mana hal tersebut terbentuk justru dari keberhasilan M ER-C menjaga amanat serta dukungan dari publik serta mendistribusikan bantuan, amanah serta donasi secara efektif, tepat sasaran dan transparan. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa peran humas justru hanya untuk memastikan transparansi tersebut yang ia rasakan telah sangatlah berhasil dalam hal mendapatkan rasa percaya dari donatur seperti dirinya. Ia menganggap bahwa justru narasumber ikut melakukan hubungan kemasyarakatan dengan mendukung, mempercayai dan menyebarkan bagaimana M ER-C sebagai LSM dibidang kemaunisaan, kesehatan dan kedaruratan telah membantu banyak orang yang memerlukan perhatian medis.
Narasumber mengakui, segala bentuk hubungan kemasyarakatan ataupun informasi yang diberikan oleh M ER-C dalam bentuk hubungan kemasyarakatan yang diterima oleh narasumber bersifat konsisten dalam hal laporan keuangan namun mengenai hal lain informasi tersebut tidak diberikan secara konsisten dan bersifat bantahan terhadap berita terkait. Narasumber ini mengakui pentingnya SOP dan standar operasi dalam hal melaksanakan hubungan kemasyarakatan di M ER-C mengingat publik menginginkan pemberitaan secara periodik dan transparan. Narasumber mengakui M ER-C adalah organisasi yang sangat reliabel, dapat dipercaya serta amanah dalam menjalankan tugas, namun apabila SOP mengenai pemberitaan yang bersifat hubungan
kemasyarakatan dapat dibentuk maka pemberitaan tersebut dapat dilakukan tanpa harus menunggu komentar atau “serangan” dari pihak tertentu.
Ini sangat berkaitan dengan proyek pembangunan RS di Gaza, dimana Kementrian kesehatan menyatakan bahwa bantuan pemerintah tidak akan dialokasikan kesana karena masalah perizinan lokasi, M ER-C mungkin memiliki dana masyarakat yang tidak lagi memerlukan bantuan pemerintah. Namun pemberitaan soal izin ini membuat narasumber sebagai donatur menjadi ragu, apakah proyek bisa dijalankan, barulah setelah adanya bantahan dari pihak M ER-C, narasumber kemabali berkeyakinan, namun hal ini dapat dicegah apabila sedari awal secara kontinyu berdasarkan SOP, M ER-C telah melaporkan tentnag perkembangan pembangunan RS Indonesia di GAZA terkait dengan perizinan lokasi dan pertanahan.
Donatur – PT FIM Jasa Ekatama
PT FIM Jasa Ekatama adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan pengembangan perumahan serta bangunan pertokoan dengan skala termasuk sebagai Industri Besar, bukan hanya itu PT FIM Jasa Ekatama memilliki proyek pembangunan dengan keseluruhan mencapai ratusan hektare yang terbagi di seluruh Wilayah Kota DKI Jakarta. Penulis berbicara dengan saudara Ridzal Djosan, SH sebagai juru bicara perusahaan yang bertanggung jawab melakukan komunikasi publik, dari keterangannya didapat informasi bahwa PT FIM Jasa EKatama tertarik memberikan donasi setelah mendengar tentang kiprah M ER-C dari media massa kebanyakan, seperti koran dan televisi, keputusan dan kiprah M ER-C sebagai LSM dibidang kesehatan dan kedaruratan medis yang tetap netral serta tidak memihak menjadi alasan utama kenapa PT FIM Jasa Ekatama memilih organisasi ini sebagai program donasinya.
Khusus untuk peran dan fungsi Public Relations di M ER-C sendiri yang melakukan hubungan strategis dengan perusahaan media dianggap oleh PT FIM Jasa Ekatama sebagai hal yang strategis yang dapat mempengaruhi serta merupakan kesuksesan yang jelas mempengaruhi keputusan perusahaan untuk memberikan donasi ke M ER-C. Proyek RS Indonesia di Gaza sendiri merupakan proyek yang dikenal luas di masyarakat, dan menurut perusahaan, dianggap bahwa hal ini berkat strategi Public Relations yang maksimal dari tim relawan yang menitik beratkan kepada peran dan fungsi Public Relations. Fungsi & Peran Public Relations ditubuh M ER-C mengenai proyek tersebut berjalan dengan baik walaupun terkait dengan hubungan M ER-C dengan pemerintah yang tidak menemui titik temu. Proyek lain yang diketahui oleh perusahaan meliputi pembangunan Trauma Centre di Yogyakarta& RS di Sumatera Barat.
Masyarakat yang Tidak Memberikan Bantuan - Anonymous
Hasil wawancara ini didapat dari sumber yang tidak memberikan identitas (anonymous) dan telah disimpulkan bahwa yang bersangkutan tidak memberikan donasi kepada organisasi M ER-C karena alasan – alasan tertentu, yang meliputi fakta bahwa walaupun ia pernah mendengar soal M ER-C namun narasumber tidak pernah dapat menyimpulkan visi, misi serta tujuan M ER-C secara komprehensif karena hal tersebut tidak terdapat dalam informasi yang tertuang dalam program public relations secara eksternal yang juga adalah bagian dari peran dan fungsi Public Relations secara keseluruhan.
Sehingga menurut pendapatnya, Peran & fungsi Public Relations di M ER-C belum berjalan dengan maksimal serta tidak berhasil mempengaruhi keputusan dan
keinginan dari narasumber untuk melakukan donasi atau sumbangan terhadap dan untuk organisasi ini. M engenai RS Indonesia di Gaza telah juga didengar oleh narasumber, namun seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa karena tidak disampaikan pesan dan informasi strategis mengenai proyek bantuan tersebut, narasumber memutuskan untuk tidak melakukan donasi ataupun bantuan untuk proyek tersebut
4.1.1.4 Hasil Observasi
Setelah melakukan pengamatan, observasi dan memperhatikan proses perjalanan dan pelaksanaan fungsi Humas di dalam organisasi M ER-C, penulis berkesimpulan, dasar –dasar pelaksaanaa Humas telah berjalan dengan baik. Namun, seperti yang telah dijelaskan oleh Dr Jose & Sdr Ahya, bahwa justru sifat Public Relations yang memerlukan adanya kontinuitas justru tidak terdapat di dalam pelaksanaan hubungan kemasyarakatan secara eksternal oleh M ER-C kepada publik secara keseluruhan. Peran public relations di dalam menjaga dan membina hubungan komunikasi internal
khususnya komunikasi lintas saluran yang berpengaruh terhadap komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah sudah cukup efektif sebab public relations telah dijalankan secara efektif dan efisien justru oleh anggota relawan M ER-C dengan cara melakukan dokumentasi dan penyebaran informasi tanpa harus menunggu koordinasi dari tingkat yang lebih atas.
Penulis menganggap hal ini sangatlah baik, karena inisiatif melakukan proses public relations dapat memberikan image yang spontan dan sangat berguna bagi M ER-C ke depannya. Namun hal ini perlu didukung dengan pertemuan rutin untuk melakukan sinkronisasi secara konsepsual, hal apa sajakah yang boleh disampaikan ke public atau
tidak. Untuk kegiatan media monitoring menurut penulis berdasarkan hasil observasi kurang efektif sebab public relations tidak memanfaatkan hasil media monitoring dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, penulis melihat bahwa hasil media monitoring kurang memaksimalkan dan memanfaatkan public relations sebagai bahan referensi suatu event untuk campaign mencari dana.
Observasi khusus proyek Rumah S akit MER-C di Gaza – Palestina.
Penulis pada 23 April 2011 berangkat ke M esir melalui jalur udara dari Bandara Soekarno Hatta dengan 5 Tim dari M ER-C yang akan menembus perbatasan Rafah di M esir untuk masuk Gaza – Palestina dengan bertujuan memilih pemenang tender untuk membangun RS Indonesia di Gaza- Palestina, dengan 5 TIM relawan yang berprofesi berbeda-beda menjalani tugas untuk menyampaikan amanah dari warga Indonesia untuk rakyat Palestina yang sedang dalam kecaman Israel, dengan perjalanan yang menempuh jarak kurang lebih 10 jam dengan memakai maskapai penerbangan Singapore Airlanes, selama perjalanan menuju M esir yang harus transit 2 kali di Singapre dan Dubai, tidak membuat patah semangat untuk para Tim M ER-C yang ada, setibanya sampai di M esir yang baru saja mengalami revolusi dengan menumbangkan Pemerintahan Husni M ubarak, keadaan di M esir pun masih belum sempurna begitupula pemerintahannya.
Sampai di M esir bergegaslah kami tim M ER-C ke KBRI untuk menemui Bapak A.M . Fachir menjelaskan tujuan kami untuk ke Gaza, menyelesaikan permasalahan Rs.
Indonesia di Gaza dan menentukan pemenang tender lokal yaitu dari warga Palestina sendiri, Tim menemui Dubes untuk menjalin suatu hubungan yang bisa menjadi penolong maupun bekerja sama untuk membantu warga Palestina, karena memasuki Gaza- Palestina tidak semudah yang kita kira, Tim harus berjalan darat 5 jam ke
perbatasan M esir dan Palestina yaitu Rafah, dalam perjalanan ini kami harus meminta surat izin masuk melalui Kementrian Luar Negri M esir dengan bantuan KBRI dan rekan-rekan yang ada di M esir. Selama kita harus menunggu jawaban dari KBRI, Tim terlebih dahulu sudah menyiapkan surat perizinan dari Indonesia yang di setujui oleh pihak Gaza dan sudah memberi Informasi kepada pemerintah M esir khususnya dan KBRI yang berada di M esir, akan tetapi tidak merespon surat yang kita ajukan, dikarenakan alasan sedang adanya perubahan system di dalam pemerintahan M esir semenjak jatuhnya Husni M ubarak.
Tim tetap berangkat dengan tekad bulat dan terus berusaha, karena relawan yang sudah ada sebelunmya di dalam Gaza- Palestina selama 9 bulan yang sedang melakukan observasi mengenai pembangunan ini ingin segera Tim masuk untuk menetapkan tender dan segera membangun Rs Indonesia di Gaza- Palestina, dengan optimis kami berangkat ke perbatasan Rafah dengan membawa surat izin yang ada dari Indonesia, akan tetapi kami di tolak dengan alasan tidak mencukupi izin hanya dari pihak Palestin dan Indonesia harus melalui kementrian luar negri M esir, selama 7 jam kami menunggu di perbatasan dan saling berinteraksi dengan relawan-relawan asing yang bernasib sama seperti kita dari berbagai Negara dengan profesi berbeda-beda tetapi kami relawan yang bertujuan sama.
Kami di perbatasan menunggu harapan masuk, yang terus di usahakan melalui KBRI dan teman- teman di M esir untuk membantu surat izin masuk, perbatasan Rafah yang hanya di batasi dengan tembok antara M esir dan Palestina tetapi sangat sulit untuk masuk ke negri yang subur tersebut.
M emulai perbincangan dan tugas saya membuat laporan kepada kantor pusat M ER-C yang berada di Indonesia dan mencari relasi untuk membantu agar
mempermudah masuk ke Gaza-Palestina, sangat sulit untuk melakukan proses dengan keadaan yang terdesak dan dibutuhkan kecepatan untuk memberikan informasi kepada public, dalam situasi yang tidak kondusif akan tetapi saya tetap mencoba memberikan informasi untuk para public layak untuk tau, proses bagaimana menuju sebuah target itu tidak mudah.
Ketua Tim kami pun mempunyai ide agar waktu tidak terbuang kami mengadakan teleconfrance dengan Tim yang sudah di dalam Gaza- Palestina beberapa bulan lalu, untuk mempersiapkan pemilihan pemenang tender, dengan berunding dan mempelajari, akhirnyapun kita menentukan pemenang tender untuk Rs Indonesia di Gaza- Palestina, dengan keadaan yang sempit dan juga penuh keresaahan karena surat izin masuk tidak keluar, kami tetap terus bergerak selama di perbatasan untuk melakukan yang terbaik, saya sebagai divisi Humas M ER-C yang di tugaskan untuk menyampaikan pesan kepada pihak internal maupun eksternal mempunyai kendala yaitu kurangnya memaksimalkan penyampaian pesan kepada public sehingga apa yang di samapaikan tidak sesuai target.
M elalui tahap-tahap yang ada dengan berdiskusi dengan rekan Tim satu sama lain, kami sepakat untuk melakukan komunikasi dengan pihak di dalam Gaza –Palestina adalah semacam VOIP (Voice Over Internet Protocol), atau sederhananya "telepon internet"melalui skype kami berkomunikasi dengan Tim M ER-C di dalam Gaza- Palestina maupun di Indonesia, saya yang mengamati dengan berjalannya pekerjaan melalui via internet sangat membantu dengan tujuan kami untuk memetapkan kontraktor dan menegaskan bahwa Rs Indonesia ini tetap berjalan maskipun pemerintah Indonesia khususnya M ENKES yang tidak ingin men support untuk di bangunnya Rs Indonesia dengan alasan yang tidak realistis.
Selama hampir 2 minggu Tim di perbatasan, tidak ada tanda-tanda Tim untuk masuk sehingga kami harus menunggu di gerbang Rafah dengan memohon mohon, karena saya memegang amanah dari warga Indonesia dan keluarga relawan untuk relawan dan masyarakat yang ada di dalam Gaza- Palestina, saya harus membagi barang- barang yang berupa elektronik dan makanan kering, untuk di titipkan melalui warga Palestina yang akan masuk ke negaranya atau menitipkan barang kepada relawan asing yang mendapatkan surat izin.
Pentingnya cara berkomunikasi yang baik ini bisa membuat kita mendapatkan citra yang baik dari public, terutama bagaimana saat saya harus berdialog dan mengenalkan negara Indonesia dengan luas sehimgga public mempunyai kepercayaan terhadap kita sebagai perwakilan Indonesia, inilah yang saya lihat dari pembelajaran langsung, dimana menjalin hubungan yang baik dengan public bisa mendapatkan citra yang baik, selama kita berkata benar dan melihat situasi yang kita alami.
M enjadi komunikator untuk public internal dan eksternal, ini yang saya lakukan selama observasi khusus, bagaimana banyaknya kendala yang ada dan harus di selesaikan dalam waktu yang cukup singkat, karena keterbatasan waktu kita yang tertahan di perbatasan, dengan sedikit kecewa dengan KBRI karena kurangnya maksimal dalam membantu Tim M ER-C untuk izin masuk Gaza- Palestina, Tim harus kembali ke M esir untuk mengurus surat izin masuk, selama perjalanan komunikasi dengan pihak dalam Gaza- Palestina tidak berhenti, via skype dan telephon kita lakukan untuk memaksimalkan waktu agar tidak terbuang sia-sia dan tidak menghasilkan sebuah progress yang ada.
Tim yang terdiri dari dokter, kontraktor dan humas, bekerja sebagai multijob kita saling membantu untuk mempermudah keadaan dan mempercepat pekerjaan secara
maksimal, kami yang bermalam di M esir dari perbatasan menjalankan tugas masing- masing dengan saling bekerja sama, dengan di bantu M ahasiswa Indonesia yang berada di M esir sangatlah bermanfaat bagi kami dalam membantu tata bahasa dan informasi untuk pekerjaan yang sepenuhnya amanah dari masyarakat Indonesia, cukup berat memegang amanah tersebut, karena harus langsung sampai ke target yang ada.
Di dalam proses pemilihan kontraktor dan perizinan untuk Rs Indonesia di Gaza- Palestina melewati berbagai rintangan dalam pihak internal maupun eksternal, dengan pemerintah Gaza di dalam yang salah paham, serta tidak sesuainya gambar (arsitektur) Rs Indonesia yang sudah dibuat selama 10 bulan dan pada perjanjian awal mereka sudah setuju, banyaknya masalah yang ada dalam eksternal kita sendiri, tidak adanya respon dari pemerintah Indonesia dan M edia yang ada, akan tetapi kembali kepada visi M ER-C menjadi organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak di bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, professional, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi, inilah yang membuat kami bertaham karena tanpa persetujuan atau pengakuan permerintah Indonesia pembangunan Rs Indonesia Gaza- Palestina ini tetap berjalan sesuai amanah dari masyarakat Indonesia kepada M ER-C.
Rumah sakit Indonesia di Gaza- Palestina ini berencana akan membangun khusus untuk trauma center, dimana tanah yang di wakafkan dari Pemerimtah Palestina semua ini sudah di awali dengan surat persetujuan dan perizinan dari kedua belah pihak, dalam observasi saya selama disana fungsi dan peran humas sanagatlah penting dalam organisasi non profit seperti ini, karena untuk melindungi dan menguatka suatu statement yang sesuai demgan apa adanya di lapangan, tanpa adanya humas dalam sebuah LSM , sulit untuk membangun kepercayaan kepada para donator, disini haruslah
transparan dalam memberikan informasi yang ada agar para donator memahami kondisinya.
Seiring waktu berjalan, Tim yang terdiri dari 5 orang mulai kembali ke Tanah Air 1 per satu karena waktu yang panjang dalam perjalanan dan juga banyak hal yang di kerjakan di Indonesia, penulis pulang ke tanah Indonesia pada tanggal 12 M ei 2011, karena harus menyelesaikan skripsi dan mengejar keperluan di Indonesia, ada 2 relawan M ER-C yang masih tingal di M esir untuk tetap berusaha masuk melalui jalur Rafah, Tim yang akhirnya mendatangi Kementrian Luar Negri M esir yang berkantor di Tahrir pusat kota M esir, Tim menjelaskan maksud dan tujuan ke Gaza- Palestina dalam rangka membangun Rs Indonesia, respon yang baik dari pihak M esir, akan tetapi mereka system dalam pemerintahan mereka belum pulih, dan kendala yang sangat besar Tim M ER-C tidak bisa masuk karena, tewas mya seorang relawan Itali yang ada di dalam Gaza- Palestina membuat pihak M esir menyulitkan untuk relawan asing masuk ke Gaza- Palestina.
Penulis melihat secara keseluruhan proses dalam waktu dan keadaan yang tidak begitu nyaman, berusaha dengan melakukan pemilihan kontraktor, dan memeriksa perjanjian yang bersifat krusial dengan kontraktor lokal Palestina, dalam komunikasi ini penulis dan Tim memiliki kesulitan berbicara dengan bahasa yang berbeda, dengan bantuan mahasiswa Indonesia di M esir yang menjadi penerjemah di anatara dua belah pihak, melalui skype, teleconfrance, kami bisa menjalin suatu kesepakatan untuk jangka pendek kedepan memulai pembangun Rs Indonesia di Gaza- Palestina, kendala dan rintangan pun pelan-pelan kami lalui, dan saya sebagai humas tetap membuat campaign untuk penggalangan dana Rs Indonesia ini agar public mengetahui bahwa M ER-C tetap menjalankan amanahnya walaupun pemerintah Indonesia tidak mau membantu dengan
alasan tersendiri , penulis tetap melakukan penggalangan dana sampai Rs Indonesia ini akan selesai, yang dana dari masyarakat Indonesia yang menyumbang.
4.1.2 Data S ekunder
3.2 Kegiatan MER-C
Tahun Informasi Keterangan
1999 Terjadi kerusuhan missal yang meluas di M aluku dan Indonesia bagian Timur menyebabkan Tim M edis M ahasiswa Universitas Indonesia (TMM -UI)
TMM - UI
1999 M ER-C didirikan oleh para pendirinya yang terdiri atas:
MER-C
1999 M embentuk tim advance dan medis untuk menangani kasus kerusuhan di Ambon sebanyak 3 Tim
MER-C
2000 M ER-C Mulai menyebarkan
bantuan medis berupa tenaga kesehatan dan ke-daruratan sesuai dengan berbagai bentuk bencana dan kerusuhan yang membutuhkan oerhatian medis.
MER-C
2001 Tahun dimana M ER-C pertama kali mengirimkan relawan medisnya ke Afghanistan sebagai daerah pusat perang dan konflik.
MER-C
2004 Tim M ER-C berkerja sama dengan Depkes RI untuk membantu korban Gempa di Iran
DEPKES – MER-C In donesia
2006 – 2008
M embantu penanganan korban bersamaan dengan berlangsungnya perang di Lebanon dan Gaza (dikirimkan 2 tim)
MER-C
2008 – 2010
Rencana membangun RS Indonesia di Gaza sebagai bentuk dukungan moriil dan materiil bagi perbaikan kehidupan masyarakat Gaza dari rakyat Indonesia.
MER-C
dana donasi dari Masyarakat
Indonesia.
2010 M engikut sertakan diri dalam kapal Freedom Fotilla yang merupakan kapal bantuan humaniter yang diserang oleh AL Israel
Tim Internasional melibatkan Mer-C
Sumber data: mer-c
4.1.2.1 Sejarah MER-C mendirikan RS Indonesia Di Gaza, Palestina.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dr Jose Rizal Jurnalis, Sp OT serta sesuai dengan rilis beberapa media terkemukan nasional, Program pembangunan RS Indonesia di Gaza awalnya muncul setelah Tim M ER-C masuk ke Gaza dan melihat langsung kondisi korban agresi Israel di jalur Gaza pada Januari 2009. Jumlah korban yang banyak sementara daya tampung Rumas Sakit pada saat itu sangatlah terbatas, hanya ada satu Rumah sakit yang berfokus pada Trauma dan Rehabilitasi yang kapasitasnya tidak mencukupi mengingat Jalur Gaza adalah daerah rawan konflik.
Pada Juma’at tanggal 23 Januari 2009 adalah salah satu hari bersejarah bagi Tim M ER-C yang berada di Gaza, karena pada hari tersebut Tim M ER-C didampingi sejumlah wartawan dari Indonesia bertemu dengan M enkes Palestina di Gaza atau disebut Acting Minister of Health, dr. Bassim Naim. Tidak semua lembaga mendapatkan kesempatan ini. Kesempatan yang langka ini pun dimanfaatkan oleh Tim M ER-C untuk
menyampaikan rencana pembangunan Rumas Sakit Indonesia di Gaza langsung kepada orang nomor satu yang memiliki kewenangan dan otoritas di bidang kesehatan di Gaza.
Rencana pembangunan RS ini disambut baik oleh pihak otoritas di Gaza, Palestina dan atas nama rakyat Indonesia, Tim M ER-C yang di wakili oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT dan dr. Sarbini menandatangani M OU (M emorandum of Understanding) Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza dengan dr. Bassim Naim sebagai penanda-tangan dari pihak otoritas Palestina dan dengan posisinya sebagai M enteri Kesehatan/Acting Minister of Health .
Penandatanganan M OU ini juga disaksikan oleh ulama-ulama Gaza dan wartawan Indonesia, yaitu Bapak Andy Jauhari dari Kantor Berita ANTARA dan Bapak Hanibal Wijayanta dari ANTV.
Pada hari Senin tanggal 2 Februari 2009 Tim I M ER-C yang baru saja tiba di tanah air langsung beraudiensi dengan M enteri Kesehatan Republik Indonesia yang tergabung dalam KIB I (Kabinet Indonesia Bersatu I), DR. dr. Siti Fadilah Supardi,Sp.
JP (K). Selain dihadiri oleh lembaga-lembaga sosial Peduli Palestina, lembaga pemerintah dan perwakilan asing, audiensi ini juga dihadiri sejumlah wartawan dari media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Tim Pers Bantuan Pemerintah untuk Palestina. Pada pertemuan tersebut, Tim M ER-C diwakili oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT. dan dr. Henry Hidayatullah selaku Ketua Presidium M ER-C.
Selain menyampaikan laporan hasil perjalanan Tim Kemanusiaan M ER-C, tak lupa M ER-C juga menyampaikan hal penting lainnya yaitu penandatanganan M OU dengan M enkes Gaza (dr. Bassim Naim) dan rencana pembangunan RS Indonesiadi Gaza. M enkes RI menyambut baik dan mendukung rencana pembangunan RS ini.
Bahkan M enkes juga berkomitmen untuk membantu dana pembangunan awal RS sebesar Rp 10 M ilyar. Satu lembar M OU asli dan draft rancang bangun RS Indonesia di Gaza juga langsung diserahkan oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp. OT kepada Ibu DR. dr.
Siti Fadilah Supardi, Sp.JP (K) – hal ini diakui oleh narasumber khususnya Dr Jose Rizal Jurnalis, Sp OT & Bpk Ahya sebagai pihak yang ikut serta di balik layar proyek bantuan RS Indonesia di Gaza. Keterangan narasumber sebagai data primer juga didukung oleh fakta yang dirilis oleh M ajalah Dwi M ingguan Nasional - Gatra dalam edisi tertanggal 4 Februari 2009 – (lihat juga berita di www.kompas.com mengenai Pembangunan RS Indonesia di Gaza yang dipublikasikan pada tanggal 6 Februari 2009.
4.1.2.2 Kegiatan dalam menjalin hubungan dengan Pemerintah dan Publik
Untuk meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan masyarakat yang ada, M ER-C melakukan kegiatan dengan mempresentasikan setiap langkah-langkah yang dilakukan agar mendapatkan rasa percaya dari berbagai pihak sekaligus menjalankan rencana hubungan kemasyarakatan yang kredibel, transparan serta konsisten, karena pada awalnya banyak pihak-pihak yang meragukan pembangunan RS ini dikarenakan tingkat keseriusan, kesulitan geo-politik dan dana yang terbatas. Hal ini juga diakui oleh narasumber lain termasuk donatur yang telah diwawancarai mengenai ketertarikan dan keikhlasannya untuk melakukan donasi terhadap pembangunan RS Indonesia di Gaza, narasumber donatur tersebut menyatakan alasan utama dilakukannya donasi adalah berdasarkan keyakinannya akan transparansi dan kredibilitas M ER-C yang telah terbentuk sejak bertahun – tahun yang lalu.
Pada akhirnya M ER-C melakukan salah satu kegiatan public affairs nya yaitu menjalin hubungan dengan pemerintah, komunitas sekitar dan media setempat di
Indonesia maupun di Palestina untuk meyakinkan keseriusan M ER-C membangun RS Indonesia di Gaza. Dengan memulai presentasi dengan pejabat-pejabat pemerintahan Republik Indonesia, termasuk didalamnya pimpinan lembaga negara yang di antaranya Ketua DPR RI – M arzuki Alie, Bpk Jusuf Kalla selaku Ketua PM I dan utusan Presiden Republik Indonesia dan pejabat setempat. Dari pihakPalestina pejabat-pejabat yang terkait yaitu Perdana M enteri Ismail Haniyah, M enteri Kesehatan Otoritas Palestina di jalur Gaza, dr. Bassim Naim, Walikota Bayt Lahiya, Dirjen Kerjasama International Depkes Gaza, M enteri Luar Negeri, M enteri Dalam Negeri dan M enteri Pekerjaan Umum (PU).
Kegiatan dengan pihak Pemerintah dalam maupun luar ini menunjukan bahwa keseriusan M ER-C dalam menjalankan amanah para donator, walaupun sempat tidak dipercaya dan mustahil untuk membangun, perlahan-lahan M ER-C meyakinkan pemerintah dan berhasil menjalankan program serta pembangunan RS di Gaza tersebut walupun dengan banyak konfrontasi yang di alami. Dalam hal membangun hubungan kemasyarakatan serta menjalankan fungsi Public Relations, M ER-C telah melakukan transparansi serta membuka laporan keuangan yang sangat kredibel serta dapat dipercaya melalui website M ER-C (www.mer-c.org) , melalui booklet dan press release, jurnal – jurnal yang diterbitkan secara internal ataupun melalui pelaksanaan Tabligh Akbar untuk melakukan proses komunikasi dengan para stakeholders atau pihak yang terkait dengan program pembangunan RS Indonesia di Gaza
M ER-C telah menjalin hubungan baik dengan media dengan mengikutsertakan media dalam setiap perjalanan untuk mem publikasikan kepada aundiance bahwa yang dilakukan tidak hanya pembicaraan saja atau terbatas kepada penandatanganan M oU,
akan tetapi benar M ER-C melakukan tugasnya sesuai amanah yang ada, beberapa hubungan dengan media melakukan konfrensi pers, melalui telekonferensi dengan Tim Pembangunan RS yang ada di Gaza, membuat press realease,dan pada M ei 2010 dan Juli 2010 M ER-C juga mengikut sertakan jurnalis dalam tim M ER-C untuk meliputi langsung ke lapangan.
Untuk meyakinkan audience pada Juli 2010 Tim M ER-C yang baru mendapatkan izin masuk ke Gaza telah mengirim 7 orang relawan untuk menetap di Gaza dalam hal menindak lanjuti program pembangunan RS Indonesia di Gaza. Pada tanggal 14 M ei 2011, pembangunan RS telah dimulai dan diharapkan agar dibangun dengan cara bertahap (Diambil dari proses wawancara dengan Bpk Ahyat.
4.2 Pengolaham data
Dari data primer yang diperoleh dari kegiatan wawancara, hasil observasi dan data sekunder yang diperoleh dari data base yang dimiliki oleh M ER-C, penulis akan mencoba untuk melakukan pengolahan data untuk menganalisis fungsi dan peran public relations di lingkungan internal dalam membangun kepercayaan terhadap nama baik
organisasi M ER-C.
4.2.1 Peran dan Fungsi Public Relations
Peran dan fungsi public relation khususnya pada sebuah lembaga organisasi non profit sangatlah penting untuk membentuk kepercayaan dari pihak eksternal, dalam membangun relasi untuk jangka waktu yang panjang karena lembaga non profit tergantung pada donasi dari pihak eksternal yang menerima informasi mengenai kegiatan M ER-C. Dengan berjalannya kegiatan M ER-C yang cukup dikenal oleh public
sebgai LSM yang berpartisipasi terhadap kasus konflik, pembangunan Rumah Sakit di tempat-tempat berbahaya pada umumnya M ER-C juga mendirikan klinik di dalam negeri di berbagai daerah terpencil sesuai target kebutuhan dari masyarakat yang ada, walaupun hubungan dengan pemerintah pada saat ini tidak dalam posisi yang positif, pentingnya penerapan pelaksanaan public relations M ER-C haruslah tetap untuk diprioritaskan dan tetap dijalankan sebagai bentuk pertanggung jawaban M ER-C kepada stakeholders organisasi pada umunya dan kepada donatur secara khusus.
Berikut akan dibahas mengenai Peran & Fungsi Public Relations di M ER-C yang berkaitan dengan program pembangunan RS bantuan masyarakat Indonesia untuk Palestina yang berlokasi di Jalur Gaza. Lebih lanjut, pembahasan tersebut akan dikaitkan dengan penelitian penulis terhadap data primer maupun sekunder, yang pada akhirnya mengarah kepada analisa apakah M ER-C telah menjalankan proses Public Relations sesuai dengam Peran & Fungsinya.
4.2.2 Hambatan – Hambatan Dalam Pelaksanaan Public Relations oleh MER C terkait Program Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Setelah melakukan penelitian dan mewawancarai para nrasumber, serta mempelajari data sekunder, terdapat hambatan – hambatan pelaksanaan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang berkaitan dengan peran dan fungsi Public Relations, yang dapat diuraikan dibawah ini:
a) Tidak terdapatnya kontinuitas dalam melaksanakan kampanye serta marketing sosial dalam hal menggalang dana secara aktif untuk membangun RS Indonesia yang ada di Gaza.
b) Tidak transparannya informasi mengenai progress dan tahapan pembangunan RS Indonesia di M asyarakat – mengingat pemberitahuan yang terkait dengan pembangunan RS Indonesia di Gaza hanya terbatas kepada laporan keuangan yang terdapat di website M ER-C.
c) Kurangnya Sumber Daya M anusia yang dapat mendukung program Public Relations yang maksimal untuk membawa nama baik M ER-C dalam program pembangunan RS Indonesia di Gaza.
d) Tidak adanya sistem/SOP yang baku dalam pelaksanaan proses Public Relations yang dilakukan oleh pihak M ER-C dalam program pembangunan RS Indonesia yang ada di Gaza.
e) Hubungan yang kurang harmonis dan tidak positif antara Pemerintah Indonesia dengan M ER-C terkait dukungan bantuan yang telah dijanjikan oleh Pemerintah Indonesia sebelumnya yang menurut narasumber telah diingkari oleh alasan yang tidak benar.
4.3 Pembahasan hasil penelitian
Dalam pembahasan yang akan diuraikan di bawah ini dan berdasarkan bentuk sumber primer dan sekunder, maka akan diuraikan secara satu persatu apakah tindakan dan strategi Public Relations yang telah dilaksanakan oleh organisasi M ER-C secara
khusus telah sesuai dengan peran dan fungsi Public Relations yang telah ditentukan dalam Kerangka Teoritis.
4.3.1 Peran Public Relations oleh MER-C Dalam Pembangunan RS Indonesia di Gaza:
Dalam kerangka teori, telah ditetapkan bahwa pembahasan mengenai peran public relations dalam suatu organisasi akan dilandaskan pada teori Cultip, dimana pada hakikatnya peranan suatu public relations terhadap suatu organisasi LSM haruslah berkaitan dengan hal berikut dibawah ini.
1. M endefinisikan atau memberi “brand” organisasi, mendapat penerimaan misinya dan melindungi reputasinya: sesuai dengan saran dan informasi yang diberikan oleh narasumber, diperlukan suatu brand atau “image” yang positif guna melakukan identifikasi terhadap kinerja, program serta rencana kerja M ER-C.
M enurut hasil penelitian dan wawancara dengan narasumber, ataupun setelah melakukan analisa terhadap data sekunder, Brand tersebut telah terbentuk dengan banyaknya kampanye di media massa serta melakukan pemasaran terhadap program pembangunan RS Indonesia di Gaza dengan mengatas namakan/menggunakan brand: “Rumah Sakit Bantuan M asyarakat Indonesia”.
Hal ini menujukan bahwa M ER-C relah membangun brand image yang positif dengan secara konsisten memberikan label terhadap RS Indonesia di Gaza tersebut sebagai bagian dari rencana M ER-C dalam membantu rakyat Palestina.
2. M engembangkan saluran komunikasi dengan pihak-pihak yang dilayani organisasi: dalam menjalankan proses hubungan kemasyarakatan serta PR, selain melakukan hubungan yang periodik, perlu dilakukan pula penentuan channel
atau saluran komunikasi manakah yang akan dituju. M enurut sumber sekunder dan teori Cultip, proses ini adalah proses terhadap (To Whom) kepada siapa informasi tersebut ditujukan, dalam hal ini penulis akan memberikan secara khusus, pihak mana yang akan dituju dalam hal M ER-C melakukan hubungan kemasyarakatan.
a) Pemerintah: M enurut hasil penelitian penulis, M ER-C dalam hal melaksanakan program pembangunan RS Indonesia di Gaza tidaklah secara maksimal mengajak pemerintah untuk membahas pembangunan tersebut secara sinergis. Lebih lanjut, hal ini dikarenakan adanya ingkat janji (menurut narasumber) yang dilakukan oleh M enteri Kesehatan saat ini, pada saat tidak jadi memberikan bantuan kepada RS Gaza yang dibangun oleh M ER-C padahal hal tersebut sudah dijanjikan oleh M enteri Kesehatan sebelumnya. Oleh karena itu, pada saat ini dalam melakukan PR haruslah fokus terhadap kerja sama dengan pemerintah, mengingat fungsi staretegis yang dimiliki olehnya.
b) M asyarakat (M elalui Pers): M enurut penelitian dan observasi penulis, berkaitan dengan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, M ER-C telah secara rutin membantu, melaksanakan serta menjalankan hubungan Public Relations dengan publik melakui media pers. Lebih lanjut, terhadap hal ini, M ER-C telah melakukan jumpa pers untuk memberikan informasi mengenai laporan keuangan pembangunan RS Indonesia di Gaza, walaupun materi jumpa pers tersebut tidak terlalu mendalam atau mendetail (dibandingkan dengan informasi di website M ER-C).
c) LSM lain: Dalam hal pembangunan RS Indonesia di Gaza, penulis menemukan (berdasarkan observasi) fakta bahwa M ER-C tidak berkerja sama dengan LSM lain dalam hal pelaksanaan pembangunan RS Indonesia yang ada di Gaza.
d) Donatur: Terhadap donatur, penulis menemukan dari hasil penelitian bahwa M ER-C selalu melakukan pemberitahuan dan menginformasikan kepada donatur mengenai keadaan keuangan internal M ER-C yang tercantum dan dapat dilihat secara transparan di websitenya. Hal ini dilakukan secara berkala, konsisten dan juga terbuka, hal mana yang juga diatur dalam Anggaran Dasar dari Organisasi M ER-C
3. M enciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk mengumpulkan dana:
Dalam melaksanakan pengumpulan dana untuk RS Indonesia di Gaza, M ER-C murni mengandalkan nama baiknya untuk mendapatkan donasi dari masyarakat, yang pada saat dilakukannya pengumpulan dana tersebut dilaksanakan pada saat kondisi dibawah ini:
a) Pada saat telah terjadinya agresi militer Israel ke Jalur Gaza pad atahun 2009, dimana keadaan emosional dan rasa kemanusiaan masyarakat muslim Indonesia menjadi sangat tinggi dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat Palestina di Gaza melalui M ER-C
b) Diberikannya dukungan pemerintah kepada seluruh LSM di Indonesia untuk segera memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza (Bantuan Republika, Bakrie Peduli, Dompet Dhuafa dan banyak lagi).
c) Dilaksanakan pada saat kondisi iklim perekonomian Indonesia sedang baik dan positif sehingga msayarakat tidak berkeberatan untuk memberikan bantuan kepada M ER-C untuk disalurkan kepada masyarakat Palestina di Gaza.
4. M endukung pengembangan dana pemeliharaan kebijakan publik yang cocok untuk misi organisasi: M isi ataupun visi M ER-C perlu terus dilekatkan pada saat melakukan hubungan kemasyarakatan yang bersifat membangun dan membantu masyarakat. Dalam hal ini setiap proses pelaksanaan PR, perlu dilakukan analisa terhadap kebijakan pemerintah dan publik, apakah nantinya program yang dijalankan bisa mengancam hubungan baik antara LSM dengan Pemerintah.
5. M emberi informasi dan motivasi konstituen organisasional utama (seperti karyawan, sukarelawan dan komisaris) untuk mengabdikan diri mereka dan bekerja secara produktif dalam mendukung misi, tujuan, dan sasaran organisasi:M enurut hasil pengamatan penulis dan terhadap sumber yang didapat, M ER-C telah melakukan implementasi motivasi terhadap para relawan yang melakukan pembangunan RS Indonesia di Gaza dengan cara memberikan pengertian kepada mereka setiap minggunya tentang pentingnya peranan mereka dalam membawa nama baik M ER-C, penulis mengamati dan menyimpulkan bahw M ER-C memberikan orientasi kepada seluruh relawannya bahwa mereka adalah medium terhadap pesan positif (image yang baik) dari program M ER-C di dunia internasional.
M elihat dari dari landasan teori yang ditetapkan oleh Cultip dan dari hasil penelitian penulis, perlu disampaikan bahwa peran public relations dari suatu organisasi
sangatlah penting. Lebih lanjut, berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, dapat dsimpulkan bahwa M ER-C dalam melaksanakan peran public relations, belumlah maksimal dan masih terdapat kekurangan – kekurangan dan oleh karenanya peran Public Relations di M ER-C belumlah dapat dijalankan secara baik dan maksimal, hal ini dapat dijawab berdasarkan hasil penelitian penulis setelah melakukan wawancara dan analisa terhadap sumber sekunder seperti telah diuraikan diatas, yang mana narasumber pun mengakui terdapat adanya hambatan – hambatan yang menyebabkan tidak terpenuhinya/terlaksananya peran Public Relations secara maksimal di organisasi M ER- C. Terhadap hal tersebut, penulis
4.3.2 Fungsi Public Relations MER-C Berkaitan dengan Program pembangunan RS Indonesia di Gaza
Berdasarkan literatur oleh Seitel, Frase P (2004), fungsi Public Relations meliputi kegiatan yang pada intinya memposisikan organisasi LSM agar berbeda atau harus mampu setidaknya memberikan posisi yang unik dengan LSM lain. Dalam hal ini, sesuai dengan data yang didapat dari visi-misi dan latar belakang pendirian M ER-C, telah ditentukan bahwa M ER-C adalah LSM pertama di Indonesia yang memiliki fokus untuk melakukan kegiatan dibidang kemanusiaan dengan fokus memberikan bantuan kedaruratan medis pertama kali. Organisasi LSM (non-profit) seperti M ER-C sesuai dengan apa yang telah diterangkan oleh M azur & White (1999: 226) yang pada intinya menjelaskan bahwa Organisasi LSM dipandang sebagai salah satu pendukung yang penting dalam setiap komunitas, seperti pelayanan kesehatan, organisasi kesejahteraan sosial, institusi keagamaan, institusi pendidikan dan kesejahteraan yang sesuai dengan komunitas yang ada. Organisasi LSM membutuhkan atau tergantung sepenuhnya kepada
dukungan publik untuk menjalankan misi dan program-programnya melaui komunikasi yang terbuka dan aktif. M ER-C sedikit berbeda dengan Palang M erah Indonesia yang organisasinya adalah bagian dari International Red Cross Organizaton adalah bentuk LSM yang didirikan oleh pemerintah berdasarkan tanggung jawab Pemerintah Indonesia atas ditanda tanganinya aksesi terhadap Konvensi Jenewa 1949, sehingga pendiriannya tidak bersumber dari keinginan masyarakat banyak. M ER-C sendiri, berdasarkan hasil wawancara dan penelitian penulis terhadap data sekunder, berawal dari kegiatan kampus yang dipelopori oleh M ahasiswa Kedokteran FK – UI yang pada hakikatnya mewakili keinginan masyarakat banyak untuk turut serta sebagai LSM yang fokus kepada penanganan medis yang dibutuhkan di daerah konflik yang terjadi di seluruh Indonesia.
Terkait dengan program internasional bantuan medis dan RS Indonesia di Gaza, M ER-C memiliki keunikan tersendiri, karena merupakan satu – satunya organisasi yang hingga saat ini telah melaksanakan niat dan rencananya secara konkrit dengan membangun RS Indonesia di Jalur Gaza, yang mana daerah tersebut merupakan pusat konflik global yang melibatkan politik dunia Internasional.
Fungsi berikutnya adalah pengembangan rencana hubungan kemasyarakatan sebagai bagian dari proses pemasaran/promosi program kegiatan. Dalam kegiatan ini, suatu organisasi haruslah pertama memilih kendaraan/alat media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak atau publik. Sesuai dengan hasil penelitian serta observasi yang penulis lakukan, M ER-C sebagai organisasi LSM dalam hal pelaksanaan program pembangunan RS Indonesia yang ada di Gaza, tidak atau belum memilih alat media yang konsisten untuk digunakan, karena dalam memberitakan kegiatan program yang bersifat nasional ataupun internasional, M ER-C juga masih memilih menggunakan
keterangan internal yang terdapat dalam website sekaligus menggunakan buletin – buletin yang diterbitkan hanya untuk pihak terkait seperti donatur. Narasumber yang dalam keterangannya mengkui bahwa dalam hal memilih kendaraan/rencana hubungan kemasyarakatan terkait dengan pembangunan RS Indonesia di Gaza, hal ini belum dilakukan secara maksimal, sehingga penulis dapat menyimpulkan, M ER-C pada saat ini dalam menjalankan program bantuan pada umumnya atau kegiatan pembangunan RS Indonesia di Gaza sebagai kasus yang dibahas, belum berhasil untuk memilih media yang tepat dan konsisten untuk menyampaikan pesan/informasi kepada publik sebagai bagian dari Fungsi Public Relations yang dibahas oleh Seitel, Fraser P (2004: 305-306).
Fungsi yang ketiga adalah perencanaan strategis, yang mana hal ini berkaitan dengan keterangan narasumber yang menyampaikan bahwa SOP (Standard Operational Procedure) sebagai bagian dari perencanaan haruslah diimplementasikan dalam organisasi M ER-C. Lebih lanjut penulis ingin menenkankan bahwa, walaupun pembahasan SOP dalam melaksanakan hubungan kemasyarakatan dan telah termasuk didalam ruang lingkup yang telah dibahas dalam Bab I, namun, pada kenyataannya pembahasan SOP tidak akan dibahas lebih lanjut karena tidak termasuk didalam kerangka pembuatan penulisan skripsi ini yang mana hanya menitik beratkan kepada peran dan fungsi Public Relations di organisasi kemanusiaan LSM M ER-C. Dalam proses perencanaan, diperlukan titik berat kepada hal berikut dibawah ini:
a) Kegiatan M erencanakan
b) M enentukan isu – isu penting c) M embangun Strategi
d) M embentuk Isu tersebut
e) M engembangkan Pokok Pembicaraan
f) M emilih Juru Bicara yang Sesuai
g) M engembangkan materi komunikasi dan menargetkan pesan
Terhadap hal tersebut diatas, penulis dalam observasi dan penelitiannya menemukan bahwa tidak terdapat kegiatan rencana yang matang dalam hal membangun fungsi Public Relations terkait dengan pembangunan RS Indonesia di Gaza, hal ini dapat terlihat dengan bagaimana divisi PR di M ER-C menjalankan fungsi perencanaan secara sporadis dan reaksioner terhadap pemberitaan. Walaupun seperti itu, sesuai dengan data sekunder dan hasil wawancara yang didapat penulis, telah terdapat juru bicara yang sesuai dalam hal ini yaitu staf yang tergabung dalam divis PR M ER-C, namun proses pemberitaan dan yang menjadi juru bicara dalam setiap jumpa pers dilakukan oleh Ketua Presidium tanpa melibatkan pihak Divisi PR sehingga hal ini seringkali penulis anggap sebagai ketidak konsistenan dari pelaksanaan fungsi Public Relations yang baik.
M edia Relations adalah fungsi ke empat dari Fungsi Public Relations, dimana hal yang terkait dengan aspek ini adalah mengenai bagaimana suatu organisasi mampu melakukan kerja sama dengan pihak media (pers) untuk menyuarakan kepentingan dan program mereka. M ER-C dalam pengamatan penulis telah melakukan fungsi ini secara baik pada awal pengumuman Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, hal ini terbukti dengan banyaknya pers yang diundang dan diajak untuk berkerja sama dalam hal masalah penggalangan dana serta laporan pelaksanaan program pembangunan RS Indonesia di Gaza. Namun, penulis menemukan adanya masalah berkaitan dengan
kontinuitas yang dilakukan oleh M ER-C, dimana saat ini pers/media tidak lebih banyak dilibatkan dalam pemberitaan mengenai pembangunan RS Indonesia di Gaza, yang saat ini memasuki tahap pembangunan awal.
Fungsi terakhir adalah Dukungan terhadap Penggalangan Dana, yang mana berkaitan erat dengan proses penggalangan dana yang harus dilakukan secara tepat sasaran, menggunakan alat proposal yang benar serta proses komunikasi yang lebih baik.
Dalam proses penggalangan dana, M ER-C salama ini mengandalkan nama baiknya yang telah terbukti dapat diandalkan serta memiliki akuntabilitas, lebih jauh, hal ini juga menyebabkan M ER-C tidak melaksanakan proses penggalangan yang baik karena lebih bersifat pasif dan tidak aktif, hal mana yang menurut perspektif penulis bukanlah hal yang sesuai dengan fungsi Public Relations yang baik.
Dengan dibahasnya mengenai temuan – temuan yang telah dianalisa dan diuraikan oleh penulis dan dibandingkan dengan peran dan fungsi Public Relations yang telah ditetapkan sebelumnya di kerangka teoritis dan dituangkan dalam kerangka pemikiran, maka oleh karena itu, penulis dengan ini membuat suatu statement yang pada intinya menyatakan bahwa, terkait dengan pembangunan RS Indonesia di Gaza yang dilakukan oleh M ER-C sebagai program bantuan terhadap masyarakat Palestina di Jalur Gaza, aktivitas serta pelaksaaan peranan & fungsi Public Relations tidak dilakukan secara baik dan maksimal. Hal ini juga ditemukan pada program – program M ER-C yang lain, dimana peran dan fungsi Public Relations juga belum direalisasikan secara baik.