• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGEMBANGKAN INSTRUMEN TES EVALUASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGEMBANGKAN INSTRUMEN TES EVALUASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Mariyem 1

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 6, No. 1, Januari – April 2021

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGEMBANGKAN INSTRUMEN TES EVALUASI

Mariyem

SD Negeri Sukareja 04, Warureja, Tegal, Provinsi Jawa Tengah mariyem82@yahoo.co.id

Abstract

This research was based on the fact that the ability of a number of teachers, especially classroom teachers at SD Negeri Sukareja 04, Warureja District, was known to be lacking in developing test instruments. Based on the results of the assessment of the two types of test instruments prepared by the teacher, it can be seen that the mean value of the short answer test instrument was 62; while the average value of the multiple choice instrument was 61. The purpose of this study was to improve the teacher's ability to develop test instruments, so that the learning evaluation was carried out in accordance with the stated objectives. This research was conducted through a cyclical assessment process. The subjects of this study were 3 class teachers who had less than 5 years of teaching experience. Meanwhile, the object of this action research is increasing the ability of teachers to develop test instruments. Based on the research results, the teacher's ability to develop test instruments can be improved through the application of clinical supervision. This increase occurred in the ability to develop short answer test instruments and multiple choice test instruments. 3. And the application of clinical supervision is proven to be able to increase teacher interest in developing test instruments, namely the value of interest in cycle 179 becomes 93.

Keywords: Test Instruments; Teacher Ability; Teacher Interests; Clinical Supervision

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi bahwa kemampuan sejumlah guru, khususnya guru kelas di SD Negeri Sukareja 04 Kecamatan Warureja diketahui dalam mengembangkan instrumen tes masih kurang. Berdasarkan hasil penilaian terhadap dua jenis instrumen tes yang disusun guru dapat diketahui bahwa rerata nilai instrumen tes jawaban singkat sebesar 62; sedangkan rata-rata nilai instrumen pilihan ganda sebesar 61. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes, sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan melalui proses pengkajian yang bersifat siklikal. Subjek penelitian ini adalah guru kelas yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 5 tahun sejumlah 3 orang. Sementara itu, objek penelitian tindakan ini adalah peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Berdasarkan hasil penelitian kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes dapat ditingkatkan melalui penerapan supervisi klinis. Peningkatan itu terjadi pada kemampuan mengembangkan instrumen tes jawaban singkat maupun instrumen tes pilihan ganda. 3. Dan penerapan supervisi klinis terbukti mampu meningkatkan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes, yakni nilai minat pada siklus 179 menjadi 93.

© 2021 Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter

Kata Kunci: Instrumen Tes; Kemampuan Guru; Minat Guru; Supervisi Klinis

(2)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

2 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) Mariyem

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen tes yang dibuat oleh sejumlah guru, khususnya guru kelas di SD Negeri Sukareja 04 Kecamatan Warureja diketahui bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes masih kurang. Berdasarkan hasil penilaian terhadap dua jenis instrumen tes yang disusun guru dapat diketahui bahwa rerata nilai instrumen tes jawaban singkat sebesar 62; sedangkan rata-rata nilai instrumen pilihan ganda sebesar 61. Kekurangmampuan guru dalam mengembangkan instrumen penilaian, khususnya instrumen tes tersebut, antara lain terlihat pada: (1) kurangnya kemampuan guru dalam menjabarkan kompetensi dasar (KD) ke indikator soal;

(2) kurangnya kemampuan guru dalam menyesuaikan antara tingkat kesukaran soal dengan waktu yang tersedia; (3) kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal-soal yang kontekstual; (4) kurangnya kemampuan guru dalam menentukan pengecoh pada soal pilihan ganda; dan (5) kurangnya kemampuan guru dalam menentukan homogenitas option pada soal pilihan ganda.

Sebagai alat ukur hasil belajar, tes diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Alat tes yang baik harus memenuhi sejumlah kriteria, yang antara lain bahwa tes haruslah tidak terlalu mudah dan sebaliknya tidak terlalu sulit. Ditegaskan oleh Tuckman (Nurgiyantoro, 2007: 45) bahwa alat tes yang baik harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), kesahihan (validity), keterpercayaan (reliability), ketertafsiran (interpretability), dan kebergunaan (usability). Kesahihan alat tes menunjuk pada pengertian apakah tes itu dapat mengukur apa yang akan diukur. Kesahihan tes dapat dibedakan menjadi bermacam- macam berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan logis, kesahihan dapat dibedakan menjadi dua macam, kesahihan isi (content validity) dan kesahihan konsep atau konstruksi (construct validity). Berdasarkan data empirik, yang kemudian disebut kesahihan empiris, kesahihan dibedakan menjadi dua macam, kesahihan sejalan atau serentak (concurrent validity) dan kesahihan ramalan (predictive validity) (Suharsimi, 2006: 54).

Supervisi klinis, menurut Sulo, Effendi, dan Godjali (2008: 5-6), adalah suatu bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada calon guru atau guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan objektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesional guru tersebut. Dalam pelaksanaan program pendidikan yang baik dibutuhkan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga mampu mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa dalam bidang ilmu pendidikan tertentu (Riani, N., & Supraptono, E, 2016).

Pemberian bimbingan dengan supervisi klinis kepada guru berbentuk bantuan yang sesuai dengan kebutuhan guru sehingga guru yang bersangkutan menemukan cara-cara atau strategi untuk meningkatkan kemampuannya profesionalnya melalui analisis bersama. pembimbingan itu dilakukan dalam suatu hubungan tatap muka, intim, dan terbuka antara pihak-pihak yang terlibat; observasi dipusatkan pada kegiatan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Observasi dilakukan secara langsung dan cermat; dan berlangsung sebagai pemberian bantuan dan bukannya sebagai suatu instruksi atau perintah.

Pertimbangan penting dipilihnya pendekatan supervisi klinis, antara lain adalah, (1) peneliti sebagai pengawas dan guru pada dasarnya adalah sejawat dalam pembinaan dan pengembangan pengajaran Matematika maupun kegiatan pendidikan umumnya dan (2) diyakini guru memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya serta memecahkan masalah yang dihadapinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes, sehingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(3)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Mariyem 3

METODE PENELITIAN 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September dan Oktober tahun 2018. Pemilihan waktu tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa guru sebelum melakukan evaluasi harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup berkaitan dengan pengembangan instrumen tes.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sukareja 04 Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal.

Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan bahwa: (a) kemampuan guru matematika di sekolah tersebut dalam mengembangkan instrumen tes masih kurang dan (b) peneliti mengenal dengan baik guru di sekolah tersebut, sehingga kerja sama yang akan dikembangkan guna meningkatkan kemampuan mengembangkan instrumen tes akan dapat berjalan dengan baik.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 5 tahun sejumlah 3 orang. Sementara itu, objek penelitian tindakan ini adalah peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes.

4. Sumber Data

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut.

a. Data tentang kemampuan awal guru dalam mengembangkan instrumen tes, diperoleh dengan menggunakan lembar tes jawaban singkat dan pilihan ganda.

b. Data tentang minat guru dalam mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tes bersama pengawas TK/SD, diperoleh melalui instrumen (angket) hasil observasi.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primernya adalah kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes, diperoleh dari guru dan data sekundernya minat guru dalam mengikuti pembinaan pengembangan instrumen tes.

6. Validasi Data

Data yang digunakan dalam penelitian harus benar-benar valid. Untuk itu data yang digunakan harus diperiksa dulu validitasnya. Ada lima cara untuk menguji validitas data, yaitu: triangulasi data, review informan, member check, data base, dan penyusunan mata rantai bukti penelitian. Dalam penelitian ini pemeriksaan validitas data dilakukan dengan dua cara yaitu triangulasi data dan review informan.

7. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil obsevasi, jawaban angket (soal) pada awal siklus dan akhir siklus, dan hasil wawancara.

8. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan guru mengembangkan instrumen tes meningkat, artinya pada tahap akhir rata-rata 85% guru mampu mengembangkan instrumen tes dengan baik; dan

b. Minat guru mengembangkan instrumen tes meningkat, artinya pada tahap akhir rata-rata 90%

guru memiliki minat tinggi mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tes.

9. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui proses pengkajian yang bersifat siklikal. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan ini meliputi dua siklus berikut.

1. Siklus I a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan: (1) pembuatan skenario pelaksanaan supervisi klinis; (2) penyusunan materi pengembangan instrumen tes sebagai bahan diskusi; (3) penyusunan

(4)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

4 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) Mariyem

instrumen pengamatan pelaksanaan supervisi klinis; (4) penyusunan instrumen penilaian instrumen tes; dan (5) penyiapan fasilitas dan sarana pendukung untuk pelaksanaan supervisi klinis.

b. Pelaksanaan

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dilakukan tindakan untuk mengembangkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes dengan memperhatikan konteks yang ada.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap proses pelaksanaan bimbingan dengan supervisi klinis dilakukan untuk mengumpulkan data tentang minat guru dalam melakukan kegiatan pengembangan instrumen maupun hasil yang dicapai, yakni peningkatan kemampuan dalam pengembangan instrumen tes.

d. Refleksi

Pada bagian ini dilakukan analisis untuk mengetahui apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, apa yang telah tercapai dan yang belum tercapai, mengapa segala sesuatu terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I disusun perencanaan ulang untuk mengatasi permasalahan yang belum terpecahkan. Berdasarkan perencanaan itu dilakukan tindakan dan sekaligus dilakukan pengamatan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai dan pada akhirnya direfleksikan. Dari serangkaian tindakan itu dapat diketahui peningkatan minat dan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes melalui supervisi klinis.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Kegiatan yang dilakukan antara lain (1) menyusun skenario pelaksanaan supervisi klinis; (2) menyiapkan materi pengembangan instrumen tes sebagai bahan diskusi dalam pelaksanaan supervisi; (3) menyusun instrumen pengamatan pelaksanaan supervisi; (4) menyusun instrumen penilaian kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes; dan (5) menyusun jadwal dan menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan rencana yang telah disepakati antara peneliti (pengawas) dan guru (subjek penelitian), Senin, 3 September 2018 diadakan pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan instrumen tes. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Kepala Sekolah sejak pukul 09.00 sampai dengan 11.30. Kegiatan dibuka oleh peneliti dengan menyampaikan salam dan menegaskan kembali pentingnya guru memiliki kemampuan mengembangkan instrumen tes. Selanjutnya, peneliti memaparkan hal-hal pokok yang perlu dipahami dalam mengembangkan instrumen tes. Hal-hal pokok itu antara lain (1) prosedur pengembangan instrumen tes; (2) penjabaran kompetensi dasar ke indikator soal; (3) pembuatan kisi- kisi sebelum menyusun soal; (4) pengembangan butir-bitir soal; (5) pengemasan soal; dan (6) bahasa yang digunakan soal dan diikuti tanya jawab.

Selesai kegiatan diskusi, atas persetujuan subjek penelitian, peneliti meminta guru untuk mengembangkan instrumen penilaian tes sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Guru 1 (Gr.1) diminta mengembangkan instrumen tes kompetensi dasar menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran penyebaran data, serta menafsirkannya. Guru 2 (Gr.2) diminta mengembangkan instrumen tes kompetensi dasar menyelesaikan sistem pertidaksamaan linear dua variabel, merancang model matematika dari masalah program linear, dan menyelesaikan model

(5)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Mariyem 5

matematika dari masalah program linear dan penafsirannya. Guru 3 (Gr3) diminta mengembangkan instrumen tes kompetensi dasar menggunakan aturan dan sifat pangkat dan bentuk akar serta melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang berkaitan dengan pangkat dan bentuk akar.

Instrumen tes yang dikembangkan meliputi instrumen tes isian singkat dan pilihan ganda. Atas kesepakatan bersama instrumen tes itu dikerjakan guru di rumah. Mereka menyepakati instrumen tes itu akan di review bersama pada tanggal 11 September 2018. Namun demikian, sehari sebelumnya (10 September 2018) guru diharapkan telah menyerahkan instrumen yang telah disusun kepada peneliti (pengawas TK/SD). Setelah tugas diberikan kepada guru dan telah disepakati beberapa hal, peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kalau ada kekhilafan serta mengucapkan salam.

c. Pengamatan dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan, antusiasme dan minat guru dalam mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tes ini baik. Materi diskusi yang disampaikan atau dijelaskan oleh peneliti langsung mendapat tanggapan atau respon dari guru. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh guru, yang antara lain: (1) bagaimana menjabarkan kompetensi dasar yang baik sesuai dengan kebutuhan siswa?; (2) adakah strategi agar dapat menyusun soal yang kontekstual?; (3) adakah ciri- ciri pengecoh yang baik; dan (4) haruskah pada setiap soal kita menggunakan kata-kata operasional?

Guru pun merespon positif tugas yang diberikan oleh peneliti.

Dalam kegiatan itu terjadi interaksi antara peneliti dan guru. Sesuai dengan hakikat supervisi klinis, penjelasan yang disampaikan peneliti (pengawas) tidak bersifat menggurui. Diskusi berjalan secara terbuka dan seimbang. Namun demikian, harus diakui bahwa karena terbatasnya waktu keaktifan yang tinggi belum ditunjukkan oleh semua guru. Keaktifan atau minat guru mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Minat Guru Mengikuti Kegiatan Pengembangan Instrumen Tes (Siklus I)

No. Komponen Penilaian Skor

Gr1 Gr2 Gr3

1. Kehadiran dalam pertemuan 5 5 5

2 Perhatian dalam mengikuti pembimbingan 4 4 5

3 Partisipasi dalam mengikuti pembimbingan 4 4 4

4 Mengajukan pertanyaan yang relevan 4 4 4

5 Mengajukan tanggapan yang relevan 4 4 4

6 Mengajukan argumentasi 4 4 4

7 Keaktifan dalam mencatat materi yang didiskusikan 4 4 4

8 Keterbukaan 3 3 3

9 Kesediaan/kerelaan menghargai pendapat orang lain 3 3 4 10 Pemilikan buku-buku dan usaha mencari buku/referensi yang

berkaitan dengan materi pengembangan tes

4 4 4

Jumlah Skor 39 39 41

Nilai (Jumlah skor x 2) 78 78 82

Minat yang ditunjukkan guru tersebut ternyata selaras dengan kemampuan pengembangan instrumen tes yang dicapainya. Nilai kemampuan mengembangkan instrumen tes dapat dilihat pada tabel selanjutnya. Mencermati data pada tabel 2 segera diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan guru mengembangkan instrumen tes bandingkan data tabel sebelumnya.

(6)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

6 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) Mariyem

Tabel 2. Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes Jawaban Singkat (Siklus I)

No. Komponen Penilaian Skor

Gr1 Gr2 Gr3 1. Soal sudah sesuai dengan kompetensi dasar 4 4 4

2 Soal mengukur indikator. 4 5 4

3 Soal memiliki tingkat kesukaran yang sesuai. 4 3 3 4 Soal dapat dijawab dengan angka, simbol, kata, atau frase. 4 4 5

5 Soal telah menggunakan bahasa baku. 4 4 4

6 Soal memiliki pengecoh yang baik. 3 3 3

7 Soal hanya mengandung satu jawaban benar 4 5 4

8 Semua soal memiliki jawaban yang paralel. 4 4 3

9 Soal sudah bebas dari kata yang mengarah ke kunci jawaban. 4 4 4

10 Soal bersifat kontekstual 3 4 3

Jumlah skor 38 40 37

Rerata Nilai (jumlah skor x 2) 76 80 74

d. Analisis dan Refleksi

Melalui supervisi klinis pada siklus pertama diharapkan kemampuan guru meningkat.

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap instrumen tes buatan guru dapat dinyatakan bahwa tujuan supervisi pada siklus pertama telah tercapai. Guru menunjukkan antusiasmenya dalam mengembangkan dan mampu menghasilkan instrumen tes yang cukup baik. Namun demikian, perlu diakui bahwa masih terdapat sejumlah kekurangan atau permasalahan yang belum terpecahkan, yang antara lain (1) guru belum sepenuhnya mampu menyesuaikan antara tingkat kesukaran dan waktu yang tersedia, (2) pengecoh belum begitu berfungsi, dan (3) masih sekitarnya soal-soal yang kontekstual.

Berdasarkan hasil tersebut pengembangan kemampuan guru pengembangan instrumen perlu dilanjutkan. Untuk lebih memberi pemahaman yang lebih baik tentang instrumen yang baik, guru- guru perlu diberi contoh yang baik maupun contoh yang kurang baik agar dapat membedakan antara keduanya serta mampu menyusun instrumen yang lebih baik.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti menyusun kembali rencana pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Selain persiapan sebagaimana telah dikemukakan pada siklus I, pada tahap ini peneliti mempersiapkan contoh instrumen yang baik. Hal ini diharapkan agar guru lebih memiliki pemahaman yang konkret tentang pengembangan instrumen.

b. Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan pada rencana yang telah dibuat dan disepakati antara peneliti dan subjek penelitian tanggal 14 September 2018 diadakan pertemuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang belum terpecahkan berkaitan dengan kegiatan pengembangan instrumen tes. Kegiatan supervisi pada siklus II ini juga dilaksanakan di Ruang Kepala Sekolah sejak pukul 10.00 sampai dengan 12.00.

Sebagaimana lazim, kegiatan dibuka oleh peneliti dengan menyampaikan salam dan mengucapkan terima kasih atas komitmen yang diberikan guru dalam kegiatan pengembangan instrumen tes ini.

Pada kegiatan inti, peneliti mengulas atau menjelaskan berbagai permasalahan yang belum teratasi bertalian dengan kegiatan pengembangan instrumen tes. Sebagaimana yang terjadi pada siklus I, pada siklus II kegiatan juga berlangsung secara interaktif. Seperti telah direncanakan, selain kegiatan diskusi, peneliti menyampaikan contoh instrumen yang baik kepada guru. Mengacu pada contoh

(7)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Mariyem 7

itulah supervisi klinis dilakukan. Melalui kegiatan ini guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pengembangan instrumen tes.

Setelah kegiatan diskusi dianggap cukup, baik oleh peneliti maupun guru, atas persetujuan subjek penelitian, peneliti meminta guru untuk memperbaiki atau menyempurnakan instrumen tes yang telah dikembangkan pada siklus sebelumnya. Guru 1 diminta merevisi atau menyempurnakan instrumen tes kompetensi dasar menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran penyebaran data, serta menafsirkannya. Guru 2 diminta merevisi atau menyempurnakan instrumen tes kompetensi dasar menyelesaikan sistem pertidaksamaan linear dua variabel, merancang model matematika dari masalah program linear, dan menyelesaikan model matematika dari masalah program linear dan penafsirannya. Guru 3 diminta merevisi instrumen tes kompetensi dasar menggunakan aturan dan sifat pangkat dan bentuk akar serta melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang berkaitan dengan pangkat dan bentuk akar. Instrumen tes yang dikembangkan meliputi instrumen tes isian singkat dan pilihan ganda. Revisi instrumen pun dilakukan guru di rumah. Waktu yang disediakan selama satu minggu. Mereka menyepakati instrumen tes itu akan direview bersama pada tanggal 21 September 2018. Namun demikian, pada tanggal 19 September 2018 guru diharapkan telah menyerahkan instrumen tes yang telah direvisi itu kepada peneliti (pengawas TK/SD). Setelah tugas diberikan kepada guru dan telah disepakati beberapa hal, peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin dengan baik.

c. Pengamatan dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan atas kegiatan bimbingan dan diskusi antara pengawas dan guru dapat dikemukakan bahwa minat guru dalam mengikuti kegiatan pengembangan instrumen tes ini makin baik. Seperti pada pelaksanaan supervisi pada siklus I, banyak pertanyaan diajukan oleh guru untuk merespon penjelasan yang disampaikan peneliti, yang antara lain adalah bagaimana membuat soal yang waktunya singkat, tapi isi memadai? Guru juga menanggapi secara positif tugas yang diberikan pengawas untuk merevisi instrumen tes yang telah mereka kembangkan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen tes yang telah direvisi atau disusun guru dapat dikatakan bahwa kemampuan mereka dalam mengembangkan instrumen tes suduh cukup baik. Nilai kemampuan mengembangkan instrumen tes (hasil revisi) dapat dilihat pada tabel selanjutnya.

Dengan membandingkan data pada tabel sebelumnya dan data pada tabel selanjutnya dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes.

Tabel 3. Minat Guru Mengikuti Kegiatan Pengembangan Instrumen Tes (Siklus II)

No. Komponen Penilaian Skor

Gr1 Gr2 Gr3

1. Kehadiran dalam pertemuan 5 5 5

2 Perhatian dalam mengikuti pembimbingan 5 5 5

3 Partisipasi dalam mengikuti pembimbingan 5 5 5

4 Mengajukan pertanyaan yang relevan 5 5 5

5 Mengajukan tanggapan yang relevan 5 5 5

6 Mengajukan argumentasi 4 4 4

7 Keaktifan dalam mencatat materi yang didiskusikan 5 5 5

8 Keterbukaan 4 4 4

9 Kesediaan/kerelaan menghargai pendapat orang lain 4 4 5 10 Pemilikan buku-buku dan usaha mencari buku/referensi yang

berkaitan dengan materi pengembangan tes

4 4 4

Jumlah Skor 46 46 47

Nilai (Jumlah skor x 2) 92 92 94

(8)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

8 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) Mariyem

Tabel 4. Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes Jawaban Singkat (Siklus II)

No. Komponen Penilaian Skor

Gr1 Gr2 Gr3 1. Soal sudah sesuai dengan kompetensi dasar 5 5 5

2 Soal mengkur indikator 5 5 5

3 Soal memiliki tingkat kesukaran yang sesuai 4 4 4 4 Soal dapat dijawab dengan angka, simbol, kata, atau frase 4 5 5

5 Soal telah menggunakan bahasa baku 4 4 4

6 Soal memiliki pengecoh yang baik 4 4 4

7 Soal hanya mengandung satu jawaban benar 5 5 4

8 Semua soal memiliki jawaban yang paralel 4 4 4

9 Soal sudah bebas dari kata yang mengarah ke kunci jawaban 5 4 4

10 Soal bersifat kontekstual 4 5 4

Jumlah skor 44 45 43

Rerata Nilai (jumlah skor x 2) 88 90 86

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap instrumen tes yang telah direvisi guru dapat dinyatakan bahwa tujuan supervisi pada siklus kedua telah tercapai. Berbagai permasalahan yang belum dapat diatasi pada siklus I, telah dapat diatasi pada siklus II. Kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes meningkat secara berarti. Guru juga makin menunjukkan minatnya dalam mengembangkan dan mampu menghasilkan instrumen tes yang baik. Hal yang dirasakan belum dapat dicapai pada siklus ini adalah masih kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal yang kontekstual. Hal ini disadari tidak mudah karena menuntut pemahaman guru tentang berbagai aspek di luar bidang matematika. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat dinyatakan bahwa peningkatan kemampuan guru dalam pengembangan instrumen masih perlu ditingkatkan dengan lebih menekankan pada kemandirian guru tersebut.

Berdasarkan hasil yang telah disajikan pada masing-masing siklus di atas dapat dinyatakan bahwa penerapan supervisi klinis mampu meningkatkan minat dan kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes. Peningkatan itu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Nilai Kemampuan Guru Mengembangkan Instrumen Tes

Jenis Tes Guru Pra tindakan Siklus I Siklus II Keterangan

Tes Jawaban Singkat Gr1 62 76 88 Meningkat

Gr2 64 80 90 Meningkat

Gr3 60 74 86 Meningkat

Rerata Nilai 62 77 88 Meningkat

Tes Pilihan Ganda Gr1 60 76 86 Meningkat

Gr2 63 75 88 Meningkat

Gr3 61 77 87 Meningkat

Rerata Nilai 61 76 87 Meningkat

Pembahasan

Guru memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Menurut Sudiarto (2008: 28) bahwa pentingnya guru dalam sistem pendidikan ditunjukkan oleh peranannya sebagai pihak yang harus mengorganisasi atau mengelola elemen-elemen lain seperti sistem kurikulum, sistem penyajian bahan pelajaran, sistem administrasi, dan sistem evaluasi. Sementara itu, dalam KBM, menurut Gagne (2009: 10), terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari guru, yaitu (1)

(9)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Mariyem 9

kemampuan merencanakan KBM; (2) kemampuan mengelola KBM; dan (3) kemampuan menilai KBM.

Berkaitan dengan gugus tugas ketiga, guru dituntut memiliki kemampuan mengembangkan instrumen penilaian dan menerapkannya untuk kepentingan pembelajaran. Penilaian, baik dengan tes maupun nontes, dilakukan guna melihat seberapa jauh perencanaan kegiatan belajar-mengajar telah diimplementasikan dan mengetahui kompetensi yang telah dicapai siswa. Dalam upaya pemberdayaan guru, kemampuan guru, termasuk kemampuan mengembangkan instrumen tes, perlu secara terus-menerus ditingkatkan. Pendekatan yang digunakan untuk tindakan pemberdayaan guru tersebut, sebagaimana telah dikemukakan adalah penerapan supervisi klinis. Supervisi klinis ialah suatu proses peningkatan kemampuan guru yang didasarkan pada observasi secara langsung terhadap kinerja guru. Dengan demikian, bimbingan yang diberikan oleh pengawas berbentuk bantuan yang sesuai dengan kebutuhan guru dan bukan sebagai suatu instruksi atau perintah.

Sebagaimana terlihat pada setiap siklus yang ada, pada umumnya kesepakatan mengenai tindakan penelitian dirumuskan melalui kegiatan diskusi bersama antara pengawas TK/SD (sebagai peneliti) dengan memberikan penekanan pada tumbuhnya prakarsa dan tanggung jawab guru, sehingga pada akhirnya dia menjadi mandiri dan profesional. Pengawas TK/SD bertindak sebagai pihak yang memahami (understander) kinerja guru dan lebih banyak memberi dorongan kepadanya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gebhard (2010: 159) yang menyatakan bahwa dalam model kolaboratif, supervisi lebih bersifat tidak langsung. Terbukti melalui supervisi klinis kemampuan guru mengembangkan instrumen tes dapat ditingkatkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan-tindakan yang dipilih dan dilakukan dalam penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan baik secara teoritik maupun secara empirik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen tes dapat ditingkatkan melalui penerapan supervisi klinis. Peningkatan itu terjadi pada kemampuan mengembangkan instrumen tes jawaban singkat maupun instrumen tes pilihan ganda. Pengawas TK/SD dalam melaksanakan tugas memiliki kepentingan secara langsung dengan guru terutama dalam membina mengembangkan keterampilan dan pengetahuan guru yang berkaitan dengan pengembangan instrumen tes. Penerapan supervisi klinis terbukti mampu meningkatkan minat guru dalam mengembangkan instrumen tes, yakni nilai minat pada siklus 179 menjadi 93.

SARAN

Berdasarkan simpulan di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut. (a) Guru diharapkan untuk secara terus-menerus meningkatkan kemampuan mengembangkan instrumen tes, baik secara mandiri maupun melalui kerja kolaboratif bersama teman sejawat dan pengawas. (b) Pengawas diharapkan secara terpogram meningkatkan kinerjanya dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru melalui supervisi klinis. (c) Kepala Sekolah diharapkan dapat melaksanakan program kolaboratif dengan pengawas dalam upaya meningkatkan kinerja guru.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih penenliti sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu berjalannya penelitian ini, terutama kepada pihak SD Negeri Sukareja 04, meliputi kepala sekolah, guru, seluruh staf dan seluruh responden penelitian.

(10)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 6 Nomor 1, Januari – April 2021

10 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) Mariyem

DAFTAR PUSTAKA

Gagne. 2009. Essensials of Learning for Instruction. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gebhard. 2010. Models of Supervision: Choices. Dalam Jack C. Richards dan David Nunan (Ed.). Second Language Teacher Education. Cambridge: Cambridge University Press.

Nurgiyantoro. 2007. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: PBFE.

Nurkancana dan Sumartana. 2008. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Riani, N., & Supraptono, E. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Take and Give dalam Materi Ajar Media Komunikasi Data jaringan. Jurnal Pendidikan Tindakan Kelas, 6(2).

Sudiarto. 2008. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulo. Effendi. dan Godjali. 2008. Supervisi Klinis: Pendekatan Pembimbingan dalam Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan. Jakarta: Proyek PGSM, Ditjen Dikti Depdikbud.

Sumartana. 2008. Pengembangan Instrumen Penilaian. Jakarta Depdiknas.

Surapranata. 2010. Panduan Penulisan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Referensi

Dokumen terkait

(3) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan metode Peta Konsep menggunakan media atlas non elektronik

[r]

Di samping adanya pemekaran makna dan penyempitan makna, perubahan makna bahasa Indonesia dipertimbangkan penghidupan kembali unsur leksikal arkais dengan makna

6LPSXODQ SHQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ DGDQ\D SHUEHGDDQ GDUL NRQVHS WHRULWLN VHEHOXP\D GLPDQD NRPSHWHQVL LGHDOQ\D PHPLOLNL SHQJDUXK \DQJ OHELK WLQJJL GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ PRWLYDVL

Samoin lähinnä sivuhuomautuksen tasolle jäivät aikaan, paikkaan ja ruumiillisuuteen olennaisesti liittyvät eettiset ja moraaliset kysymykset, jotka ovat olennainen osa Krohnin

Dari hasil analisis kelayakan yang dilakukan peneliti dalam penelitian pengembangan ini, bahwa modul kimia berbasis kontekstual pada materi asam basa dapat digunakan untuk

Menganalisis karakeristik perilaku menyiap kendaraan ringan yang meliputi kecepatan menyiap (passing speed) dan kecepatan disiap (passed speed), jarak lateral, jarak

(Saya yang turunin harga). Berdasarkan pengakuan yang dilontarkan informan kepada peneliti, dapat disimpulkan bahwa informan tersebut telah melakukan prinsip