15 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Ulum dan Juanda, 2018).
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 35 kabupaten/kota. Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel yang menjadikan seluruh anggota populasi sebagai sampel, diambil berdasarkan kelengkapan data dan informasi dalam neraca gabungan oleh Badan Pusat Statistik dan Dirjen Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Independen (variabel bebas) yaitu variabel yang tidak terikat oleh variabel lain. Variabel independen dalam pendekatan pengukuran pendapatan antara lain :
a) PDRB
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah pada periode tertentu dari seluruh kegiatan ekonomi di wilayah provinsi. Semakin besar PDRB suatu daerah akan menyebabkan penerimaan dan belanja daerah yang besar, hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif antara PDRB dengan belanja daerah.
b) Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang No.34 Tahun 2000 Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan, bersifat memaksa berdasarkan peraturan perundang-
16
undangan yang berlaku dengan tidak mendapat imbalan secara langsung.
c) Retribusi Daerah
Menurut UU. No. 28 Tahun 2009 Retribusi daerah adalah pungutan daerah atas pelayanan yang disediakan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan serta kemanfaatan umum yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang bertujuan membiayai pelaksanaan pemerintah daerah.
d) DAU
DAU (Dana Alokasi Umum) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah setiap tahun sebagai dana perimbangan untuk mendanai kebutuhan daerah. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
e) DBH
DBH (Dana Bagi Hasil) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan presentase keuangan kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 20). Dana Bagi Hasil terdiri dari penerimaan pajak pusat yaitu pajak penghasilan seseorang (PPh perseorangan), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta penerimaan dari sumber daya.
f) PN
Variabel PN (pendapatan nasional yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah) menunjukkan seberapa besar DAU memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah.
Kontribusi DAU yang lebih besar terhadap pendapatan daerah dapat memicu terjadinya ilusi fiskal.
17 g) PR
Variabel PR (persepsi relatif pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah) menunjukkan apabila terdapat persepsi yang salah dari pemerintah pusat mengenai efektifitas penggunaan DAU oleh pemerintah daerah dapat menyebabkan peluang terjadinya ilusi fiskal. Pemerintah pusat perlu memastikan bahwa DAU yang diberikan tepat sasaran dan sesuai target agar berkurangnya potensi terjadinya ilusi fiskal.
h) KR
Variabel KR (Kepentingan relatif DAU terhadap belanja pemerintah daerah) menggambarkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat dalam bentuk DAU.
i) Pengangguran
Pengangguran merupakan istilah yang ditujukan untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berupaya mendapatkan pekerjaan yang layak.
2. Variabel dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang terikat oleh variabel lain. Variabel dependen dalam mendeteksi ilusi fiskal melalui pendekatan pengukuran pendapatan yaitu belanja daerah. Sedangkan variabel dependen untuk pendekatan manipulasi belanja adalah APAD.
Definisi variabel adalah sebagai berikut : a) Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan (Permendagri No. 13 Tahun 2006).
Belanja daerah digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
Berdasarkan Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikelompokkan ke dalam belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kelompok belanja langsung yaitu belanja
18
yang dianggarkan namun tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program atau kegiatan. Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bunga, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Kelompok belanja tidak langsung yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program atau kegiatan seperti belanja pegawai, belanja modal, serta belanja barang dan jasa.
b) Anggaran Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh daerah untuk membiayai keperluan daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa Laporan Realisasi APBD Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah yang diperoleh dari situs website www.djpk.kemenkeu.go.id, serta pencatatan dari website Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah yang terfokus pada tahun 2017-2019.
E. Teknik Perolehan Data
Perolehan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengolah sumber data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data panel merupakan gabungan atau kombinasi antara data time series (runtut waktu) dengan data cross section (silang tempat).
Penelitian ini menggunakan alat analisis E-views 9, maka persamaan regresinya sebagai berikut :
1. Deteksi ilusi fiskal dengan pengukuran pendapatan
19
𝐵𝐷𝑡= 𝛽0+ 𝛽1𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑡+ 𝛽2𝑇𝐴𝑋𝑖𝑡+ 𝛽3𝑅𝑒𝑡𝑖𝑡+ 𝛽4𝐷𝐴𝑈𝑖𝑡 + 𝛽5𝐷𝐵𝐻𝑖𝑡+ 𝑒 …
Keterangan :
𝐵𝐷 = Belanja daerah
𝑃𝐷𝑅𝐵 = Produk Domestik Regional Bruto 𝑇𝐴𝑋 = Pajak Daerah
𝐷𝐴𝑈 = Dana Alokasi Umum 𝐷𝐵𝐻 = Dana Bagi Hasil 𝛽0 = Konstanta
𝛽1 … 𝛽2 = Koefisien persamaan masing-masing variabel bebas
𝑖 = Cross Section 𝑡 = Time Series 𝑒 = Error term
2. Deteksi Ilusi Fiskal dengan manipulasi belanja
𝐴𝑃𝐴𝐷 = 𝛽0 + 𝛽1𝑃𝑁𝑡,𝑖+ 𝛽2𝑃𝑅𝑡,𝑖+ 𝛽3𝐾𝑅𝑡,𝑖+ 𝛽4𝑈𝑡,𝑖+ 𝑒 … Keterangan :
𝐴𝑃𝐴𝐷 = Anggaran Pendapatan Asli Daerah 𝛽 = konstanta
𝐴𝐷𝐴𝑈 = Anggaran Dana Alokasi Umum 𝑈 = Pengangguran
𝑃𝑁 =(1/ADAU)P (Perbandingan pendapatan nasional yang diberikan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah)
𝑃𝑅 = (RDAU/ADAU) (Persepsi relatif pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah
20
𝐾𝑅 = (1/ADAU) (Kepentingan relatif Dana Alokasi Umum terhadap belanja pemerintah daerah)
𝑒 = error term
Dalam menggunakan analisis regresi data panel, terdapat beberapa pilihan model yang dapat digunakan, sebagai berikut :
a. Model Pooled (Common Effect)
Model Common Effect merupakan metode yang paling sederhana dengan mengasumsikan bahwa tidak terdapat heterogenitas antara individu yang tidak dapat diamati, karena semua heterogenitas dijelaskan oleh variabel independen.
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖+ 𝛽𝑋𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Model fixed effect diasumsikan bahwa terdapat heterogenitas diantara individu-individu yang tidak diobservasi yang tidak bergantung pada waktu atau varian. Jika diasumsikan terdapat hubungan yang tetap antara 𝛼𝑖 dan variabel independen, maka model tersebut disebut model fixed effect, atau dengan kata lain nilai intersep 𝛽0𝑖 untuk setiap 𝑋𝑖 berbeda tapi memiliki slope sama.
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0𝑖+ 𝛽1𝑋𝑖𝑡+ 𝑢𝑖𝑡
c. Model Efek Acak (Random Effect)
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0𝑖+ 𝛽1𝑋𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑣𝑡+ 𝑤𝑖𝑡
Jika 𝛽0𝑖 diatas dianggap sebagai variabel random, maka dapat dikatakan sebagai model Random Effect.
Dimana :
𝑢𝑖 = Komponen error cross-section 𝑣𝑡 = Komponen time series
𝑤𝑖𝑡= Komponen error gabungan
21
Terdapat pula uji kesesuaian model dalam regresi data panel yang digunakan untuk menguji kesesuaian atau kebaikan model regresi sebagai berikut :
a. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian yang digunakan untuk memilih apakah model yang digunakan adalah Common Effect atau Fixed Effect. Pengujian dilakukan dengan menggunakan asumsi berikut:
𝐻0 : Model Common Effect 𝐻1 : Model Fixed Effect
Dasar untuk menolak H0 adalah jika Prob.F lebih kecil dari 𝛼 = 0,05. Sehingga teknik regresi data panel dengan Fixed Effect lebih sesuai dari pada Common Effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman merupakan uji statistik yang menjadi dasar pertimbangan ketika memilih model terbaik antara model fixed effect atau model random effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut:
𝐻0 : Model Random Effect 𝐻1 : Model Fixed Effect
Dalam pengujian tersebut menggunakan statistik Hausman atau jika P-t statistic lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan model fixed effect lebih sesuai daripada model random effect, begitu pula sebaliknya.
c. Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model Random Effect atau Common Effect yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini. Pengujian dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
𝐻0 : Model Common Effect
22
𝐻1 : Model Random Effect
Uji LM didasarkan pada probabilitas B-Pagan. Apabila prob.breusch-pagan lebih kecil dari nilai 𝛼 = 0,05, maka H0 ditolak yang artinya model random effect lebih sesuai.
Setelah melakukan uji kesesuaian model antara model CE, FE, dan RE, selanjutnya dilakukan Uji Statistik dan R-squared (koefisien determinasi). Adapun hipotesis dan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Uji Parsial (Uji-t)
Tingkat uji signifikansi Uji t adalah 0,05 (α = 5%), hal ini menunjukkan apakah variabel independen yang digunakan dalam model memiliki pengaruh yang sama terhadap variabel dependen.
Kriteria Pengujian:
H0 ditolak jika nilai Probabilitas t variabel independen <
α=0.05, H1 diterima.
H0 diterima jika nilai Probabilitas t variabel independen >
α=0.05, H1 ditolak.
b. Uji Simultan (Uji-f)
Tingkat signifikansi uji F adalah 0,05 (α = 5%), hal ini menunjukkan apakah variabel independen yang digunakan dalam model memiliki pengaruh yang sama terhadap variabel dependen.
Kriteria Pengujian:
H0 ditolak jika nilai Probabilitas F-statistic < α= 0.05, artinya H1 diterima.
H0 diterima jika nilai F-statistic > α= 0.05, artinya H1 ditolak.
23
c. Koefisien Determinasi (R-Squared)
R-squared adalah nilai keragaman dari variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen yang mana besar nilai R- squared dihitung dalam satuan persen.
"Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah". [diakses pada 2 Juni 2021].
Ulum, I., dan A. Juanda. 2018. Metodologi Penelitian Akuntansi-Klinik Skripsi Edisi 2.
Malang: Aditya Media PDublishing.