• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE SURAT KETERANGAN. Nomor: 314/PERPUS/UG/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE SURAT KETERANGAN. Nomor: 314/PERPUS/UG/2021"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGAN

Nomor: 314/PERPUS/UG/2021

Surat ini menerangkan bahwa:

Nama Penulis : FANI YULIA ROSYADA, SE. MMSI.

Nomor Penulis : 120925

Email Penulis : fani_yr@staff.gunadarma.ac.id

Alamat Penulis : Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Depok 16424

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma, dengan rincian sebagai berikut :

Nomor Induk : FEUG/EB/PENELITIAN/314/2021

Judul Penelitian : FINANCIAL LITERACY BERDASARKAN BUDGET PLANNING DAN CONSUMPTION HABITS KETIKA PANIC BUYING DI MASA PPKM

Tanggal Penyerahan : 02 / 08 / 2021

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

Dicetak pada: 30/08/2021 10:18:37 AM, IP:202.125.95.18 Halaman 1/1

(2)

FINANCIAL LITERACY BERDASARKAN BUDGET PLANNING DAN CONSUMPTION HABITS KETIKA PANIC BUYING DI MASA PPKM

Fani Yulia Rosyada., SE., MM Email : Fani_yr@staff.gunadarma.ac.id

Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku perencanaan dan pengelolaan keuangan (anggaran) ibu rumah tangga dalam mengatasi konsumerisme keluarga saat terjadi panic buying di masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis fenomenologi. Dimana informan dari penelitian ini adalah 10 perempuan khusus ibu rumah tangga. Hasil penelitian ini berdasarkan 10 narasumber (ibu rumah tangga) sudah pandai dan sangat bagusdalam melakukan pengelolaan keuangan (anggaran) dalam keluarga. Hal ini sudah dipersiapkan saat pandemic pertama terjadi, sehingga saat peraturan PPKM diterapkan, para ibu rumah tangga suda siap dan mengetahui pengeluaran apa saja yang harus didahulukan, dan menyisihkan atau menyimpan uang yang diberi oleh suami, anak atau saudaranya. Akan tetapi untuk consumption habits sebagian besar keluarga di Indonesia, ketika peraturan PPKM diterapkan cenderung membeli bahkan menimbun kebutuhan dalam jumlah yang banyak untuk stock dirumah, terutama produk vitamin, susu, dan kebutuhan pokok (sembako). Hal ini karena faktor ketakutan yang muncul dalam keluarga akan tutupnya semua toko, kehabisan barang/produk, atau semua harga menjadi naik.

Kata Kunci : Financial Literacy, Budgeting Plan, Consumption Habits, Panic Buying.

(3)

FINANCIAL LITERACY BERDASARKAN BUDGET PLANNING DAN CONSUMPTION HABITS KETIKA PANIC BUYING DI MASA PPKM

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku perencanaan dan pengelolaan keuangan (anggaran) ibu rumah tangga dalam mengatasi konsumerisme keluarga saat terjadi panic buying di masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis fenomenologi. Dimana informan dari penelitian ini adalah 10 perempuan khusus ibu rumah tangga. Hasil penelitian ini berdasarkan 10 narasumber (ibu rumah tangga) sudah pandai dan sangat bagusdalam melakukan pengelolaan keuangan (anggaran) dalam keluarga. Hal ini sudah dipersiapkan saat pandemic pertama terjadi, sehingga saat peraturan PPKM diterapkan, para ibu rumah tangga suda siap dan mengetahui pengeluaran apa saja yang harus didahulukan, dan menyisihkan atau menyimpan uang yang diberi oleh suami, anak atau saudaranya. Akan tetapi untuk consumption habits sebagian besar keluarga di Indonesia, ketika peraturan PPKM diterapkan cenderung membeli bahkan menimbun kebutuhan dalam jumlah yang banyak untuk stock dirumah, terutama produk vitamin, susu, dan kebutuhan pokok (sembako). Hal ini karena faktor ketakutan yang muncul dalam keluarga akan tutupnya semua toko, kehabisan barang/produk, atau semua harga menjadi naik.

Kata Kunci : Financial Literacy, Budgeting Plan, Consumption Habits, Panic Buying.

Pendahuluan

Kasus Covid - 19 semakin meningkat dan telah mempengaruhi perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 yang telah ditetapkan oleh PBB, tentu saja berdampak pada sektor transportasi, pariwisata, perdagangan, kesehatan, dan sektor lainnya. Oleh karena itu, beberapa negara menerapkan kebijakan “lockdown” untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 lebih lanjut. Dalam hal ini, Deputi V Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Jaleswari Pramodhawardani menyampaikan, pemerintah tidak mengambil kebijakan untuk lockdown karena menyesuaikan banyak aspek yang ada pada masyarakat Indonesia sendiri. Sehingga, negara Indonesia lebih memilih untuk melakukan karantina wilayah dari pada menerapkan “lockdown”.

(4)

Adapun alasan memilih karantina wilayah dalam rangka mengurangi penyebaran COVID-19 adalah antara lain mempertimbangkan aspek sosial budaya, aspek wilayah, dan aspek anggaran (Putri dan Indrawati : 2021).

Sejak kasus pertama di Negara kita diumumkan, jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat.

Indonesia tercatat menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak di Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan angka kematian tertinggi karena Covid-19. Menurut data komite penanganan Covid 19 dan pemulihan ekonomi nasional update tanggal 1 Juli 2021 jumlah terpapar Covid 19 yaitu 2.203.108 (kasus terkonfirmasi positif) dan 1.890.287 (kasus sembuh) dengan 58.995 (kasus meninggal).

Gambar 1 Data Jumlah Terpapar Covid 19

Sumber : https://covid19.go.id/p/berita/data-vaksinasi-covid-19-update-1-juli-2021

Sejak pandemi Covid 19, terdapat berbagai kebijakan pemerintah untuk menekan penyebaran virus Covid 19 di Indonesia. Kebijakan untuk membatasi pergerakkan masyarakat ini telah berganti nama dan format beberapa kali, berawal dari PSBB, PSBB Transisi, PPKM Darurat, hingga PPKM empat Level.

Pada tanggal 2 Juli 2021, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat di Jawa dan Bali. Hal itu dilakukan untuk meredam lonjakan kasus Covid – 19. PPKM darurat meliputi pembatasan aktivitas warga lebih

(5)

ketat daripada yang berlaku sebelumnya, seperti penyekatan di pintu masuk antarkota dan antarprovinsi, baik jalur darat. Laut, maupun udara.

Adapun perbedaan PSBB dan PPKM darurat antara lain dari segi pekerja, pada PSBB 100% WFH sedangkan saat PPKM 75% WFH, kemudian untuk aspek pendidikan sama-sama menjalankan sistem online, tempat ibadah dan pariwisata pada saat PSBB ditutup sedangkan pada saat PPKM 50% dari total kapasitas, untuk aspek perdagangan, pada saat PSBB hanya toko tertentu saja yang boleh buka, sedangkan pada saat PPKM semua toko diperbolehkan untuk buka tetapi hanya sampai pukul 7 malam.

Fenomena pembelian barang secara besar-besaran (panic buying) terjadi di tengah lonjakan kasus Covid-19 belakangan ini. Akibatnya, persediaan obat, alat kesehatan dan produk yang dianggap bisa menjaga imunitas seperti susu beruang hingga kelapa hijau menipis dan bahkan habis di pasaran. Sekalipun ditemukan, harganya sudah melonjak tinggi (Tim CNN Indonesia, 7 Juli 2021).

Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Mega Tala Harimukthi berpendapat ada beberapa hal yang menyebakan fenomena panic buying terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia.

Pertama, kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di Jawa dan Bali pada 3 Juli-20 Juli 2021. Menurut Mega atau akrab disapa Tala, sebetulnya hal ini tidak perlu ditanggapi masyarakat dengan sikap panik. Pasalnya, masyarakat sebenarnya sudah punya pengalaman dibatasi kegiatannya pada tahun lalu melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan baik-baik saja selama aturan dipatuhi.

Akibatnya, dari segala cara yang digunakan pemerintah untuk melakukan penanganan guna mengurangi penyebaran COVID-19 membuat masyarakat merasa ketakutan. Sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020, masyarakat merasakan kepanikan akan keluar rumah, bahkan hanya sekedar membeli kebutuhan pokok. Kepanikan ini menimbulkan rasa takut masyarakat terhadap kebutuhan primer yang langka dan mahal sehingga akan mengarah pada perilaku pembelian yang impulsif dan obsesif (Islam Dr et al, 2020). Dengan perilaku seperti itu, masyarakat cenderung membeli kebutuhan primer untuk jangka panjang dalam satu waktu, hal inilah yang menimbulkan kelangkaan barang terutama kebutuhan primer.

Selain itu, banyak sekali informasi yang beredar mengenai COVID-19 sehingga menyebabkan perilaku kepanikan konsumen. Dimana masyarakat berbondong-bondong untuk membeli masker dan hand sanitizer. Dalam hal ini panic buying didefiniskan dengan pembelian beberapa produk

(6)

dalam jumlah yang besar yang dilakukan oleh konsumen dengan tujuan agar memiliki stok atau cadangan untuk kebutuhan di masa depan.

Kepanikan yang terjadi lantaran wabah virus corona adalah aksi panic buying atau panic shopping.

Masyarakat jadi ramai-ramai memborong sembako, masker, cairan pembersih tangan atau hand sanitizer, sabun, hingga alat pengukur suhu tubuh. Dalam aksi mencegah penimbunan Satgas pangan polri lalu mengeluarkan surat edaran berisi pembatasan pembelian sembako. Anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta, mengatakan tiga periode panic buying itu, pertama pada 2 Maret 2020 saat kali pertama Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus positif corona di Indonesia. Kedua, panic buying pada tanggal 14 Maret 2020, saat himbauan kerja di rumah dan diliburkannya kegiatan belajar selama dua pekan. Ketiga, pada 19 Maret, saat pengumuman kasus positif corona di Indonesia mencapai 308 kasus dan 25 orang meninggal (Selma Putri Safira, Indrawati Yuhertiana. 2021).

Alasan masyarakat melakukan panic buying antara lain, yang pertama karena dikendalikan oleh penularan emosi, ketika ditanya mengenai alasan penimbunan, beberapa orang mengatakan bahwa, setelah melihat antrian panjang para penimbun di depan supermarket dan panic buying yang di berita di Internet, “mereka merasakan tekanan untuk melakukan hal yang sama dengan para penimbun karena mereka berpikir mungkin pembeli tahu atau meramalkan sesuatu yang tidak mereka ketahui”. Kedua, keinginan mereka untuk menekan resiko yang dapat dirangsang oleh hasrat diri, serta usaha untuk menghindari penderitaan yang muncul saat krisis. Penderitaan tersebut dapat berupa penderitaan emosional dan fisik, serta penderitaan yang memang terjadi atau yang masih dalam bayangan. Terakhir, Ketidakpastian krisis yang dihadapi menurut Dr. Dimitrios Tsivrikos panic buying dapat terjadi karena kita tak dapat menerka berapa lama krisis COVID-19 akan berlangsung dan informasi dari media pun memicu masyarakat untuk menjadi panik (Time, 2015)

Dengan kondisi krisis seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa keluarga sangat perlu menerapkan literasi keuangan agar dapat menyusun dan memilah kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Manajemen keuangan dapat diukur dengan tingkat literasi keuangan yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok. Artinya setiap orang mempunyai keterampilan untuk dapat mengatur keuangan, sayangnya menurut OJK (2017) hanya 29,7 persen masyarakat yang paham terkait literasi keuangan ini.

(7)

Literasi keuangan menurut Dewan Pendidikan Keuangan Nasional Amerika Serikat dalam penelitian Rakow (2019) mendefinisikan literasi keuangan adalah memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang masalah keuangan untuk dengan percaya diri mengambil tindakan efektif yang paling memenuhi tujuan pribadi, keluarga, dan komunitas global individu. Menurut Souza dan Mustaro (2015) literasi keuangan dibagi atas delapan unsur. Unsur 1 sampai 5 adalah level dasar, di mana masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan hutang yang harus diutamakan.

Dengan menyelesaikan tahap dasar tersebut dan mulai untuk menabung secara teratur, suatu individu maupun kelompok harus pindah ke pengetahuan tingkat lebih lanjut yakni terdiri dari unsur 6 hingga 8 untuk jangka panjang.

Dengan menerapkan literasi keuangan pada keluarga berdasarkan perencanaan anggaran dan kebiasaan berbelanja, setiap keluarga akan lebih dewasa dalam mengelola keuangannya baik itu dalam kondisi normal ataupun sedang krisis. Apabila setiap keluarga telah berhasil menerapkan perencanaan anggaran dan kebiasaan dalam berbelanja (konsumtif), keluarga akan memikirkan langkah selanjutnya yaitu bagaimana cara untuk investasi jangka panjang.

Masa pandemi yang terjadi saat ini berdampak serius pada sektor ekonomi. Banyak perusahaan tutup yang menyebabkan lebih dari 3 juta kepala keluarga kehilangan pekerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka kemiskinan bertambah menjadi 9,7 juta jiwa akibat pandemi Covid 19. Bahkan, angka perceraian pun meningkat drastis disebabkan kesulitan ekonomi.

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati mengatakan kondisi berat tersebut harus dihadapi oleh keluarga-keluarga Indonesia, khususnya menjadi tantangan yang berat bagi kaum ibu sebagai pilar keluarga. Dalam kegiatan reses virtual bertemakan “Serap Aspirasi dan Peringatan Hari Ibu Bersama Warga Masyarakat Kecamatan Cakung”, Anis menyampaikan apresiasinya terhadap para ibu yang di masa pandemi yang semakin kesulitan. Menurutnya, para ibu harus terus mendampingi anak-anaknya untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dari rumah, mendukung ketahanan keluarga saat senang maupun sempit, mengelola keuangan keluarga saat terdampak secara ekonomi, dan lain sebagainya.

Tinjauan Pustaka 1. Panic Buying

Definisi panic buying menurut Shou dkk,. (2011) dijelaskan sebagai perilaku konsumen berupa tindakan orang membeli produk dalam jumlah besar untuk menghindari kekurangan di masa

(8)

depan. Panic buying sering terlihat selama terjadinya pandemi atau epidemi yang mengarah pada kekurangan sumber daya. Pemberitaan media tentang kekurangan sumber daya dan hal- hal penting dari kehidupan sehari-hari semakin meningkatkan kecenderungan panic buying (Roy dkk., 2020). Panic buying terjadi ketika konsumen membeli produk untuk mengantisipasi kenaikan harga atau kelangkaan produk disaat atau setelah bencana terjadi, terlepas adanya resiko tersebut benar terjadi atau tidak (C. K. Singh & Pushpendu Rakshit, 2020).

Panic buying adalah perilaku belanja konsumen yang didorong oleh kekhawatiran dan ketakutan akan ketersediaan barang di masa depan dengan tetap mencari manfaat fungsional dari proses belanja, namun dalam jumlah yang berlebihan atau di luar kebutuhan konsumen tersebut. Ciri-ciri perilaku ini ditandai dengan perilaku yang tiba-tiba, tidak terkontrol, dilakukan banyak orang, berlebihan, dan didasari oleh kekhawatiran (Shadiqi dkk., 2020).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku panic buying adalah aktivitas pembelian produk dalam jumlah besar yang terjadi atas kekhawatiran konsumen dalam situasi ketidakpastian.

2. Concept of Literacy

Remund (2010) menjelaskan bahwa konsep literasi pada dasarnya berhubungan dengan kumpulan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan hidup dalam masyarakat yang demokratis. Dengan demikian, literasi terdapat dalam berbagai bidang kehidupan termasuk berkeluarga.

3. Finance Literacy

Literasi keuangan menurut Dinas Perpustakaan dan Kearsipan adalah pengetahuan dan kecapakan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang suatu konsep dan resiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks keuangan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keuangan, baik itu untuk individu maupun kelompok.

Robert T. Kiyosaki (2008) menjelaskan financial literacy sebagai kemampuan untuk membaca dan memahami halhal yang berhubungan dengan masalah finansial/keuangan. Financial literacy menurut Huston (2010:307-308) diartikan sebagai komponen sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan, seseorang dikatakan melek keuangan ketika memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut. (Kim et al., 2001) literasi keuangan adalah kemampuan untuk memahami konsep keuangan utama yang diperlukan untuk berfungsi dalam masyarakat Amerika yang normal.

(9)

Menurut Souza dan Mustaro literasi keuangan adalah proses dimana individu mencari keseahteraan melalui pengetahuan dalam keuangan pribadi dan tujuannya menggunakan penerapan pembelajran yang diasimulasi tentang cara-cara berurusan dengan uang dan produk keuangan, untuk meningkatkan standar hidup (Selma Putri Safira dan Indrawati Yuhertiana.

2021). Selanjutnya Souza dan Mustaro mengurutkan literasi keuangan menjadi delapan topik seperti gambar berikut ini

Gambar 2 Financial Literacy topics

Sumber : Selma Putri Safira, Indrawati Yuhertiana (2021) 4. Pengertian Perlaku Keuangan

Financial Management Behavior berhubungan dengan tanggung jawab seseorang mengenai cara mengelola keuangan. Tanggung jawab keuangan artinya proses mengelola uang atau aset lainnya dengan cara yang efektif. Menurut Ida dan Dwinta (2010) manajemen keuangan adalah proses menggunakan aset keuangan dengan pengelolaan yang baik, maka seseorang akan terhindar dari perilaku yang konsumtif sehingga akan menimbulkan keinginan yang tidak terbatas.

Financial Management Behaviour adalah kemampuan seseorang dalam mengelola baik itu perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan uang/harta dalam sehari-hari. Teori Financial Management Behaviour muncul karena adanya hasrat yang tinggi seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan pendapatan yang diperoleh (Al-Kholilah dan Iramani, 2013)

Metode Penelitian

(10)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialamai oleh subyek penelitian misalnya perilakum persepsi, motivasi, dan lain-lain secara holistik, dan dengan ccara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Dalam penelitian ini peneliti harus menggunakan akal budi untuk melacak bagaimana kran-kran pengeluaran dan pemasukan rumah tangga, dengan cara yang santun sehingga informan tidak berkeberatan mengungkapkan sisi terdalam di kehidupan mereka.

Terkait informan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan analasis fenomenologi.

Informan dari penelitian ini adalah 10 perempuan, ibu rumah tangga. Muhadjir (2000) menjelaskan bahwa umumnya penelitian kualitatif mengambil sampel lebih kecil, dan cenderung memilih purposive (tidak dilakukan secara acak). Jadi penelitian kualitatif dilakukan hanya dengan menentukan perkiraan jumlah sampel, yaitu antara 10 narasumber.

Hasil dan Pembahasan Budget Planning

Ibu Rumah Tangga memiliki peran penting dalam keluarga. Mereka mempunyai tugas untuk mengatur keuangan suami atau keluarga agar gaji atau pendapatan bulanan cukup untuk sehari- hari dan menjaga pengeluaran agar tidak melebihi gaji bulanan. Bahkan mereka juga bisa menyisihkan uang untuk tabungan (saving) atau dana cadangan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan. Seperti saat pandemi hal yang tidak diinginkan adalah suami terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Walaupun uang tabungan tidak seberapa, setidaknya akan dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan sehar-hari. Bahkan para ibu rumah tangga juga akan memutar kembali uang tabungan tersebut menjadi modal usaha kecil-kecilan, seperti berjualan nasi uduk di depan rumah, membuka toko klontong, warung kopi, menerima pesanan kue/catering untuk yang jago masak, dan lain sebagainya. Segalanya akan dilakukan oleh para ibu rumah tangga agar dapat membantu suaminya, karena pandemi tidak mungkin sebentar melainkan bisa jangka panjang, yang kita tidak tahu kapan akan selesai.

Consumption Habits

Sejak awal pandemi Covid 19 sampai PPKM harga barang dan jasa mulai naik dan bahkan menjadi langka. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Indonesia terutama ibu rumah tangga yang

(11)

melalukan panic buying pada kala itu. Mereka sangat ketakutan atau tidak nyaman untuk keluar rumah, dan mencari cara untuk menjaga keluarga agar tidak terkana virus Covid 19. Dan akhirnya para ibu rumah tangga akan melakukan pembelian kebutuhan pokok atau primer, masker, handsanitizer, vitamin, susu, dan lain sebagainya untuk beberapa bulan kedepan, meskipun harganya mahal atau naik berkali lipat. Padahal karena kebiasaan konsumsi pada saat krisis ini lah yang mengakibatkan panic buying sehingga harga dimana-mana menjadi mahal. Karena adanya pembatasan yang diterapkan pemerintah selama masa PPKM dan istilah “tidak boleh keluar rumah jika tidak penting” maka masyarakat akan membeli keperluan atau kebutuhan di online shop atau supermarket/minimarket walaupun dengan harga lebih mahal dan langka. Selain kebutuhan pokok seperti sembako, masker, handsanitizer, vitamin bahkan susu sangat dibutuhkan selama PPKM masih berlangsung, padahal ketika masker medis sangat mahal dan langka banyak pengrajin membuatkan masker kain untuk alternatif dan membawa sabun cuci tangan kemana-mana agar menjadi solusi atas kelangkaan handsanitizer. Apabila masyarakat sadar dan tidak panik pada saat peraturan PPKM diterapkan maka segala macam jenis kebutuhan/keperluan baik primer maupun lainnya tidak akan naik terlalu tinggi bahkan menjadi langka.

Penutup

Merubah sikap dan perilaku perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga merupakan salah satu pintu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, karena keluarga adalah kelompok terkecil dalam masyarakat. Maka dari itu diperlukan peran banyak kalangan untuk bisa mengubah kebiasaan yang ada, agar kebiasaan menabung atau menyimpan atau menyisihkan uang belanja mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga akan merubah kebiasaan buruk seperti berhutang atau membeli barang-barang yang tidak sebenarya bermanfaat bagi kebutuhan keluarga.

Diperlukan pakar-pakar keuangan untuk bisa mengedukasi keluarga Indonesia, agar pembelajaran finansial tidak hanya berkutat seputar instansi saja, akan tetapi pembelajaran keluarga bisa menegaskan bagaimana manusia harus bisa mengelola keuangannya untuk bisa mengelola masa depannya. Budget planning yang baik merupakan salah satu jalan untuk mensejahterakan kehidupan manusia agar bisa dewasa dalam pemakaian uang. Sebagaimana para narasumber yang diteliti oleh peneliti bahwa 10 ibu rumah tangga ini sudah pandai dalam melakukan pengelolaan keuangan (anggaran) dalam keluarga. Uang yang mereka dapatkan dari suami atau anak atau saudara akan langsung disisihkan untuk pembelian konsumsi harian/bulanan, tabungan, dan lain-

(12)

lain. Dengan begitu ketika peraturan PPKM diterapkan para ibu rumah tangga tersebut sudah siap untuk membantu keluarga karena sudah memiliki simpanan yang cukup. Akan tetapi untuk consumption habits sebagian besar keluarga di Indonesia, ketika peraturan PPKM diterapkan cenderung membeli bahkan menimbun kebutuhan dalam jumlah yang banyak untuk stock dirumah, terutama produk vitamin, susu, dan kebutuhan pokok (sembako). Hal ini karena faktor ketakutan yang muncul dalam keluaraga akan tutupnya semua toko, kehabisan barang/produk, atau semua harga menjadi naik.

Daftar Pustaka

Al-Kholilah, N. & Iramani, StudiFinancial Management Behavior Pada Masyarakat Surabaya,Journal of Business and Banking, 2013, Vol.3. No 1, h. 7

Artikel CNN Indonesia "Kata Psikolog soal Fenomena Panic Buying saat PPKM Darurat"

selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210706140643-284- 663862/kata-psikolog-soal-fenomena-panic-buying-saat-ppkm-darurat.

C. K. Singh, & Pushpendu Rakshit. 2020. A Critical Analysis to comprehend Panic buying behaviour of Mumbaikar ’ s in COVID -19 era . Studies in Indian Place Names. 69, 44–51.

Houston, (2010). Measuring Financial literacy. The Journal of Consumer Affair Vol. 44 No. 2 Ida dan Dwinta, C.Y, Pengaruh Locus Of Control, Financial Knowledge, Income Terhadap Financial Manajement Behavior, Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3,Desember 2010, h.

132-133

Kiyosaki., T Robert (2008). Increase Your Financial IQ : Get Smarter with Your Money. Boston : Business Plus

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi IV (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000).

Remund, D.L. (2010). Financial literacy explicated : The case for a clear definition in an increasingly complex economy. The Journal of Consumer Affairs, 44(2), 276-295.

Roy, D., Tripathy, S., Kar, S. K., Sharma, N., Verma, S. K., & Kaushal, V. 2020. Study of knowledge, attitude, anxiety & perceived mental healthcare need in Indian population during COVID-19 pandemic. Asian Journal of Psychiatry, 51(April), 102083.

https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.102083

(13)

Selma Putri Safira, Indrawati Yuhertiana. 2021. Literasi Keuangan Keluarga Berdasarkan Budget Planning dan Consumption Habits Ketika Panic Buying Di Masa Pandemi Covid-19. Conference on Economic and Business Innovation.

Shadiqi, M. A., Hariati, R., Hasan, K. F. A., I’anah, N., & Istiqomah, W. Al. 2020. Panic buying pada pandemi COVID-19: Telaah literatur dari perspektif psikologi. Jurnal Psikologi Sosial, 18(xx). https://doi.org/10.7454/jps.2020.xx

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang dapat dipahami dari teori Rene Descrates yaitu bahwa kesadaran dalam menjalani hidup, dan mencintai kebenaran yang selalu dicari oleh Rene Descrates. Pemikiran ini

Berdasarkan hasil dari Uji Reliabilitas yang dilakukan dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha setiap variabel independen yaitu Persepsi Kemudahan (X1), Persepsi

Konsep pelapisan untuk pengawetan fungsi komponen yang tahan lama.Lapisan zinc alloy original dengan pasif kromat kuning atau hitam (Zinc-Iron Coating C dan Zinc-Iron

3.Perancangan dan analisis Secara garis besar, tahapan metode penelitian yang dilakukan adalah metode untuk menganalisis penyadapan pada jaringan website dengan

Makanan dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan yang yang berguna bagi kesehatan dan di konsumsi ibu pada saat hamil disebut ….. Kebutuhan nutrisi ibu hamil adalah makanan

Hal tersebut dapat dipengaruhi karena TDS di Sungai Cisadane diduga didominasi dari zat organik yang berasal dari limbah domestik, sehingga tingginya nilai TDS tidak

Dengan adanya penilaian dan penghayatan itu, selanjutnya diharapkan anak-anak tergerak hatinya untuk meniru perbuatan-perbuatan yang baik dan membenci perbuatan

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri yang melaju pesat, sumber air baku PT Watertech Estate Cikarang yang berasal dari saluran Tarum