• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR EKSEKUTIF. A. Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IKHTISAR EKSEKUTIF. A. Pendahuluan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

IKHTISAR EKSEKUTIF

A. Pendahuluan

Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil (result oriented governement), perlu adanya sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dengan telah selesainya pelaksanaan tahun anggaran 2019.

Dasar Hukum Penyusunan LKjIP yaitu Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Permenpan No. 09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama, Permenpan No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Permenpan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

.

Instansi Pemerintah wajib menyusun LKjIP.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2016, tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ditetapkan menjadi dinas dengan Tipe A.

Dengan ditetapkannya peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2018, pada Bab II, Bagian Kelima, Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terdiri dari 1 Kepala Dinas, 1 Sekretariat membawahi 3 Subbag, dan 4 Bidang dengan masing-masing terdiri dari 3 seksi, Kelompok Jabatan Fungsional dan UPT.

B. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mengikuti visi Bupati Boyolali 2016 - 2021 yaitu: "Pro Investasi Mewujudkan Boyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera"

Rumusan misi SKPD membantu lebih jelas penggambaran visi SKPD yang ingin dicapai, serta menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh SKPD.

Penjabaran Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk mendukung pencapaian dan pelaksanaan Visi dan Misi Bupati Boyolali yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Boyolali tahun 2016-2021 yaitu misi 4 yang berbunyi “Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing”.

Misi ini untuk mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas. Fokus sasaran strategisnya adalah meningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, dan tingkat produktivitas warga antara lain melalui upaya fasilitasi pemerintah berupa modal, keterampilan sumber daya pelaku usaha, pengorganisasian kelompok usaha dan koperasi. Masyarakat yang sehat menjadi salah satu prasyarat utama terbentuknya masyarakat yang produktif dan berdaya saing, sehingga hal ini menjadi misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.

(2)

Dalam rangka mewujudkan visi, misi Bupati Wakil Bupati, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam tahun 2016 – 2021 yaitu Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat, dalam 5 sub sasaran sebagai berikut:

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

2. Melaksanakan Pelayanan Publik yang lebih bermutu dengan berbasis teknologi informasi.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan yang berdaya saing.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swasta dalam pembangunan kesehatan.

5. Melaksanakan program promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif, pada semua kontinum siklus kehidupan (lifecycle):

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, pada tahun 2021 Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melaksanakan dalam Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menjabarkan dalam 5 program pada 14 kegiatan dan terinci dalam 46 sub kegiatan, tahun 2021 anggaran belanja langsung Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sebesar Rp. 226.525.215.000,00 (dua Ratus duapuluh enam milyar, limaratus duapuluh lima juta duaratus lima belas ribu rupiah) termasuk in out untuk UPT Labkesda dan BLUD Puskesmas, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 199.162.221.428,00 (Seratus Sembilan puluh sembilan milyar, serratus enam puluh dua juta dua ratus dua pukluh satu ribu empat ratus dua puluh delapan ribu) atau 87,92%.

Serapan total anggaran ini jika dibandingkan dengan tahun 2020 (89,98%), mengalami penurunan sebesar 1,97% .

C. Akuntabiltas Kinerja

Berdasarkan penilaian sendiri (Self Assessment) atas realisasi pelaksanaan Rencana Kinerja Tahun 2021, menunjukkan bahwa rata-rata nilai capaian kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2021, dengan 41 (empat puluh dua) indikator kinerja yang dapat dilakukan pengukuran secara self assessment Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2021, menunjukkan tingkat keberhasilan capaian kinerja rata-rata 104.6% sehingga tingkat keberhasilan dikategorikan sangat baik. Rincian capaian adalah sebagai berikut:

1) Capaian lebih dari 101 % (sangat Baik) : 20 (duapuluh) indikator (53%) 2) Capaian 76% sampai 100% (Baik) : 10 (sepuluh) indikator (31%) 3) Capaian 56% sampai 75 % (Cukup) : 1 (satu) indikator (3%) 4) Capaian kurang dari 55% (kurang) : 4 (empat) indikator (13%)

(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM

1.1.1 Dasar Hukum Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2016, tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ditetapkan menjadi dinas dengan Tipe A.

Dengan ditetapkannya peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Perangkat Daerah (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Nomor 25), pada Bab II, Bagian Kelima, Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali terdiri dari 1 Sekretariat, membawahi 3 Subbag, dan 4 Bidang dengan masing-masing terdiri dari 3 seksi, Kelompok Jabatan Fungsional dan UPT.

1.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Bupati peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2018 tentang tentang Kedudukan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali, Susunan Organisasi Dinas Kesehatan sebagai berikut:

a. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

1) Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah di bidang Kesehatan.

2) Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan baerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada daerah di bidang kesehatan.

Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan bidang kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pelaksanaan administrasi dinas bidang kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tugas dan fungsinya.

(5)

b. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari:

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. Subbagian Perencanaan Program, Pelaporan, dan Informasi Kesehatan;

b. Subbagian Keuangan dan Pengelolaan Aset; dan c. Subbagian Hukum, Kepegawaian, dan Umum.

3. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari:

a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;

b. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dan c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olah Raga.

4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari:

a. Seksi Surveilans dan Imunisasi;

b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; dan c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

dan Kesehatan Jiwa.

5. Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari:

a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;

b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; dan

c. Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Kesehatan Khusus.

6. Bidang Sumber Daya Kesehatan;

a. Seksi Kefarmasian, Makanan, dan Minuman;

b. Seksi Perbekalan Kesehatan, Pembiayaan, Sarana, dan Prasarana; dan

c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.

7. Kelompok Jabatan Fungsional; dan 8. UPT.

1.1.3 STRUKTUR ORGANISASI (Perbup Nomor 25 Tahun 2018)

(6)
(7)

1.2 ISU-ISU STRATEGIS

Berdasarkan telaah capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2016 – 2021 yang menjadi isu strategis adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program Nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

2. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

3. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

4. Program kesehatan menjadi tanggung jawab bersama dengan lintas sector serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang didukung dengan Alokasi Dana Desa dalam bidang Kesehatan sebesar 10% dari total anggaran.

5. Pandemi Covid19 yang merupakan penyakit menular dan menjadi isu global.

6. Prevalensi Stunting yang menjadi isu nasional.

1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN LKjIP : Kata Pengantar

Daftar Isi

Ikhtisar Eksekutif

BAB I PENDAHULAN

1.1. Gambaran Umum

1.1.1. Dasar Hukum Organisasi 1.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi 1.1.3. Struktur Organisasi 1.2. Isu-isu Strategis

1.3. Sistematika Penyajian LKjIP

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Perencanaan

2.2 Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja Organisasi 3.2 Akuntabilitas Keuangan BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan 4.2 Saran

(8)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN

2.1.1 Visi dan Misi OPD

Visi OPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai OPD melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang. Tahun 2021 adalah masa tahun ke 5 (lima) dalam pelaksanaan RPJMD tahun 2016-2021, dan merupakan tahun terakhir masa jabatan Bupati Boyolali.

a. Visi

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mengikuti visi Bupati Boyolali 2016 - 2021 yaitu: "Pro Investasi Mewujudkan Boyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera"

Visi Dinas Kesehatan adalah mendukung Visi misi Bupati Boyolali, dalam bidang kesehatan tertuang dalam visi ke empat yaitu Boyolali sehat, Produktif dan berdaya saing. Dengan tujuan dan sasaran yaitu Meningkatkan kualitas pembangunan manusia mendukung produktivitas dan daya saing daerah. Sasaran tersebut adalah :

1. Meningkatnya kemampuan produktivitas dan daya saing masyarakat.

2. Meningkatnya derajat kesehatan.

3. Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk.

4. Meningkatnya daya saing industri.

5. Meningkatnya daya saing perdagangan.

b. Misi

Rumusan misi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) membantu lebih jelas penggambaran visi OPD yang ingin dicapai, serta menguraikan upaya- upaya apa yang harus dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Penjabaran Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk mendukung pencapaian dan pelaksanaan Visi dan Misi Bupati Boyolali yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Boyolali tahun 2016-2021 yaitu misi 4 yang berbunyi Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing.

Misi ini untuk mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas.

Fokus sasaran strategisnya adalah meningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, dan tingkat produktivitas warga antara lain melalui upaya fasilitasi pemerintah berupa modal, keterampilan sumber daya pelaku usaha, pengorganisasian kelompok usaha dan koperasi.

Masyarakat yang sehat menjadi salah satu prasyarat utama terbentuknya masyarakat yang produktif dan berdaya saing, sehingga hal ini sebagai bentuk misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam mendukung misi Bupati Boyolali.

(9)

c. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan

Tujuan adalah penjabaran visi dan misi, tujuan merupakan hal yang akan dicapai atau dihasilkan oleh organisasi atau menunjukkan kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang.

Sesuai dengan Visi dan Misi, tujuan umum pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya. Sedangkan tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali secara khusus adalah menciptakan Dinas Kesehatan yang berkompeten serta inovatif dalam mewujudkan masyarakat Boyolali yang lebih sehat didukung oleh sumberdaya manusia yang kompeten, professional dan berintegritas serta memiliki kemampuan dalam teknologi informasi.

Dalam rangka mewujudkan visi, misi Bupati Wakil Bupati, sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam tahun 2016 – 2021 yaitu Meningkatnya Derajat Kesehatan, tertuang dalam 5 sub sasaran sebagai berikut:

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

2. Melaksanakan Pelayanan Publik yang lebih bermutu dengan berbasis teknologi informasi.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan yang berdaya saing.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swasta dalam pembangunan kesehatan.

5. Melaksanakan program promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif, pada semua kontinum siklus kehidupan (lifecycle):

2.2. PERJANJIAN KINERJA

Tahun 2021 adalah masa tahun ke 5 (lima) dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan dan pemerintahan seperti tertuang dalam RPJMD tahun 2016 - 2021. Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2021 dan mengacu pada RPJMD 2016 – 2021, maka pada tahun 2021 ditetapkan sasaran strategis yaitu Meningkatnya Derajat Kesehatan dengan indicator yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja (Perubahan) 2021.

Perjanjian Kinerja merupakan dokumen pelaksanaan dari sasaran dan indikator yang tertuang dalam RPJMD, Renstra OPD, ditindaklanjuti dengan RKT (Rencana Kinerja Tahunan), dibiayai dengan Anggaran yang tertuang dalam DPA SKPD. Sehingga dokumen Perjanjian Kinerja adalah dokumen rencana Kinerja Tahunan yang telah tertuang dalam DPA OPD.

Berikut Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2021 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (perubahan) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2021 :

(10)

Tabel. 2.1

Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan 2021 (perubahan)

No Sasaran Indikator kinerja Target Satuan 1. Meningkatnya

Derajad kesehatan

1 Cakupan kunjungan bayi 95 %

2 Cakupan pelayanan anak balita

95 %

3 Prosentase puskesmas melaksanakan pelayanan Lansia

100 %

4 Prosentase Balita kurus yang mendapat makanan tambahan

90 %

5 Cakupan pelayanan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin

40 %

6 Prosentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

90 %

7 Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian

45 %

8 Proporsi pembinaan dan pengawasan Produksi dan distribusi makanan dan minuman

45 %

9 Angka kesakitan DBD (Insiden rate/IR) <

50/100.000 penduduk

47,5 per 100.000

10 Angka kematian DBD (CFR) 1,6 % dari jumlah penderita 11 Prosentase jumlah orang

yang ditest HIV dan menerima hasil

50 %

12 Angka keberhasilan pengobatan TB yang terkonfirmasi ≥85%

> 85 %

13 Persentase desa/kel. yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM

50 %

14 Cakupan Desa UCI 100 %

15 Puskesmas Terakreditasi 15 puskesmas 16 Cakupan Rawat Jalan

(puskesmas)

15 %

17 Cakupan Rawat Inap (puskesmas)

1,5 %

18 Cakupan respon aduan kegawat daruratan

kesehatan yang ditangani

90 %

19 Cakupan SPM di Puskesmas (Upaya Kesehatan Masyarakat)

100 %

20 Cakupan SPM di Puskesmas (Upaya Kesehatan Perorangan)

100 %

(11)

21 Cakupan Puskesmas Memenuhi Standar Pemenkes

20,69 %

22 Prosentase puskesmas melaksanakan simpus terintegrasi

100 %

23 Cakupan Desa/ Kelurahan

Siaga Aktif Mandiri 120

desa 24 Proporsi Rumah tangga

sehat 75

% 25 Cakupan Desa STBM

267

desa 26 Penurunan Angka Kematian

Bayi

8,4 Per 1000 kh

27 Kasus Kematian Ibu 19 kasus

Rasio dokter per satuan penduduk

17.0 %

Rasio dokter gigi per satuan penduduk

5,9 %

Rasio perawat per satuan penduduk

100,3 %

Rasio bidan per satuan penduduk

58,4 %

Kematian Balita 10 Per 1000 kh

Tahun 2020-2021 bidang Kesehatan terdapat isu global dan nasional dalam penanganan Covid 19, sehingga penanganan dan vaksinasi menjadi tambahan indicator kinerja dinas Kesehatan. Selain isu covid19, untuk mengarah pada tahun berikutnya terdapat indicator yang memang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan yang juga menjadi tolok ukur kinerja antara lain stunting, perijinan, serta keorganisasian.

28 Prosentase Pelayanan Perijinan bidang Kesehatan

100 %

29 Prosentase penetapan angka kredit Jabatan Fungsional Kesehatan

100 %

30 Tersusunnya laporan keuangan akhir tahun

100 %

31 Prevalensi Stunting 21,1 %

32 Jumlah desa yang memiliki kampung germas

15 Desa

33 Tingkat kematangan organisasi

4,2 level

34 Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat

100 %

35 Penanggulangan Covid 19 95 %

36 Vaksinasi COVID 19 30 %

37 Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Kesehatan

5 Ranperbup

(12)

Pada bab III selanjutnya akan dilakukan pengukuran kinerja, dengan dasar Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan seperti tersebut diatas yang dilaksanakan melalui DPA tahun 2021.

(13)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan merupakan wujud kewajiban Dinas Kesehatan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2021 tergambar dalam tingkat pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas keluaran (output) dan atau hasil (outcome) kegiatan/program yang telah dilaksanakan pada tahun 2021. Indikator keluaran (output) dan atau hasil (outcome) yang diukur berdasar indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (perubahan) 2021. Sesuai ketentuan, Indikator Kinerja SKPD minimal meliputi keluaran (output), sehingga pengukuran kinerja Dinas Kesehatan dapat berupa keluaran (output) dan hasil (outcome) sesuai dokumen Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2021.

a. Keluaran (Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan (input) yang digunakan.

b. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan. Hasil (outcome) merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan harapan masyarakat dan peningkatan investasi derajat kesehatan.

Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target pada Dokumen Perjanjian Kinerja. Pada tahun anggaran 2021, Dinas Kesehatan telah melaksanakan berbagai program/kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus :

1. Data Positif apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tinginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus :

2. Data Negatif apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja (semakin jeleknya suatu kondisi) atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus :

(14)

Penilaian capaian kinerja menggunakan menjadi 4 (empat) skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut :

a. Lebih dari 100 % = Sangat Baik b. 76% sampai 100% = Baik

c. 56% sampai 75 % = Cukup d. Kurang dari 55 % = Kurang

Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2021 tercermin dalam pencapaian sasaran yaitu Meningkatnya Derajat Kesehatan masyarakat, yang dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan. Dalam usaha mencapai sasaran tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menjabarkan dalam 5 program pada 14 kegiatan dan terinci dalam 46 sub kegiatan, yang terinci dalam indicator sebagai berikut:

SASARAN : Meningkatnya Derajat Kesehatan masyarakat 1) Cakupan Kunjungan Bayi

Tabel 3.1.1

Target, Realisasi dan Capaian Indikator Cakupan kunjungan bayi No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

1 Cakupan kunjunganbayi % 95 92 99,4 93,73 99.96 113.9 95 99.5 104.3 Sang atBaik

a. Target kinerja

Target pada indikator kinerja cakupan kunjungan bayi pada tahun 2021, sesuai dengan target awal perencanaan adalah 95% realisasi 99,05 %, sehingga capaian sebesar 104,3% dengan kategori sangat baik. Keberhasilan pencapaian pada indikator ini karena adanya pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi sudah sesuai standart dan animo kesadaran ibu cukup baik untuk memeriksakan bayi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

b. Efesiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan melakukan kegiatan secara terintegrasi dengan indicator lain yaitu indicator imunisasi dasar lengkap dan pemberian vitamin A dosis 100.000 ui.

Efisiensi anggaran sebesar 9,5% dari anggaran yang tersedia sebesar Rp.

68.580.000 digunakan sebesar Rp. 62.010.489.

c. Analisis program/kegiatan :

Indikator Cakupan Kunjungan Bayi dilaksanakan dengan Program Pemenuhan Upaya Kesehatan perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat dalam kegiatan

Capaian Indikator Kinerja = Rencana- (realisasi-rencana) x 100%

Rencana

(15)

Penyediaan layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten Kota dengan sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dengan kegiatan terintegrasi yang berupa kunjungan bayi sedikitnya 3 kali selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir, deteksi tumbuh kembang bayi, pemberian vitamin A 1x, pemberian immunisasi dasar lengkap, dan pemantauan berat badan secara rutin baik diposyandu maupun di Puskesmas.

Untuk dinas Kesehatan melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi cakupan kunjungan bayi yang di layani oleh Puskesmas.

Tabel 3.1.2

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin No Program Kegiatan Sub

Kegiatan

Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

68.580.000 62.010.489

2) Cakupan Pelayanan anak Balita

Tabel 3.1.3

Target, Realisasi dan Capaian Indikator Cakupan pelayanan anak balita No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

2. Cakupan pelayanan

anak balita % 95 80 85,97 93,3 99.96 86.3 95 99,2 104.4 SangatBaik

a. Target indikator Kinerja

Target Pelayanan Kesehatan Balita 95%, realisasi 99,2% dan capaian 104,4 %.

Pelayanan kesehatan kepada anak balita yang sesuai standar adalah setiap anak balita [12-59 bulan] mendapatkan pemantauan pertumbuhan minimal 8x dalam setahun,pemantauan perkembangan minimal 2x dan pemberian vitamin A 2X dalam 1 tahun. Hal ini disebabkan adanya balita yang meninggal sebanyak 13 balita sebelum mendapatkan pelayanan sesuai standart (belum memasuki jadwal pelayanan sudah meninggal).

b. Efesiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan melakukan kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap Peningkatan pelayanan kesehatan balita dalam upaya untuk mengurangi kematian balita, dengan mensinergikan anggaran yang ada. Sehingga anggaran sebesar Rp. 173.828.000,- terealisasi sebesar Rp. 168.288.530,- atau penyerapannya 97% untuk menunjang 2 indikator.

c. Analisis program/kegiatan :

Cakupan Pelayanan Kesehatan anak Balita, dilaksanakan dengan Program Pemenuhan Upaya Kesehatan perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

(16)

dalam kegiatan Penyediaan layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten Kota dengan sub kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Balita, dengan melakukan pemantauan Pelayanan kesehatan Balita dengan bentuk kegiatan meliputi:

a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan)

b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun.

d) Pemberian kapsul vitamin A pada 2 kali setahun e) Pemberian imunisasi dasar lengkap dan lanjutan.

Yang semua kegiatan tersebut dilakukan oleh Puskesmas dengan Biaya Operasinal Kesehatan di 25 Puskesmas yang didanai dari anggaran BOK APBN serta koordiniasi pembinaan, serta evaluasinya oleh Dinas Kesehatan.

Tabel 3.1.4 Realisasi Anggaran

Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Balita

No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Balita

173.828.000 168.288.530

3) Prosentase Puskesmas melaksanakan Pelayanan Lansia.

Tabel 3.1.5

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Prosentase puskesmas melaksanakan pelayanan Lansia

No INDIKATORKINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

3

Prosentase puskesmas melaksanakan pelayanan Lansia

% 100 100 100 100 97.7 100 100 100 100 Baik

a. Target kinerja

Target indicator kinerja ini 100% realisasi 100% dan cakupan 100%. Di Kabupaten Boyolali saat ini ada 25 Puskesmas dan semua Puskesmas telah melaksanakan pelayanan lansia sesuai standart sehingga indikator ini telah mencapai target.

Hambatan pencapaian target dikarenakan adanya pandemic COVID 19 menghambat akses dan kegiatan pelayanan kesehatan pada lansia karena usia lanjut merupakan kelompok yang rentan tertular COVID 19 sehingga pada tahun 2021, banyak lansia

(17)

yang memilih berdiam diri di rumah daripada berkunjung ke fasilitas kesehatan jika ada keluhan kesehatan yang tidak terlalu mengganggu.

b. Efisiensi penggunaan sumber daya

Untuk pencapaian ini dilakukan koordinasi dengan pemegang program kesehatan lansia melalui pertemuan terpadu sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar 19,09% dari jumlah anggaran sebesar Rp 87.216.000,- dengan realisasi sebesar Rp 70.563.530.

c. Analisis program/kegiatan :

Indikator ini dilaksanakan dengan dengan Program Pemenuhan Upaya Kesehatan perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat dalam kegiatan Penyediaan layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten Kota dengan sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut, dan Sub Kegiatan Belanja Operasional Puskesmas dari anggaran BOK di Puskesmas, dengan bentuk kegiatan berupa pengadaan alat untuk pemeriksaan lansia, serta pelaksanaan untuk vaksinasi covid 19 bagi lansia.

Tabel 3.1.6 Realisasi Anggaran

Sub Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut

87.216.000 70.563.530

4) Prosentase Balita kurus yang mendapat makanan tambahan Tabel 3.1.7

Target, Realisasi dan Capaian Indikator Prosentase Balita kurus yang

mendapat makanan tambahan No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

4

Prosentase Balita kurus yang

mendapat makanan tambahan

% 90 100 100 100 95 95.38 90 100 111.1 Sang

atBaik

a. Target Pelayanan Balita Kurus mendapatkan Makanan Tambahan 90% realisasi 100% dan capaian 111%. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena tersedianya PMT yang berupa biskuit sebagai MP-ASI yang didroping dari kementerian kesehatan untuk balita kurus dan PMT Penyuluhan dari dana desa untuk balita di posyandu yang tersebar di 267 desa/kelurahan, sehingga balita

(18)

yang terdeteksi gizi buruk hampir semua mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

- Kegiatan surveilen gizi pada balita kurus dilaksanakan dengann menggunakan teknologi informasi melalui pemantauan perkembangan balita di e-PPGBM di 267 desa/kelurahan bersama dengan bidan desa, kemudian dilakukan intervensi terhadap balita gizi kurus sesuai dengan diagnosa gizinya yang salah satunya dengan pemberian Makanan tambahan.

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan

Indikator ini dilaksanakan dengan program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat pada kegiatan Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah dalam sub kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat yang anggaranya sebagaian besar digunakan untuk menunjang pemantauan pertumbuhan balita (antropometri kid) yaitu sebesar Rp. 430.372.000.

Sedangkan kegiatan lain yang dilaksanakan oleh puskesmas adalah pelacakan kasus gizi buruk, surveilans gizi di Puskesmas dan sosialisasi cara Pemberian Makanan yang baik untuk Bayi dan Anak (PMBA), melakukan refreshing pengukuran balita dengan menggunakan antropometri kit pada tenaga kesehatan, TP PKK dan kader dengan menggunakan anggaran BOK Puskesmas.

Tabel 3.1.8

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat

No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi

Masyarakat

430.372.000 430.371.000

5) Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan nasional bagi masyarakat/penduduk miskin

Tabel 3.1.9

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Cakupan pelayanan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin

No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

5

Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan

% 40 60 38,73 42,98 43.14 44.55 40 42 105 Sang atBaik

(19)

nasional bagi masyarakat/pen duduk miskin

a. Indikator Kinerja

Target yang ditetapkan sebesar 40% dari jumlah penduduk kab boyolali, terealisasi sebesar 42%. Capaian indicator ini sebesar 105%. Dari Keberhasilan indicator didukung adanya Penambahan anggaran dari dana DBHCHT sebesar Rp. 342.340.000, dengan penambahan jiwa sebesar 9.057 jiwa.

b. Analisa efisiensi

Seluruh anggaran terserap 100%, sehingga seluruh warga miskin yang membutuhkan pelayanan Kesehatan terlayani semua. Namun untuk pengajuan tidak semuanya direalisasikan, diprioritaskan yang sangat membutuhkan.

c. Indikator ini dilaksanakan dengan program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat dengan kegiatan Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah pada sub Kegiatan Pengelolaan Jaminan Kesehatan Masyarakat dengan bentuk kegiatan penjaminan premi Kesehatan bagi warga miskin yang belum terkover dalam jaminan Kesehatan PBI APBN, dan Bantuan Iur Kelas III mandiri aktif sebesar Rp 2.800/bulan/jiwa.

Tabel 3.1.10

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Pengelolaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pengelolaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

22.158.437.000 22.158.437.000

6) Prosentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan Tabel 3.1.11

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Prosentase ketersediaan obat dan perbekalan Kesehatan

No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

6

Prosentase

ketersediaan obat dan perbekalan

Kesehatan

% 90 80 97 93 86 93 90 92 102.2 Sang

atBaik

a. Indikator kinerja

(20)

Indikator kinerja prosentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan dengan target 90%, dengan realisasi kegiatan sebesar 92% dengan capaian kinerja 102,2% (melebihi target). Keberadaan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga teknis kefarmasian baik sebagai apoteker (18 orang) maupun asisten apoteker (26 orang) yang tersebar di semua puskesmas maupun Dinas Kesehatan berperan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan baik di puskesmas maupun di IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mulai dari proses pemilahan, perencanaan, pengadaan maupun distribusi obat dan perbekalan kesehatan sehingga mendukung tercapainya indikator kegiatan ini.

Hambatan yang dihadapi dalam mencapai target dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Beberapa produk obat ecatalog turun tayang sehingga rencana pengadaan mundur dari jadwal yang ditentukan.

- Adanya penyedia yang tidak dapat menyediakan obat yang dibutuhkan sebagaimana kontrak yang telah disepakati.

Upaya–upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adaah:

- Obat yang tidak tersedia dalam e-purchasing / sedang turun tayang diupayakan pengadaannya melalui metode lelang.

- Mendorong tenaga teknis kefarmasian untuk melakukan advokasi substitusi obat pada dokter terkait pemberian resep obat.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

- Menggunakan anggaran seefisien mungkin untuk pengadaan obat dengan melalui e katalog, untuk mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,7% dari jumlah anggaran Rp. 5.990.656.000 terrealisasi sebesar Rp.

5.884.695.032,-

- Mengadakan pemenuhan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan didasarkan pada pemenuhan 40 item obat dan vaksin esensial yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan ini,

- Menganggarkan melalui BLUD puskesmas untuk mencukupi kebutuhan obat jika IFK tidak dapat menyediakannya melalui pemberian rekomendasi pengadaan mandiri obat puskesmas.

- Dukungan droping obat dari kementerian dan dinas kesehatan propinsi ikut meningkatkan ketersediaan obat di kabupaten kota.

c. Analisis program / kegiatan

Indikator ini dilaksanakan dengan Program pemenuhan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dengan Kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Kewenangan Daerah Kab Kota dengan sub Kegiatan Pengadaan Obat, Vaksin, dengan bentuk kegiatan pengadaan obat baik dengan metodee-purchasing maupun melalui lelang.

Tabel 3.1.12

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan Pengadaan Obat dan Vaksin

No Program Kegiatan Sub

Kegiatan

Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan

Penyediaan Fasilitas pelayanan Kesehatan untuk UKM dan UKP

Pengadaan Obat, Vaksin

5.990.656.000 5.884.695.032,-

(21)

Masyarakat kewenangan Daerah Kabupaten Kota

7) Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian Tabel 3.1.12

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

7

Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian

% 45 53,99 30 35 42 46 45 70.2 156 Sang

atBaik

a. Indikator kinerja

Capaian Target Indikator Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian sebesar 156%, dari target yang ditetapkan sebesar 45% terealisasi 70,2%. Jumlah seluruh apotek di Kabupaten Boyolali tercatat sebanyak 114 sarana sehingga target yang direncanakan sebanyak 51 sarana kefarmasian (45%

dari 114), sedangkan realisasi kegiatan pembinaan sebanyak 80 sarana kefarmasian.

Keberhasilan dalam pencapaian indicator ini yaitu dalam Pembinaan dan pengawasan dilakukan bersinergi dengan melibatkan organisasi profesi IAI (ikatan Apoteker Indonesia) sehingga organisasi profesi turut bertanggung jawab terhadap kinerja anggotanya dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Sedangkan kendala yang dihadapi yaitu , pembinaan dan pengawasan apotek tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan langsung dengan melakukan kunjungan ke apotek karena adanya pembatasan-pembatasan.

Solusi yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pembinaan dan pengawasan secara daring.

b. Efesiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan:

- Menyelenggarakan bimtek bagi pengelola apotek mengenai regulasi perizinan baru melalui OSS-RBA dan refreshing standar pelayanan kefarmasaian di apotek dengan melibatkan dinas terkait (DPM-PTSP) dan organisasi profesi.

- Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target dengan tetap melaksanakan kegiatan secara daring, sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 30,8% dari anggaran sebesar Rp. 222.653.000 digunakan sebesar Rp.

154.082.348,-

c. Analisis program/kegiatan

Indikator ini dilaksanakan dengan Program Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Makanan Minuman dalam kegiatan Pemberian Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, Usaha Mikro Obat, sub kegiatan Penyediaan dan

(22)

Pengelolaan Data Perizinan dan Tindak Lanjut Pengawasan Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT).

Dengan bentuk kegiatan untuk memastikan pelayanan kefarmasian di apotek dapat berjalan sesuai standar. guna menjamin akses masyarakat yang aman terhadap komoditas obat dan perbekalan kesehatan serta memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di apotek, dengan cara melakukan pembinaan kepada apotik dan perijinannya.

Tabel 3.1.13

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Penyediaan dan Pengelolaan Data Perizinan dan Tindak Lanjut Pengawasan Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, Usaha Mikro Obat

Tradisional (UMOT)

No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Program

Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan Dan

Makanan Minuman

Pemberian Izin

Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan

Optikal, Usaha Mikro Obat

Penyediaan dan

Pengelolaan Data

Perizinan dan Tindak Lanjut

Pengawasan Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, Usaha Mikro Obat

Tradisional (UMOT).

222.653.000 154.082.348

8) Proporsi Pembinaan Dan Pengawasan Produksi Dan Distribusi Makanan Dan Minuman

Tabel 3.1.14

Target Realisasi dan Capaian

Indikator Proporsi pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian

No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

8

Proporsi pembinaan dan pengawasan Produksi dan distribusi makanan dan minuman

% 45 13,89 35 35 48 54 45 55.4 123.1 Sang

atBaik

(23)

a. Indikator kinerja

Capaian Indikator Proporsi pembinaan dan pengawasan Produksi dan distribusi makanan dan minuman sebesar 123,1%. Target yang ditetapkan sebesar 45%

terealisasi 55,4%. Jumlah seluruh IRTP di Kabupaten Boyolali yang mempunyai izin tercatat sebanyak 303 sarana, sehingga target yang direncanakan sebanyak 136 sarana (45% dari 303 sarana) dengan realisasi kegiatan pembinaan sebanyak 168 sarana atau 55,4%.

Pada masa pandemi covid, pembinaan dan pengawasan IRTP tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan langsung dengan melakukan kunjungan ke sarana karena adanya pembatasan-pembatasan sehingga agar kegiatan tetap berjalan sesuai rencana beberapa IRTP dibina dan diawasi secara daring.

Sedangkan kendala yang dihadapi yaitu:

- Pelaku IRTP belum semuanya memiliki SPP-IRTP (Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah tangga Pangan) sebagai jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan dalam rangka peredaran pangan.

- Regulasi perizinan baru melalui OSS-RBA belum sepenuhnya dipahami pelaku usaha IRTP

- Pembinaan dan pengawasan apotek tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan langsung dengan melakukan kunjungan ke lokasi karena adanya pembatasan-pembatasan.

Adapun upaya mengatasi hambatan tersebut dilakukan dengan cara :

- Mendorong pelaku usaha IRTP untuk mengurus perizinan produk pangannya melalui kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Keamanan Pangan - Sosialisasi regulasi perizinan baru melalui OSS-RBA melalui kegiatan KIE

(Komunikasi Informasi dan Edukasi) Keamanan Pangan.

- Mengadakan kegiatan pembinaan dan pengawasan secara daring.

b. Efesiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan:

- Melakukan kegiatan ”Serbu PIRT” yang dikoordinir oleh Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Boyolali yang menargetkan 100 pelaku IRTP mempunyai SPP IRTP melalui kegiatan percepatan perizinan.

- Kegiatan dilaksanakan bersinergi dengan OPD terkait (Disdagperin, Dinkop dan DPM-PTSP) sehingga banyak pelaku usaha IRTP yang dapat memperoleh SPP-IRTP dalam kurun waktu yang relatif cepat.

- Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target dengan tetap melaksanakan kegiatan secara daring, sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 12,6% dari anggaran sebesar Rp. 438.694.000,- digunakan sebesar Rp. 383.096.144,-

c. Analisis program/kegiatan

Indikator ini dilaksanakan dengan Program Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Makanan Minuman dalam kegiatan Penerbitan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dan Nomor P-IRT sebagai Izin Produksi, untuk produk makanan minuman tertentu yang dapat diproduksi oleh industry rumah tangga dengan Sub Kegiatan Pengendalian, Pengawasan serta tindak lanjut pengawasan SPPIRT dan Nomor P-IRT sebagai Izin produksi, untuk produk makanan minuman tertentu yang dapat diproduksi oleh IRT, dengan bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan Industri Rumah tangga Pangan (IRTP) di wilayah Kabupaten Boyolali serta pemeriksaan keamanan pangan baik terhadap produk pangan yang dihasilkan maupun tempat pengolahan produksinya. Pelaksanaan pembinaan dan

(24)

pengawasan dilakukan oleh tenaga terlatih yang tersertifikasi sebagai DFI atau Distric Food Inspector terhadap IRTP yang mengajukan perizinan baru/perpanjangan izin maupun pembinaan rutin agar setiap pangan yang diproduksi memenuhi persyaratan keamanan yang ditetapkan agar tidak mengganggu, merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.

Tabel 3.1.15

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Pengendalian, Pengawasan serta tindak lanjut pengawasan SPPIRT dan Nomor P-IRT sebagai Izin produksi, untuk produk makanan minuman tertentu yang dapat

diproduksi oleh IRT

No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Program

Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan Dan

Makanan Minuman

Penerbitan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dan Nomor P- IRT sebagai Izin Produksi, untuk produk makanan minuman tertentu yang dapat diproduksi oleh industry rumah tangga

Pengendalian, Pengawasan serta tindak lanjut

pengawasan SPPIRT dan Nomor P-IRT sebagai Izin produksi, untuk produk makanan minuman tertentu yang dapat

diproduksi oleh IRT

438.694.000 383.096.144

9) Angka kesakitan DBD dan Angka kematian DBD Tabel 3.1.16

Target Realisasi dan Capaian

Indikator Angka kesakitan DBD dan Angka kematian DBD No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021 2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori 9 Angka kesakitan

DBD (Insiden rate/IR) <

per100.00

0 48 50 10 12,7 43.17 11.8 47.5 18.9 160.2 Sang atBaik

(25)

50/100.000 penduduk

10 Angka kematianDBD (CFR)

% dari jumlah penderi ta

1,6 2 1 1,5 0.23 1.69 1.6 2.4 50 Kurang

- Angka kesakitan DBD (Insiden rate/IR) < 47,5/100.000 penduduk.

a. Indikator kinerja

Capaian Indikator Angka kesakitan DBD (Insiden rate/IR) sebesar 160,2%

dengan target sebesar <47,5 per 100.000 penduduk, dan sampai dengan bulan Desember tahun 2021 terdapat sebanyak 201 kasus dengan Insiden Rate/IR sebesar 18,9 per 100.000 penduduk. Indikator ini adalah angka yang menunjukkan jumlah penderita DBD baru yang ditemukan dan tercatat di Kabupaten Boyolali dalam 100.000 penduduk dan jika angka kesakitan masih dibawah 47,5 dikatakan berhasil. Angka 18,9 per 100.000 penduduk ini masih dibawah perkiraan estimasi, sehingga capaiannya berhasil.

Keberhasilan ini dapat tercapai karena ada peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku Hidup Bersih dan Sehat serta promosi kesehatan yang berkesinambungan.

Sedangkan peningkatan curah hujan di awal dan akhir tahun 2021 masih merupakan faktor alam yang menyebabkan peningkatan penyebaran DBD.

Upaya untuk menekan peningkatan penyebaran kasus DBD dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat dari puskesmas, pemerintah desa, kecamatan dan dunia swasta dan memberikan pemahaman bahwa fogging bukan upaya pencegahan demam berdarah akan tetapi cara yang paling mudah dan murah ialah memotivasi seluruh warga melakukan PSN dengan 3M Plus secara rutin dan berkesinambungan serta mengembangkan pengendalian vektor lingkungan alami dengan cara mengembangbiakkan tanaman pengusir nyamuk dan ikan pemakan jentik.

b. Efesiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan:

- Melibatkan lintas sector terkait (pemerintah desa dan kecamatan) untuk mengurangi penyebaran kasus DBD.

- Menggunakan anggaran secara terpadu untuk ketercapaian indicator lain yang sejenis, sehingga penggunaan anggaran lebih efisien.

10) Angka kematian DBD (Case Fatality Rate/CFR)

a. Target indikator kinerja angka kematian DBD adalah angka yang menunjukkan prosentase kematian kasus DBD yang tercatat di Kabupaten Boyolali dari seluruh penderita, dengan target sebesar <1,6% dari jumlah penderita DBD. Pada tahun 2021 realisasi CFR sebesar 2,4%, sehingga capaian kinerja tidak tercapai atau melebihi dari angka yang ditargetkan. Jumlah penderita DBD pada tahun 2021 sebanyak 201 orang sedangkan kasus kematiannya sebanyak 5 orang.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:

- Pengetahuan masyarakat yang menganggap bahwa ketika menderita sakit DBD lebih dianggap demam biasa dan tidak segera memeriksakan sehingga menyebabkan terlambat penanganannya atau sampai di fasilitas kesehatan sudah kondisi buruk sehingga menyebabkan fatal (kematian).

(26)

- Penderita sering berpindah-pindah dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas kesehatan lain dalam proses pengobatan sehingga memperlambat pendiagnosaan

Alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan meningkatkan upaya promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat dari puskesmas, pemerintah desa, kecamatan dan dunia swasta serta memberikan sosialisasi bahwa fogging bukan upaya pencegahan demam berdarah. cara yang paling murah dan mudah adalah dengan memotivasi seluruh warga melakukan PSN dengan 3M Plus secara rutin dan berkesinambungan serta mengembangkan pengendalian vektor lingkungan secara alami dengan mengembangbiakkan tanaman pengusir nyamuk dan ikan pemakan jentik.

b. Efesiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan:

- Melibatkan lintas sector terkait (pemerintah desa dan kecamatan) untuk mengurangi penyebaran kasus DBD.

- Menggunakan anggaran secara terpadu untuk ketercapaian indicator lain yang sejenis, yaitu Angka kesakitan DBD (Insiden rate/IR) < 47,5/100.000 penduduk dan Angka kematian DBD (Case Fatality Rate/CFR) sehingga penggunaan anggaran lebih efisien. Anggaran yang tersedia sebesar Rp.94.635.000,- dan terserap sebesar Rp.86.150.354,-. sehingga terdapat efisiensi sebesar 8,9%.

c. Analisis Program/ kegiatan

Untuk melaksanakan indikator tersebut diatas, dilaksanakan dengan sub kegiatan Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular (DBD), serta dengan program Pencegahan dan penanggulangan penyakit dan kegiatan Pencegahandan penanggulangan penyakit tular vector dan zoonotik ditingkat puskesmas yang dibiayai dari anggaran BOK berupa penyelidikan dan epidemiologi DBD, pemberantasan sarang nyamuk, fogging.

Tabel 3.1.17

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular

No Program Kegiatan Sub

Kegiatan

Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular (DBD)

Rp. 94.635.000 Rp.

86.150.354

11) Prosentase jumlah orang yang ditest HIV dan menerima hasil Tabel 3.1.18

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Angka kesakitan DBD dan Angka kematian DBD

(27)

No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori 11 Prosentase jumlah

orang yang ditest HIV

dan menerima hasil % 50 70,4 100 112,66 77 57.18 50 64.1 128.2 Sang atBaik

a. Kinerja prosentase jumlah orang yang ditest HIV dan menerima hasil pada tahun 2021 ditargetkan 50% dari target keseluruhan sebanyak 15.546 orang, yaitu sebanyak 7.773 orang, pada tahun 2021 terealisasi sebanyak 9.971 orang atau terealisasi 64,1% sehingga capaian kinerja prosentase jumlah orang yang ditest HIV dan menerima hasil di tahun 2021 sebesar 128,2%.

Keberhasilan indikator ini dipengaruhi adanya penambahan layanan PDP (Perawatan Dukungan Pengobatan) yang sebelumnya hanya ada 3 layanan menjadi 13 layanan PDP dan dukungan KPA (Komisi Penanggulangan Aids) dalam memotivasi dan membantu pelaksanaan tes HIV terutama pada populasi kunci. Populasi kunci terdiri dari bu Hamil, Pasien TBC, Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS WPS), Wanita Penjaja Seksual (WPS), Lelaki Suka Lelaki (LSL), Waria/Transgender, dan Pengguna Jarum Suntik (Penasun) serta Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Hal tersebut juga sudah tertuang dalam lampiran Keputusan Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Boyolali Nomor 440/0044/4.2/Tahun 2021 Tanggal 08 Maret 2021 tentang Penetapan Rincian Target Standar Pelayanan Minimal.

Sedangkan apabila sesuai dengan target SPM, capaian sebagai berikut : Tabel 3.1.19

Target Pemeriksaan Populasi Kunci HIV NO POPULASI KUNCI TARGET

(ORANG) CAPAIAN

(ORANG) %

1 Ibu hamil 14.970 14.057 93,90

2 Penderita TBC 474 488 102,95

3 Penderita Infeksi Menular Seksual (IMS)

30 16,67 15,06

4 Wanita Penjaja Seks (WPS)

20 19 94,00

5 Lelaki Suka Lelaki (LSL) 20 9 45,00

6 Waria/ Transgender 20 5 25,00

7 Pengguna Jarum Suntik (Penasun)

2 2 100,00

8 Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP)

10 177 1.770

Jumlah 15.546 14.762 95,00

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pelaksanaan kegiatan program HIV dengan layanan PDP yang sebelumnya hanya dilayani 3 (tiga) fasilitas kesehatan yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah Pandanarang, Puskesmas Boyolali 1 dan Rumas Sakit Umum Simo, maka di tahun 2021 ada penambahan layanan PDP di 8 puskesmas dan reaktifasi 2 puskesmas sehingga total layanan menjadi 13 fasilitas kesehatan sehingga memperluas jangkauan layanan. Atas hal tersebut maka layanan program HIV lebih efisien dan efektif dengan mengoptimalkan anggaran yang ada.

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan.

(28)

Dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan program ini dilakukan dengan cara : - Penyampaian komunikasi, informasi, dan edukasi / KIE tentang HIV termasuk

promosi kesehatan penggunaan alat pencegahan yang efektif (kondom, lubrikan (pelumas), alat suntik steril.

- Pelayanan pemeriksaan laboratorium berupa skrining (deteksi dini) HIV, dan pelayanan konfirmasi diagnosis rujukan ke layanan pengobatan Anti Retroviral (ARV).

12) Angka keberhasilan pengobatan TB paru yg terkonfirmasi Tabel 3.1.20

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Angka keberhasilan pengobatan TB yang terkonfirmasi No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

12 Angka keberhasilan pengobatan TB yang

terkonfirmasi ≥85% % >85 86 98,6 95,77 84.27 85.53 85 80.09 94.22 Baik

a. Target indikator kinerja Angka keberhasilan pengobatan TB paru yang terkonfirmasi adalah angka yang menunjukkan persentase pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil pemeriksaan apusan dahak ulang (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Data Indikator ini sebagai gambaran jumlah penderita TBC yang berobat dan telah dinyatakan sembuh.

Target indikator ini pada tahun 2021 sebesar ≥ 85% terealisasi pada tahun 2021 sebesar 80,09%, sehingga baru tercapai 94,22%.

Dalam melaksanakan kegiatan untuk pencapaian indikator ini yang menghambat keberhasilan adalah :

1. Masih rendahnya kesadaran sebagian pasien untuk berobat, karena merasa hanya batuk biasa.

2. Sebagian pasien tidak kembali ke Fasyankes untuk melanjutkan pengobatan karena alasan biaya, jauh dari tempat tinggal, malu dan bahkan merasa sudah sembuh sebelum masa pengobatan selesai.

3. Jejaring antara RS dan Puskesmas belum terbentuk sehingga pasien yang putus obat tidak bisa dilacak keberadaannya.

4. Sistem rujuk balik dari RS ke FKTP belum optimal.

Sedangkan faktor yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan adalah :

1. Peningkatan kemampuan petugas kesehatan untuk diagnosa dan penatalaksanaan TBC.

2. Peningkatan kemampuan petugas untuk memberikan edukasi dan konseling yang baik kepada pasien dan keluarga.

3. Ketersediaan logistic TBC, terutama obat-obat yang cukup .

4. Adanya peningkatan peran serta dari LSM atau pihak swasta yang mendampingi.

5. Adanya kader TBC yang membantu mendampingi pasien yang sedang pengobatan

6. Adanya bimbingan dari RSUD Muwardi untuk penatalaksanaan pasien TBC Resisten Obat sebelum diserahkan ke Puskesmas.

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

(29)

Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan untuk melakukan program ini dengan melakukan kerjasama lintas sektor pencegahan dan pengendalian TBC dengan Global Fund dan bekerjasama dengan LSM yang bergerak dibidang TBC yaitu SSR Semar eks Aisyiyah Kabupaten Boyolali, sehingga pelaksanaan kegiatan dengan penyediaan anggaran yang ada dapat tercapai dengan maksimal. Adapun penyediaan anggaran sebesar Rp. 1.874.561.000, dan dari anggaran tersebut sebesar Rp. 1.871.619.008,- dapat terserap untuk pengadaan bahan habis pakai Catrigde TCM untuk penegakan diagnose TBC serta HIV, dilakukan dengan e katalog.

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan.

Untuk melaksanakan indikator ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan penanggulangan penyakit dan kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular langsung, dengan alokasi anggaran yang terbesar digunakan untuk pengadaan bahan habis pakai HIV dan TBC yang ditujukan untuk bahan habis pakai serta obat HIV dan TB.

Tabel 3.1.21

Realisasi Anggaran Sub Kegiatan

Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular

No Program Kegiatan Sub Kegiatan Anggaran Realisasi 1. Pemenuhan

Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Penyediaa n Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan tingkat Daerah

Pelayanan Kesehatan Penyakit Menular dan Tidak Menular (HIV dan TB)

1.874.561.000 1.871.619.008

13) Persentase desa/kel. yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM Tabel 3.1.22

Target, Realisasi dan Capaian

Indikator Persentase desa/kel. yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM

No INDIKATOR

KINERJA SATUAN Target Akhir Renstra REALISASI TAHUN TAHUN 2021

2016 2017 2018 2019 2020 Target Realisasi Capaian Kateg

ori

13

Persentase desa/kel. yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM

% 50 10,8 21 41,19 50 53 50 65 130 Sang

atBaik

a. Target Kinerja

Target kinerja indikator ini sebesar 50% desa/kelurahan dari sejumlah 267 desa/kel melaksanakan posbindu PTM, sedangkan realisasinya sebanyak 174 desa/kelurahan (65%), sehingga capaian kinerja sebesar 130%. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM yaitu deteksi dini

(30)

dan monitoring faktor risiko PTM secara rutin minimal pada 10% penduduk usia ≥ 15 tahun di wilayah tersebut.

Hambatan yang dihadapi pada tahun 2021, yaitu dalam masa pandemi tidak semua posbindu yang telah terbentuk dapat melaksanakan kegiatan.

Tabel 3.1.23

DATA POSBINDU TAHUN 2021

No NAMA JUMLAH DESA JUMLAH POSBINDU

JUMLAH %

1 Puskesmas Selo 10 5 50%

2 Puskesmas Ampel 10 13 130%

3 Puskesmas Gladaksari 10 7 70%

4 Puskesmas Cepogo 15 5 33%

5 Puskesmas Musuk 10 0 0%

6 Puskesmas Tamansari 10 3 30%

7 Puskesmas Boyolali 1 4 1 25%

8 Puskesmas Boyolali 2 5 3 60%

9 Puskesmas Mojosongo 13 13 100%

10 Puskesmas Teras 13 8 62%

11 Puskesmas Sawit 12 8 67%

12 Puskesmas Banyudono 1 9 9 100%

13 Puskesmas Banyudono 2 6 3 50%

14 Puskesmas Sambi 16 9 56%

15 Puskesmas Ngemplak 12 12 100%

16 Puskesmas Nogosari 13 13 100%

17 Puskesmas Simo 13 9 69%

18 Puskesmas Karanggede 16 8 50%

19 Puskesmas Klego 1 7 7 100%

20 Puskesmas Klego 2 6 3 50%

21 Puskesmas Andong 16 16 100%

22 Puskesmas Kemusu 10 3 30%

23 Puskesmas Wonosegoro 11 8 73%

24 Puskesmas Wonosamodro 10 6 60%

25 Puskesmas Juwangi 10 2 20%

267 174 65%

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan untuk melakukan program ini dengan melakukan kegiatan yang efisien, sehingga menggunakan anggaran yang ada dengan capaian yang maksimal. Sedangkan anggaran yang terserap sebesar Rp 314.957.670,-.dari anggaran Rp. 330.849.000 yang tersedia, sehingga terjadi efisiensi anggaran sebesar 5% atau Rp. 15.891.330,-

c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan.

Untuk melaksanakan indikator ini dilaksanakan dengan program Pemenuhan Upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat ,Sub Kegiatan Pengelolahan Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi, dengan bentuk kegiatan pembinaan kader Posbindu PTM untuk meningkatkan ketaatan dalam pelaksanaan Posbindu, termasuk dalam anggaran ini adalah untuk melakukan

Referensi

Dokumen terkait

– Jika memang Sudah di Ganti Keyboard Baru tapi tetap tidak terdeteksi Juga Coba Ganti dengan Keyboard USB dan apabila tidak terdeteksi Juga berarti ada yang salah Pada

Penyediaan Layanan Kesehatan Untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota,.. 27125833 Belanja Alat Kedokteran Gigi BLUD

 Puskesmas sebagai ujung tombak penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) diharapkan dapat mengaktifkan upaya Perkesmas dalam

1 Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota. 25036262 Badan Layanan Umum Daerah (

2021 pada Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat pada Kegiatan Penyediaan

1. Penyediaan Fasilitas Pelayanan, Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan Untuk UKP Rujukan, UKM Dan UKM Rujukan Tingkat Daerah Provinsi. Hasil yang dicapai adalah Cakupan

No Kegiatan Kode RUP Nama Paket Sumber Dana Lokasi Keterangan Pagu. 1 Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat

• Dokter harus mampu melakukan upaya kesehatan perseorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dengan ciri berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu