11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Relevan
Berdasarkan data yang ada peneliti menemukan kesamaan judul penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan dengan judul
“pencegahan Covid-19 di tempat ibadah”. Kurangnya hasil penelitian terdahulu terkait isu dan tema pencegahan covid-19 di tempat ibadah membuat peneliti mencari refrensi dengan kesamaan tema untuk memperkaya bahan kajian pada penelitian. Hasil yang didapatkan oleh peneliti berdasarkan kesamaan yang ada, adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sadiah, Uwoh Saefulloh,dkk pada tahun 2020, dosen Universitas Islam Negeri Bandung atau UIN Bandung, dengan judul ”Strategi Pengelolaan Jamaah Masjid Melalui Pendidikan Nilai”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe yang digunakan dalam peneleitian ini merupakan deskriptif analisis, dalam artikel menurut Djudju Sudjana dalam Dewi Sadiah 2015:4 merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk melihat masalah yang akan diteliti agar dapat lebih luas dan mendalam dalam mengeksplor masalah.
penelitian ini bertujuan untuk menjaga kemananan dan kenyamanan jamaah masjid di masa pandemi Covid-19 di Masjid Al-Muhajirin Bandung dan untuk mengetahui strategi pengurus masjid mengembalikan fungsi masjid di masa pandemi melalui pendidikan nilai.
12
Hasil penelitian ini pengurus masjid membuat strategi untuk memberdayakan jamaah masjid selama Pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan pemerintah memberikan surat keputusan mengenai social distancing yang wajib untuk dilaksanakan. Pengurus masjid melakukan
pemberdayaan untuk memberi kenyamanan jamaah masjid, sebab mereka merasa masyarakat lebih banyak dan sering datang ke masjid Muhajirin
Hasil wawancara peneliti menyatakan bahwa mereka memilih beberapa masyasarakat sekitar untuk menjadi perwakilan yang menyetujui strategi takmir. Strategi tersebut adalah memaksimalkan prokes dengan sholat di rumah dan meliburkan sementara waktu kegiatan masjid yang ada. Masyarakat juga diminta bergotong-royong menyemprotkan disinfektan pada masjid dan rumah warga. Cara ikhtiar lain yang dilakukan oleh DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) memberikan tausiyah secara online melalui grup WA dan menggelar doa bersama agar wabah Covid-19 bisa segera hilang. DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) juga selalu menghimbau seluruh jamaahnya melalui pesan online WA dengan tetap mematuhi protokol kesehatan agar virus Covid-19 bisa segera hilang. Takmir juga bekerja sama dengan salah satu kampus islam ternama di bandung UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk membuat handsanitizer yang memiliki standar BPOM.
(Sadiah, Saefulloh, Sabet, & Amin, 2020).
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan saat ini. Penelitian saya sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan deskriptif analisis jenis studi kasus. Teknik
13
pengumpulan data yang saya gunakan juga memiliki kesamaan yaitu menggunakan wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan saat ini. Lokasi penelitian dan fokus penelitian saya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya dengan judul
“Strategi Pengelolaan Jamaah Masjid Melalui Pendidikan Nilai” berfokus pada pengelolaan jamaah melalui pendidikan nilai sedangkan, penelitian saya dengan judul “Strategi Pengurus Masjid Untuk Mencegah Penularan Covid-19” berfokus pada strategi pengurus untuk mencegah penluran Covid-19 di masjid. Lokasi yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya berlokasi di Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, penelitian saya berlokasi di Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Shodiqin, Rohmanur Aziz dkk pada tahun 2020 oleh dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian dengan judul “Model Pemberdayaan Jamaah Masjid Mengahadapi Dampak Coronavirus Disease 2019”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian aksi-reaksi yang termasuk dalam eksperimen sosial yang merupakan suatu aksi bekerjsama dengan masyarakat untuk menghasilkan suatu perubahan dalam kebijakan, untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi masalah sesuai kebutuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari penyelesaian konflik terkait dengan dikeluarkannya fatwa MUI mengenai diharuskannya setiap masjid di tutup sementara, sholat jum’at digantikan dengan sholat dhuhur yang
14
dilaksanakan di rumah masing- masing hingga surat perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait pelaksanaan PSBB dan cara DKM dalam memberdayaakan jamaah dalam menghadapi dampak Covid-19.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa teknologi dapat di manfaatkan untuk kebaikan seperti menyebarkan ilmu dan tausiyah secara online di masa pandemi.
Pada penelitian ini menjelakan pentingnya menjaga keutuhan dalam suatu wilayah baik wilayah besar maupun wilayah kecil.
Pemberdayaan masjid yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya bekerjasama dengan masayrakat, DKM dan HIRA (Himpunan Remaja Masjid). Pemberdayaan yang dilakukan peneliti sebelumnya agar masyarakat disekitar masjid Al-Mu’minun mampu menghadapi dampak dari pandemi Covid-19. Seluruh pihak masjid berupaya agar masyarakat dapat tetap hidup normal sekalipun terjadi beberapa kendala.
HIRA juga berupaya untuk membuat suatu program website bantuan sosial secara online agar masyarakat yang membutuhkan bantuan kebutuhan sehari-hari dapat langsung tertangani. Berdasarkan penjelasan oleh salah seorang anggota HIRA mereka juga merasakan kendala atas dibuatnya website bantuan sosial online diantaranya, kurangnya komunikasi yang jelas karena terkendala data internet dan kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar tentang perkembangan teknologi. HIRA memberikan solusi lain terkait hal ini yaitu dengan dibaginya tim yang mengatur bantuan sosial online dan bantuan sosial offline (Shodiqin, Aziz, Dewi, & fitriani diesy, 2020).
15
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang saya lakukan penelitian sama-sama melibatkan pengurus masjid dan jajarannya dalam keberlangsungan penelitian. Penelitian saya dan penelitian sebelumnya sama-sama membahas topik Covid-19 yang melanda Indonesia di era new normal.
Perbedaan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian. Jenis penelitian yang saya gunakan adalah deskriptif analisis sedangkan, yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah jenis penelitian aksi-reaksi. Penelitian sebelumnya berfokus pada pemberdayaan menghadapi dampak virus corona sedangkan, penelitian yang saya lakukan berfokus pada strategi pengurus masjid dalam mencegah virus corona di masjid. Penelitian sebelumnya dengan penelitian saya juga memiliki perbedaan pemilihan lokasi. Lokasi sebelumnya berada di Desa Rancakek Wetan, Kecamatan Rancakek, Kabupaten Bandung. Penelitian saya berlokasi Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Asni Tafrikhatin, mahasiswa Teknik Elektronika, Politeknik Dharma Patria, pada 2020 dengan judul
“Penerapan Kran Otomatis Guna Pencegahan Covid-19 Untuk Masjid Jami’ Al-Istiqomah”. Penelitian ini menggunakan 3 metode penelitian yaitu, observasi, studi literature dan eksperimen yang dirasa dapat lebih mudah dan setiap metodenya menghabiskan waktu sekitar 7 hingga 14 hari.
16
Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin membantu pemerintah dalam mewujudkan era gaya hidup baru dan membantu jamaah masjid Al-Istiqomah agar dapat beribadah di masjid dengan nyaman selama virus Covid-19 masih ada. Hasil pada penelitian ini menyatakan pertengahan tahun 2020 saat pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait era new normal dimana hal ini merupakan harapan dari pemerintah agar masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan virus Corona. Surat mengenai era gaya hidup baru di berlakukan karena, pemerintah merasa masyarakat Indonesia sudah mulai membangkan dengan peraturan yang ada.
Surat keputusan pemerintah di tanggapai dengan baik dan dijalankan langsung oleh beberapa takmir, pelaksanaan dari ibadah dimasjid tetap harus merapkan protokol kesehatan 3M agar angka covid- 19 dapat terus ditekan atau bahkan turun. Setiap masjid yang memiliki struktur kepengurusan, telah menyusun sebuah strategi untuk mencegah munculnya kasus baru virus corona. Masjid Al-Istiqomah menjadi lokasi salah satu peneliti untuk membantu pemerintah mewujudkan era new normal. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan yaitu
pembuatan kran otomatis guna untuk mencegah penularan virus corona melalui sentuhan benda. Pada percobaan awal peneliti meletakkan kran biasa namun, masyarakat tidak tertarik, beberapa waktu setelahnya peneliti melakukan percobaan kran otomatis dan masyarakat sangat antusias.
17
Percobaan kedua ini dilengkapi sensor proximity, sensor jarak jauh yang menanggapi benda didepannya dengan jarak tertentu, peneliti melakukan pengamatan dengan percobaan keduanya dan banyak masyarakat yang tertarik untuk mencuci tangannya menggunakan kran otomatis, bahkan peneliti mengungkapkan jumlah pengguna kran otomatis meningkat hingga 2 kali dari kran biasa. Peneliti memaparkan hal ini terjadi karena masyarakat penasaran dengan cara kerja dari kran otomatis (Tafrikhatin, 2020).
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang saya lakukan. Penelitian sebelumnya dengan penelitian saya sama-sama berfokus pada topik coivid-19 dan pada pencegahan di masjid.
Perbedaaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang saya lakukan. Penelitian sebelumnya berlokasi di kelurahan Setrojenar, kecamatan Buluspesantren, kabupaten Kebumen. Penelitian yang saya lakukan berlokasi di Kelurahan Tulusrejo, kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian sebelumnya berfokus pada eksperimen dalam pencegahan covid-19 sedangkan penelitian saya berfokus pada strategi pengurus masjid mencegah covid-19.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sihabudin Zuhri, Agus Lili Suhali dkk, pada September 2020 oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan judul “Pemberdayaan Jamaah Masjid Al-Ihya Cigugur Pada Masa Covid-19”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang memberikan gambaran langsung di lapangan. Tujuan penelitian ini
18
adalah untuk memberdayakan jamaah masjid dan mengembalikan fungsi masjid sebagiamana mestinya, sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh nabi dan juga agar masyarakat dapat kembali beribadah bersama dimasjid.
Hasil penelitian ini menyatakan masjid tidak hanya sebagai sarana untuk beribadah namun, masjid juga tempat menuntut ilmu dan bertukar pikiran, seperti membahas isu-isu Negara mulai dari politik, ekonomi, budaya dll. Hal ini dipaparkan peneliti dengan alasan pada zaman nabi masjid juga digunakan sebagai tempat musyawarah antara nabi dengan penduduk sekitar madinah.
Pemberdayaan jama’ah yang dilakukan oleh DKM, dengan membuat 3 program pada isu kesehatan, ekonomi dan keagamaan. Isu-isu yang dipilih oleh DKM sudah melalui musyawarah dan memilih permasalahan yang mendapatkan dampak yang sangat besar dari pandemi covid-19 yang mulai merebak sejak awal Maret 2020. Pemberdayaan yang dilakukan oleh DKM menggunakan bantuan media sosial agar, program yang telah dibuat oleh DKM dapat berjalan lancar dan dapat diberikan pada sasaran yang tepat. Tindakan yang dilakukan oleh DKM mendapatkan respon positif dari masyarakat, kegiatan yang boleh dilakukan di masjid hanya sholat berjama’ah dengan menerapkan prokes.Kegiatan keagamaan lainnya tidak hilang namun, dialihkan menjadi kegiatan online dengan program yang sama. Hal lain yang menjadi keuntungan adalah jamaah dapat mengakses setiap informasi mengenai kegiatan yang diadakan oleh masjid dimana saja dan kapan
19
saja. Bahkan jamaah juga dapat mengikuti tausiyah secara rutin tanpa harus datang ke masjid dan bertatap muka (Zuhri, lili suhali, Whidin, &
azka maulana, 2020).
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sedang saya lakukan. Penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan penelitian saya sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian sebelumnya dengan penelitian saya juga memiliki kesamaan dalam pemilihan topik yaitu pandemi covid-19.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sedang saya lakukan. Penelitian saya dengan penelitian sebelumnya memiliki perbedaan dalam pemilihan lokasi. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebelumnya berlokasi di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
Penelitian yang saya lakukan berlokasi Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian sebelumnya berfokus pada pemberdayaan jamaah sedangkan penelitian yang saya lakukan berfokus pada startegi pengurus masjid dalam mencegah penularan covid-19.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Nurseri Hasnah Nasution dan Dr.
Wijaya pada 2020, dengan judul “Manajemen Masjid Pada Masa Pandemi Covid-19”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif literatur dengan pendekatan penelitian kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai virus corona mulai dari pengertian hingga cara penyebaran virus dan mendeskripsikan kepada masyarakat mengenai manajemen yang benar masjid di masa pandemi covid-19.
20
Hasil penelitian ini menjelaskan corona virus yang datang dan memaksa pemerintah membuat kebijakan baru demi kebaikan bersama namun, hal ini tidak akan berjalan tanpa manajemen yang baik saat menjelaskan dan memahamkan pada masyarakat. Pada masa pandemi virus corona manajemen sangat dibutuhkan untuk semua bidang, baik kesehatan, ekonomi, politik, budaya dan agama. Hal besar yang menjadi pertimbangan pemerintah tidak hanya tentang ekonomi dan kesehatan tapi, juga agama. Agama dalam hal ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pemikiran umat manusia. Banyak masyarakat yang mulai melaksanakan ibadah dengan taat dimasa-masa seperti ini, hal ini dikarenakan masyarakat percaya jika terus mamanjatkan do’a maka, penyakit yang melanda seluruh dunia akan segera dihilangkan.
Manajemen dalam agama sangatlah penting, peneliti dalam hal ini befokus pada manajemen masjid dimana, peneliti sangat menganjurkan agar setiap masjid memiliki manajemen dalam menekan pertumbuhan kasus baru. Beberapa masjid dianjurkan untuk membuat struktur bidang penanganan covid-19. Struktur bidang ini dapat membuat strategi agar masyarakat nyaman dan tenang ketika beribadah di masjid pada masa era new normal sesuai dengan harapan awal pemerintah (Nasution, 2020).
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah penelitian terdahulu merupakan penelitian kepustakaan dimana, penelitian ini berlangsung hanya seputar pada teori dan pengalaman tekstual dari peneliti-peneliti sebelumya. Penelitian yang
21
sedang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan dengan jenis penelitian studi kasus.
B. KAJIAN KONSEP 1. Covid-19
Corona Virus Desease 2019 atau yang lebih akrab di telinga
masyarakat dengan sebutan Covid-19 merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi dari severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus yang dibawa oleh SARS-CoV-2
adalah virus transmisi dari hewan kepada manusa, virus ini dinyatakan sensitive terhadap panas dan dapat dinonaktifkan dengan disinfektan (Nasution, 2020). Virus Corona merupakan penyakit infeksi yang menyerang sistem pernafasan hingga mengakibatkan kerusakan paru- paru permanen atau infeksi paru-paru berat. Pada awal Virus Corona muncul dan menjadi pandemi gejala yang ditunjukkan berupa deman tinggi hingga 38 derajad celcius, pilek, batuk, kesulitan bernafas dan mudah lelah. Seiring dengan berjalannya waktu virus terus bermutasi hingga menunjukkan gejala yang berbeda yaitu: diare, munculnya ruam merah pada seluruh kulit dan hilangnya indra penciuman. Gejala- gejala tersebut dapat terlihat setelah 2 minggu melakukan kontak dengan penderita. Menurut dokter Nasution dan rekannya melalui tulisan artikelnya (Nasution, 2020) memaparkan bahwa beberapa ahli medis menyatakan bahwa penyakit ini bukan penyakit yang
22
mematikan namun, penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit berbahaya dikarenakan,
a) Penyakit infeksi.
b) Virusnya sangat mudah menyebar.
c) Penularannya sangat cepat.
d) Penularan dapat melalui kontak langsung dengan penderita.
e) Lebih rentan tertular pada orang dengan riwayat penyakit dalam seperti : asma, paru-paru dan jantung.
f) Kerusakan pada paru-paru secara permanen seringnya, terjadi pada lansia, orang dengan penyakit turunan dan perokok.
Penelitian yang dilakukan oleh banyak Negara yang terjangkit virus Corona termasuk Indonesia telah melakukan sebuah riset. Bahwa virus Corona dapat menular melalui berbagi hal antara lain, melalui droplet penderita (Nasution, 2020).
a) Pertama melalui sentuhan dari benda yang terkena percikan air dari batuk atau bersin penderita virus Corona. Hal ini sering terjadi pada sebagian orang yang masih belum mengerti cara menutup hidung atau mulut saat bersin ataupun batuk, akibatnya percikan air liur yang keluar mengenai benda sekitar. Berdsarkan hal tersebut pemerintah menganjurkan untuk menerapkan 3M dimana, salah satunya sering mencuci tangan terutama setelah bepergian.
b) Kedua, ketika secara tidak sengaja mengirup droplet dari penderita virus Corona. Ketidaksengajaan yang dimaksudkan adalah ketika seseorang tersebut menyentuh benda, yang baru saja terkena percikan air dari hidung atau mulut penderita lalu, menyentuh area segitiga (hidung, mulut dan mata) pada wajahnya. Hal ini pula yang menjadi
23
salah satu alasan pemerintah menganjurkan masyarakat menggunakan masker saat keluar rumah dan mencuci tangan saat sesampainya di rumah.
c) Ketiga, ketika melakukan kontak secara pribadi atau personal dengan penderita virus Corona. Alasan kuat yang melatarbelakangi pemerintah memberikan peraturan menjaga jarak adalah untuk mengurangi penyebaran virus Corona melalui kontak langsung.
Pemerintah memberikan sebuat cara dengan mengeluarkan surat edaran dan menjadikan masyarakat sebagai garda utama pencegahan virus Pemerintah mendemonstrasikan sebuah startegi pencegahan berupa 3M yaitu mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker. Beberapa ahli medis memberikan arahan bagaimana cara menutup hidung saat bersih dan bagaimana cara menutup mulut saat batuk, serta memahamkan jenis masker yang sesuai anjuran.
Pemerintah juga telah melakukan penyemprotan dengan skala besar pada beberapa pulic area. Pemerintah juga menganjurkan agar masyarakat melakukan cek suhu sebelum memasuki ruangan atau tempat dengan jumlah orang yang banyak dan terakhir pemerintah dan ahli medis juga menganjurkan untuk selalu menyediakan handsanitizer (Tafrikhatin, 2020).
2. Strategi
Strategi dalam bahasa Yunani disebut sebagai strategia yang artinya ilmu perang. Strategi dapat diartikan juga sebagai sebuah ketrampilan atau seni yang digunakan untuk mengatur suatu kondisi
24
atau peristiwa. Menurut KBBI edisi kedua (1989) dalam bukunya Strategi Pembelajaran Bahasa, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Strategi merupakan suatu pola yang digunakan secara menyeluruh untuk memandu suatu peristiwa atau kejadian yang telah direncanakan. Berdasarkan pemaparan dari pengertian strategi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang untuk melaksanakan rencana agar lebih terarah dan tepat pada sasaran.
Ahli medis telah mengungkapkan bahwa virus ini tidak mematikan namun, tergolong dalam virus yang berbahaya karena termasuk dalam jenis penyakit infeksi dan virusnya sangat agresif.
Strategi yang disiapkan oleh pemerintah untuk mencegah atau menghentikan penyebaran virus adalah di buatnya undang-undang mengenai covid-19, pemerintah juga mengeluarkan peraturan teirkait pembatasan kegiatan. Beberapa hal dapat dilakukan pemerintah namun, resiko yang diberikan juga tidak main-main, sampai saat ini strategi yang sudah dapat dilihat hasilnya adalah PSBB terbukti angka Covid-19 yang menurun di beberapa daerah. Cara kedua yang juga terlihat hasilnya adalah PPKM Mikro (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Mikro), strategi ini dilakukan agar masyarakat dapat tetap produktif dengan melakukan kegiatan meskipun virus Corona masih belum benar-benar hilang (Ristyawati, 2020).
3. Tempat Ibadah
25
Tempat ibadah merupakan tempat suci yang digunakan oleh semua orang yang beragama untuk berdo’a menyembah Tuhannya.
Tempat ibadah merupakan sarana yang menjadi simbol dari keberadaan orang beragama, tempat ibadah juga merupakan tempat untuk memperoleh pendidikan agama lebih baik yang dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari (Asmara, Syauqi Ahsan,
& Odi Rachmawan, 2020). Dalam hal ini orang yang beragama adalah orang yang menyakini adanya Tuhan dan mengikuti setiap ajaran- ajaran yang dibawa oleh utusan Tuhan. Banyaknya jumlah agama yang ada di Indonesia membuat ragam jenis tempat ibadah semakin banyak.
Tempat ibadah yang dijadikan fokus penelitian adalah masjid, masjid secara etimologis memiliki arti sujud, tunduk dan patuh. Dilihat dari pengertiannya yang mengarah pada kata patuh dan tunduk masjid tidak hanya digunakan untuk melaksanakan sholat saja namun, juga untuk melaksanakan segala kegiatan yang mengarah pada tunduk dan patuh atas perintah Allah SWT. Masjid menurut al-Qur’an terletak pada QS Al-Hajj 22:40, masjid disebut sebagai tempat untuk menyebut nama-nama Allah, dalam hal ini menyebut nama Allah sama halnya dengan berdzikir, mengaji dan sholat (Syafe’i, 2016).
Sejak zaman para nabi hingga saat ini bagi seorang muslim laki-laki, melaksanakan perintah sholat di masjid merupakan perkara yang wajib dilakukan. Sholat di masjid pada saat ini sedikit sulit untuk dilakukan hal ini dikarenakan, saat ini Indonesia telah diserang oleh penyakit infeksi dengan virus ganas yang mudah menyebar. Akibat
26
yang diberikan oleh penyebaran virus tersebut, membuat beberapa daerah terpaksa menutup tempat-tempat umum termasuk masjid dan mengalihkan kegiatan sholat di rumah masing-masing. Beberapa bulan setelah masjid di beberapa daerah di tutup, pemerintah memberikan izin untuk membuka kembali masjid dan melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat muslim laki-laki dapat memenuhi tanggung jawabnya. Dalam pembukaan kembali tentu saja, pemerintah akan memberikan peraturan untuk pencegahan penyebaran virus Corona antara lain: penyediaan handsanitizer, penyemprotan disinfektan, lantai masjid tanpa karpet, tidak berlama-lama di masjid dan tetap menjaga jarak 1M.
MENCEGAH PENULARAN COVID-19 PADA JAMA’AH MENURUT KEMENKES
Lonjakan virus Corona yang ada di Indonesia semakin meresahkan masyarakat, kementerian kesehatan pada awalnya telah menerapkan protokol kesehatan yang dikenal dengan 3M. Seiring dengan berjalannya waktu, kementerian kesehatan merubah protokol tersebut menjadi 5M.
Perubahan pada protokol yang ada merupakan usaha dari pemerintah untuk menjaga keamanan masyarakat. Pada awal tahun 2021 kondisi di Indonesia memaksa pemerintah terutama pemerhati kesehatan, untuk memperketat protokol kesehatan. Pada pertengahan tahun 2021 pemerintah memutuskan untuk merubah sekali lagi protokol kesehatan menjadi 7M. Protokol 7M diantaranya : selalu menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas, menghindari makan bersama
27
orang asing dan menghindari foto bersama tanpa masker. Protokol kesehatan yang digalakkan oleh kementerian kesehatan berlaku bagi seluruh wilayah di Indonesia baik dengan jumlah masyarakat terinfeksi banyak atau sedikit. Hal ini, menjadi bukti bahwa masyarakat yang datang ke tempat ibadah sekali pun wajib untuk mendisiplinkan diri dengan protokol kesehatan. Himbauan untuk takmir dalam menjalankan protokol kesehatan di masjid, berupa : membersihkan area masjid luar dan dalam berikut dengan tempat wudhu’
menggunakan disinfektan, memberikan batas untuk tiap jama’ah sejauh 1 meter, mengingatkan jama’ah untuk membawa peralatan sholat, mempersingkat waktu ibadah, memantau informasi Covid terkini, jama’ah dengan gejala dilarang masuk. Adapun himbuan yang diberikan kementerian kesehatan untuk jama’ah : menjaga jarak, memakai masker, lansia dan anak- anak beribadah di rumah dan hindari kontak fisik.
C. Kajian Teori
Teori Interaksi Simbolik-Herbert Mead
Berdasarkan fakta dari fenomena yang ada di lapangan, peneliti memutuskan landasan yang akan digunakan saat melakukan observasi yaitu Interaksi Simbolik. Interaksi simbolik merupakan ciri khas dari aktivitas manusia, aktivitas yang dimaksud adalah komunikasi dan pertukaran simbol dengan disertai makna dalam buku Teori-Teori psikologi Sosial (2010).
Teori interaksi simbolik menjadi teori yang relevan sebagai landasan dalam fokus pada penelitian yang sedang berlangsung yakni strategi dari pengurus untuk mencegah penularan pada jama’ah. Strategi yang berakar dari pemikiran yang akan berujung pada tindakan sosial sejajar dengan
28
pengertian yang ada. Peneliti menggunakan konsep Diri dari Interaksi Simbolik yang dikemukakan oleh Mead. Konsep tentang Diri terbagi atas simbol dan komunikasi, pikiran dan perkembangan diri. Sesuai dengan pemaparan dari contoh simbol diatas maka, peneliti akan menjelaskan simbol adalah suatu bentuk dari implus yang memiliki makna dan nilai bagi manusia dan respon manusia terhadap simbol ditunjukkan melalui makna dan nilai bukan melalui perkembangan fisik pada alat indranya. Penggunaan simbol dan makna terbagi atas 2 :
1. Simbol dan makna digunakan secara sengaja sebagai sarana komunikasi.
2. Simbol dan makna digunakan secara tidak sengaja dan spontan untuk merespon.
Berdasarkan pandangan Mead mengenai simbol dan makna, merupakan isyarat yang dimiliki oleh manusia tersebut berfungsi sebagai alat untuk melakukan adaptasi, yang memungkinkan setiap individu tersebut terlibat dalam tindakan sosial dengan merujuk pada benda atau sebaliknya. Interaksi simbolik tidak hanya membicarakan tentang simbol dan makna, insteraksi simbolik juga membicarakan tentang pikiran. Setiap interaksi yang terjadi manusia selalu menafsirkan apa yang mereka pikirkan melalui tindakan baik secara verbal maupun non verbal. Pikiran merupakan bagian integral dari proses sosial, dengan kata lain masyarakat harus lebih dulu ada sebelum adanya pikiran. Pikiran merupakan cara untuk menunjukkan makna diri sendiri kepada masyarakat luas mengenai kapasitas dan sejauh mana manusia tersebut mengenal dirinya sendiri.
29
Mead melihat pikiran adalah sesuatu yang pragmatik sesuatu yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Pandangan Mead dalam hal ini sejajar dengan pandangan Scrutz, pengetahuan yang dimiliki dan disimpan oleh individu dapat digunakan sebagai ciri khas, dalam menunjukkan suatu makna dari objek atau situasi baik kepada diri sendiri sendiri maupun kepada orang lain. Ciri khas dari setiap individu di tentukan oleh segala yang yang berhubungan dengan tujuan, kepentingan bahkan harapan dari pengalaman masa lalu.
Sama halnya dengan pikiran diri manusia juga dapat berkembang, perkembangan yang terjadi pada diri manusia di tandai dengan pengalaman yang menjadikan manusia sebagai objek bagi dirinya sendiri. Pengalaman pada diri diperoleh melalui proses pengambilan peran, yang dilakukan dengan cara menginternalisasikan norma dari kelompoknya di mulai dari keluarga hingga masyarakat luas. Menurut Mead perkembangan diri dapat di lihat saat masa anak-anak, dua fase umum yang ada pada masa perkembangan yaitu fase permainan (play-stage) dan fase pertandingan (game-stage). Teori Mead menjelaskan sebelum memasukki fase permainan maka, hal yang harus lebih dulu dimiliki adalah bahasa elementer atau bahasa tingkat dasar. Tahap permainan yang dimaksud oleh Mead adalah perkembangan dari pengambilan peran dasar orang lain yang dianggap penting oleh anak-anak saat melihat diri mereka sendiri melalui perspektif orang lain. Fase ini di tandai dengan spontanitas dari perilaku pada anak- anak, orang-orang penting yang berpengaruh besar pada pembentukan perilaku anak adalah orang tua yang berinterkasi secara intensif dengan
30
anak. Pada tahap selanjutnya, fase pertandingan yang merupakan proses pengambilan peran orang lain secara umum yakni masyarakat. Pada tahap ini anak memandang individu sebagai objek dalam arti sesungguhnya, melalui tahap pertandingan seorang anak dapat memilih peran menjadi siapapun sekaligus melihat dirinya sendiri, melalui berbagai perspektif bergantung pada perspektif yang digunakan oleh setiap orang yang dijumpainya.
Pandangan Mead pada tahap pertandingan, setiap individu yang telah berada di tahap ini dapat dipastikan telah memperoleh konsepsi diri secara tetap atau tidak berubah-ubah. Suatu diri dapat dikatakan secara lengkap telah berkembang ketika, ia sebagai anggota dari suatu kelompok yang terorganisir dan melibatkan diri dengan aktivitas sosial. Perkembangan diri paling penuh di tandai dengan kemampuan yang semakin meningkat untuk memahami kelompok lain yang lebih kompleks.
Berdasarkan buku Pengantar Interaksi Simbolik halaman 301- 316 salah satu dari 2 aliran mengenai interaksi simbolik adalah mahzab Chicago yang di pelopori oleh Blumer dengan melanjutkan penelitian dari Mead.
Penelitian tidak dapat dilakukan secara bergantian atau perwakilan, peneliti harus mampu memberikan empati pada subjek yang diteliti. Interaksi simbolik merupakan percakapan (tatap muka) timbal balik yang terjadi secara interpersonal. Blumer menyatakan jika peneliti ingin memahami fenomena masyarakat maka, 2 hal yang harus dilakukan adalah berpartisipasi langsung agar lebih dekat dengan subjek dan memeriksa data yang akurat.
31
Blumer mengembangkan pemikiran dari Mead mengenai dasar dari interaksi simbolik, yaitu:
1. Konsep diri ( manusia bukanlah organisme yang bergerak dibawah perintah stimulus, namun objek dari pemikirannya sendiri ).
2. Konsep perbuatan ( perbuatan manusia itu terbentuk karena proses interaksi dengan diri sendiri, perbuatannya itu bukan hasil biologis melainkan konstruksi ).
3. Konsep objek (memandang manusia hidup di tengah-tengah objek, penamaan atau penentuan objek di tentukan oleh pemkiran orang itu sendiri).
4. Konsep interaksi sosial ( interaksi yang merupakan maksud kita memahami keadaan orang lain, terjadilah sebuah interaksi yang tidak hanya gerak-gerik saja namun simbol-simbol ).
5. Konsep tindakan bersama ( tindakan yang muncul dari pemikiran beberapa orang dan di satukan atau dicocokkan ).
Kelima dasar inilah yang secara tidak langsung mnejelaskan tentang keeratannya dalam interaksi simbolik, dimana komunikasi terjadi antara simbol-simbol yang telah di sepakati bersama. Simbol tidak hanya sebuah indeks atau tanda tapi, juga kata-kata (verbal), perilaku (non verbal) dan objek yang di sepakati. Pemahaman akan simbol-simbol dalam berkomunikasi di nilai penting karena dapat mempengaruhi keefektifan dalam berkomunikasi. 3 hal penting tentang konstruksi interaksi simbolik, yaitu :
1. Fokus menganai interaksi pelaku dan lingkungan.
2. Interaksi yang terjadi merupakan proses struktur dimanis bukannya statis.
32
3. Nilai yang di miliki untuk menginterpretasikan lingkungan atau masyarakat.
Menurut George Herbert Mead interaksi simbolik secara terang-terangan membahas tentang konsep diri, yang menganggap ini adalah sebuah proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain Manusia merupakan makhluk yang bersifat sensitif aktif kreatif dan inovatif keberadaan manusia itu sendiri sangat menentukan bentuk dari lingkungan sosialnya dan dirinya sendiri secara efektif. Bahwa konsep diri dapat terlihat sebagai bentuk objek maupun subjek di waktu yang bersamaan, maksud dari objek yaitu karakter dasar dari makhluk lain dalam mencapai kesadaran diri dan pengambilan sikap. Hal ini Ini digunakan untuk dirinya dalam situasi sosial menjelaskan konsep ini sebagai bentuk pengambilan peran orang lain, diri akan mengalami proses internalisasi subject atas realitas struktur yang luas. Dalam hal ini subjek berbentuk I Atau saya, sedangkan objek berbentuk daku atau me. Perkembangan diri manusia berjalan sesuai dengan pengalaman manusia itu sendiri sebagai objek bagi diri.
Konsep Bummer lebih mengarah pada kekhasan interaksi antara manusia itu sendiri, kekhasan itu ditunjukkan melalui menerjemahkan, mendefinisikan tindakan seseorang hingga tanggapan atas reaksi orang lain. Blumer menyatakan bahwa, setiap orang akan mendefinisikan segala bentuk informasi atau mengumpulkan atau mengelompokkan sesuai dengan kecenderungan tindakannya. Hal inilah yang membentuk lingkungannya (objek), berikut dengan perilakunya dalam hal ini mempelajari masyarakat
33
disebut sebagai tindakan bersama. Dasar perspektif interaksi simbolik menurut Blumer :
1. Masyarakat merupakan manusia yang berinteraksi dan membentuk struktur sosial.
2. Interaksi merupakan hubungan antar sesama manusia, non simbolis merupakan stimulus-respon sedangkan simbolis merupakan penafsiran tindakan.
3. Objek tidak memiliki makna dan makna merupakan produk dari interaksi simbolik.
4. Manusia melihat dirinya sendiri sebagai sebuah objek.
5. Tindakan atau pemikiran manusia merupakan interpretasi dari dirinya sendiri.
6. Tindakan tersebut dilakukan secara berulang, disamakan dengan masyarakat sekitar dan disebut sebagai tindakan bersama lalu terciptalah kebudayaan.
Manusia merupakan makhluk yang saling berinteraksi satu sama lain tidak hanya itu namun juga antara manusia itu sendiri dengan lingkungannya atau alam ciptaan. Interaksi yang terjadi pada manusia diakibatkan oleh sesuatu di luar dirinya, inilah yang menyebabkan manusia menciptakan simbol untuk mempermudah komunikasi. Simbol yang ada telah disepakati bersama, baik dalam bentuk bahasa tulisan atau yang lainnya yang telah disepakati bersama dan bersifat dinamis (Ahmadi, 2008).
Proses sosial menurut Mead terbagi atas dua fase yaitu aku dan daku. Aku merupakan bentuk diri yang subjektif, mendefinisikan mengenai sistuasi yang cenderung bertindak secara tiba-tiba atau spontan mengikuti keinginan hati.
Daku merupakan bentuk dari pengambilan peran atau sikap orang lain dalam suatu kelompok tertentu. Pemilihan teori Interaksi Simbolik dikarenakan
34
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Mead setelah seseorang tersebut berada pada tahap pertandingan maka, orang tersebut akan menjadikan masyarakat luas sebagai role models atau contoh. Dimana dalam fase ini setiap orang dapat melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain, dengan kata lain ketika seseorang tersebut tinggal di lingkungan dengan masyarakat yang senang mencuri maka, dia pun akan menjadi orang yang senang mencuri. Seperti keadaan saat ini, di tengah pandemi covid-19 seluruh masyarakat dianjurkan dengan ketat untuk menerapkan protokol kesehatan.
Dimanapun dan kapanpun masyarakat wajib menerapkan protokol termasuk saat melaksanakan kegiatan ibadah, saat pengurus dari tempat ibadah tidak menerapkan protokol kesehatan maka, jama’ah dari tempat ibadah tersebut juga tidak akan menerapkan protokol. Hal inilah yang memperkuat alasan dari peneliti untuk menggunakan teori dari Geoerge H. Mead tentang Interaksi Simbolik.
Diluar dari teori G.H.Mead peneliti juga sedikit menggunakan konsep tentang Health Belief Model. Health Belief Model sendiri ada sejak tahun 50-an, pada saat itu HBM muncul dikarenakan suatu kegagalan dari program pencegahan penyakit. HBM sendiri lebih banyak bicara mengenai perilaku terhadap gejala penyakit dan cara penyembuhan, perilaku kesehatan sendiri di dasari atas 6 hal yaitu: faktor sosial, genetik, emosional, gejala dan tanda, kepercayaan pasien dan kepercayaan dokter. Dimana hal ini bertujuan agar seseorang tersebut mampu untuk menentukan suatu sikap terkait kesehatan terhadap dirinya sendiri. Konsep ini juga digunakan untuk memecahkan
35
permasalahan kesehatan dimasyarakat, beberapa konsep yang membentuk Health Belief Model :
1) Perceived Susceptibility (kesadaran diri sendiri akan penyakit yang di deritanya dan mendorongnya untuk hidup lebih sehat).
2) Perceived Severity (keparahan akan suatu penyakit yang di rasakan dengan dasar dari informasi yang diterima baik melalui tenaga medis ataupun orang yang pernah mengalami hal yang sama).
3) Perceived Barriers (hambatan-hambatan yang terjadi pada diri individu untuk menerapkan hidup sehat).
4) Perceived Benefit (manfaat yang dirasakan individu bila merasakan perilaku hidup sehat).
5) Self Efficacy (kemampuan diri untuk melakukan suatu hal yang baru namun, saat dinilai itu bermanfaat hanya saja tidak mampu dilakukan maka, hal itu tidak akan pernah dilakukan).