• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak dan Luas Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak dan Luas Wilayah"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

33

A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik

a. Letak dan Luas Wilayah

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Jawa khususnya di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya di pesisir Pantai Selatan.

Berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah (Semarang). Terletak antara 7032’’ LU -7054’’LS dan 109047’28’ BT’-11008’20”BT. Memiliki luas wilayah 1.034,82 Km², atau 3,18 persen dari total luas Jawa Tengah. Terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan.

Berikut batas-batas wilayah Kabupaten Purworejo dengan wilayah sekitarnya:

Sebelah Timur : Kabupaten Kulonprogo dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebelah Utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen

Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Pada penelitian ini mencakup 3 kecamatan yang menjadi sampel penelitian mewakili sampel kota, pinggiran, dan desa. Yaitu Kecamatan Purworejo sebagai wilayah kota, Kecamatan Banyuurip sebagai wilayah pinggiran, dan Kecamatan Pituruh sebagai wilayah desa.Secara administrasi ketiga kecamatan yang dijadikan sampel dari Kabupaten Purworejo memiliki presentase luas, dan jumlah desa/kelurahan masing-masing sebagai dapat ditampilkan dengan Tabel 4.1, yaitu sebagai berikut :

(2)

Tabel 4.1 Pembagian Administrasi Kabupaten Purworejo

Kecamatan Luas Wilayah(Ha) Presentase Desa/Kelurahan

Purworejo 52.72 5,10% 25

Banyuurip 45.08 4.36% 27

Pituruh 77.42 7,48% 49

( Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 ) b. Penggunaan Lahan

Dari luas keseluruhan wilayah di atas, berikut penjabaran penggunaan lahan pertanian dan tanah pada lokasi sampel penelitian :

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Pertanian dan Tanah Kering pada Lokasi Penelitian

Kecamatan Tanah Sawah (Ha) Tanah Kering (Ha) Jumlah(Ha) Purworejo 1535.51 30% 3532.60 70% 5068.11 Banyuurip 2777,30 62% 1731.24 38% 4508.54 Pituruh 2454,12 31% 5288,24 68% 7742,36 ( Sumber :Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 )

Sedangkan penjabaran lanjutan dari penggunaan tanah kering adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Penggunaan Tanah Kering pada Lokasi Penelitian Penggunaan Tanah

Kering

Kecamatan

Purworejo Banyuurip Pituruh

Bangunan/Halaman (Ha)

794.12 441.35 2 519,84

21% 25% 48%

(3)

Tegal/ Kebun(Ha)

2 758.28 1 095.92 1 464,95

74% 63% 28%

Tambak/Kolam

- 15.25 -

- 1% -

Lainnya (Ha)

184.17 178.72 1 303,45

5% 10% 24%

Jumlah (Ha) 3 736.57 1 731.24 5 288,24

( Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 )

Penggunaan lahan berhubungan dengan manusia dan alam itu sendiri.

Sitanala Arsyad (1989 : 207) mengartikan penggunaan lahan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Pada tabel di atas dapat dilihat pola penggunaan lahan yang berbeda antar wilayah penelitian.

Wilayah desa dan pinggiran lebih luas digunakan lahan sawah dari pada wilayah kota. Wilayah kota didominasi oleh penggunaan lahan kering.

Penggunaan lahan ini juga bisa memberikan informasi sektor pekerjaan yang dominan terdapat di suatu daerah. Wilayah desa dan pinggiran bisa jadi banyak yang bekerja sebagai petani dan wilayah kota banyak yang bekerja di sektor formal.

(4)

Peta 4. 1 Permukiman (Sumber : Peneliti)

(5)

Berdasarkan Peta Pola Permukiman di atas dan data statistik daerah dapat disimpulkan terkait perbedaan ketiga profil kecamatan tersebut. Kecamatan Purworejo yang diasumsikan sebagai wilayah kota memiliki wilayah permukiman yang luas jika dibandingkan dengan total masing-masing wilayah. Dan berdasarkan data statistik persentase tanah sawah sebesar 30%. Sehingga tersisa 70% yang dimanfaatkan sebagai sektor non pertanian. Walaupun Kecamatan Purworejo bukan tergolong kota besar, tapi klasifikasi ini tetap bisa disematkan karena kecamatan ini merupakan Ibu Kota Kabupaten Purworejo.

Kecamatan Banyuurip yang letaknya di batas sebelah selatan dari Kecamatan Purworejo dan diasumsikan sebagai wilayah pinggiran.

Memiliki ciri-ciri hampir mengikuti kota. Beberapa pola permukiman yang ada di Kecamatan Purworejo melewati batas dan berlanjut ke Kecamatan Banyuurip. Walaupun pola permukiman tidak sepadat di wilayah kota dan persentase lahan sawah yang tergolong masih lebih besar, tapi pola permukiman yang merembet dari perbatasan wilayah dapat menjadi bukti akan kenampakan urban sprawl yang terjadi di Kecamatan Banyuurip. Dan berpotensi menjadi objek daerah pengkotaan. Kecamatan yang bersebelahan bagian selatan dari Kecamatan Purworejo dengan lokasi yang berdekatan langsung dengan Ibukota Kabupaten membuatnya mendapat efek rembetan atas kebutuhan pembangunan permukiman dari Kecamatan Purworejo.

Berikut adalah penjelasan Anggitirawati dkk dalam Artikel URBAN SPRAWL di KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO PADA TAHUN 2004 – 2014 (Sebagai Suplemen Bahan Ajar dalam Pembelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas Kelas XII Kompetensi Dasar Menganalisis Pola Persebaran dan Interaksi Spasial Antara Desa dan Kot. 2014;2014(4):1–13.

“Salah satu kota yang sedang berkembang dan mengalami fenomena seperti ini adalah Kota Purworejo. Kota Purworejo memang bukan termasuk kota besar seperti layaknya Jakarta, Bandung, atau Surabaya, namun karena

(6)

perkembangannya kota ini menjadi semakin ramai dan pusat kotanya menjadi semakin padat sehingga sifat kekotaannya merembet ke daerah pinggiran kota, salah satunya di Kecamatan Banyuurip.”

Untuk wilayah Kecamatan Pituruh yang diasumsikan sebagai wilayah desa. Dibuktikan dengan luas lahan sawah yang persentasenya menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2020 di atas wilayah kota yaitu 31% sedikit lebih luas dibanding Kecamatan Purworejo yang luas total wilayahnya tidak sebanding dengan Kecamatan Pituruh. Letaknya yang jauh dari wilayah kota juga bisa menjadi alasan. Karena berakibat akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan di Kabupaten kurang terjangkau.

2 . Kondisi Sosial

Penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2020 berjumlah 718.316 jiwa Kabupaten Purworejo dengan luas wilayah 1034,82 Km² maka kepadatan penduduk setiap Km² sebesar 694.

Berikut rincian untuk sampel wilayah penelitian:

Tabel 4.4 Kependudukan Wilayah Penelitian

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km²) Jumlah

Kepadatan Penduduk ( Jiwa /

)

Pertumbuhan Penduduk

1 Purworejo 52.72

85640 1642 0,26 2 Banyuurip 45.08

41308 916 0,26

3 Pituruh 77.42 52274 568 0,26

( Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 )

Dalam hal ini kependudukan jumlah penduduk Kecamatan Purworejo yang diasumsikan sebagai wilayah kota adalah terbanyak 85.650 jiwa dan terpadat 1.642 jiwa/ . Kecamatan Banyuurip sebagai wilayah pinggiran memiliki kepadatan kedua yaitu 916 jiwa/ dan Kecamatan Pituruh sebagai wilayah desa berada pada urutan terakhir yaitu 568 jiwa/ .

(7)

Kondisi ekonomi yang dapat dilihat perbedaannya berdasarkan data yang ada yaitu pada data statistik ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi.

Terdiri dari pertokoan, pasar permanen, pasar semi permanen, pasar tanpa bangunan, minimarket/ swalayan, toko/ warung kelontong, restoran/ rumah makan, warung/ kedai makanan, dan hostel/ motel/ losmen/ wisma.

Berikut rincian dari masing-masing wilayah penelitian : Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Ekonomi pada Wilayah Penelitian

N o

Sarana dan Prasarana

Ekonomi Purworejo Banyuurip Pituruh

1 Kelompok Pertokoan 9 2 8

2 Pasar 8 8 6

3 Minimarket/ Swalayan 20 5 3

4 Toko/Warung Kelontong 907 396 280

5 Restoran/ Rumah Makan 40 8 201

6 Warung/Kedai Makanan 552 149 106

7 Hostel/Motel/Losmen/Wisma 12 3 39

Jumlah 1548 571 643

( Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 )

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana ekonomi yang terdapat pada tiga wilayah yang diasumsikan sebagai kota, pinggiran, dan desa menampakkan perbedaan yang bisa membuktikan asumsi tersebut.

Kecamatan Purworejo yang diasumsikan sebagai kota memiliki jumlah sarana dan prasarana ekonomi sebesar 1548. Kecamatan Banyuurip dengan luas wilayah 45.08 Km² wajar memiliki 571 unit sarana dan prasarana ekonomi. Kecamatan Pituruh yang luas wilayahnya 77.42 Km² juga tetap berada setengah dari jumlah sarana dan prasarana Kecamatan Purworejo.

Sarana lembaga keuangan dan koperasi juga bisa menjadi tolok ukur kondisi perekonomian. Berhubungan dengan melancarkan pertukaran produk (barang dan jasa), menghimpun dana dari sektor rumah tangga (masyarakat) dalam bentuk tabungan dan menyalurkan kepada sektor perusahaan dalam bentuk pinjaman, dan memberikan analisis dan informasi

(8)

ekonomi, memberikan jaminan, dalam arti bahwa lembaga keuangan mampu memberikan jaminan hukum dan moral mengenai keamanan dana masyarakat dipercayakan kepada lembaga keuangan tersebut, Berikut tabel jumlah sarana lembaga keuangan dan koperasi yang terdapat di wilayah penelitian.

Tabel 4.6 Sarana Lembaga Keuangan dan Koperasi pada Wilayah Penelitian N

o

Sarana Lembaga Keuangan dan Koperasi

Purworej o

Banyuuri

p Pituruh

1 Lembaga Keuangan 38 16 14

2 Koperasi 15 13 8

Jumlah 53 29 22

( Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 )

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Purworejo yang diasumsikan sebagai wilayah kota memiliki 53 unit sarana lembaga keuangan dan koperasi, Kecamatan Banyuurip yang diasumsikan sebagai wilayah pinggiran memiliki 29 unit, dan Kecamatan Pituruh yang diasumsikan sebagai 22 unit. Sehingga kesimpulan yang diambil adalah, kota memiliki kebutuhan akan keberadaan lembaga keuangan dan koperasi yang lebih dibandingkan Kecamatan Banyuurip yang berada di urutan kedua sebagai wilayah pinggiran, dan Kecamatan Pituruh yang memiliki jumlah sarana lembaga keuangan dan koperasi yang paling sedikit.

Dalam bidang sosial khususnya terkait akses pendidikan juga memperlihatkan pola yang sesuai dengan asumsi per wilayah. Jumlah sekolah bisa menjadi tolok ukur dalam kondisi sosial di suatu wilayah.

Meliputi sekolah dasar, menengah, atas, dan sampai perguruan tinggi.

Berikut tabel yang menampilkan jumlah sekolah dari setiap kecamatan yang menjadi sampel wilayah penelitian.

(9)

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan pada Wilayah Penelitian

No Sarana Pendidikan Purworejo Banyuurip Pituruh

1 SD Sederajat 49 30 41

2 SMP Sederajat 9 6 7

3 SMA Sederajat 16 8 4

4 Perguruan Tinggi 2 2 0

Jumlah 76 46 52

(Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020)

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebutuhan akan sekolah di ketiga sampel wilayah penelitian tersebut memvalidasi kebutuhan tiap wilayah penelitian, berdasarkan jumlah penduduknya yang bersekolah dalam mendapatkan fasilitas sekolah. Kecamatan Purworejo yang diasumsikan sebagai kota jelas memiliki fasilitas sekolah terbanyak, yaitu sebesar 76 unit. Berbeda dengan kedua kecamatan yang lain yang menampilkan data lebih rendah daripada daerah kota, tapi tetep menyesuaikan jumlah penduduk. Kecamatan Banyuurip dengan jumlah 46 unit sekolah dan Kecamatan Pituruh dengan jumlah 52 unit sekolah. Yang digaris bawahi oleh peneliti dari sampel wilayah pinggiran dan sampel wilayah kota adalah terdapatnya akses perguruan tinggi pada wilayah pinggiran yaitu Kecamatan Banyuurip, sedang Kecamatan Pituruh sebagai asumsi wilayah desa tidak terdapat perguruan tinggi sama sekali.

Satu hal lagi yang bisa dijadikan ukuran yaitu akses penduduk wilayah dalam melakukan komunikasi. Bagi wilayah kota dan pinggiran tentu memiliki akses yang terpenuhi dan lebih mudah dibandingkan dengan wilayah desa. Berikut merupakan data statistik jumlah menara telepon seluler yang terdapat di wilayah sampel penelitian.

Tabel 4.8 Jumlah Menara Telepon Seluler (BTS) pada Wilayah Penelitian No Kecamatan Jumlah Menara Telepon Seluler (BTS)

1 Purworejo 20

2 Banyuurip 15

3 Pituruh 7

(10)

( Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka, 2020 )

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Purworejo yang diasumsikan sebagai kota memiliki jumlah menara telepon seluler yang paling banyak sejumlah 20. Kecamatan Banyuurip yang diasumsikan sebagai pinggiran menjadi urutan kedua yaitu sejumlah 15. Kecamatan Pituruh sebagai representasi desa berada di urutan paling bawah sebanyak 7.

Tentu jika dibandingkan dengan luas wilayah dan cakupannya sangat menggambarkan terkait akses dalam berkomunikasi sehingga akan sangat membedakan kemudahan instruksi sosial.

Data tambahan yang memberikan informasi terkait klasifikasi yang disematkan antara kota, pinggiran, dan desa. Dalam dokumen rencana tata ruang wilayah Kabupaten Purworejo. Dalam bab 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah pasal 8 Perda 27 Tahun 2011, menyatakan salah satunya rencana Kecamatan Purworejo sebagai pengmbangan pusat kegiatan lokal. Yang mana dalam definisinya merupakan pusat kegiatan lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Selanjutnya kawasan Kecamatan Banyuurip dan Kecamatan Pituruh direncanakan menjadi pusat pelayanan kawasan atau PPK yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

Kemudian masih dalam Perda 27 Tahun 2011, pada pasal 1 ayat 2 kemudian dijabarkan rencana tata ruang wilayah tentang rencana peningkatan jalan ruas Tentara Pelajar sepanjang kurang lebih 3 (tiga) kilometer melalui Kecamatan Banyuurip-Kecamatan Purworejo. Juga peningkatan jalan ruas batas kota Purworejo-Karangnongko (batas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) sepanjang kurang lebih 17 (tujuh belas) kilometer melalui Kecamatan Banyuurip-Kecamatan Purwodadi-Kecamatan Bagelen; Rencana itu juga akan dilakukan pada jaringan jalan strategis nasional rencana meliputi: pengembangan ruas Jalan Lingkar Barat

(11)

Purworejo, sepanjang kurang lebih 5 (lima) kilometer yang melalui Kecamatan Banyuurip-Kecamatan Bayan; pengembangan ruas Jalan Lingkar Selatan Purworejo sepanjang kurang lebih 4 (empat) kilometer yang melalui Kecamatan Banyuurip.

B. Hasil Penelitian

1. Fenomena Resiliensi di Masyarakat Purworejo terhadap Bencana Pandemi COVID19 di Tahun 2020

1) Fenomena Resiliensi Sosial

Bencana pandemik COVID-19 di Kabupaten Purworejo masih mengalami kenaikan. Sampel daerah yang diambil dan diasumsikan menjadi sampel daerah kota, daerah pinggiran, dan daerah desa.

Kesemuanya memiliki ciri khasnya masing-masing dalam bertahan. Untuk Kecamatan Purworejo sebagai wilayah kota, kasus yang terjadi per tanggal 1 Maret 2021 terdapat 193 suspek, 136 probable, 35 konfirmasi dirawat, dan 42 konfirmasi meninggal. Kecamatan Banyuurip sebagai daerah pinggiran dengan 56 suspek, 81 probable, 21 konfirmasi dirawat, dan 13 konfirmasi meninggal. Kecamatan Pituruh yang mewakili daerah desa terdapat 81 suspek, 27 probable, 14 konfirmasi dirawat, 9 konfirmasi meninggal.

Tabel 4.9 Data Sebaran Virus Corona (COVID-19) di Kabupaten Purworejo per 1 Maret 2021

No Kecamatan Suspek Probable Konfirmasi Dirawat

Konfirmasi Meninggal

1 Purworejo 193 136 35 42

2 Banyuurip 56 81 21 13

3 Pituruh 81 27 14 9

(Sumber : covid19.purworejokab.go.id)

Data suspek COVID-19 di Kecamatan Pituruh menduduki nomer dua teratas setelah wilayah kota. Berdasarkan hasil analisis surveilans, di Kecamatan Pituruh didominasi oleh pedesaan dengan wilayah yang luas,

(12)

meliputi 49 desa dengan luas total wilayah 77,42 Km² dan titik persebaran keterpaparan membuat jangkauan akses kesehatannya lebih sulit.

(13)

Tabel 4.10 Fenomena Resiliensi Sosial di Kabupaten Purworejo No Sub Indikator

Resiliensi Sosial

Sampel Kecamatan

Purworejo (Kota) Banyuurip (Pinggiran) Pituruh (Desa)

1 Pemerataan Edukasi

Ketaatan penggunaan masker lebih baik dari pada wilayah desa kurang lebih satu banding tiga (1:3)

Beberapa warga kurang

mengindahkan himbauan sehingga dilakukan upaya pembagian masker dan pemaksaan untuk tertib menggunakan masker saat keluar rumah.

Pelanggaran penggunaan masker lebih banyak dari pada wilayah kota kurang lebih tiga banding satu (3:1)

2 Kapasitas Komunikasi

Mediasi perangkat desa dengan warga akibat warga dari luar yang melaksanakan isolasi mandiri

- Rapat Pembinaan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) menghadirkan narasumber dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DINKUKMP)

- Proses tracing masyarakat yang terindikasi kontak erat dan bergejala mengarah ke COVID-19.

- Resisten terhadap arahan pencegahan COVID-19

- Kepercayaan masyarakat terhadap perangkat desa harus senantiasa ditingkatkan

- Meningkatkan kepercayaan bisa dengan kerjasama pemerintah

(14)

desa untuk lebih tanggap dalam memberikan bantuan komunikasi jika ada warga yang terinfeksi COVID-19 dengan pihak pemberi layanan kesehatan dan membantu semampunya warga yang sekiranya membutuhkan bantuan akibat terdampak COVID-19.

(15)

3 Kebutuhan Khusus

- Antisipasi prediksi penolakan pemudik dan penolakan tenaga medis (perawat) dengan menyiapkan tempat khusus untuk tempat tinggal sementara.

- Penerapan new habit (kebiasaan baru) diizinkan menggelar hajatan dengan menyewa hiburan organ tunggal, Dolalak atau Kuda Kepang dengan syarat memenuhi protokol kesehatan.

- Antisipasi prediksi penolakan pemudik dan penolakan tenaga medis (perawat) dengan menyiapkan tempat khusus untuk tempat tinggal sementara.

- Kegiatan hiburan bagi masyarakat pinggiran beberapa memanfaatkan lahan sempit yang tersisa melakukan penanaman sayur dan buah-buahan.

Mengecat lorong-lorong gang dan ruas-ruas jalan dengan sentuhan seni mural.

- Antisipasi prediksi penolakan pemudik dan penolakan tenaga medis (perawat) dengan menyiapkan tempat khusus untuk tempat tinggal sementara.

- Masyarakat desa menyalurkannya kebutuhan hiburan pada pengajian, pengajian lintas daerah, hiburan adat istiadat seperti jaran kepang, dan tayub (saweran) yang berpotensi menimbulkan kerumunan.

4 Kesehatan Mental dukungan

- Ketakutan terbesar ketika terpapar adalah pengucilan dan pandangan sebelah mata dari masyarakat sekitar.

- Dinas Kesehatan memutuskan

- Beberapa masyarakat diuji secara psikologis yakni takut mendapatkan sanksi sosial perihal keterpaparannya

yang berujung pada

menyembunyikan gejala yang

- Dinas Kesehatan memutuskan kebijakan tindakan medis dan/

atau non medis kepada pasien yang suspect dan/ atau terkonfirmasi COVID-19. Alasan

(16)

kebijakan tindakan medis dan/

atau non medis kepada pasien yang suspect dan/ atau

terkonfirmasi COVID-19. Alasan medis adalah jika pasien

kondisinya memburuk atau selama karantina mandiri, pasien tidak patuh dan malah nekat rumah.

dialami.

- Dinas Kesehatan memutuskan

kebijakan tindakan medis dan/ atau non medis kepada pasien yang suspect dan/ atau terkonfirmasi COVID-19. Alasan medis adalah jika pasien kondisinya memburuk atau selama karantina mandiri, pasien tidak patuh dan nekat keluar rumah.

medis adalah jika pasien kondisinya memburuk atau selama karantina mandiri, pasien tidak patuh dan nekat keluar rumah.

(17)

Pemerataan edukasi adalah upaya memberikan pemahaman yang merata ke seluruh masyarakat terkait kebencanaan. Tujuan dari pemerataan edukasi, agar dapat merespon atau mitigasi bencana dengan benar. Pemerataan edukasi menggambarkan perbedaan masing-masing kecamatan. Hal ini dibuktikan dari Laporan Paripurna Percepatan Penanganan COVID-19 di Kabupaten Purworejo oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Purworejo bidang pengamanan dan penegakan hukum melaporkan dalam operasi penegakan PERBUP No. 27 Tahun 2020 tentang penegakkan kewajiban masyarakat memakai masker ketika berada di luar rumah yang dilakukan pada tanggal 3 Juni 2020 ditemukan pelanggaran yang ditemui di Kecamatan Purworejo sebanyak 99 pelanggaran dalam satu hari. Sedangkan pada tanggal 9 Juni 2020 kasus pelanggaran yang ditemui di Kecamatan Pituruh adalah sebanyak 275 pelanggar. Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bahwasannya Kecamatan Purworejo sebagai representasi wilayah kota memiliki pemerataan edukasi yang lebih baik ketimbang Kecamatan Pituruh sebagai wilayah desa. Untuk Kecamatan Banyuurip dari hasil wawancara kepada Kepala Sie Ketertiban Masyarakat bahwa dalam pantauan lapangan, masih banyak masyarakat yang belum mengindahkan himbauan pemerintah untuk memakai masker. Padahal pemerintah sering melaksanakan patroli dan sosialisasi di fasilitas umum disertai pembagian masker. Juga upaya pemaksaan penggunaan masker bagi warga yang akan keluar rumah.

Kapasitas komunikasi adalah kemampuan komunikasi menyampaikan pesan dan informasi yang dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan dalam bencana. Tujuan dari kapasitas komunikasi adalah agar dapat merespon atau mitigasi bencana menyesuaikan dengan karakteristik bencana tersebut. Dalam kapasitas komunikasi, hasil wawancara dengan surveilans Kecamatan Purworejo tepatnya di Pandekluwih Lurah Purworejo bersama Bhabinkamtibmas melakukan mediasi antara warga asli dan salah satu

(18)

pendatang yang melakukan isoman. Surveilans Kecamatan Pituruh memberikan pernyataan bahwa permasalahan terkait pemahaman warga akan pencegahan COVID-19 memang diakui sulit. Beberapa kali surveilans Kecamatan Pituruh menemukan kasus-kasus resisten terhadap arahan pencegahan COVID-19. Maka upaya mengembalikan kepercayaan masyarakatlah yang terus dilakukan. Menurut Pak Arif selaku surveilans di Kecamatan Pituruh “Jika kepercayaan dari masyarakat sudah ada, maka ketaatan dalam melaksanakan akan lebih mudah”. Misalnya dengan kerjasama pemerintah desa dengan lebih tanggap dalam memberikan bantuan komunikasi jika ada warga yang terinfeksi dengan pihak pemberi layanan kesehatan dan membantu semampunya warga yang sekiranya membutuhkan bantuan akibat terdampak COVID-19. Ini merupakan salah satu cara yang diupayakan agar meningkatnya keterpercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa, sehingga mereka berupaya penuh patuh memenuhi arahan pencegahan COVID-19.

Gambar 4.1 Mediasi Warga oleh Perangkat Desa

(Sumber : kec-purworejo.purworejokab.go.id diakses pada 5 Juli 2021)

(19)

Gambar 4.2 Warga Desa Meminta Pihak Desa Mengusulkan Bantuan (Sumber : www.purworejo24.com diakses pada 9 Juli 2021)

Praktik kapasitas komunikasi di Kecamatan Banyuurip melalui Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melakukan upaya pembinaan terhadap Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan koordinasi antara Kecamatan dan pelaku usaha dalam pemberdayaan usaha kecil mikro dan menengah. Menghadirkan narasumber dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DINKUKMP) Kabupaten Purworejo. Praktik rutin ini biasa terselenggara dengan skala kabupaten. Di masa pandemi pun Kecamatan Banyuurip tetap melaksanakan kegiatan tersebut dengan skala kecamatan.

Dalam proses pencegahan lebih luas kita mengenal istilah tracing. Hal ini akan mudah manakala masyarakat jujur bersedia ditindak lanjut dalam pemeriksaan apabila terjadi kontak erat dan bergejala mengarah kepada COVID-19 oleh surveilans. Tetapi kenyataan di lapangan tidak begitu.

Beberapa masyarakat di Kabupaten Purworejo masih ada yang menyembunyikan perihal keterpaparannya. Bukan tanpa alasan karena warga sejatinya lebih takut diuji secara psikologis yakni mendapatkan sanksi sosial. Ketakutan seseorang jauh lebih besar ketika pengucilan dan

(20)

pandangan sebelah mata dari masyarakat sekitar. Sehingga paradigma seperti ini kadang menghambat dalam proses penanganan. Hal ini yang selalu coba dibahasakan baik oleh perangkat desa dan institusi otoritatif terkait. Normalisasi dan mencegah kepanikan yang diprediksi akan dialami masyarakat luas. Ini merupakan kebutuhan khusus yang harus dipenuhi.

Hal ini merupakan sub indikator pula dalam resiliensi sosial. Artinya kebutuhan khusus yang dibutuhkan saat bencana dan memiliki tujuan agar dapat terpenuhi dengan baik walaupun sedang terjadi bencana.

Poin terakhir dalam resiliensi sosial adalah Soal masalah dikucilkan sosial solusinya masuk dalam kategori kesehatan mental dukungan.

Merupakan dampak dari bencana berupa dukungan kesehatan mental.

Agar manusia dapat menerima bencana dan berusaha bangkit dari keterpurukan diri. Hal tersebut dibenarkan juru bicara tim gugus tugas penanganan COVID-19 dan solusi yang ditawarkan oleh dr. Darus selaku juru bicara tim gugus tugas penanganan COVID-19 saat dimintai keterangan oleh tim purworejo.24.com, akhirnya memutuskan kebijakan tindakan medis dan/ atau non medis kepada pasien yang suspect dan/ atau terkonfirmasi COVID-19. Alasan medis adalah jika pasien kondisinya memburuk, non medis bisa disebabkan oleh efek sosial (penolakan) di masyarakat atau selama karantina mandiri, pasien tidak patuh dan malah keluar rumah. Upaya ini dilakukan agar masyarakat yang terpapar dapat patuh dan akan lebih fokus untuk meningkatkan kekebalan tubuh demi melawan serangan virus tersebut, tanpa harus menerima beban ganda menerima respon masyarakat dalam menanggapi keterpaparan yang menimpanya.

Antisipasi dampak COVID-19 berupa penolakan oleh warga juga diupayakan dilakukan dengan cara menyiapkan Hotel Ganesha untuk tenaga medis (perawat) yang mungkin mendapat penolakan dari warga tempat tinggalnya. Prediksi penolakan warga pemudik juga diantisipasi dengan menampung mereka di. GOR Sarwo Edhi Wibowo dan Gedung Kesenian WR Soepratman.

(21)

Gambar 4.3 Penggunaan Hotel Ganesha untuk Antisipasi Penampungan Tenaga Kesehatan

(Sumber : purworejokab.go.id, diakses pada 5 Juli 2021)

Dalam pemenuhan kebutuhan hiburan beberapa wilayah memiliki cara yang berbeda. Ketika masa tanggap darurat COVID-19 di Kabupaten Purworejo berakhir, dan melakukan penerapan new habit (kebiasaan baru) Kemudian warga diizinkan menggelar hajatan dengan menyewa hiburan organ tunggal, Dolalak atau Kuda Kepang dengan syarat memenuhi protokol kesehatan dan sudah mendapatkan izin dari pihak kecamatan setempat. Untuk masyarakat Kecamatan Pituruh sering menyalurkannya pada agenda-agenda hiburan yang menimbulkan kerumunan, contohnya pengajian, pengajian lintas daerah, hiburan adat istiadat seperti jaran kepang, dan tayub (saweran). Kegiatan hiburan unik juga dilakukan oleh warga di Kecamatan Banyuurip, yaitu dengan memanfaatkan lahan sempit yang tersisa melakukan penanaman sayur dan buah-buahan. Mengecat lorong-lorong gang dan ruas-ruas jalan dengan sentuhan seni mural.

Pada kebutuhan khusus pula di semua wilayah kota, pinggiran, dan desa kesemuanya menyiapkan upaya koordinasi dan ijin untuk pelaksanaan- pelaksanaan acara-acara besar. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

(22)

penyebaran COVID-19 yang akan merugikan semua pihak. Walaupun dalam kenyataan di lapangan berdasarkan laporan ketiga kecamatan sampel penelitian, masih saja ada yang melakukan pelanggaran protokol kesehatan. Tapi setidaknya upaya ini dapat mengurangi penyebaran COVID-19 pada klaster acara-acara syukuran masyarakat.

Gambar 4. 4 Koordinasi Teknis Acara Pernikahan dengan Pihak Kecamatan sesuai Protokol COVID-19

(sumber: kec-purworejo.purworejokab.go.id, diakses pada 10 Juli 2021)

2) Fenomena Resiliensi Ekonomi

Alokasi utama pendanaan ini yaitu untuk masyarakat yang terpapar.

Bagaimanapun kejadian ini masuk dalam kategori bencana. Sehingga pemerintah memiliki kewajiban dan alokasi anggaran untuk meresponnya.

Terlebih kepada penduduknya yang terpapar. Peneliti tidak menemukan perbedaan spesifik pada ketiga wilayah baik kota, pinggiran, dan desa.

Dua poin yang menjadi pembahasan adalah penyelesaian ketergantungan masyarakat pada sektor tunggal dan akses kesehatan dalam merespon bencana.

(23)

Tabel 4.11 Fenomena Resiliensi Ekonomi di Kabupaten Purworejo No Sub Indikator

Resiliensi Ekonomi

Sampel Kecamatan

Purworejo (Kota) Banyuurip (Pinggiran) Pituruh (Desa) 1 Ketergantungan

Pekerjaan Sektor Tunggal

- Alokasi anggaran oleh Dinas UMKM Kabupaten Purworejo untuk bantuan ekonomi masyarakat terdampak dengan persyaratan tertentu dan diserahkan dengan rentang waktu tertentu.

- Alokasi anggaran desa dimaksimalkan juga untuk menangani COVID-19 sesuai kebutuhan dan otonomi pihak

- Memberikan proyek pembuatan masker untuk menjadi kegiatan yang diharapkan mampu menggiatkan ekonomi UMKM sekaligus kegiatan jaring pengaman ekonomi.

- Meningkatnya pelaku UKMM akibat pemutusan hubungan kerja

- Penghasilan UMKM berkurang drastic karena pembatasan sosial

- Penanganan petani bukan tidak mengalami masalah di tengah pandemi ini. Petani padi saat ini dihadapkan pada masalah turunnya hasil panen akibat serangan hama dan penyakit. Seorang petani padi

(24)

di Kecamatan Pituruh bahkan mengaku hasil panen padi saat ini turun hingga 90%. Lahan seluas 1 ering (sekitar 1750 meter persegi) yang biasanya menghasilkan 8 kuintal hingga 1 ton gabah, panen kali ini hanya mendapatkan 1 kuintal saja.

2 Akses Kesehatan Penanggungan biaya rumah sakit pasien terkonfirmasi COVID-19 ditanggung pemerintah.

(25)

Dalam buku Laporan Paripurna COVID-19 oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Purworejo dituliskan bahwa penganggaran COVID-19 menggunakan refokusing/realokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada Belanja Tidak Terduga (BTT) kepada perangkat daerah teknis. Yang dalam hal ini adalah 1). Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2). Rumah Sakit Umum daerah, 3) Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan 4) Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan.

Tabel 4. 12 Rekapitulasi anggaran dan realisasi Belanja Tidak Terduga No Perangkat

Daerah

Anggaran Realisasi Saldo

1 BPBD 1.199.989.900 1.113.821.488 86.168.412

2 RSUD 330.000.000 167.490.00 162.510.000 3 Dinsosduk

KBPPPA

465.183.800 242.682.900 222.500.900 4 Din KUKMP 160.094.600 119.947.700 40.146.900

Jumlah 2.155.268.300 1.643.942.088 511.326.212 (Sumber : Laporan Paripurna COVID-19 Kabupaten Purworejo)

(26)

Gambar 4. 5 Pemberian Bantuan di Kelurahan Mranti

(Sumber: kec-purworejo.purworejokab.go.id, diakses pada 10 Juli 2021)

(sumber: kec-banyuurip.purworejokab.go.id, diakses pada 10 Juli 2021)

Ketahanan ekonomi yang diserang saat datangnya bencana wabah menimpa seluruh struktur ekonomi masyarakat. Yang terdampak bukan hanya warga yang terpapar, tapi juga pekerja formal maupun informal dan pemerintah daerah maupun pihak swasta. Walaupun secara signifikan sangat mempengaruhi ekonomi menengah ke bawah. Dengan beberapa permasalahan di atas maka pemangku kebijakan tentu merumuskan kebijakan prioritas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Peneliti

Gambar 4. Penyaluran Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa

(27)

mencoba merangkum dari Laporan Paripurna Penanganan COVID-19 berupa beberapa kebijakan yang sudah dilakukan oleh otoritas terkait.

1. Mendata/memetakan wilayah rawan terdampak pandemi COVID-19 di seluruh desa-desa Kabupaten Purworejo pada bidang pertimbangan ekonomi.

2. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pemberian layanan sosial dasar penanganan COVID-19 di Kabupaten Purworejo berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang terdampak COVID-19 se-Kabupaten Purworejo

3. Melaksanakan pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk operasional kegiatan penanganan wabah COVID-19.

Ketergantungan pekerjaan sektor tunggal adalah ketergantungan pada pekerjaan yang memiliki karakteristik mudah dimasuki, lokal, beroperasi dengan skala kecil, padat karya, teknologi yang adaptif, dan bekal keahlian di luar pendidikan formal. Tujuan dari sub indikator ini adalah membuka seluas luasnya kesempatan kerja bagi pekerja yang tergantung sektor formal. Ketika awal pandemik Pemkab dalam hal ini Dinas Sosial dan Dinas UMKM mengalokasikan anggaran bantuan kepada seluruh masyarakat yang terpapar dan masyarakat yang terdampak secara ekonomipun dengan persyaratan tertentu. Setiap desa juga memiliki dana desa yang bisa dianggarkan untuk pemaksimalan penanganan COVID-19.

Alokasi setiap desa berbeda-beda, menjadi otonomi desa tergantung kekuatan dan kebutuhan yang dianggarkan. Adapun sumber bantuan lain dari swadaya masyarakat juga turut andil dalam mewarnai budaya saling peduli ini.

(28)

Gambar 4. 7 Pengecekan Penerima Bantuan Sosial

(Sumber: kec-purworejo.purworejokab.go.id, diakses pada 10 Juli 2021)

Upaya meningkatkan produktivitas UMKM dengan memberikan proyek pembuatan masker untuk menjadi kegiatan yang diharapkan mampu menggiatkan ekonomi UMKM sekaligus kegiatan jaring pengaman ekonomi. Masker yang diproduksi setelah jadi kemudian dikirimkan ke Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah. Untuk kebijakan yang membentuk kemandirian masyarakat terutama yang bekerja pada sektor informal belum peneliti temukan. Disamping jika pelaksanaan edukasi menimbulkan kerumunan juga kegiatan ini tentunya membutuhkan kemampuan dan ketersediaan akses teknologi.

Akses kesehatan yang mendukung resiliensi ekonomi dimana ia merupakan jalan masuk untuk mendapatkan layanan kesehatan. Memiliki tujuan agar masyarakat secara merata dapat memperoleh akses kesehatan yang baik saat bencana. Semua biaya perawatan rumah sakit bagi yang terkonfirmasi positif COVID-19 ditanggung oleh pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2016 tentang Pembebasan BiayaPasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu, pembiayaan pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi emerging tertentu dapat diklaim ke Kementerian Kesehatan melalui

(29)

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Klaim pembiayaan ini berlaku bagi pasien yang dirawat di rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan penyakit infeksi emerging tertentu.

3) Fenomena Resiliensi Institusi

Agenda rapat pada saat awal-awal pandemi dilakukan secara rutin berbeda ketika proses wawancara penelitian ini dilakukan, rapat cenderung dilakukan secara insidental. Bagaimanapun setiap kasus adalah bencana untuk pemerintah daerah. Dalam tim Satgas COVID-19 di kecamatan terdiri dari pihak SATGAS COVID-19 terdiri dari danramil, kapolsek, Kepala Seksi Pemberdayaan, Kepala Seksi Tramtibum, Kepala UPT Puskesmas, Kepala BP KKBPK, dan BPP Pertanian. Tugas ini juga didukung oleh bidang publikasi dan sosialisasi tim Gugus Tugas Percepatan COVID-19 Kabupaten Purworejo yaitu; melaksanakan komunikasi publik berupa siaran radio, pers release, dan pemaksimalan media sosial. Melaksanakan himbauan berupa pemasangan baliho dan spanduk di wilayah strategis. Melaksanakan sosialisasi/kampanye di tempat umum bersama dengan pembagian masker. Terakhir adalah bidang logistik melakukan tugas berupa pengadaan sarana prasarana untuk operasional penanganan COVID-19, mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan logistik secara bertahap,

(30)

Tabel 4.13 Fenomena Resiliensi Institusi di Kabupaten Purworejo No Sub Indikator

Resiliensi Institusi

Sampel Kecamatan

Purworejo (Kota) Banyuurip (Pinggiran) Pituruh (Desa)

1 Layanan kota - Mengadakan sosialisasi sekaligus membagikan masker kepada masyarakat di tempat-tempat umum dan pertemuan-pertemuan desa agar informasi dan arahan yang sudah dibuat benar-benar sampai kepada seluruh lapisan masyarakat.

- Mengawasi dan menindaklanjuti peraturan-peraturan yang sudah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten untuk penanganan COVID-19 dengan anasir keamanan lengkap.

- Pembuatan kebijakan terpusat untuk upaya pencegahan.

- Melakukan tindak lanjut penanganan bagi masyarakat terkonfirmasi positif.

- Digitalisasi layanan untuk masyarakat

- Digitalisasi layanan untuk masyarakat

- Layanan masih menggunakan cara manual

2 Mitigasi dengan koneksi Sosial

- Ketersediaan data skenario puskesmas jadi pusat informasi berkaitan dengan tracing dan treatment.

- Dukungan pendataan lain bagi penduduk yang terkonfirmasi dilakukan secara bottom up dan top down.

(31)

Diawal tim satgas COVID-19 kecamatan memberikan layanan kota.

Merupakan proses melayani suatu kawasan daerah permukiman dan merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat.

Bertujuan untuk memenuhi tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat terutama saat terjadi bencana, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menanggulangi, mencegah dampak jangka panjang, dan mengantisipasi kembali bencana yang sama pada waktu yang akan dating. Terdiri dari sosialisasi sekaligus membagikan masker kepada masyarakat di tempat- tempat umum. Jika ada kesempatan di desa berupa pertemuan-pertemuan, pihak kecamatan yang diundang selalu mengusahakan untuk turut mensosialisasikan berkaitan dengan COVID-19 agar informasi dan arahan yang sudah dibuat benar-benar sampai kepada seluruh lapisan masyarakat.

Monitoring kegiatan masyarakat juga selalu diupayakan berkolaborasi dengan anasir keamanan lengkap.

\

Gambar 4. 8 Sosialisasi Penggunaan Masker (Sumber : kec-banyuurip.purworejokab.go.id,

diakses pada 10 Juli 2021)

Dalam buku Laporan Paripurna Penanganan COVID-19 yang dituliskan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 terdapat beberapa bidang pembagian tugas. Bidang pengamanan dan penegakan hukum melaksanakan tugas berupa; Sosialisasi tentang COVID-19 sesuai protokol

(32)

kesehatan, melakukan penyemprotan desinfektan pada masa tanggap darurat COVID-19, monitoring PAM terminal dan stasiun di Kabupaten Purworejo, pengawasan dan pembinaan kegiatan tempat hiburan malam, café, bilyard, dan angkringan terkait pencegahan dan pemutusan penyebaran COVID-19, pengawasan dan pemantauan posko kesehatan, pengawasan dan pemantauan pedagang pasar, melakukan himbauan pada pemilik karaoke dan café terkait COVID-19, pembubaran kerumunan di PKL angkringan dan kos-kosan, sosialisasi protokol kesehatan dan penjarangan fisik, pendampingan rapid test pada kasir-kasir, juru parker, dan supir angkot, sosialisasi protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dan pembagian masker, patroli pengamanan wilayah, penertiban dan penghentian sementara PKL minggu pagi dan CFD, pengamanan dan pendampingan tim medis dalam pemeriksaan santri dari Lirboyo, penutupan sementara kawasan Sumur Beji, kegiatan penegakkan Peraturan Bupati tentang penggunaan masker, dan penyemprotan disinfektan dalam rangka mendukung kebijakan new habit. Output dari bidang ini adalah mengawasi dan menindaklanjuti peraturan-peraturan yang sudah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten untuk penanganan COVID-19.

Pada bidang pencegahan terdapat beberapa tugas yang dilaporkan, meliputi; perumusan kebijakan daerah untuk mencegah penyebaran COVID-19 di Kabupaten Purworejo, mendata wilayah rawan terdampak pandemi, dan memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya mematuhi himbauan pemerintah tentang protokol kesehatan.

Selanjutnya pada bidang pencegahan lokal diatur beberapa aturan khusus untuk mencegah penyebaran COVID-19 seperti di sekolah, tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan pengawasan kegiatan untuk mempertahankan tingkat keamanan wilayah. Tujuan bidang pencegahan adalah untuk mengantisipasi

(33)

penyebaran COVID-19 yang lebih masif dan mengantisipasi dampak yang terjadi jika terdampak pandemik COVID-19.

Oleh karena itu terdapat bidang penanganan medis yang tugasnya melakukan tugas berupa; screening dan pemantauan COVID-19 bagi warga yang masuk wilayah perbatasan, di puskesmas, dan posko Dinas Kesehatan Purworejo, melaksanakan pengawasan perkembangan dan deteksi dini kondisi COVID-19 melalui surveilans yang tersebar di 16 Kecamatan, mengadakan disinfeksi di 16 wilayah kecamatan se- Kabupaten Purworejo yang dilaksanakan bekerjasama dengan BPBD, Dinas Kesehatan, Satpol-PP Damkar dan Relawan, melaksanakan desinfeksi tempat-tempat umum dan strategis untuk penanganan COVID- 19, melaksanakan pengiriman sampel tes SWAB COVID-19 ke laboratorium, penyediaan APD dan obat-obatan, disinfektan dan BMP serta vitamin, menyediakan alat kesehatan untuk penanganan COVID-19, menangani kasus pasien status pengawasan dan pasien terkonfirmasi COVID-19, menyediakan tempat evakuasi tempat karantina di RS Tjokronegoro dan RSUD juga transit paramedis di Hotel Ganesa, dan rekapitulasi data penanganan dan tindakan medis. Realitas di lapangan institusi kesehatan nyatanya tidak hanya menangani permasalahan warga yang terpapar COVID-19. Lebih dari itu bagaimana agar tidak terjadi pengucilan baik kepada yang terpapar maupun yang berinteraksi tapi belum terbukti atau bahkan sudah terbukti negatif. Puskesmas merasa bertanggung jawab untuk mengedukasi warganya. Contoh kasusnya di Kecamatan Pituruh, ketika ada kasus pengucilan oleh tetangga, perwakilan puskesmas langsung bekerjasama dengan pihak desa minta diantarkan kepada masyarakat yang melakukan penolakan.

Sub indikator kedua yaitu mitigasi dengan koneksi sosial. Merupakan tindakan mengurangi dampak bencana yang memanfaatkan hubungan yang dapat memudahkan untuk masyarakat. Tujuannya adalah mengurangi dampak akibat bencana. Dalam hal ketersediaan data skenario puskesmas

(34)

jadi pusat informasi berkaitan dengan tracing dan treatment (perlakuan).

Dukungan pendataan lain bagi penduduk yang terkonfirmasi dilakukan secara bottom up dan top down. Dari bawah dimulai dari pro aktif perangkat desa untuk memberikan informasi terkait pencegahan dan penanganan wabah kepada masyarakat. Sehingga ketika ada kasus bergejala atau terkonfirmasi positif COVID-19 maka pihak desa akan melaporkan ke bidan desa dan langsung menginfokan kepada puskesmas.

Sebaliknya ketika dari atas ada kejadian kematian dan terkonfirmasi positif COVID-19 langsung dilaporkan kepada puskesmas kecamatan dan dilanjut ke pihak desa terkait untuk dilakukan pemakaman dengan standar COVID-19.

Pada bidang pemulihan dan layanan dasar mengambil tugas pada;

mengkoordinasikan dan melaksanakan pelayanan dasar berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang terdampak COVID-19, melakukan dukungan dan pendampingan upaya percepatan pencegahan dengan jalan memberikan terapi obat dan layanan psikologis bagi warga yang terdampak pandemik, melaksanakan kebijakan pendidikan menyesuaikan kondisi pandemik seperti menunda sistem pembelajaran luring, sekolah dari rumah, layanan belajar daring yang menarik, dan kerja sama yang baik dengan orang tua untuk menunjang pembelajaran dari rumah.

4) Fenomena Resiliensi Infrastruktur

Infrastruktur yang terpengaruh dibatasi pada fasilitas kesehatan. Berupa rumah sakit, obat-obatan, alat pelindung diri, sarana prasarana tes kesehatan, dan alat kesehatan penunjang lainnya. Di awal korona kebutuhan masker dan alat pelindung diri sempat kurang mencukupi. Tapi dengan kerjasama banyak pihak akhirnya dapat mencukupi kebutuhan yang diperlukan.

(35)

Tabel 4.14 Fenomena Resiliensi Infrastruktur di Kabupaten Purworejo No Sub Indikator

Resiliensi Infrastruktur

Sampel Kecamatan

Purworejo (Kota) Banyuurip (Pinggiran) Pituruh (Desa)

1 Kapasitas Medis - Ketersediaan masker saat awal COVID-19 tidak mencukupi, perlu kerjasama banyak pihak untuk sampai terpenuhi.

- Kerjasama yang tertulis di Laporan Paripurna COVID-19 di Kabupaten Purworejo yaitu Pemkab melakukan pembelian masker dari pengusaha alat kesehatan lokal walaupun dengan harga yang terbilang lebih mahal dari biasanya. Di salah satu mengatasi kelangkaan ini untuk mengatur penggunaan masker.

- Ketersediaan rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan masyarakat tingkat kecamatan sudah mencukupi sejak awal

- Aksesibilitas ke kapasitas kesehatan yang dekat

- Aksesibilitas ke kapasitas kesehatan yang dekat

- Aksesiblitas ke kapasitas rumah sakit agak jauh dijangkau

2 Pengeluaran mitigasi Kebijakan testing saat wawancara ini dilakukan sedang dibatasi karena kapasitas laboratorium yang tidak mencukupi. Dan diprioritas hanya bagi siapa yang bergejala dan/

(36)

atau comorbid yang baru saja kontak dengan yang terkonfirmasi positif.

(37)

Kapasitas medis dalam hal ini merupakan kemampuan medis untuk memenuhi pelayanannya. Baik dalam segi infrastruktur gedung, alat kesehatannya, dan tenaga medis itu sendiri. Tujuannya dalam kaitannya dengan resiliensi adalah agar terpenuhinya kebutuhan medis mendesak saat terjadi pandemic dan/ atau penanggulangan pandemi secara maksimal.

Kerjasama yang tertulis di beberapa laporan yaitu Pemkab melakukan pembelian masker dari pengusaha alat kesehatan lokal walaupun dengan harga yang terbilang lebih mahal dari biasanya. Di salah satu rumah sakit juga mengungkapkan bahwa untuk mengatasi kelangkaan ini adalah dengan mengatur penggunaan masker. Yang mana pada salah satu rumah sakit melakukan strategi berupa melarang penggunaan masker pada jam di luar tugas dan jangka pemakaian masker yang biasanya digunakan untuk satu pasien menjadi dipakai untuk beberapa pasien agar stok yang menipis bisa mencukupi kebutuhan yang ada.

Gambar 4. 9 Stok Masker Habis di Apotik (sumber : purworejonews.com, 27 Juli 2021)

Ketersediaan rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan masyarakat tingkat kecamatan sudah mencukupi sejak awal. Kebijakan testing saat wawancara ini dilakukan sedang dibatasi karena kapasitas laboratorium yang tidak mencukupi. Dan prioritas hanya bagi siapa yang bergejala dan/

(38)

atau comorbid yang baru saja kontak dengan yang terkonfirmasi positif.

Untuk tempat isolasi mandiri pasien tanpa gejala menurut surveilans Puskesmas Kecamatan Banyuurip idealnya setiap unit wilayah minimal desa memiliki tempat khusus untuk isolasi. Tapi hal ini belum dapat terealisasi. Dalam pelaksanaannya, bagi siapa yang terkonfirmasi positif tanpa gejala dipersilahkan untuk isolasi mandiri di rumah dan dalam pengawasan dokter.

Aksesibilitas fasilitas kesehatan untuk penduduk dengan tempat tinggal yang sulit dijangkau atau yang berada di dataran tinggi, penyedia layanan kesehatan kecamatan tetap berupaya penuh dalam memfasilitasi kebutuhan kesehatan masyarakat. Bagaimana tetap mengikuti standar administrasi yang baik dengan pelayanan yang efektif dan efisien. Untuk cakupan kesehatan, wilayah perkotaan dan pinggiran yang memiliki fasilitas kesehatan yang memadai diyakini mampu menampung risiko keterpaparannya yang tinggi. Infrastruktur kesehatan tidak menyediakan vitamin secara cuma-cuma kepada masyarakat. Hanya diberikan pada pasien yang terkonfirmasi positif. Masyarakat diharapkan mandiri untuk menjaga kesehatan pribadi, keluarga, dan lingkungannya kebutuhannya sendiri.

Pengeluaran mitigasi adalah upaya untuk menanggulangi, mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Tujuannya agar bencana tidak berdampak secara maksimal. Upaya untuk menanggulangi adalah melakukan testing, tracing, dan treatment. Upaya tracing dilakukan oleh masing-masing pihak puskesmas kecamatan. Upaya treatment bisa dilakukan Rumah Sakit rujukan COVID-19 atau puskesmas terkait.

Sedangkan upaya tracing hanya diprioritaskan untuk warga yang bergejala dan/ atau comorbid, karena ketersediaan laboratorium yang terbatas.

(39)

5) Fenomena Resiliensi Modal Sosial

Peran modal sosial dalam hal ini perangkat desa, bidan desa, pemuda, dan masyarakat desa diharapkan mampu melaksanakan tindakan pencegahan, pengendalian, dan tata laksana. Melalui ketaatan dengan arahan pemerintah, lewat inisiatif dan upaya komunitas masyarakat bentukan pemprov yaitu “jogo tonggo”.

(40)

Tabel 4.15 Fenomena Resiliensi Modal Sosial di Kabupaten Purworejo No Sub Indikator

Resiliensi Modal Sosial

Sampel Kecamatan

Purworejo (Kota) Banyuurip (Pinggiran) Pituruh (Desa)

1 Keterlibatan sipil sebagai modal sosial

- Terbentuknya Satgas Jogo Tonggo yang strukturnya melibatkan keuan RW dan ketua RT.

- Pelaksanaan peran satgas maksimal diawal-awal COVID-19.

- Gerakan charity mendapat perhatian dari PGRI, Yayasan Tambora, dll.

- Kepercayaan masyarakat terhadap arahan kebijakan di wilayah kota mendapat respon yang baik. Sehingga timbul saling percaya untuk saling melindungi

- Kepercayaan masih 50:50

terhadap arahan kebijakan karena wilayahnya masih terdapat desa dan wilayah pinggiran kota. Sehingga membutuhkan dua pendekatan berbeda di keduanya.

- Pada awalnya kepercayaan masyarakat sulit didapat, karena tingkat pendidikan rendah. Karena usaha yang lebih dilakukan untuk mensosialisasikan bagaimana karakteristik COVID-19.

Akhirnya partisipasi masyarakat untuk saling gotong royong membantu

(41)

tetangganya lebih massif 2 Kesukarelawanan - Satgas Jogo Tonggo yang dibagi menjadi bidang kesehatan, bidang ekonomi, bidang sosial dan

keamanan, dan hiburan. Sehingga beberapa warga dilibatkan dalam eksekusi di lapangan.

- Praktek di wilayah desa satgas menjamin keberlangsungan pekerjaan sector tunggal dalam hal ini

bertani.

- pengawasan yang dilakukan di wilayah kota lebih dan terjangkau dan dekat dengan kantor pemerintaah daeraah kabupaten sehingga lebiih mudah dalam pematuhan arahan kebijakan dan mendistribusikan bantuan

- Ketika pemmaksimalan satgas jogo tonggo, yang hanya menerima bantuan hanya kalangan menengah ke bawah. Sedangkan kalangan atas cenderung merasa gengsi untuk dibantu

- Opinian leader sangat berpengaruh di lingkungan terkecil seperti desa. Jika dipupuk pemahaman akan karakteristik COVID-19 maka akan taat terhadap arahan.

3 Keterikatan pada tempat

- Ada satu yayasan yang dimotori oleh anggota kepolisian yang pusatnya di Jakarta tapi dikelola oleh warga asli Purworejo. Sehingga banyak bantuan yang dialokasikan ke tempat asal sang penggagas, yaitu Kabupaten Purworejo.

- - Memanfaatkan arahan jogo tonggo sebagai kelompok

- Masyarakat dengan kondisi finnanasial berlebih,

(42)

sosial yang berpengaruh untuk memberikan edukasi dan bantuan bagi wilayah daerah asalanya.

membanntu tetanngganya memenuhi kebutuhannya.

(43)

Komunitas Jogo Tonggo yang diinisiasi oleh Pemprov berjalan dalam hal mengupayakan pemberian bantuan ketika ada anggota masyarakat di desanya yang terpapar COVID-19 baik secara fisik menyediakan tenaga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga selama isolasi mandiri, maupun pemenuhan kebutuhan pangan ketika tidak bisa melakukan aktivitas pekerjaannya sehari-hari. Sebuah dialog yang selalu penulis ingat antara Kepala Dinas Kabupaten Purworejo dengan salah satu surveilans bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan respon bencana jika dipresentasikan 20%

oleh pemerintah dan 80% merupakan upaya masyarakat. Ketika tidak ada ketahanan dari masyarakat maka akan benar-benar kelimpungan.

Gambar 4. 10 Rapat Koordinasi Satgas Jogo Tonggo Kelurahan Borokulon, Kecamatan Banyuurip

(sumber: kec banyuurip.purworejokab.go.id, diakses pada 10 Juli 2021)

Komposisi jogo tonggo terdiri dari karang taruna, dasa wisma, organisasi, lembaga, posyandu, dan warga. Strukturnya terdiri dari ketua RW sebagai koordinator dan seluruh ketua RT sebagai wakil koordinator.

Terdiri dari satgas kesehatan, satgas ekonomi, satgas sosial dan keamanan, dan satgas hiburan.

(44)

Dalam penjabarannya bidang kesehatan bertugas mendata warga yang keluar masuk, pemeriksaan suhu tubuh dan gejala COVID-19, memastikan status warga pendatang, membawa ke rumah sakit rujukan bagi warga yang suspect corona, mengadakan tempat cuci tangan di tempat yang strategis, menghimbau warga untuk memakai masker saat keluar rumah, dan menjadi contoh untuk berperilaku hidup bersih. Satgas ekonomi melakukan tugas dalam mendata kebutuhan dasar masyarakat dan memenuhinya untuk yang tidak mampu, memastikan bantuan tepat sasaran, memastikan kegiatan bertani, berkebun, dan berdagang masyarakat berjalan sesuai protokol kesehatan, memenuhi kebutuhan isolasi mandiri masyarakat secara maksimal, dan mendorong terbangunnya lumbung pangan. Satgas sosial dan keamanan berfungsi sebagai peredam konflik sosial dengan cara musyawarah, mengatur jam berkunjung tamu, memastikan setiap rumah memiliki kentongan, memahamkan kepada masyarakat bahwa jenazah tidak menularkan COVID-19, mengamankan warung sembako, pendataan keluar masuknya warga , dan pembuatan jadwal ronda, menertibkan kerumunan yang terjadi, memantau warga ODP dan OTG tidak keluar rumah, menyiapkan data warga yang berhak menerima bantuan, memastikan warga yang berisiko seperti lansia, ibu hamil, difabel, orang sakit, dan anak-anak yang mendapatkan perlindungan, dan memastikan gerakan gotong royong aktif warga. Satgas hiburan memiliki tugas mementaskan kesenian lokal agar tidak terjadi kerumunan, mengadakan lomba kesenian dari rumah, menyelenggarakan musik kentongan bersama yang ditabuh dari rumah masing-masing.

Pelaksanaan dinilai paling bagus ketika awal-awal terbentuknya, tapi semakin ke sini semakin berkurang kesadarannya. Walaupun begitu pemerintah tetap mengapresiasi bagi Komunitas Jogo Tonggo yang sudah berupaya secara maksimal dalam membantu merealisasikan arahan kebijakan. Gerakan sporadis juga pernah dilakukan di awal oleh beberapa komunitas masyarakat untuk membantu memenuhi kebutuhan masker dan alat pelindung diri dengan cara melakukan charity.

(45)

Gambar 4. 11 Penyerahan Bantuan Masker

(sumber: kec-purworejo.purworejokab.go.id, diakses pada 10 Juli 2021)

Gambar 4. 12 Penyerahan Bantuan COVID-19 dari PT. Bank Negara Indonesia Tbk Kantor Cabang Purworejo

(sumber: rsud.purworejokab.go.id, diakses pada 19 Agustus 2021)

Kegiatan gotong royong yang tidak terpisahkan dari masyarakat desa harus dilakukan dengan protokol kesehatan yang baik. Agar mengurangi risiko keterpaparan, dan membiasakan hidup normal dengan protokol kesehatan. Untuk pencegahan COVID-19 dalam kegiatan yang mengumpulkan masa, pemerintah terlebih dahulu membuat regulasi berkaitan dengan jenis kegiatan, waktu pelaksanaan, peserta acara, teknis acara, dan lain-lain semua diatur sesuai dengan protokol kesehatan.

(46)

Bagaimana mempertahankan dan mengkomunikasikan protokol kesehatan yang benar. Inilah yang menjadi tantangan dalam memperkuat modal sosial.

Di Kabupaten Purworejo penulis tidak menemukan organisasi, komunitas, dan semacamnya yang membangun kekuatan sendiri untuk ikut berjuang dalam tata laksana pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Ada satu yayasan yang dimotori oleh anggota kepolisian yang pusatnya di Jakarta tapi dikelola oleh warga asli Purworejo. Sehingga banyak bantuan yang dialokasikan ke tempat asal sang penggagas, yaitu Kabupaten Purworejo. Selebihnya semua terfokus di komunitas bentukan Pemerintah Provinsi.

Warga di desa dalam hal ini Kecamatan Pituruh mayoritas akan hanya berinteraksi dengan warga di sekitarnya. Sehingga mengurangi risiko keterpaparan. Tidak seperti penduduk yang tinggal di perkotaan dan pinggiran, dengan mobilisasi yang tinggi menyebabkan mereka jauh lebih berisiko. Kecamatan Pituruh sebagai potret desa dengan kemampuan dan kebiasaannya dalam berinteraksi dengan masyarakat sehingga sinergi saling membantu antar sesama bukan hal yang sulit. Seperti kasus takmir masjid yang terpapar virus. Akhirnya, pihak koordinator takmir ikut berupaya memberikan bantuan kepada anggotanya yang terpapar. Kasus yang pernah terjadi pula, yaitu ketika ada warga desa yang terpapar dan kemudian akan dijemput untuk isolasi. Maka yang menjadi permasalahan selanjutnya yang juga dilempar kepada otoritas kesehatan yang bertugas adalah bagaimana nasib lahan pertaniannya yang pada saat itu memerlukan tindakan perawatan lanjutan. Otoritas kesehatan mungkin kurang bisa menjawab. Dan semua urusan penggarapan lahan, anggota perangkat desa sendiri yang akan menjamin penyelesaian garapan lahan sawah tersebut. Pun dengan beban-beban warga lainnya yang harusnya mereka kerjakan, tapi karena keterpaparan wabah mereka diharuskan

(47)

berhenti. Dan lagi-lagi perangkat desa mampu membantu semuanya urusan bisa selesai.

Modal sosial menjadi bekal yang sangat dibutuhkan masyarakat ketika menghadapi segala situasi. Sampai situasi tersulit pun yang dalam hal ini bencana pandemik COVID-19. Peristiwa yang terjadi di Kabupaten Purworejo kurang lebih sama dengan fenomena yang ada di Indonesia.

Ketidakpercayaan dengan pemerintah daerah akan bahaya, COVID-19 sebagai rekayasa pemerintah, dan intrik politik memang sedikit masih terjadi. Tapi pada akhirnya kesadaran itu akan muncul ketika orang terdekat sudah terpapar, apalagi sampai mengalami kehilangan nyawa.

Kepedulian itu sedikit demi sedikit akan muncul dan keyakinan bahwa COVID-19 betul-betul ada lama kelamaan hadir.

Warga desa dengan sumber hiburan yang sedikit sangat antusias dengan kehadiran hiburan-hiburan yang sifatnya live. Maka pemaksimalan Satgas Jogo Tonggo dalam hal produksi dan pengkondisian hiburan bisa mengatasi permintaan hiburan dan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Menciptakan masyarakat yang kooperatif terhadap hukum yang ada dengan penuh kesadaran terus diupayakan dengan menanamkan kepercayaan dalam masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Gejolak di dalam masyarakat lumrah terjadi. Bisa karena pemahaman tentang COVID-19 yang kurang memadai atau ada oknum lain yang mengadakan provokasi. Di sinilah masyarakat diuji, bagaimana tetap solid walaupun perbedaan pendapat selalu ada. Dalam hal ini jika dari internal desa tidak bisa menyelesaikan konflik warganya, maka kepala desa siap sedia turun tangan.

Dapat digaris bawahi bahwa modal sosial masing-masing wilayah cenderung berbeda. Wilayah kota dalam hal ini Kecamatan Purworejo memiliki modal sosial yaitu sumber daya manusia dengan kemampuan ekonomi mampu berdiri walaupun ada pandemik sehingga dengan kedaulatannya dapat membantu masyarakat dengan memberikan bantuan berupa penguatan sarana kesehatan seperti penyediaan APD rumah sakit

(48)

dan bahan-bahan masker. Untuk wilayah pinggiran dikuatkan oleh penggabungan kultur masyarakat kota yang open mind sehingga mampu beradaptasi dengan baik dan berinovasi serta orang desa yang cenderung patuh dan memiliki sikap gotong royong yang tinggi. Sedangkan wilayah desa dalam hal ini Kecamatan Pituruh memiliki ciri khas dalam modal sosial yaitu, ikatan sosial yang kuat sehingga dalam proses pemulihan berjalan dengan baik. Sikap gotong royong yang sangat kental menjadi modal kuat masyarakat desa.

2. Faktor yang mempengaruhi resiliensi pada masyarakat kota, desa, dan pinggiran di Kabupaten Purworejo terhadap bencana pandemi COVID- 19 di tahun 2020

● Penampilan Data Sesuai Ketersediaan Variabel Indikator Penelitian

Berdasarkan indikator ketahanan menurut Baseline Resilience Indicator for Communities terdapat lima sampai enam butir. Namun peneliti hanya membatasi data dengan dua indikator dalam perolehan data kuantitatif atas dasar pertimbangan ketersediaan data. Yaitu ketahanan institusi, dan ketahanan modal sosial. Sub Indikator dalam ketahanan ini diperoleh dari data pusat statistik.

Data sub indikator resiliensi hanya memberikan gambaran umum bagaimana kondisi masyarakat setiap daerah, ketika akan dilakukan praktik pelaksanaan resiliensi murni dari masyarakat, maupun kebijakan pemerintah yang bertujuan membuka potensi resiliensi secara institusi dan/

atau dalam rangkaian rekayasa sosial bagaimana membentuk masyarakat yang resiliensi terhadap bencana. Sehingga ketersediaan data dalam beberapa indikator ini bisa jadi dirasa cukup atau tidak, tergantung ketersediaan data. Data yang diperoleh dari badan pusat statistik dan dikelompokkan berdasarkan sub indikator. Selanjutnya dilakukan justifikasi berdasarkan teori yang ada didukung dengan teori-teori dan penelitian yang pernah ada.

(49)

Tabel 4.16 Susunan Variabel Indeks Ketahanan Bencana Berdasarkan Subindikator

No Indikator Ketahanan

Sub indikator ketahanan

Pengaruh Justifikasi

1 Institusi Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan

Positif SK Menkes Nomor

1357/Menkes/SK/

XII/200 1 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah

Kesehatan akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi

Jumlah sarana kesehatan menurut desa

atau/kelurahan di Kabupaten Purworejo, 2018- 2019

Positif SK Menkes Nomor

1357/Menkes/SK/

XII/200 1 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah

Kesehatan akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi

2 Modal Sosial Kepadatan Penduduk

Negatif Emilie Alirol dkk., 2010 dan Neiderud, 2015

Jumlah Sekolah Menengah Atas atau Sederajat

Positif Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990, Depdiknas (Riant Nugroho,

(50)

2008:13) Dradjat Suhardjo, 2011

Jumlah Guru Sekolah Menengah Atas atau Sederajat

Positif Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990, Depdiknas (Riant Nugroho, 2008:13) Dradjat Suhardjo, 2011 Jumlah Murid

Sekolah Menengah Atas atau Sederajat

Positif Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990, Depdiknas (Riant Nugroho, 2008:13) Dradjat Suhardjo, 2011 (Sumber : Analisis Peneliti)

Dari tabel di atas, ditampilkan beberapa data sub indikator dalam pemenuhan indikator masing-masing ketahanan. Untuk resiliensi resiliensi institusi mengambil data berupa jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki suatu wilayah dimana data ini berkontribusi positif dan jumlah sarana kesehatan bernilai positif dan jumlah bencana yang dialami dalam suatu wilayah yang berkontribusi positif dalam mempengaruhi resiliensi institusi.

Dalam sub indikator yang kedua untuk sub indikator pendorong resiliensi modal sosial terdiri dari empat sumber data. Diantaranya adalah kepadatan populasi yang berkontribusi negatif, jumlah sekolah menengah dan sederajat yang berkontribusi positif, dan jumlah guru sekolah menengah atas atau sederajat, dan jumlah murid sekolah menengah atas yang juga berkontribusi positif untuk mendorong resiliensi modal sosial.

● Pembuatan Sub indikator Indikator Gabungan

Setelah pembuatan daftar sub indikator masing-masing indikator, maka dilanjutkan memasukkan angka/nilai yang terdapat dalam setiap data.

(51)

Angka dan nilai dimasukkan dalam satu tabel dengan satuan-satuan data satuan sebenarnya.

Tabel 4.17 Angka Sub Indikator Ketahanan No Indikator

Ketahanan

Sub indikator ketahanan

Kecamatan

Purworejo Banyuurip Pituruh 1 Institusi Jumlah Tenaga

Kesehatan Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan

77 52 42

Jumlah sarana kesehatan menurut desa atau/kelurahan di Kabupaten Purworejo, 2018- 2019

9 3 4

4 Modal Sosial Kepadatan populasi (Orang / Ha)

1624 916 609

Jumlah Sekolah Menengah Atas atau Sederajat

16 8 4

Jumlah Guru

Sekolah Menengah Atas atau Sederajat

436 252 90

Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas atau Sederajat

7509 3842 920

(Sumber : Analisis Peneliti)

Data di atas merupakan data angka sub indikator dalam nilai sebenarnya. Data sub indikator institusi terdiri dari data jumlah tenaga kesehatan menurut desa/ kelurahan di kecamatan dan jumlah sarana kesehatan menurut desa atau/kelurahan di Kabupaten Purworejo, 2018- 2019. Untuk data jumlah jumlah tenaga kesehatan menurut desa/

kelurahan di kecamatan dan jumlah desa/ kelurahan di Kecamatan Purworejo adalah 77, di Kecamatan Banyuurip adalah 52, dan di Kecamatan Pituruh adalah 42. Data jumlah sarana kesehatan menurut desa atau/kelurahan di Kabupaten Purworejo, 2018-2019 pada Kecamatan

(52)

Purworejo sebanyak 9, pada Kecamatan Banyuurip sebanyak 3, dan Kecamatan Pituruh sebanyak 4.

Untuk data sub indikator resiliensi modal sosial terdiri dari data kepadatan populasi, presentasi populasi non lansia, jumlah sekolah menengah atas atau sederajat, dan jumlah guru sekolah menengah atas atau sederajat. Untuk data kepadatan populasi di Kecamatan Purworejo adalah 1624 jiwa/km², Kecamatan Banyuurip adalah 916 jiwa/km², dan Kecamatan Pituruh adalah 609 jiwa/km². untuk data jumlah sekolah menengah atas atau sederajat pada Kecamatan Purworejo adalah sebanyak 16, Kecamatan Banyuurip sebanyak 8, dan Kecamatan Pituruh sebanyak 4.

Selanjutnya untuk data guru sekolah menengah atau sederajat di Kecamatan Purworejo adalah sebanyak 435, Kecamatan Banyuurip sebanyak 252, dan Kecamatan Pituruh sebanyak 90. Terakhir untuk data jumlah murid sekolah menengah atas atau sederajat pada Kecamatan Purworejo adalah sebanyak 7509 orang, Kecamatan Banyuurip sebanyak 3842 orang, dan Kecamatan Pituruh sebanyak 920 orang.

● Menstandarisasi Data

Setelah semua data sub indikator dimasukkan dalam satu tabel. Maka selanjutnya adalah melakukan standarisasi menggunakan standarisasi min- max agar skala menjadi sebanding dari setiap data dengan minimal 0, dan maksimal 1. Hal ini dilakukan untuk menyamaratakan nilai yang tertuang dari setiap data menjadi bernilai sama dengan data lainnya walaupun dengan satuan yang berbeda.

Tabel 4.18 Angka Sub Indikator Ketahanan Setelah Standarisasi No Indikator

Ketahanan

Sub indikator ketahanan

Sampel Kecamatan

Purworejo Banyuurip Pituruh 1 Institusi Jumlah Tenaga

Kesehatan Menurut Desa/ Kelurahan di

1 0,56 0,39

Gambar

Gambar 4.1 Mediasi Warga oleh Perangkat Desa
Gambar 4.2 Warga Desa Meminta Pihak Desa Mengusulkan Bantuan  (Sumber : www.purworejo24.com diakses pada 9 Juli 2021)
Gambar 4.3 Penggunaan Hotel Ganesha untuk Antisipasi Penampungan Tenaga  Kesehatan
Gambar 4. 4 Koordinasi Teknis Acara Pernikahan dengan Pihak Kecamatan  sesuai Protokol COVID-19
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja Dinas Sosial Tahun 2016 telah menjawab Program dan Sasaran Strategis yang telah ditetapkan guna menjawab

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya

Sampel yang menunjukkan kondisi optimum dianalisis menggunakan XRD dan menunjukkan tidak terjadi perubahan fasa dan karakterisasi VSM menunjukkan sampel pada penambahan 1, 5 dan 9%

keuangan.. 2) Time series adalah teknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan waktu atau periode dengan tujuan agar hasil yang terlihat dalam bentuk angka

Substansi suatu karya tulis ilmiah dapat mencakup berbagai hal, dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.. Berikut ini adalah contoh-contoh subatansi karya

Hanya saja, pembatasan waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum hari pemungutan suara tersebut harus dikecualikan bagi pemilih yang terdaftar sebagai pemilih yang

Selanjutnya, Struktur dan Susunan Organisasi Kementerian Agama Kota Bandar Lampung yang mengacu pada pada Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 yang