Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya 2349
Perancangan Desain Interaksi Aplikasi Malang Sehat Modul Pendataan dan Monitoring Kesehatan Masyarakat Kota Malang dengan menggunakan
Metode Human-Centered Design
Rifda Syahdatina1, Herman Tolle2, Hanifah Muslimah Az-Zahra3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1rifdasyah@gmail.com, 2emang@ub.ac.id, 3hanifah.azzahra@ub.ac.id Abstrak
Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pemerintah diwajibkan untuk menyediakan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas layanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah menyajikan data kesehatan kepada masyarakat, agar dapat mengedukasi serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga pola hidup yang sehat. Seiring dengan upaya pengembangan konsep smart city, saat ini Dinkes Kota Malang bersama dengan Kominfo Kota Malang, telah menyediakan data kesehatan melalui profil kesehatan Kota Malang dan situs Open Data Kota Malang. Namun, data yang ditampilkan sulit untuk dipahami oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan desain interaksi bagi pengembangan sistem informasi yang berbasis aplikasi mobile agar menjadi lebih fleksibel dan nyaman untuk diakses oleh pengguna. Proses perancangan pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode Human-Centered Design, yang terfokus pada pengguna dan stakeholder. Pada proses evaluasinya, pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik Remote Usability Testing oleh 21 orang evaluator, dan menggunakan kuesioner System Usability Scale. Hasil dari pengujian ini adalah nilai persentase sebesar 92% pada aspek effectiveness dan 91% pada aspek efficiency. Pada aspek satisfaction, nilai yang didapatkan sebesar 75.71 dengan predikat ‘Acceptable’ dan menadapatkan peringkat C yang termasuk dalam kategori
‘Baik’ pada adjective ratings.
Kata kunci: desain interaksi, infografik, aplikasi mobile, human-centered design, SUS Abstract
According to the Law No. 36 of 2009 concerning Health, the government is obliged to provide access to information, education, and health service facilities to the public. One effort that can be done by the government is to present health data to the public so that they can educate and increase the awareness regarding the importance of maintaining a healthy lifestyle. Along with efforts to develop the smart city concept, Dinkes together with Kominfo, has provided health data through Malang City health profile and Malang City Open Data site. However, the data displayed is difficult for the public to understand.
Therefore, it is necessary to devise an interaction design for the development of information systems based on a mobile app to make it more flexible and convenient for users to access. The design process in this study was carried out by applying the Human-Centered Design, which focuses on users and stakeholders. In the evaluation process, testing was carried out using the Remote Usability Testing technique by 21 evaluators and using the System Usability Scale questionnaire. The results of this test are a percentage value of 92% in the aspect of effectiveness and 91% in the aspect of efficiency. In the aspect of satisfaction, the value obtained is 75.71 with the title 'Acceptable' and get a C grade included in the 'Good' category of adjective ratings.
Keywords: interaction design, infographic, mobile app, human-centered design, SUS
1. PENDAHULUAN
Mortalitas dan morbiditas merupakan data yang dapat menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat pada suatu wilayah. Di Kota Malang, mortalitas yang menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kota Malang ada pada kasus kematian ibu dan bayi. Menurut
Profil Kesehatan Kota Malang tahun 2018, kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir mengalami puncaknya pada tahun 2017, yaitu sebanyak 14 kasus yang kemudian mengalami penurunan menjadi 10 kasus pada tahun 2018. Sedangkan kasus kematian bayi di Kota Malang pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan menjadi 80 kasus setelah sebelumnya menurun pada tahun 2017, yaitu sebanyak 76 kasus. Untuk dapat menekan mortalitas dan morbiditas pada setiap tahunnya, Pemerintah berupaya dengan membangun konsep smart city, dengan meningkatkan sarana kesehatan pada aspek smart living. Upaya pembangunan ini dalam bentuk pengembangan layanan kesehatan berbasis teknologi informasi, sesuai dengan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai salah satu bentuk pembangunan kesehatan nasional.
Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan layanan dan edukasi, serta kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan di Kota Malang.
Berdasarkan Pasal 17 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa
“Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas layanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”. Ada pula tujuan dari penyajian data kesehatan berlandaskan pada Pasal 169 UU No.36 tahun 2009 yang berbunyi,
“Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”. Maka dari itu, penyajian informasi pendataan dan monitoring kesehatan tersebut harus disampaikan kepada masyarakat dengan baik.
Saat ini, penyajian data hanya berupa dokumen profil kesehatan berupa dokumen yang harus diunduh terlebih dahulu di situs web Dinkes Kota Malang. Hal ini dinilai kurang efektif dan efisien untuk diakses oleh masyarakat. Ada pula penyajian data kesehatan melalui situs Open Data Kota Malang, yang dikembangkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Malang, hanya menampilkan diagram sederhana tanpa ada keterangan lebih lengkap mengenai kasus penyakit maupun program kesehatan yang ada di Kota Malang.
Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan desain interaksi bagi pengembangan sistem informasi pendataan dan monitoring kesehatan masyarakat Kota Malang.
Sistem informasi ini berbasis aplikasi mobile, agar menjadi lebih fleksibel dan nyaman untuk diakses oleh pengguna. Perancangan dilakukan dengan metode Human-Centered Design, dimana dalam proses evaluasinya pengujian akan dilakukan dengan menggunakan teknik Remote Usability Testing yang dilengkapi dengan kuesioner System Usability Scale (SUS), sehingga penelitian ini dapat menghasilkan desain dengan tingkat usability dan user experience yang baik, serta menjadi acuan dalam pengembangan aplikasi agar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
Pada penelitian yang dilakukan oleh Widoyono (2018), perancangan user interface dilakukan pada Aplikasi Travelingyuk untuk mengembangkan media informasi dalam bentuk mobile yang dapat diterima dan mudah digunakan sehingga dapat memberikan keunggulan tersendiri dibanding produk/aplikasi kompetitor. Metode yang diterapkan adalah human-centered design. Dalam proses perancangannya, penelitian ini menghasilkan sebuah prototype yang kemudian dievaluasi menggunakan System Usability Scale (SUS), dengan skor sebesar 77.25 yang memiliki predikat ‘Acceptable’.)
2.1. Desain Interaksi
Desain interaksi (IxD) merupakan rancangan interaksi antara pengguna dengan produk untuk menciptakan produk yang mempermudah pengguna untuk mencapai tujuannya (Interaction Design Foundation, 2020). Perancangan ini dilakukan untuk memberikan kesan bagi pengguna terhadap sistem, dengan mementingkan momen yang didapatkan ketika pengguna berinteraksi dengan sistem. Ada 5 dimensi yang dapat membentuk suatu interaksi, yaitu kata-kata, representasi visual, benda atau jarak, waktu, dan perilaku.
2.2. Infografik
Menurut Nielsen Norman Group (2018), infografik merupakan grafik multimedia yang menampilkan informasi dan data yang kompleks dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami.
Infografik tidak hanya memuat visualisasi data maupun informasi, tetapi juga menyediakan konteks dalam bentuk ilustrasi, fakta, kutipan, dan keterangan. Setiap hal yang tercantum dalam infografik harus menampilkan informasi yang
berarti. Beberapa elemen visual turut berperan dalam menampilkan infografik yang baik, seperti ilustrasi, foto, dan ikon yang sesuai.
Elemen ini dapat mempermudah manusia dalam membaca dan membagikan informasi.
2.3. Human-Centered Design
Human-Centered Design (HCD). HCD merupakan sebuah metode dalam pengembangan dan perancangan sistem yang bertujuan untuk meningkatkan usabilitas, aksesibilitas, dan pengalaman pengguna dengan mengutamakan kebutuhan dan kenyamanan penggunaan sistem (ISO, 2010). Sebelumnya pada ISO 13407:1999, metode ini dinamakan User-Centered Design. Namun seiring berjalannya waktu, metode ini diperbaharui dengan lebih memperhatikan keterlibatan calon pengguna dengan tujuan untuk memfokuskan kebutuhan dan dampak yang akan dialami oleh pengguna dalam mengembangkan sistem. Maka, pada ISO 9241:2010, metode ini diperbaharui menjadi Human-Centered Design, agar dapat menciptakan sistem yang dapat mencapai kebutuhan pengguna.
Proses HCD dimulai diawali dengan wawancara dengan stakeholder dan pengguna untuk memahami konteks penggunaan aplikasi hingga kebutuhan calon pengguna. Pada proses memahami konteks penggunaan, stakeholder menentukan target dan karakteristik pengguna, serta lingkungan sistemnya. Setelah itu, calon pengguna akan diwawancara untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pengguna yang akan menjadi landasan dalam menentukan tugas dan tujuan pengguna.
Kemudian dilakukan penggalian kebutuhan pengguna terhadap aplikasi dengan melibatkan calon pengguna sebagai acuan untuk menentukan fungsi yang akan disajikan dalam aplikasi. Selanjutnya dilakukan perancangan desain interaksi dengan hasil akhir prototype yang kemudian akan dievaluasi tingkat usability- nya dengan pengujian aplikasi. Ada proses iterasi yang terjadi apabila hasil pengujian bernilai negatif, yaitu melakukan perbaikan dimulai dari tahap mana pun sesuai dengan tingkat permasalahannya.
2.4. Remote Usability Testing
Menurut Nielsen Norman Group, Usability testing merupakan metode pengujian dimana fasilitator (peneliti) meminta partisipan untuk melakukan beberapa tugas yang telah ditentukan
sebelumnya dengan menggunakan suatu antarmuka pengguna. Fasilitator akan mengobservasi hasil pengujian dari perilaku dan feedback yang diberikan oleh partisipan. Tujuan dilakukannya usability testing adalah untuk mengidentifikasi masalah, mempelajari perilaku pengguna dan preferensinya, serta menemukan peluang agar dapat meningkatkan kualitas.
Penelitian ini menerapkan remote usability testing yang pelaksanaannya dilakukan tanpa bertatap muka dengan partisipan pengujian.
Pengujian ini dibantu perangkat pendukung yang dapat memudahkan fasilitator dalam mensimulasikan prototype dan mendokumentasikan proses pengujian yang dilakukan oleh partisipan. Ada dua jenis pengujian yang dapat dilakukan, yaitu moderated dan unmoderated. Pengujian secara moderated dilakukan dengan komunikasi secara langsung antara fasilitator dengan partisipan, dimana fasilitator tetap dapat berkomunikasi secara langsung untuk menjelaskan tugas yang akan dilakukan oleh partisipan serta mengajukan pertanyaan seputar tanggapan dan komentar terhadap sistem yang diuji. Sedangkan pengujian secara unmoderated dilakukan sendiri oleh partisipan tanpa ada interaksi secara langsung dengan fasilitator. Sehingga, fasilitator tidak dapat mengobservasi langsung bagaimana perilaku dan tanggapan partisipan terhadap sistem yang diuji (Nielsen Norman Group, 2013).
2.5. SUS Questionnaire
System Usability Scale (SUS) merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat usability dari sebuah produk atau sistem dengan 10 pernyataan yang merepresentasikan keseluruhan usability. Dikembangkan oleh John Brooke, SUS dapat dikatakan sebagai salah satu model skala likert, dimana setiap pernyataan memiliki 5 (atau 7) poin skala penilaian (Brooke, SUS - A "Quick and Dirty" Usability Scale, 1986). Pada SUS, terdapat 5 poin yang menggambarkan pernyataan positif yang mengarah kepada persetujuan partisipan dan 5 poin yang menggambarkan pernyataan negatif yang mengarah kepada ketidak setujuan partisipan.
Cara menghitung skala likert adalah sebagai berikut:
• Pada pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7 dan 9, skor yang didapatkan, dikurangi dengan 1,
• Pada pertanyaan nomor 2, 4, 6, 8, dan 10, skor yang didapatkan, dikurangi dari 5,
• Jumlahkan seluruh skor, kemudian dikali dengan 2.5.
Hasil dari SUS merupakan bilangan riil dengan nilai 0-100. Nilai tersebut nantinya akan menentukan kategori penilaian sistem berdasarkan pengukuran skala likert. Hal-hal yang akan ditentukan ialah grade, acceptability range, dan adjective ratings.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1. Metodologi Penelitian
Bagian ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, seperti yang telah dipaparkan dalam Gambar 1. Studi literatur terhadap teori-teori yang akan digunakan dalam perancangan selama proses penelitian. Tahapan selanjutnya adalah analisis konteks penggunaan yang dilakukan melalui identifikasi terhadap stakeholder dan pengguna, karakteristik pengguna, tugas dan tujuan pengguna, serta lingkungan yang mendukung penggunaan sistem. Analisis ini dilakukan untuk menentukan tujuan dan fungsi aplikasi.
Tahap selanjutnya adalah analisis kebutuhan pengguna yang dilakukan dengan wawancara stakeholder serta forum group discussion (FGD)
bersama kelompok pengguna. Hasil dari analisis ini berupa 3 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan fungsional, kebutuhan non fungsional, dan kebutuhan konten. Selanjutnya, masuk ke tahap perancangan desain solusi, dimana aplikasi dirancang dimulai dari bentuk storyboard, user flow, information architecture, desain visual, wireframe, hingga mockup yang menghasilkan prototype interaktif, untuk kemudian dievaluasi pada tahap terakhir dengan metode remote usability testing. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap hasil pengujian, dan penarikan kesimpulan serta saran bagi penelitian selanjutnya.
4. ANALISIS KEBUTUHAN
Tahap ini merupakan tahap menganalisis konteks penggunaan serta kebutuhan pengguna.
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis hasil wawancara terhadap stakeholder dan FGD dengan perwakilan kelompok pengguna.
4.1. Identifikasi Pengguna dan Stakeholder Tahap ini ditentukan berdasarkan landasan hukum serta hasil analisis stakeholder terhadap data kesehatan Kota Malang. Pengguna dan stakholder merupakan faktor penting dalam proses HCD. Peran stakeholder dan kelompok pengguna akan dijelaskan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Daftar Stakeholder
Stakeholder Peran
Dinas Kesehatan Kota Malang
Mencatat dan menyimpan data kesehatan
Masyarakat Kota Malang.
Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Malang
Menyediakan sarana untuk menyajikan data kesehatan kepada Masyarakat Kota Malang.
Masyarakat Kota Malang
Mengakses data kesehatan.
Tabel 2. Daftar Pengguna Kelompok
Pengguna Peran
Masyarakat Kota Malang
Pihak yang
membutuhkan data
kesehatan sebagai sumber informasi maupun peneletian.
4.2. Identifikasi Karakteristik Pengguna Identifikasi karakteristik pengguna didapatkan dari hasil wawancara dan analisis terhadap stakeholder. Beberapa karakteristiknya ialah:
• Pengguna merupakan masyarakat Kota Malang, terutama yang memiliki fokus pendidikan atau pekerjaan dalam bidang kesehatan.
• Tidak ada batasan jenis kelamin.
• Tidak ada batasan usia.
• Aktif menggunakan smartphone.
Hasil identifikasi ini kemudian menjadi acuan dalam menentukan responden yang terlibat dalam proses FGD. Dari hasil FGD, dirumuskan persona dan empathy map yang mewakili kelompok pengguna, seperti pada Gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Persona
Gambar 3. Empathy Map
4.3. Identifikasi Tujuan dan Tugas Pengguna Identifikasi tujuan dan tugas pengguna didapat dari hasil FGD dengan kelompok pengguna. Tujuan dan tugas ini kemudian dirumuskan dalam user journey yang memetakan aktifitas pengguna ketika menggunakan aplikasi. Tugas dan tujuan pengguna tersebut diantaranya adalah:
1. Memilih data kesehatan
2. Melihat infografik kesehatan masyarakat 3. Melihat informasi mengenai gangguan atau
program kesehatan dari data yang ditampilkan
4. Melihat data kesehatan pada tahun-tahun tertentu
5. Melihat berita & artikel kesehatan terkini 4.4. Identifikasi Lingkungan Sistem
Berikut ini merupakan identifikasi lingkungan yang dapat menunjang penggunaan sistem. Lingkungan ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak, seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Lingkungan Sistem No. Karakter Sistem
1 Perangkat Keras
Diaplikasikan pada ponsel pintar.
2 Perangkat Lunak
Dapat diakses menggunakan sistem operasi Android maupun iOS.
4.5. Kebutuhan Pengguna
Kebutuhan pengguna dibagi menjadi tiga, yaitu kebutuhan fungsional, non fungsional, dan kebutuhan konten. Daftar kebutuhan ini telah dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kebutuhan Pengguna
Jenis
Kebutuhan Keterangan
Fungsional
Aplikasi dapat
memberikan pilihan data kesehatan yang ingin ditampilkan.
Aplikasi dapat
menampilkan infografik data kesehatan
masyarakat.
Aplikasi memberikan informasi mengenai gangguan maupun program kesehatan dari data yang ditampilkan.
Aplikasi dapat
memberikan data dalam hitungan tahun.
Aplikasi dapat
menampilkan berita &
artikel kesehatan terkini.
Non Fungsional
Aplikasi dapat dioperasikan melalui sistem operasi Android dan iOS.
Aplikasi dapat
menyajikan infografik dengan ringkas dan jelas.
Aplikasi dapat
memberikan narasi pada data dengan bahasa yang komunikatif.
Aplikasi dapat digunakan secara efektif dengan nilai hasil pengujian lebih dari 78% task berhasil dilakukan.
Aplikasi memberikan kepuasan kepada pengguna dengan nilai hasil pengukuran SUS lebih dari 68 (nilai rata- rata).
Konten
Berita Ibu Hamil Bayi Balita Wabah
Penderita Gangguan Mental
Penderita Narkoba Program KB Data Sebaran COVID-19 5. DESAIN SOLUSI
Bagian ini merupakan pemaparan hasil dari perancangan desain solusi Aplikasi Malang Sehat modul pendataan dan monitoring. Hasil perancangan yang didapat berupa storyboard, user flow, dan information architecture yang disusun sesuai dengan konteks penggunaan dan kebutuhan pengguna yang telah dianalisis pada tahap sebelumnya.
5.1. User Flow
Gambar 4 berikut ini merupakan contoh user flow yang menggambarkan alur penggunaan aplikasi. Alur ini telah disesuaikan dengan tujuan dan tugas pengguna yang telah ditentukan sebelumnya.
Gambar 4. Contoh User Flow
5.2. Information Architecture
Gambar 5. Contoh Information Architecture
Gambar 5 menunjukkan struktur informasi yang dimiliki oleh Aplikasi Malang Sehat modul pendataan dan monitoring. Arsitektur ini berfungsi untuk menentukan informasi dan data apa saja yang akan dimuat dan dapat diakses dalam aplikasi. Perancangan arsitektur ini dilakukan secara online pada tool draw.io.
5.3. Wireframe & Screenflow
Gambar 6 menunjukkan wireframe dari salah satu halaman pada aplikasi, sementara Gambar 7 menunjukkan screen flow dari rancangan desain solusi. Wireframe digunakan sebagai acuan untuk menentukan konsep desain, tata letak, dan konten yang akan dimuat dalam aplikasi, sedangkan screenflow digunakan untuk menunjukkan alur halaman yang akan dilalui pengguna ketika menggunakan aplikasi.
Gambar 6. Screenflow
Gambar 7. Wireframe
5.4. Mockup
Gambar 8 di bawah ini menunjukkan contoh mockup yang telah dirancang untuk Aplikasi Malang Sehat modul pendataan dan monitoring.
Perancangan mockup ini telah disesuaikan dengan wireframe yang telah dirancang sebelumnya.
Gambar 8. Contoh Mockup
6. EVALUASI DESAIN
Bagian ini merupakan tahap akhir dari perancangan desain interaksi Aplikasi Malang Sehat modul pendataan dan monitoring.
Pengujian dilakukan untuk mengevaluasi hasil perancangan desain solusi melalui penilaian usability, yang meliputi aspek effectiveness, efficiency, dan satisfaction. Evaluator akan menguji prototype dengan mengerjakan beberapa task scenario, yaitu:
1. Melihat Berita tentang BKKBN.
2. Melihat infografik penyakit DBD pada tahun 2016-2018.
3. Mengunduh data penyakit DBD di Wilayah Sukun pada tahun 2017-2019.
6.1. Hasil Pengujian
Bagian ini merupakan pemaparan dari hasil pengujian yang telah dilakukan. Ada 3 aspek yang diperhitungkan dalam pengujian ini, yaitu effectiveness, efficiency, dan satisfaction. Hasil pengujian dikalulasi dengan menggunakan rumus perhitungan dari ISO/IEC 9126-4. Untuk aspek effectiveness menggunakan rumus task completion, dengan hasil sebagai berikut:
𝑇𝑎𝑠𝑘 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑖𝑜𝑛 = ∑ 𝐴
∑ 𝐵× 100% (1) 𝑇𝑎𝑠𝑘 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑖𝑜𝑛 = 58
63× 100%
𝑇𝑎𝑠𝑘 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0.92 × 100%
𝑇𝑎𝑠𝑘 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑖𝑜𝑛 = 92%
Sedangkan untuk aspek efficiency, menggunakan rumus overall relative efficiency dengan hasil sebagai berikut:
𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = ∑ 𝐴∑ 𝐵× 100% (2) 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = ∑ 2665.5
∑ 2932.44× 100%
𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 0.91 × 100%
𝐸𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 91%
Pada aspek satisfaction, hasil perhitungan dari kuesioner adalah sebagai berikut:
𝑆𝑈𝑆 = ∑ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
∑ 𝐸𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟 (3)
𝑆𝑈𝑆 = 1590
21 = 75.71 6.2. Perbaikan Desain Solusi
Gambar 9 menunjukkan contoh hasil perbaikan pada desain solusi berdasarkan kritik dan saran dari para evaluator. Pada gambar ini, perbaikan dilakukan dengan mengubah layout pada halaman utama, dengan meletakkan kategori data pada bagian awal halaman. Hal ini dilakukan untuk menyorot kategori data sebagai fitur utama pada Aplikasi Malang Sehat modul pendataan dan monitoring.
Gambar 9. Contoh Perbaikan Desain Solusi
7. PENUTUP
Perancangan desain interaksi Aplikasi Malang Sehat pada modul pendataan dan monitoring menggunakan metode human- centered design, dimulai dengan melakukan analisis konteks penggunaan terhadap stakeholder dan kelompok pengguna yang terlibat untuk menentukan karakteristik pengguna, tujuan dan tugas pengguna, serta lingkungan sistem yang menunjang aplikasi.
Selanjutnya, menganalisis kebutuhan pengguna menjadi 3 jenis kebutuhan yang kemudian menjadi acuan dalam perancangan desain solusi.
Hasil perancangan tersebut berupa prototype interaktif yang kemudian diuji oleh 21 orang evaluator.
Hasil dari pengujian ini adalah nilai persentase sebesar 92% pada aspek effectiveness dan 91% pada aspek efficiency. Pada aspek satisfaction, nilai yang didapatkan sebesar 75.71 dengan predikat ‘Acceptable’ dan menadapatkan peringkat C yang termasuk dalam kategori
‘Baik’ pada adjective ratings.
Terdapat beberapa saran yang direkomendasikan bagi penelitian selanjutnya, yaitu perlu kembali dilakukannya pengujian sebagai bentuk evaluasi dari hasil rancangan perbaikan yang terlah diberikan. Kemudian perlu juga dilakukan implementasi terhadap Aplikasi Malang Sehat sebagai tahap pengembangan sistem.
8. DAFTAR PUSTAKA
Brooke, J. (1986). SUS - A "Quick and Dirty"
Usability Scale. In P. W. Jordan, B.
Thomas, B. A. Weerdmeester, & A. L.
McClelland (eds.). Usability Evaluation in Industry.
Brooke, J. (2013). SUS: A Retrospective.
Journal Of Usability Studies, Vol. 8, Issue 2, pp. 29-40.
Dinas Kesehatan Kota Malang. (2019). Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2018.
Malang: Dinas Kesehatan Kota Malang.
Dinas Kesehatan Kota Malang. (t.thn.). Balita Kurang Gizi dan Gizi Buruk 2014-2016.
Diambil kembali dari Malang Open Data:
https://opendata.malangkota.go.id/data/ke sehatan_gizi_balita/2016
Interaction Design Foundation. (2020, July). 7 UX Deliverables: What will I be making as a UX designer? Diambil kembali dari Interaction Design Foundation:
https://www.interaction-
design.org/literature/article/7-ux-
deliverables-what-will-i-be-making-as-a- ux-designer
Interaction Design Foundation. (2020, June).
What is Interaction Design? Diambil kembali dari Interaction Design Foundation: https://www.interaction- design.org/literature/article/what-is- interaction-design
ISO. (2010). ISO 9241-210:2010 Ergonomics of human-system interaction - Human- centered design for interactive systems.
ISO 9241-210:2010.
Kane, L. (2018, 08 12). Designing Effective Infographics. Diambil kembali dari
Nielsen Norman Group:
https://www.nngroup.com/articles/design ing-effective-infographics/
Nielsen Norman Group. (2013, 10 12). Remote Usability Tests: Moderated and Unmoderated. Diambil kembali dari
Nieslen Norman Group:
https://www.nngroup.com/articles/remote -usability-tests/
Widyono, S. F. (2019). Perancangan User Interface Aplikasi Travelingyuk Berbasis Mobile Menggunakan Metode Human Centered Design (HCD). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 7415-7424.