• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECANDUAN PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KUALITAS HIDUP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KECANDUAN PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KUALITAS HIDUP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

JANNATUN ARABIAH 180100154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

JANNATUN ARABIAH 180100154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kecanduan Penggunaan Smartphone Terhadap Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran. Shalawat sera salam selalu tercurah kepada Rasul kita yang mulia, teladan sepanjang masa, Muhammad Sallallohu ‘alaihi wasallam. Yang mana kita mengharapkan syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Tidak sempurna rasa syukur saya kepada Allah tanpa berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Tentunya penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu saya hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.

2. Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A selaku Dosen Pembimbing skripsi saya, terima kasih terkhusus atas bimbingan, arahan, koreksi, kritik yang membangun serta telah meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. dr. Ismiralda Siregar, M.Kes, dr. Haflin Soraya Hutagalung, M.Ked(Neu), Sp.S(K) dan dr. Fitriani Lumongga, M. Ked (PA), Sp.PA selaku Dosen Penguji skripsi saya. Terima kasih atas segala tuntunan, koreksi, dan berbagai kritik yang membangun dalam memperbaiki segala kekurangan penulis, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(5)

iii

4. Teman sejawat angkatan 2018 serta Adik-adik angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia sebagai responden dalam penelitian ini.

5. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tatacara penulisan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih baik kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kedokteran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, November 2021

Penulis

(Jannatun Arabiah) NIM. 180100154

(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Singkatan ... ix

Abstrak ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Smartphone ... 5

2.1.1 Defenisi ... 5

2.2 Kecanduan Smartphone ... 5

2.2.1 Defenisi ... 5

2.2.2 Durasi Penggunaan Smartphone ... 6

2.2.3 Indikator Kecanduan Smartphone ... 6

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecanduan Smartphone ... 7

2.2.5 Dampak Kecanduan Smartphone ... 8

2.2.6 Kriteria Diagnosis Kecanduan Smartphone ... 9

2.2.7 Skala Pengukuran Kecanduan Smartphone ... 11

2.3 Kualitas Hidup ... 12

2.3.1 Defenisi ... 12

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 13

2.3.3 Aspek Kualitas Hidup ... 14

2.3.4 Skala Pengukuran Kualitas Hidup ... 14

2.4 Hubungan Kecanduan Smartphone Dengan Kualitas Hidup ... 16

2.5 Kerangka Teori... 18

2.6 Kerangka Konsep ... 19

2.7 Hipotesis Penelitian ... 19

(7)

v

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Sampel ... 21

3.4 Besar Sampel Penelitian ... 21

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.5.1 Data Primer ... 23

3.5.2 Instrumen Penelitian ... 23

3.6 Metode Analisa Data ... 24

3.7 Definisi Operasional ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.1.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 27

4.1.2 Tingkat Kecanduan Smartphone ... 28

4.1.3 Kualitas Hidup ... 28

4.1.4 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kualitas Hidup 31 4.2 Pembahasan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN A ... 46

LAMPIRAN B ... 48

LAMPIRAN C ... 49

LAMPIRAN D ... 50

LAMPIRAN E ... 51

LAMPIRAN F... 52

LAMPIRAN G ... 53

LAMPIRAN H ... 58

LAMPIRAN I ... 61

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 ROC Curve ... 12 2.2 Kerangka Teori ... 18 2.3 Kerangka Konsep ... 19

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kriteria Diagnostik Kecanduan Smartphone... 10

2.2 Penilaian Dimensi Kualitas Hidup ... 15

3.1 Data Jumlah Mahasiswa ... 20

4.1 Karakteristik Responden ... 27

4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecanduan Smartphone.... 28

4.3 Distribusi Frekuensi Kesehatan Fisik ... 29

4.4 Distribusi Frekuensi Kesejahteraan Psikologis ... 29

4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Sosial ... 30

4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan dengan Lingkungan ... 30

4.7 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup ... 31

4.8 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kesehatan Fisik 31 4.9 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kesejahteraan Psikologis ... 32

4.10 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Hubungan Sosial 33 4.11 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Hubungan Lingkungan... 33 4.12 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kualitas Hidup 34

(10)

viii DAFTAR SINGKATAN

APJII : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia AUC : Area Under Curve

BDI : Back Depression Inventory IDA : Indonesian Digital Association OCD : Obsessive-compulsive disorder ROC : Receiver Operating Characteristics

SAS-SV : Smartphone Addiction Scale-Short Version SPSS : Statistical Product and Service Solution WHOQoL : World Health Organization Quality of Life WIB : Waktu Indonesia Barat

(11)

ix ABSTRAK

Latar Belakang: Kecanduan smartphone adalah ketergantungan individu dalam menggunakan smartphone untuk mengakses internet secara terus menerus tanpa menghiraukan dampak negatifnya. Hasil survei APJII menunjukan pertumbuhan pengguna internet tahun 2014 berjumlah 88,1 juta pengguna, tahun 2016 berjumlah 132,7 juta pengguna, sehingga terjadi kenaikan sebesar 44,6 juta pengguna internet selama dua tahun. Tujuan: Secara umum, untuk mengetahui hubungan kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Sampel pada penelitian ini mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebanyak 100 orang dan diacak secara Proportionate Stratified Random Sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diberikan secara online. Data kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Analisa Chi-Square. Hasil: Pada penelitian ini ditemukan bahwa 54%

responden memiliki tingkat kecanduan smartphone tinggi dan 74% responden memiliki kualitas hidup yang baik. Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh kecanduan penggunaan smartphone terhadap kesehatan fisik dan hubungan sosial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas hidup (p = 0.087).

Kata kunci: Kecanduan Smartphone, Kualitas Hidup, SAS-SV, WHOQoL-BREF

(12)

x ABSTRACT

Background. Smartphone addiction is an addiction that leads an individual to access the internet constantly without minding the negative effects. Survey held by APJII shows increasing number of internet users with just 88,1 million in 2014 to 132,7 million in 2016 which is 44,6 million additional users in 2 years. Objective. Generally the aim of this research is to see the relation between smartphone addiction and the quality of life of students at FK USU. Method. This research is considered observational analytics by using cross-sectional design. Samples in this research are 100 students at FK USU and randomly picked by using Proportionate Stratified Random Sampling while data is obtained from filling online questionnaire. Data then was analysed using Chi-Square test. Results: This study found that 54% of respondents had a high level of smartphone addiction and 74% of respondents had a good quality of life. This study shows that there is an influence of smartphone addiction on physical health and social relations in students of the Faculty of Medicine,Universitas Sumatera Utara. Conclusion: Based on the results of the study, it can be concluded that there is no relationship between smartphone addiction and quality of life (p = 0.087).

Keywords : Smartphone addiction, Quality of Life, SAS-SV, WHOQoL-BREF

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teknologi saat ini telah berkembang secara cepat. Tren gadget terus berkembang di Indonesia. Kecanggihan teknologi gadget semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan media yang modern dan praktis, produsen gadget semakin berlomba-lomba dalam menawarkan kemudahan dan kecepatan bagi para pengguna media. Trend gadget yang mudah dijumpai dikalangan masyarakat adalah telepon genggam (handphone) dan ponsel cerdas (smartphone) (Ariani, 2012).

Hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menunjukan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Survei pengguna internet tahun 2014 berjumlah 88,1 juta pengguna, tahun 2016 berjumlah 132,7 juta pengguna, sehingga terjadi kenaikan sebesar 44,6 juta pengguna internet selama dua tahun. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia paling banyak menggunakan media smartphone untuk mengakses internet dibandingkan media lainnya. Hal ini didukung oleh survei Indonesian Digital Association (IDA) yang menyatakan bahwa masyarakat perkotaan Indonesia 96% menggunakan media smartphone untuk mencari informasi (Firmansyah et al., 2019)

Berdasarkan komposisi pengguna internet menurut usia : 4,24% pada usia

>54 tahun, 29,55% pada usia 35-54 tahun, 49,52% pada usia 19-34 tahun, dan 16,68% pada usia 13-18 tahun. Dan setiap tahunnya penggunaan terus meningkat tajam. (APJII, 2017).

Menurut Paramita (2016) kecanduan smartphone adalah ketergantungan individu dalam menggunakan smartphone untuk mengakses internet secara terus menerus tanpa menghiraukan dampak negatifnya.

(14)

Smartphone yang tidak lepas dari fasilitas internetnya dapat memberikan dampak positif bagi penggunanya. Internet dapat memudahkan individu dalam mengakses informasi, berkomunikasi, belanja online, mencari literatur, edukasi, dan juga dapat memudahkan individu dalam berbagi informasi yang berkaitan dengan berbagai macam topik seperti seni, budaya, sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya (Irawan, 2014). Namun, selain memberikan efek positif internet juga dapat memberikan efek negatif bagi individu apabila digunakan secara berlebihan. Individu menjadi kurang bersosialisasi dengan lingkungan sosial, acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar, solidaritas masyarakat menjadi melemah dan membuat tata krama remaja semakin luntur dari budaya asli Indonesia (Firmansyah et al., 2019).

Ketergantungan smartphone dapat mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, maupun sosial. Masalah umum yang sering muncul dalam ketergantungan smartphone berupa gejala stress, gelisah, insomnia, terganggunya kesehatan mata, serta berkurangnya interaksi sosial secara langsung. Adapun beberapa dampak lainnya apabila seseorang telah ketergantungan pada smartphone antara lain: dapat mengakibatkan anak lebih dekat dengan smartphone dibandingkan perhatian orang tuanya, smartphone dapat membuat orang tersebut isolasi-sosial dan lebih memilih untuk berkomunikasi didunia maya dibandingkan lingkungan sekitarnya (Ramaita et al., 2019).

Kualitas hidup adalah persepsi individual terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada dan hubungannya terhadap tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya yang terkait.

Masalah terkait kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana mereka berada (Jacob dan Sandjaya, 2018).

Terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup yang terdiri dari kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan. Dari beberapa aspek tersebut sangat erat hubungannya dengan efek yang diakibatkan dari kecanduan smartphone. Mahasiswa fakultas kedokteran

(15)

bisa dikatakan cukup sibuk dengan berbagai kegiatan akademik seperti diskusi tutorial, skills lab, kegiatan praktikum, serta non akademik lainnya. Sehingga membuat penggunaan smartphone sebagai media refreshing berlebihan.

Menurut penelitian Wijaya (2021), diperoleh bahwa tingkat kecanduan smartphone kategori tinggi sebanyak 52% dan kategori rendah sebanyak 48%

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian lain oleh Mubarak (2019) di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, diperoleh aspek kualitas hidup terendah berada pada aspek psikologis (41,47%) diikuti aspek kesehatan fisik (43,6%) dan aspek tertinggi berada pada aspek lingkungan (64,85%) diikuti dengan aspek hubungan sosial (63,18%).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2019) mengenai hubungan antara kecanduan smartphone terhadap kualitas hidup mahasiswa Kedokteran Universitas Sebelas Maret didapatkan rerata skor tertinggi WHOQOL-BREF adalah mahasiswa angkatan 2016 dengan skor 94,39 dan skor terendah sebesar 93,01 oleh mahasiswa angkatan 2018. Sedangkan untuk rerata skor tertinggi Smartphone Addiction Scale oleh mahasiswa angkatan 2015 dengan skor 105,56 dan rerata skor terendah oleh mahasiswa angkatan 2018 dengan skor 100,25.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan Kecanduan Penggunaan Smartphone Terhadap Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana hubungan kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran USU?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

Mengetahui hubungan kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(16)

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui pengaruh kecanduan penggunaan smartphone terhadap kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan pada mahasiswa FK USU

2. Untuk mengetahui tingkat kecanduan smartphone pada mahasiswa FK USU

3. Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup pada mahasiswa FK USU 1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi Pendidikan

Untuk menambah informasi dan wawasan mengenai hubungan kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas hidup.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang pengaruh kecanduan penggunaan smartphone sehingga dapat melakukan upaya pencegahan lebih dini.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian sekaligus pengaplikasian ilmu yang didapat selama proses perkuliahan.

(17)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SMARTPHONE

2.1.1 DEFENISI

Smartphone adalah telepon pintar yang memiliki kemapuan hampir sama dengan komputer serta dilengkapi dengan sistem operasi yang canggih.

Smartphone memungkinkan agar individu tetap terhubung dengan orang lain melalui fasilitas telepon maupun data internet secara bersamaan (Fitria, 2013).

Smartphone merupakan perangkat teknologi komunikasi canggih yang mampu untuk berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung.

smartphone tidak hanya untuk alat komunikasi saja, akan tetapi smartphone juga dapat mengakses internet, menyimpan data, bahkan mengirim pesan email (Ramaita et al., 2019).

2.2 KECANDUAN SMARTPHONE 2.2.1 DEFENISI

Kecanduan smartphone (smartphone addiction) merupakan suatu gangguan kontrol pada hasrat atau keinginan untuk menggunakan smartphone dan ketidakmampuan individu untuk mengontrol waktu penggunaan smartphone itu sendiri sehingga timbul perasaan cemas dan gangguan hubungan sosial (Hidayat

& Mustikasari, 2014).

Kecanduan smartphone adalah suatu keadaan dimana seseorang terikat atau kecanduan terhadap smartphone yang menyebabkan terjadinya masalah sosial seperti halnya menarik diri dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari- hari atau bisa juga dikatakan sebagai gangguan kontrol implus terhadap diri seseorang (Kwon, 2013).

(18)

2.2.2 DURASI PENGGUNAAN SMARTPHONE

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Omega T 2017 (Lakshono, 2018), berdasarkan data primer disebutkan bahwa durasi dalam penggunaan smartphone dikatakan lama apabila menggunakan smartphone dengan total waktu lebih dari 11 jam, dan dikatakan sebentar jika kurang dari 11 jam dalam sehari baik untuk mencari berita, membuka sosial media, bermain game, maupun hanya untuk hiburan.

2.2.3 INDIKATOR KECANDUAN SMARTPHONE

Menurut penelitian sebelumnya terdapat lima aspek yang menjelaskan tentang perilaku smartphone addiction. Meliputi Daily-life disturbance, Withdrawal, Cyberspace-oriented relationship, Overuse, Tolerance (Kwon et al, 2013).

1. Daily-life disturbance

Merupakan gangguan kehidupan sehari-hari mencakup hilangnya pekerjaan yang sudah direncanakan, mengalami kesulitan konsentrasi di dalam kelas atau saat bekerja, penglihatan menjadi buram, nyeri pada pergelangan tangan dan di belakang leher serta mengakibatkan gangguan tidur.

2. Withdrawal

Withdrawal terkait dengan rasa tidak sabar, gelisah dan tidak bisa tanpa smartphone, selalu mengingat smartphone walaupun tidak menggunakannya, tidak pernah berhenti menggunakan smartphone dan menjadi tersinggung apabila diganggu saat sedang menggunakan smartphone.

3. Cyberspace-oriented relationship

Cyberspace-oriented relationship mencakup pertanyaan mengenai seseorang yang merasa hubungan dengan teman yang dikenalnya melalui smartphone menjadi jauh lebih akrab dibanding dengan teman di

(19)

kehidupan nyata, mengalami perasaan kehilangan yang tidak terkendali ketika tidak menggunakan smartphone dan selalu memeriksa smartphone.

4. Overuse

Overuse mengacu pada penggunaan smartphone yang tidak terkontrol, lebih memilih mencari sesuatu lewat smartphone daripada meminta bantuan orang lain, selalu mempersiapkan alat pengisi daya smartphone, dan dorongan untuk kembali menggunakan smartphone setelah berhenti menggunakannya.

5. Tolerance

Tolerance yaitu selalu berusaha untuk mengontrol, agar tidak menggunakan smartphone akan tetapi selalu gagal melakukannya (Mulyana dan Afriani, 2018).

2.2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECANDUAN

SMARTPHONE

Menurut Duha Agusta terdapat faktor-faktor resiko kecanduan menggunakan smartphone yaitu faktor internal, faktor situasional, faktor eksternal, dan faktor sosial (Agusta, 2016).

1. Faktor internal.

Faktor yang menggambarkan karaketeristik individu dan paling mempengaruhi individu dalam kecanduan smartphone. Faktor internal ini mengandung tiga aspek-aspek penyebab yaitu aspek kontrol diri yang rendah, sifat sensation seeking yang tinggi dan self esteem yang rendah. Faktor internal pada penelitian ini merupakan faktor yang paling beresiko membuat individu menjadi kecanduan terhadap smartphone.

2. Faktor situasional

Penyebab kecanduan smartphone adalah faktor yang menggambarkan tentang situasi psikologis individu. Hal yang ditekankan disini yaitu merasa nyaman secara psikologis apabila mereka menggunakan

(20)

smartphone. Faktor situasional pada penelitian faktor beresiko kedua menyebabkan individu menjadi kecanduan terhadap smartphone.

3. Faktor eksternal

Penyebab kecanduan smartphone adalah faktor yang mempengaruhi individu dalam hal membeli smartphone. Pada faktor ini dijelaskan tentang bagaimana besarnya pengaruh media dalam memasarkan smartphone dan fasilitas yang disediakan. Faktor eksternal pada penelitian ini faktor yang beresiko ketiga menyebabkan individu menjadi kecanduan terhadap smartphone.

4. Faktor sosial

Penyebab kecanduan smartphone adalah faktor yang menggambarkan tentang kebutuhan interaksi sosial. Faktor sosial ini menjelaskan pola interaksi sosial yang mempengaruhi individu menjadi kecanduan terhadap smartphone. Faktor sosial pada penelitian ini faktor yang beresiko keempat menyebabkan individu menjadi kecanduan terhadap smartphone.

2.2.5 DAMPAK KECANDUAN SMARTPHONE

Berdasarkan Yuwanto terdapat enam dampak yang diakibatkan oleh perilaku kecanduan smartphone. Meliputi hal-hal berikut ini:

1. Konsumtif

Penggunaan smartphone dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) membuat seseorang harus mengeluarkan biaya untuk bisa mengoperasikan beberapa fasilitas tersebut.

2. Psikologis

Dampak psikologis yang muncul adalah dimana seseorang merasa cemas atau tidak nyaman ketika tidak menggunakan atau tidak membawa smartphone.

(21)

3. Fisik

Terjadi gangguan seperti gangguan tidur atau pola tidur yang berubah dan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat seseorang menjadi lebih mudah terserang penyakit.

4. Relasi sosial

Berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain dikarenakan seseorang tersebut terlalu fokus dengan smartphone yang dimilikinya atau lebih merasa nyaman berinteraksi dengan menggunakan smartphone.

5. Akademis / Pekerjaan

Berkurangnya waktu dalam mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan.

6. Hukum

Perasaan ingin menggunakan smartphone yang tidak terkontrol menyebabkan seseorang menggunakan smartphone saat mengemudi dapat membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain (Hasyim, 2018).

2.2.6 KRITERIA DIAGNOSIS KECANDUAN SMARTPHONE Kriteria diagnostik untuk smartphone dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian pertama (kriteria A) terdiri dari gejala-gejala kecanduan smartphone, bagian kedua (kriteria B) tentang gangguan fungsional sekunder dari penggunaan smartphone, dan bagian ketiga (kriteria C) adalah kriteria eksklusi untuk memisahkan dari episode manik dan obsessive-compulsive disoder (OCD) (Lin et al., 2016).

(22)

Tabel 2.1 Kriteria diagnostik kecanduan smartphone

Kategori kriteria Deskripsi

Kategori A Pola maladaptif dari penggunaan smartphone yang mengarah ke gangguan signifikan secara klinis atau kesulitan, terjadi kapan saja selama periode 3 bulan.

Terdapat tiga (atau lebih) dari gejala berikut:

1. Kegagalan berulang untuk menahan impuls untuk menggunakan smartphone

2. Penarikan kembali, sebagaimana manifestasi dari disforia, anxietas dan/atau iritabilitas setelah satu kurun waktu tidak menggunakan smartphone

3. Penggunaan smartphone lebih lama dari yang diharapkan dalam satu periode

4. Keinginan yang persisten dan/atau kegagalan dalam usaha berhenti atau mengurangi durasi penggunaan smartphone

5. Menghabiskan banyak waktu untuk menggunakan atau berhenti menggunakan smartphone

6. Tetap melanjutkan menggunakan smartphone meskipun dia mengetahui bahwa memiliki masalah persisten atau berulang baik fisik maupun psikologis akibat penggunaan smartphone yang berlebihan

(23)

Kategori B Gangguan fungsional: terdapat dua atau lebih dari gejala berikut

1. Penggunaan smartphone berlebihan mengakibatkan masalah fisik maupun psikologis baik persisten atau berulang

2. Menggunakan smartphone dalam situasi yang berbahaya secara fisik (misalnya menggunakan smartphone saat mengemudi atau menyebrang jalan) atau memiliki efek negatif dalam kehidupan sehari- hari

3. Penggunaan smartphone mengakibatkan gangguan hubungan sosial, prestasi di sekolah atau kelangsungan bekerja

4. Penggunaan smartphone berlebihan mengakibatkan distress subjektif yang signifikan, atau membuang waktu

Kategori C Kriteria eksklusi

Perilaku kecanduan smartphone tidak dapat digolongkan dalam OCD atau gangguan bipolar tipe I

2.2.7 SKALA PENGUKURAN KECANDUAN SMARTPHONE

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner Smartphone Addiction Scale short version yang berisi 10 pertanyaan. Apabila responden menjawab sangat tidak sesuai maka akan diberikan nilai 1, tidak sesuai 2, agak tidak sesuai 3, agak sesuai 4, sesuai 5, dan sangat sesuai 6. Kemudian hasil penilaian akan dikategorikan yaitu untuk laki-laki, jika skor ≥ 31 maka dikategorikan tingkat kecanduan tinggi dan skor < 31 dikategorikan tingkat kecanduan rendah.

Sedangkan untuk perempuan, jika skor ≥ 33 maka dikategorikan tingkat

(24)

kecanduan tinggi dan skor < 33 dikategorikan tingkat kecanduan rendah (Wijaya, 2021).

Nilai cut-off SAS-SV ditentukan berdasarkan hasil konsultasi dengan psikolog klinis. Gambar 2.1 menunjukkan kurva ROC menurut jenis kelamin.

Pada anak laki-laki, nilai AUC adalah 0,963 (0,888-1.000), nilai cut-off adalah 31, nilai sensitivitas 0,867, dan nilai spesifisitas 0,893. Sedangkan untuk anak perempuan, nilai AUC adalah 0,947 (0,887-1.000), nilai cut-off 33, nilai sensitivitas 0,875, dan nilai spesifisitas 0,886. Berdasarkan nilai cut-off, skala ini dianggap sebagai alat yang tepat untuk mengevaluasi kecanduan smartphone (Min Kwon et al, 2013).

Gambar 2.1ROC Curve untuk Skala Kecanduan Smartphone – Skor Versi Pendek untuk memprediksi kecanduan smartphone dibandingkan dengan jenis kelamin (Min Kwon et al, 2013).

2.3 KUALITAS HIDUP 2.3.1 DEFENISI

Kualitas hidup yaitu persepsi individual terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada dan hubungannya terhadap tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya yang terkait.

Masalah yang meliputi kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana mereka berada (Jacob dan Sandjaya, 2018).

(25)

2.3.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP

a. Kontrol, berkaitan dengan kontrol terhadap perilaku yang dilakukan oleh seseorang, seperti pembatasan terhadap kegiatan untuk menjaga kondisi tubuh.

b. Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.

c. Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sarana-sarana fisik seperti tempat tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga bisa menunjang kehidupan.

d. Keterampilan, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan keterampilan lain yang mengakibatkan ia bisa mengembangkan dirinya, seperti mengikuti suatu kegiatan atau kursus tertentu.

e. Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan stres yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup sangat berhubungan erat dengan tugas perkembangan yang harus dijalani, dan terkadang kemampuan seseorang untuk menangani tugas tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri.

f. Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang. Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang sebagai individu.

g. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat bencana.

h. Perubahan politik, berkaitan dengan masalah negara seperti krisis moneter sehingga mengakibatkan orang kehilangan pekerjaan/mata pencaharian (Azizah dan Hartanti, 2016).

(26)

2.3.3 ASPEK KUALITAS HIDUP

1) Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan, energy dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidak nyamanan, tidur/istirahat, kapasitas kerja

2) Kesejahteraan psikologis, meliputi bodily image appearance, perasaan negative, perasaan positif, self-esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

3) Hubungan sosial, meliputi relasi personal, dukungan sosial, aktivitas seksual

4) Hubungan dengan lingkungan meliputi sumber finansial, kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan, partisispasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim serta transportasi (Mabsusah, 2016).

2.3.4 SKALA PENGUKURAN KUALITAS HIDUP

Penelitian ini menggunakan instrumen kualitas hidup yang dibuat oleh World Health Organization (WHO) yaitu WHOQoL-BREF. Instrumen ini berupa kuesioner yang terdiri dari 26 pertanyaan yang berbentuk self-report dimana responden diminta untuk memberi respon yang sesuai dengan kondisi dirinya.

Kuesioner WHOQoL-BREF ini terdiri dari 4 dimensi, berupa kesehatan fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Dimensi kesehatan fisik terdiri dari 7 item pertanyaan, yaitu pertanyaan di nomer 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Dimensi psikologis terdiri dari 6 pertanyaan, yaitu pertanyaan nomer 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Dimensi sosial terdiri dari 3 pertanyaan, yaitu pada pertanyaan nomor 20, 21, dan 22. Dimensi lingkungan 8 pertanyaan, yaitu pada nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Responden akan diarahkan untuk memilih salah satu angka dari skala

(27)

1-5 pada masing-masing pertanyaan. Instrumen WHOQoL-BREF memberikan satu macam skor dari masing-masing dimensi yang menggambarkan respon dari setiap individu di setiap dimensi. Dimensi kesehatan fisik memiliki skor 7-35, dimensi psikologis skor 6-30, dimensi sosial 3-15, dan dimensi lingkungan skor 8- 40. Seluruh hasil perhitungan akan ditransformasikan menjadi 0-100 sesuai ketetapan dari WHOQoL-BREF. Semakin tinggi skor yang didapat semakin baik kualitas hidup yang dimiliki, dan bila skor yang didapat semakin rendah maka semakin buruk kualitas hidupnya (Anggraini, 2018).

Tabel 2.2 Penilaian Dimensi Kualitas Hidup

NO Dimensi Penjumlahan untuk

menghitung nilai masing- masing dimensi

Raw Score s

Transforme d scores

0-100

1 Kesehatan fisik

(6Q3)+(6Q4)+Q10+Q15+Q16+Q 17+Q18

2 Kesejahteraan psikologis

Q5+Q6+Q7+Q11+Q19+(6-Q26)

3 Hubungan sosial

Q20+Q21+Q22

4 Hubungan dengan lingkungan

Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q 24+Q25

Sumber: WHOQOL-BREF (2004)

2.4 HUBUNGAN KECANDUAN SMARTPHONE DENGAN KUALITAS HIDUP

Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti penglihatan kabur dan nyeri pada pergelangan tangan atau leher (Kwon dkk, 2013). Selain itu juga, penggunaan smartphone secara berlebihan dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku. Hal ini juga dapat mengakibatkan masalah perilaku maladaptif, mengganggu sekolah atau pekerjaan,

(28)

mengurangi interaksi sosial pada kehidupan nyata, dan dapat menyebabkan gangguan hubungan atau interaksi kedepannya (Kuss & Griffiths, 2011). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pengguna smartphone, telah ditemukan bahwa kegelisahan, kecemasan, dan depresi lebih tinggi pada kelompok pengguna smartphone yang berlebihan dibanding kelompok pengguna smartphone yang normal (Hwang, Yoo & Cho, 2012). Studi yang ada mengenai hubungan antara penggunaan media elektronik dan tidur kebanyakan berfokus pada remaja. Hal ini telah di laporkan bahwa masalah penggunaan internet memiliki hubungan dengan masalah tidur, termasuk insomnia secara subjektif dan kualitas tidur yang buruk (Lam dalam Kadir, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Kadir dkk (2015) tentang hubungan antara penggunaan smartphone yang berlebihan dengan kualitas tidur, depresi, dan kecemasan pada mahasiswa. Penelitian ini melibatkan 319 mahasiswa. Dari semua peserta, 78% (248 mahasiswa) diantaranya adalah pengguna smartphone dan 22% (71 Mahasiswa) bukan pengguna smartphone. Mahasiswa dalam penelitian ini juga dibagi ke dalam tiga kelompok yang berbeda. Kelompok pertama, yaitu sebanyak 71 Mahasiswa masuk dalam kelompok bukan pengguna smartphone. Kelompok kedua sebanyak 121 mahasiswa masuk ke dalam kelompok pengguna smartphone rendah. Kelompok ketiga sebanyak 127 mahasiswa masuk ke dalam kelompok pengguna smartphone tinggi. Depresi, kecemasan, dan disfungsi siang hari yang merupakan komponen dari skor Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) lebih tinggi pada kelompok pengguna smartphone yang tinggi dibanding kelompok pengguna smartphone yang rendah (Kadir D dkk, 2015).

Secara signifikan terdapat korelasi positf antara skor Smartphone Addiction Scale (SAS) dan tingkat depresi, tingkat kecemasan, kualitas tidur secara subjektif, gangguan tidur, disfungsi siang hari, dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) global score. Kelompok pengguna smartphone tinggi menunjukkan tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna smartphone rendah berdasarkan Beck Depression Inventory (BDI) cut-off score.

(29)

Analisis secara regresi mengindikasikan bahwa tingkat depresi yang tinggi pada penggunaan smartphone dan kualitas tidur yang buruk dapat menimbulkan depresi/kecemasan. Oleh karena itu, depresi dan kecemasan adalah mediator antara penggunaan smartphone yang berlebihan dan kualitas tidur yang buruk.

Selain itu, depresi yang tinggi, tingkat kecemasan yang tinggi, perempuan, dan umur yang masih muda adalah prediktor independen dari penggunaan smartphone yang berlebihan (Kadir D dkk, 2015).

(30)

2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Kecanduan smartphone

Faktor yang mempengaruhi 1. Faktor internal 2. Faktor situasional 3. Faktor sosial 4. Faktor eksternal

Kualitas hidup

Faktor yang mempengaruhi 1. Kontrol

2. Kesempatan yang potensial

3. Sistem dukungan 4. Keterampilan 5. Kejadian dalam

hidup

6. Sumber daya 7. Perubahan

lingkungan 8. Perubahan politik

(31)

2.6 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.7 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Kecanduan Smartphone Kualitas Hidup

(32)

20 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Seluruh responden mendapatkan kuesioner tentang kecanduan penggunaan smartphone dan kuesioner tentang kualitas hidup.

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai November 2021.

Pengambilan data penelitian akan dilakukan pada bulan September 2021 hingga jumlah sampel terpenuhi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang berjumlah 760 orang.

Tabel 3.1 Data jumlah mahasiswa FK USU tahun 2020/2021

Angkatan Jumlah Mahasiswa (orang)

2018 254

2019 243

2020 263

Jumlah 760

(33)

3.3.2 SAMPEL

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018, 2019, dan 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil dengan cara Proportionate Stratified Random Sampling, dimana dilakukan dengan mengumpulkan data jumlah mahasiswa dari masing-masing angkatan yang kemudian ditentukan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing angkatan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah:

1. KRITERIA INKLUSI

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

a) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara aktif angkatan 2018, 2019, atau 2020

b) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani informed consent

2. KRITERIA EKSKLUSI

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

a) Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap 3.4 BESAR SAMPEL PENELITIAN

Pada penelitian ini besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus slovin. Rumus slovin digunakan untuk menghitung besar sampel dari populasi yang jumlahnya sudah diketahui secara pasti. Populasi pada penelitian ini berjumlah 760 orang.

Rumus Slovin sebagai berikut :

(34)

Keterangan : n = Besar sampel N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (Margin of error)

Berdasarkan rumus Slovin maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah

𝑛 = 760

1 + 760 (0,1)²

𝑛 =760 8,6 𝑛 = 88,37

Untuk mempermudah perhitungan dan pengolahan data pada sampel, maka peneliti membulatkan angka sampel menjadi 100.

Setelah diketahui besar sampel keseluruhan, dilakukan pengukuran besar sampel per strata dengan rumus sebagai berikut:

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 Keterangan:

ni = jumlah sampel menurut stratum Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya n = jumlah sampel seluruhnya

Angkatan 2018 = 254 × 100 : 760 = 33,42 = 33 ( Laki-laki : 17, Perempuan : 16) Angkatan 2019 = 243 × 100 : 760 = 31,97 = 32 (Laki-laki : 16, Perempuan : 16) Angkatan 2020 = 263 × 100 : 760 = 34,60 = 35 (Laki-laki : 18, Perempuan : 17)

(35)

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA 3.5.1 DATA PRIMER

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh langsung dari sampel penelitian. Data dikumpulkan melalui kuesioner Smartphone Addiction Scale short version untuk kecanduan smartphone dan kuesioner WHOQoL-BREF untuk kualitas hidup. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online dalam bentuk google form.

3.5.2 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner dan informed consent. Untuk kecanduan smartphone menggunakan kuesioner Smartphone Addiction Scale short version yang berisi 10 pertanyaan. Apabila responden menjawab sangat tidak setuju maka akan diberikan nilai 1, tidak setuju 2, sedikit tidak setuju 3, sedikit setuju 4, setuju 5, dan sangat setuju 6. Kemudian hasil penilaian akan dikategorikan yaitu untuk laki-laki, jika skor ≥ 31 maka dikategorikan tingkat kecanduan tinggi dan skor < 31 dikategorikan tingkat kecanduan rendah. Sedangkan untuk perempuan, jika skor ≥ 33 maka dikategorikan tingkat kecanduan tinggi dan skor < 33 dikategorikan tingkat kecanduan rendah. Untuk kualitas hidup menggunakan kuesioner WHOQoL- BREF yang terdiri dari 26 pertanyaan, dimana responden diminta untuk memberi respon yang sesuai dengan kondisi dirinya. Kuesioner WHOQoL-BREF ini terdiri dari 4 dimensi, yaitu kesehatan fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan.

Responden akan diinstruksikan untuk memilih salah satu angka dari skala 1-5 pada masing-masing pertanyaan. Instrumen WHOQoL-BREF memberikan satu macam skor dari masing-masing dimensi yang menggambarkan respon dari setiap individu di setiap dimensi. Dimensi kesehatan fisik memiliki skor 7-35, dimensi psikologis skor 6-30, dimensi sosial 3-15, dan dimensi lingkungan skor 8-40.

Seluruh hasil perhitungan akan ditransformasikan menjadi 0-100 sesuai ketetapan dari WHOQoL-BREF. Semakin tinggi skor yang didapat semakin baik kualitas

(36)

hidup yang dimiliki, dan bila skor yang didapat semakin rendah maka semakin buruk kualitas hidupnya.

3.6 METODE ANALISA DATA

Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan sistem komputerisasi menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan tahapan sebagai berikut :

1. Proses collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner 2. Proses checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid dan reliabel serta terhindar dari bias

3. Proses coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variable- variabel yang diteliti, misalnya nama responden diubah menjadi nomor 1, 2, dan seterusnya

4. Proses entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka) dimasukkan ke dalam program komputer

5. Analisis data

Data diolah dan diuji dengan uji statistik menggunakan uji Chi-Square dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan tingkat signifikansi  = 0,05.

(37)

3.7 DEFINISI OPERASIONAL

No

Variabel Definisi Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala

1.

Kecanduan smartphone

 Tingkat ketergantun gan

penggunaan smartphone disertai obsesi berlebihan dan

menyebabk an

gangguan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

Mengisi kuesioner

Kuesioner Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV).

Laki-laki Skor ≥ 31 : tingkat

kecanduan tinggi Skor < 31 : tingkat kecanduan rendah Perempuan Skor ≥ 33 : tingkat

kecanduan tinggi Skor < 33 : tingkat kecanduan rendah

Ordinal

2.

Kualitas

hidup Persepsi seseorang terhadap kesejahteraan hidup yang dimiliki berdasarkan

Mengisi kuesioner

Kuesioner WHOQoL- BREF

Skor dimensi kesehatan fisik : 7-35

Skor dimensi psikologis : 6-30 Skor dimensi

Ordinal

(38)

nilai-nilai pribadi yang meliputi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan yang

berpengaruh pada

aktivitas sehari-hari

sosial : 3-15 Skor dimensi lingkungan : 8-40 Seluruh hasil perhitungan akan ditransformasikan menjadi 0-100 sesuai ketetapan dari WHOQoL- BREF

Skor > 50 : kualitas hidup baik

Skor ≤ 50 : kualitas hidup buruk

(39)

27 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis yang disajikan merupakan data kualitatif yang didapatkan dari hasil pengisian kuesioner online berupa geogleform yang disebarkan melalui platform media social yaitu LINE. Penelitian mengikutsertakan 100 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Semua mengisi kuesioner dengan lengkap, sehingga tidak ada yang dieksklusi.

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESPONDEN

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2018, 2019, dan 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil dengan cara proportionate stratified random sampling.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi (n=100) Persentase (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 51 51

Perempuan 49 49

Stambuk

2018 33 33

2019 32 32

2020 35 35

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok laki-laki yaitu sebanyak 51 mahasiswa (51%) dan kelompok perempuan sebanyak 49 mahasiswa (49%).

(40)

Sedangkan untuk kelompok mahasiswa tahun masuk 2018 sebanyak 33 orang (33%), mahasiswa tahun masuk 2019 sebanyak 32 orang (32%) dan mahasiswa tahun masuk 2020 sebanyak 35 orang (35%).

4.1.2 TINGKAT KECANDUAN SMARTPHONE

Hasil analisis ini merupakan analisis univariat untuk melihat gambaran mengenai distribusi responden berdasarkan tingkat kecanduan smartphone

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecanduan Smartphone

Tingkat Kecanduan

Smartphone Frekuensi (n=100) Persentase (%)

Rendah 46 46

Tinggi 54 54

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 46 responden (46%) memiliki tingkat kecanduan smartphone rendah serta sebanyak 54 responden (54%) memiliki tingkat kecanduan smartphone tinggi.

4.1.3 KUALITAS HIDUP

Hasil analisis ini merupakan analisis univariat untuk melihat gambaran mengenai distribusi responden berdasarkan kualitas hidup baik dari aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kesehatan Fisik

Kesehatan Fisik Frekuensi (n=100) Persentase (%)

Baik 36 36

Buruk 64 64

Total 100 100

(41)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 36 responden (36%) memiliki kesehatan fisik baik dan terdapat 64 responden (64%) memiliki kesehatan fisik buruk.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan

Psikologis Frekuensi (n=100) Persentase (%)

Baik 72 72

Buruk 28 28

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 72 responden (72%) memiliki kesejahteraan psikologis baik dan terdapat 28 responden (28%) memiliki kesejahteraan psikologis buruk.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Sosial

Hubungan Sosial Frekuensi (n=100) Persentase (%)

Baik 64 64

Buruk 36 36

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebanyak 64 responden (64%) memiliki hubungan sosial baik dan terdapat 36 responden (36%) memiliki hubungan sosial buruk.

(42)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan dengan Lingkungan

Hubungan dengan

Lingkungan Frekuensi (n=100) Persentase (%)

Baik 83 83

Buruk 17 17

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 83 responden (83%) memiliki hubungan dengan lingkungan baik dan terdapat 17 responden (17%) memiliki hubungan dengan lingkungan buruk.

Tebel 4.7 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup

Kualitas Hidup Frekuensi (n=100) Persentase (%)

Baik 74 74

Buruk 26 26

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebanyak 74 responden (74%) memiliki tingkat kualitas hidup baik dan terdapat 26 responden (26%) memiliki tingkat kualitas hidup buruk.

4.1.4 HUBUNGAN KECANDUAN SMARTPHONE DENGAN KUALITAS HIDUP

Hasil analisis ini merupakan analisis bivariat untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel independen (kecanduan smartphone) dengan variabel dependen (kualitas hidup) melalui uji Chi-square.

(43)

Tabel 4.8 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kesehatan Fisik

Kesehatan Fisik Total

p value

Buruk

Baik

n % n % n %

Kecanduan smartphon

Rendah 19 19 18 18 37 37

Tinggi 45 45 18 18 63 63

Total 64 64 36 36 100 100 0.043

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa nilai P value sebesar 0.043 (<0.05) yang bermakna ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan kesehatan fisik. Terlihat bahwa dari 37 responden dengan tingkat kecanduan smartphone rendah, sebagian besar diantaranya yaitu 19 responden memiliki kesehatan fisik buruk dan 18 responden memiliki kesehatan fisik baik. Sedangkan, dari 63 responden dengan tingkat kecanduan smartphone tinggi, sebagian besar

dinataranya yaitu 45 responden memiliki kesehatan fisik buruk dan 18 responden memilliki kesehatan fisik baik.

Tabel 4.9 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan Psikologis

Total

p value

Buruk

Baik

n % n % n %

Kecanduan smartphon

Rendah 9 9 28 28 37 37

Tinggi 19 19 44 44 63 63

Total 28 28 72 72 100 100 0.530

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa nilai P value sebesar 0.530 (>0.05) yang bermakna tidak ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan

(44)

kesejahteraan psikologis. Terlihat bahwa dari 37 responden dengan tingkat kecanduan smartphone rendah sebagian besar diantaranya yaitu 28 responden memiliki kesejahteraan psikologis yang baik dan 9 responden memiliki kesejahteraan psikologis yang buruk. Sedangkan, dari 63 responden dengan tingkat kecanduan smartphone tinggi, sebagian besar dinataranya yaitu 44 responden memiliki kesejahteraan psikologis yang baik dan 19 responden memilliki kesejahteraan psikologis yang buruk.

Tabel 4.10 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Hubungan Sosial

Hubungan Sosial Total

p value

Buruk

Baik

n % n % n %

Kecanduan smartphon

Rendah 8 8 29 29 37 37

Tinggi 28 28 35 35 63 63

Total 36 36 64 64 100 100 0.022

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa nilai P value sebesar 0.022 (<0.05) yang bermakna ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan hubungan sosial.. Terlihat bahwa dari 37 responden dengan tingkat kecanduan smartphone rendah sebagian besar diantaranya yaitu 29 responden memiliki hubungan sosial yang baik dan 8 responden memiliki hubungan sosial yang buruk. Sedangkan, dari 63 responden dengan tingkat kecanduan smartphone tinggi, sebagian besar dinataranya yaitu 35 responden memiliki hubungan sosial yang baik dan 28 responden memilliki hubungan sosial yang buruk.

(45)

Tabel 4.11 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Hubungan Lingkungan

Hubungan dengan Lingkungan

Total

p value

Buruk

Baik

n % n % n %

Kecanduan smartphon

Rendah 4 4 33 33 37 37

Tinggi 13 13 50 50 63 63

Total 17 17 83 83 100 100 0.207

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa nilai P value sebesar 0.207 (>0.05) yang bermakna tidak ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan hubungan lingkungan. Terlihat bahwa dari 37 responden dengan tingkat kecanduan smartphone rendah sebagian besar diantaranya yaitu 33 responden memiliki hubungan lingkungan yang baik dan 4 responden memiliki hubungan lingkungan yang buruk. Sedangkan, dari 63 responden dengan tingkat kecanduan smartphone tinggi, sebagian besar dinataranya yaitu 50 responden memiliki hubungan lingkungan yang baik dan 13 responden memilliki hubungan lingkungan yang buruk.

Tabel 4.12 Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kualitas Hidup

Kualitas Hidup Total

p value Buruk

Baik

n % n % n %

Kecanduan smartphon

Rendah 6 6 31 31 37 37

Tinggi 20 20 43 43 63 63

Total 26 26 74 74 100 100 0.087

(46)

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa nilai P value sebesar 0.087 (>0.05) yang bermakna tidak ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas hidup. Terlihat bahwa dari 37 responden dengan tingkat kecanduan smartphone rendah, sebagian besar diantaranya yaitu 31 responden memiliki kualitas hidup yang baik dan 6 responden memiliki kualitas hidup yang buruk. Sedangkan, dari 63 responden dengan tingkat kecanduan smartphone tinggi, sebagian besar dinataranya yaitu 43 responden memiliki kualitas hidup yang baik dan 20 responden memilliki kualitas hidup yang buruk.

4.2 PEMBAHASAN

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada saat pandemi COVID-19, yang mana frekuensi dan intensitas penggunaan smartphone akan meningkat dibanding sebelum terjadinya pandemi. Dikarenakan beberapa aktivitas harus dilakukan secara daring atau online seperti kuliah, bekerja, dan lain sebagainya. Pada hasil analisis univariat didapatkan distribusi kecanduan smartphone lebih dominan pada kategori tingkat kecanduan smartphone tinggi sebanyak 54%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2021) yang menunjukkan tingkat kecanduan smartphone tinggi sebanyak 52 orang (52%) dan kategori tingkat kecanduan smartphone rendah sebanyak 48 orang (48%) terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah dkk, (2019) diperoleh hasil bahwa responden termasuk dalam kategori kecanduan smartphone sebesar 60% dan kategori tidak kecanduan smartphone sebesar 40%. Menurut Ramadhani (2021) hal ini didasarkan karna kebutuhan mahasiswa dalam mengakses internet untuk mencari materi dan referensi dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Ditambah lagi adanya keputusan dari kemendikbud untuk melangsungkan belajar dalam jaringan (daring) diakibatkan sedang berlangsungnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Sehingga, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara harus menggunakan gadget (komputer, laptop, smartphone) untuk membantu proses belajar mengajar yang dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai selesai.

(47)

Pada distribusi frekuensi kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara diperoleh hasil lebih dominan pada kategori kualitas hidup baik sebesar 74%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puteri (2017) yang menunjukkan hasil bahwa lebih dari 50% mahasiswa memiliki kualitas hidup yang baik pada aspek psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan. Kecuali pada aspek kesehatan fisik hanya 15,7% mahasiswa yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini dikarenakan sebanyak 57% dari responden memiliki vitalitas yang cukup untuk beraktivitas sehari-hari lalu sebanyak 75% merasa tidak membutuhkan sama sekali terapi medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari serta sebanyak 42% merasa jarang memiliki perasaan negatif seperti kesepian, putus asa, cemas, dan depresi.

Pada analisis bivariat didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan smartphone dan kesehatan fisik yang mana sebagian besar sampel memiliki kesehatan fisik buruk (45%). Hal ini sejalan dengan penelitian Oh dan Kim (2020) pada 314 sampel mahasiswi yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kecanduan smartphone terhadap kesehatan fisik (p = 0.001). Hal ini dikarenakan responden yang kecanduan smartphone tinggi sebanyak 16% mengalami sakit fisik dalam jumlah sedang dan 22% dari responden merasa tidak puas dengan tidurnya serta sebanyak 9% merasa tidak puas dengan kemampuan mereka dalam bekerja.

Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak terdapat hubungan signifikan antara kecanduan smartphone dan kesejahteraan psikologis yang mana sebagian besar sampel memiliki kesejahteraan psikologis baik (44%). Hal ini sejalan dengan penelitian Samaha dan Hawi (2016) pada 293 sampel mahasiswa didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kecanduan smartphone dengan stress yang dialami (p = 0.193). Dan penelitian lain, yang dilakukan oleh Alfian (2018) pada 266 sampel remaja didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kecanduan smartphone dengan depresi pada usia 12-15 tahun tingkat SMP di wilayah Kramat Jati, Jakarta Timur (nilai p

= >0.05). Hal ini dikarenakan sebanyak 48% responden selalu menikmati hidup

(48)

mereka lalu sebanyak 49% merasa hidupnya berarti dan responden yang kemampuan konsentrasinya sedikit hanya 11%. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Indra dkk (2019) pada 171 sampel pelajar kelas IX di SMAN 9 Binsus Manado yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecanduan internet dengan depresi (nilai p = 0.0002).

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan smartphone dan hubungan sosial yang mana sebagian besar sampel memiliki hubungan sosial baik (35%). Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari dan Haryuni (2020) pada 144 Mahasiswa Program Studi Farmasi dan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ketergantungan smartphone dengan interaksi sosial (nilai p = 0.03). Dan penelitian lain, yang dilakukan oleh Lutfiamanah (2020) pada 30 remaja di Desa Kekiling juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan smartphone berlebih terhadap interaksi sosial (nilai p = 0.001). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Farida (2019) pada 90 siswa SMA Negeri 8 Bandung yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara internet addiction dengan interaksi sosial (p = 0.000). Hal ini dikarenakan hanya 35% dari responden yang merasa puas dengan hubungan sosialnya dan sebanyak 40% responden menilai biasa-biasa saja dalam memperoleh dukungan dari teman mereka.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kecanduan smartphone dan hubungan dengan lingkungan yang mana sebagian besar sampel memiliki hubungan dengan lingkungan yang baik (50%). Hal ini sejalan dengan penelitian Shahrestanaki et al., (2020) pada 320 sampel mahasiswa Kedokteran Universitas Tehran yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kacanduan smartphone terhadap lingkungan (p = 0.084).

Hal ini dikarenakan sebanyak 60% dari responden selalu berada dilingkungan tempat tinggal yang sehat lalu sebanyak 52% selalu memiliki ketersediaan informasi terkait kehidupan dari hari ke hari dan yang tidak puas dengan akses layanan kesehatan dilingkungan tempat tinggal mereka hanya 5% dari responden.

(49)

Namun, tidak sejalan dengan penelitian Rohmah (2018) pada 71 sampel siswa kelas V di SDIT Salsabila 3 Banguntapan Bantul yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan smartphone dengan lingkungan belajar siswa (p = 0.004).

Pada penelitian ini didapatkan hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan smartphone dengan kualitas hidup.

Hal ini sejalan dengan penelitian Mahendra (2019) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kecanduan smartphone dan kualitas hidup pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (p=0,101). Sehingga kecanduan smartphone tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Hal ini mungkin terjadi disebabkan penggunaan smartphone tidak hanya untuk menghabiskan waktu saja, hal positif seperti stress reliever dan sarana untuk pembelajaran adalah contohnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian oleh Karuniawan (2013) yang menyebutkan bahwa penggunaan smartphone akan meningkat sesuai dengan meningkatnya academic stress dan pada penelitian Ariq (2018) juga didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kecanduan smartphone dan kualitas hidup pada usia 25-34 tahun terhadap karyawan kantor Netmediatama Jakarta Selatan (p=0,342). Menurut David et al., (2018) walaupun penggunaan smartphone berefek negatif terhadap kepuasan hidup tapi tidak semua kasus, karena analisis lebih mendalam menunjukkan bahwa penggunaan smartphone mempunyai efek positif terhadap kepuasan diri. Namun, berbeda dengan penelitian Awasthi et al., (2020) diperoleh bahwa hasil kecanduan smartphone tinggi dalam kalangan mahasiswa Kedokteran dan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kualitas hidup.

Perbedaan hasil dengan penelitian yang dilakukan oleh Awasthi, mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah responden, uji analisis data, dan faktor-faktor lainnya. Selain itu, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya peneliti tidak melihat secara langsung perilaku penggunaan smartphone dari responden, dikarenakan pengisian kuesioner secara online karena adanya pandemi Covid-19, dan peneliti tidak dapat menjamin

(50)

responden menjawab pertanyaan dengan jujur. Faktor penyebab lain yaitu sebanyak 36% dari responden merasa tidak berlebihan dalam menggunakan smartphone lalu 34% dari responden merasa penggunaan smartphone tidak sampai mempengaruhi kehidupan pemakainya serta sebanyak 32% dari responden tidak memikirkan smartphone walau sedang tidak menggunakannya.

(51)

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpuan sebagai berikut:

1. Tingkat kecanduan smartphone pada mahasiswa FK USU termasuk kategori tinggi dengan persentase 54%.

2. Kualitas hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara termasuk kategori baik dengan persentase 74%

3. Terdapat pengaruh kecanduan penggunaan smartphone terhadap kesehatan fisik dan hubungan sosial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Tidak terdapat hubungan antara kecanduan penggunaan smartphone terhadap kualitas hidup (p value = 0.087)

5.2 SARAN

Berdasarkan penelitian yang teah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya. Untuk itu, ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan terkait dengan penelitian yang serupa, yaitu:

1. Bagi Remaja

Mempergunakan smartphone lebih bijak dan dapat mengontrol diri sehingga hanya menggunakan smartphone untuk hal-hal penting seperti belajar dan hiburan seperlunya agar tidak sampai menimbulkan masalah kesehatan.

2. Bagi Orangtua

Melakukan pendekatan kepada remaja dengan memberitahu mengenai risiko dan strategi untuk mengurangi penggunaan media elektronik yang berlebihan.

(52)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

 Mencermati faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup baik dari aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan.

 Melakukan penelitian serupa pada rentang umur berbeda atau menambah jumlah sampel penelitian dan melakukan penelitian di tempat yang berbeda.

Gambar

Gambar 2.1 ROC Curve untuk Skala Kecanduan Smartphone – Skor Versi Pendek untuk memprediksi  kecanduan smartphone dibandingkan dengan jenis kelamin (Min Kwon et al, 2013).
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

tidak bba nencukupi persyaratan teknis a ntara. lain srtitkat bhit dan

Mikro , (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.. memenuhi atau menyediakan segala kebutuhan penunjang di sekolah. Jadi pengelolaan ke-tata usahaan adalah proses interaksi antara

Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk manyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan

37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur dalam menangani dugaan maladministrasi dalam

Hasil akhir yang diperoleh adalah sebuah Sistem Sinkronisasi Data Berbasis Teks yang secara umum dapat berjalan dengan baik sehingga tidak menutup kemungkinan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para tenaga kesehatan seperti dokter, farmasis, dan tenaga kesehatan lainnya termasuk bagi pihak

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK); TUNARUNGU DI SDLB-B KARYA MULIA I SURABAYA. Oleh: Karunia

Secara umum tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Antara asupan lemak, serat, karbohidrat, aktivitas fisik dan kebugaran jasmani dengan