• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN UNGGULAN ITS (DASAR MULTIDISPLIN) DANA LOKAL ITS TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN UNGGULAN ITS (DASAR MULTIDISPLIN) DANA LOKAL ITS TAHUN 2020"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1

Judul Penelitian:

Pengembangan dan Pengujian Lapangan (Site test) Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

(PLTGL) - Sistem Multi Pendulum

Tim Peneliti:

Dr. Ridho Hantoro, ST., MT.

Erna Septyaningrum, ST., MT.

Irfan Syarif Arief, ST., MT.

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN UNGGULAN ITS (DASAR MULTIDISPLIN) DANA LOKAL ITS TAHUN 2020

Sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No: 825/PKS/ITS/2020

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN

1. Judul Penelitian : Pengembangan dan Pengujian Lapangan (Site test) Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) - Sistem Multi Pendulum

2. Ketua Tim

a. Nama : Dr. Ridho Hantoro S.T., M.T.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 197612232005011001

d. Jabatan Fungsional : Lektor e. Pangkat/Golongan : Penata Muda

f. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem/Departemen Teknik Fisika

g. Laboratorium :

h. Tim :

No Nama Lengkap Peran Dalam

Tim Fakultas/Jurusan/Unit Instansi/Perguruan Tinggi

1 Erna Septyaningrum

ST., MT Anggota

Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem/Departemen Teknik Fisika

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2 Irfan Syarif Arief

ST.,MT. Anggota

Fakultas Teknologi

Kelautan/Departemen Teknik Sistem Perkapalan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

3 Yusuf Rifqi Hudaya Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh

Nopember

4 Qori’atul Khasanah Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh

Nopember

5 Bariz Irfan Ridho Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh

Nopember

3. Dana dan Waktu :

a. Jangka waktu program yang diusulkan : 2tahun

b. Biaya yang diusulkan : Rp 220.000.000,- c. Biaya yang disetujui tahun 2020 : Rp 100.000.000,-

Mengetahui, Surabaya, 14 September 2020

Kepala Pusat Penelitian Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat

Ketua tim peneliti

Dr. Ridho Hantoro S.T., M.T.

NIP. 197612232005011001

NIP.

(3)

Agus Muhamad Hatta , ST, MSi, Ph.D

NIP. 197809022003121002

Mengesahkan,Kepala LPPM ITS

(4)

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I RINGKASAN ... 1

BAB II HASIL PENELITIAN ... 3

2.1 Overview Pembangkit Listrik Tenaga Gelomban (PLTGL) – Multi Pendulum... 3

2.2 Metode Penelitian ... 6

2.2.1 Metode Simulasi Menggunakan Computational Fluid Dynamics ... 7

2.2.2 Verifikasi hasil Simulasi ... 12

2.3 Simulasi Ponton ... 16

2.3.1 Penentuan Jenis Ponton PLTGL ... 16

2.3.2 Efek Ukuran Pendulum dan Karakteristik Gelombang terhadap Produksi Energi PLTGL ... 18

2.3.3 Efek Bentuk Hull terhadap Prouduksi Energi PLTGL ... 22

2.4 Fabrikasi Ponton dan Sistem Mekanik ... 26

BAB III STATUS LUARAN ... 28

BAB IV KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN ... 31

BAB V RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ... 32

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ... 33

BAB VII LAMPIRAN ... 34

(5)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dimensi Ponton ... 6 Tabel 2. Variasi Simulasi ... 10 Tabel 3. Status Luaran Penelitian ... 28

(6)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep desain PLTGL [1]. ... 3

Gambar 2. Instalasi PLTGL [1]. ... 3

Gambar 3. Roadmap Pengembangan PLTG – Sistem Pendulum ... 5

Gambar 4. Desain Ponton Segienam ... 5

Gambar 5. Desain Ponton Katamaran ... 6

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian Tahun Pertama... 7

Gambar 7. Contoh Simulasi Interaksi Ponton Terhadap Gelombang ... 8

Gambar 8. Contoh Simulasi Interaksi Gerakan Pendulum Terhadap Gerakan Ponton ... 8

Gambar 9. Ponton katamaran simetris... 9

Gambar 10. Ponton katamaran inner flat hull ... 9

Gambar 11. Ponton katamaran outer flat hull ... 10

Gambar 12. Nilai Massa Jenis Air dan Nilai Gravitasi ... 12

Gambar 13. Contoh Letak Titik Berat ... 13

Gambar 14. Volume Ponton yang Tercelup Air ... 13

Gambar 15. Nilai Momen Inersia ... 14

Gambar 16. Hasil Meshing ... 14

Gambar 17. Hasil Meshing pada Geometri ... 15

Gambar 18. Set Up untuk pilihan “Use Linear starting Conditions” ... 15

Gambar 19. Set Up Parameter Gelombang ... 16

Gambar 20. Nilai RAO pada variasi periode gelombang 5 sekon ... 16

Gambar 21. Nilai RAO pada variasi T 6 sekon ... 17

Gambar 22. Nilai RAO pada variasi T 10 sekon ... 17

Gambar 23. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 1, 19, dan 37 ... 18

Gambar 24. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 2, 20, dan 38 ... 19

Gambar 25. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 3, 21, dan 39 ... 19

Gambar 26. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 4, 22, dan 40 ... 20

Gambar 27. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 5, 23, dan 41 ... 20

Gambar 28. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 2,32 sekon, dan massa 100 kg ... 22

Gambar 29. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 2,32 sekon dan massa 150 kg ... 23

Gambar 30. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 7 sekon dan massa 100 kg. ... 23

(7)

v Gambar 31. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 7 sekon dan massa 150 kg. ... 24 Gambar 32. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 12 sekon dan massa 100 kg. ... 25 Gambar 33. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 12 sekon dan massa 150 kg. ... 25 Gambar 34. Proses Fabrikasi Ponton PLTGL – Multi Pendulum ... 26 Gambar 35. Proses fabrikasi (a). Lengan pendulum; (b). Kerangka pendulum ... 27

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Draft Makalah Seminar Intenational ... 34 Lampiran 2 Pengumuman Makalah Diterima ... 39 Lampiran 3 Detail Engineering Drawing ... 40

(9)

1

BAB I RINGKASAN

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) merupakan salah satu bentuk pengembangan dari energi terbarukan sebagai pengganti energi berbahan bakar fosil. Potensi pengembangan energi gelombang laut mencapai 49.000 MW. Riset Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) merupakan riset multi-years yang telah dilakukan kelompok penelitian PLTGL ITS sejak tahun 2002. Pada tahapan sebelumnya, kelompok peneliti PLTGL ITS telah melakukan penelitian terhadap sistem pendulum dan sistem ponton, bentuk ponton model silinder dengan silinder kecil (jukung) pada kedua sisinya, pemodelan sistem gerak pendulum pada model ponton single pendulum menggunakan software Matlab untuk mengetahui dan memprediksi respon yang akan dihasilkan oleh pendulum, serta yang terbaru pada tahun 2019 telah dilakukan penelitian menggunakan Software Computational Fluid Dynamic (CFD) dengan model ponton silinder untuk mengetahui respon gerak dari ponton multi pendulum.

Penelitian yang telah dilakukan oleh kelompok peneliti PLTGL ITS telah mencapai Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 4 dan telah dilakukan pengujian laboratorium untuk sistem konversi PLTGL dengan tujuan mendapatkan desain ponton dan bandul terbaik. Saat ini tim peneliti ITS ingin meningkatkan penelitian PLTGL ITS hingga mencapai TKT 5 dengan dilakukan site test untuk ponton yang telah dimodifikasi dari hasil penelitian sebelumnya sehingga pada tahun pertama ini akan dilakukan pengembangan sistem ponton dan fabrikasi sistem ponton yang mampu menghasilkan simpangan maksimal.

Pada penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ponton katamaran simetris menghasilkan simpangan paling besar dari pada ponton katamaran outter flat hull dan ponton katamaran inner flat hull. Hal ini diketahui dari simulasi dengan menggunakan variasi periode 2,32 massa 100 kg dan 150 kg serta 12 sekon massa beban 100 kg nilai simpangan yang terjadi pada ponton katamaran simetris lebih besar jika dibandingkan dengan ponton katamaran outer flat hull dan inner flat hull. Untuk kondisi ketika dilakukan simulasi menggunakan variasi amplitudo gelombang 0,35 meter dan 0,6 meter nilai simpangan terbesar rata-rata terjadi pada ponton katamaran simetris. Sementara itu, dimensi dari pendulum juga berpengaruh terhadap simpangan yang mampu dihasilkan. Untuk periode gelombang laut yang rendah (2,32 s), Pendulum dengan simpangan terbesar adalah pendulum yang memiliki panjang 1,25 m. Sementara itu, pendulum 100 kg mampu menghasilkan simpangan terbesar untuk periode gelombang laut yang lebih Panjang yaitu 12 s.

Setelah desain ponton terbaik yaitu ponton katamaran simetris telah ditentukan melalui hasil simulasi, maka selanjutnya adalah melakukan pembuatan Design Engineering Drawing (DED) yang merupakan acuan dalam melakukan proses fabrikasi dengan menggunakan bahan fiberglass, bahan ini dipilih karena kuat, tahan terhadap korosi dan memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan

(10)

2 dengan bahan yang lain. DED yang dibuat meliputi DED sistem ponton dan pendulum, sistem mekanik dan sistem elektrik.

Tahapan selanjutnya yang harus dilaksanakan adalah proses fabrikasi sistem pendulum, serta pelaksanaan Seminar International pada The 5th International Tropical Renewable Energy Conference 2020 yang diadakan pada tanggal 29 – 30 Oktober 2020.

Kata kunci: ponton, fabrikasi, DED, PLTGL

(11)

3

BAB II HASIL PENELITIAN

2.1 Overview Pembangkit Listrik Tenaga Gelomban (PLTGL) – Multi Pendulum

Teknologi sistem konversi energi gelombang laut terdiri dari beberapa konsep yaitu Point Absorber, Overtopping device, Oscillating Water Column (OWC), Attenuators, Oscillating Wave Surge Converter (OWSC) dan Submerged Pressure Differential.

Gambar 1. Konsep desain PLTGL [1].

Beberapa negara sudah banyak mengembangkan teknologi pembangkit listrik ini. Dari macam – macam konsep pembangkit listrik tenaga gelombang pada Gambar 1, berikut instalasi yang sudah dilakukan di beberapa negara yang disajikan pada Gambar 2 di bawah ini

Gambar 2. Instalasi PLTGL [1].

Teknologi untuk mengeksploitasi gelombang laut dalam bentuk energi pertama kali ditemukan oleh Girard seorang ilmuan dari Perancis pada tahun 1799. Pada abad ke-19, seorang insinyur

(12)

4 bernama M. Fursenot di Algeria mengembangkan alat yang dapat menangkap osilasi gelombang laut dan mengubahnya menjadi bentuk energi lain menggunakan sistem buoyant yang dapat berosilasi ke atas dan ke bawah. Penelitian tentang sistem konversi energi gelombang laut ini terus dikembangkan hinga pada tahun 1898, seorang bernama P. Wright mematenkan karyanya yang diberi nama “Wave Motor”. Pada abad ke- 20, Skotlandia membuat instalasi sistem konversi energi gelombang laut atau pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan jenis Oscillating Water Column (OWC) di Islay tepatnya pada tahun 2000 dengan kapasitas daya sebesar 500 kW. Pada tahun 2008 Portugis telah mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga gelombang jenis pelamis yang kemudian juga dikembangkan di UK. Pelamis merupakan divais yang mengapung dengan segmen berbentuk silinder besi berlubang yang dihubungkan satu sama lain pada sambungan dua derajat kebebasan [1].

Di beberapa negara Wave Energy Converter (WECs) telah banyak dikembangkan sebagai energy alternative pengganti energ fosil. Tahun 2015 China melalui Guangzhou Institute of Energy Conversion (GIEC) mengembangkan sebuah prototype Sharp Eagle WEC dengan ukuran 36m x 24m x 16m dengan kapasitas daya 100kW di Pulau Wanshan [2]. Yoshio Masuda mengembangkan buoy yang selanjutnya dinamakan floating oscillating water column dan dikembangkan sejak tahun 1965 [1]. Denmark juga telah mengembangkan WECs jenis overtopping device yang diberi nama Wavedragon [3]. Norwegia juga mengembangkan WECs dengan jenis yang sama bernama Tapered Channel Wave Power Device (Tapchan) [4].

Ditinjau dari potensi Indonesia, pengembangan pembangkit listrik tenaga gelombang laut ini merupakan salah satu sistem konversi energi yang sangat potensial untuk diimplementasikan.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas perairan sekitar 3.544.743,9 km2 [5], sehingga memiliki potensi yang besar untuk sumber energi laut yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Menurut teori sumber daya energi laut global setara dengan 17.400 Terra Watt jam/tahun [6]. Sedangkan potensi sumber energi laut Indonesia mencapai 4.680 Giga Watt(GW) namun turun menjadi 61 Giga Watt(GW) karena adanya pertimbangan kemajuan teknologi dan kendala transportasi laut serta kondisi lingkungan di dasar laut [7].

Di Indonesia alat konversi energi gelombang laut menjadi energi listrik pertama kali dikembangkan oleh Zamrisyaf pada tahun 2002 yaitu pembangkit listrik tenaga gelombang laut sistem bandul (PLTG-SB). Prinsip kerja dari PLTG-SB ini adalah sistem yang sudah dirancang dalam bentuk ponton, ditempatkan mengapung di atas permukaan air laut. Kemudian sistem tersebut akan mengikuti gerak atau arus gelombang sesuai frekuensi gelombang laut sehingga menyebabkan bandul bergerak. Gerakan tersebut kemudian ditransmisikan dalam gerakan berputar untuk menggerakkan generator kemudian menjadi energi listrik. Daya yang dihasilkan oleh PLTG-SB ini banyak dipengaruhi oleh dimensi ponton, panjang bandul, massa bandul dan susunan ponton [8].

Pengembangan PLTGL-Sistem Pendulum ini dilakukan secara eksperimental menggunakan ponton berukuran 4,8 m x 3 m x 3 m dengan besar 13 ton, dan mampu menghasilkan daya kurang lebih 2

(13)

5 kW. Penelitian ini kemudian terus dilakukan untuk menganalisa aspek krusial dari sistem ini, yaitu sistem ponton dan sistem pendulum, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Penelian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan sistem PLTGL yang lebih optimal

Gambar 3. Roadmap Pengembangan PLTG – Sistem Pendulum

Melanjutkan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, akan dilakukan penelitian terkait ponton limas segi enam dan ponton katamaran dengan tujuan untuk mendapatkan desain ponton yang mampu menghasilkan RAO yang besar pada gelombang dengan amplitudo rendah.

Ponton limas segi enam memiliki 4 pendulum berbentuk juring dan 3 cadik yang memanjang di sekitar lambung utama seperti ditunjukkan oleh Gambar 4. Sedangkan ponton katamaran memiliki pendulum yang memanjang dan menggantung di antara 2 lambung ponton seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Sementara itu dimensi ponton ditunjukkan pada Tabel 1.

Gambar 4. Desain Ponton Segienam

(14)

6 Gambar 5. Desain Ponton Katamaran

Tabel 1. Dimensi Ponton

Jenis Ponton Parameter Nilai (m)

Ponton Limas Segi 6

Tinggi 1.2

Lebar lingkaran/ponton utama

1.7

Panjang cadik 3

Ponton Katamaran

Panjang lambung 5

Lebar lambung 1.1

Tinggi lambung 1

Jarak antar lambung 1

2.2 Metode Penelitian

Aspek yang menjadi dasar penelitian ponton pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) ini meliputi desain dan pengujian lapangan yang terbagi dalam jangka waktu penelitian tahun pertama dan kedua. Untuk tahun pertama pengembangan PLTGL-Multi Pendulum menitik beratkan pada simulasi, penentuan desain serta fabrikasi ponton dan sistem mekanik. Adapun tahapan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Tahun Pertama

(15)

7 Gambar 6. Diagram Alir Penelitian Tahun Pertama

2.2.1 Metode Simulasi Menggunakan Computational Fluid Dynamics

Simulasi dilakukan dengan melalui dua tahapan, tahapan pertama dilakukan untuk melihat interaksi gelombang yang datang dengan ponton. Setalah hasilnya akan digunakan sebagai data masukan untuk simulasi untuk melihat gerakan pendulum akibat dari gerakan ponton. Untuk simulasi pada tahapan pertama dibutuhkan berbagai macam nilai yang diperlukan seperti sarat air, nilai titik berat, dan titik gaya angkat. Data tersebut dapat diperoleh melalui perangkat lunak desain yang digunakan.

Pada simulasi ini digunakan ombak yang datang sejajar dengan sumbu x setalah itu juga dimasukkan untuk variasi dari tinggi dan periode gelombang. Pada hasil simulasi ini akan didapatkan nilai simpangan dari ponton akibat dari gelombang. Simpangan dari ponton yang diambil merupakan

(16)

8 gerakan ponton yang berotasi terhadap sumbu y atau biasa disebut dengan pitching. Dan nantinya gerakan inilah yang mengakibatkan pendulum dapat berotasi. Kemudian data tersebut digunakan untuk masukkan dari simulasi gerakan pendulum akibat dari gerakan ponton yang dikenai gelombang.

Pada simulasi tahap pertama desain yang digunakan cukup bagian pontonnya saja dengan menggunakan seluruh parameter – parameter ketika ponton telah menopang seluruh sistem diatasnya. Pada gambar 7 berikut merupakan contoh hasil ketika ponton telah disimulasikan terhadap gelombang laut dengan salah satu parameter pada variasi yang telah ditentukan. Setelah simulasi telah dilakukan maka akan didapatkan data berupa pitching ponton.

Gambar 7. Contoh Simulasi Interaksi Ponton Terhadap Gelombang

Pada simulasi tahap kedua disini dimasukkan geometri keseluruhannya karena yang akan ditinjau adalah pendulumnya. Setelah itu geometri ini diberikan masukkan data berupa pitching ponton yang telah diperoleh pada tahap pertama setelah itu ponton akan berotasi sesuai data yang telah dimasukkan dan bandul akan mengayun. Data simpangan bandul ini akan diambil untuk dilakukan analisis.

Gambar 8. Contoh Simulasi Interaksi Gerakan Pendulum Terhadap Gerakan Ponton

Simulasi dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan model ponton yang berbeda. Model ponton yang digunakan yaitu ponton

(17)

9 katamaran simetris, katamaran outer flat hull dan katamaran inner flat hull. Dari ketiga model ponton ini akan dibandingkan mana yang menghasilkan gerakan dan simpangan ponton yang maksimal pada keadaan gelombang yang memiliki amplitudo kecil. Model ponton yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9-11 berikut ini.

Gambar 9. Ponton katamaran simetris

Gambar 10. Ponton katamaran inner flat hull

(18)

10 Gambar 11. Ponton katamaran outer flat hull

Sementara itu, simulasi untuk jenis ponton terbaik akan dilakukan dengan variasi seperti yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel berikut

Tabel 2. Variasi Simulasi

No

Panjang Lengan Bandul (m)

Massa Bandul (Kg)

Amplitudo Gelombang (m)

Periode Gelombang (s)

1

1

100

0,1

2,32

2 7

3 12

4

0,35

2,32

5 7

6 12

7

0,6

2,32

8 7

9 12

10

152

0,1

2,32

11 7

12 12

13

0,35

2,32

14 7

15 12

16 0,6 2,32

(19)

11 No

Panjang Lengan Bandul (m)

Massa Bandul (Kg)

Amplitudo Gelombang (m)

Periode Gelombang (s)

17 7

18 12

19

1,25

100

0,1

2,32

20 7

21 12

22

0,35

2,32

23 7

24 12

25

0,6

2,32

26 7

27 12

28

152

0,1

2,32

29 7

30 12

31

0,35

2,32

32 7

33 12

34

0,6

2,32

35 7

36 12

37

1,5

100

0,1

2,32

38 7

39 12

40

0,35

2,32

41 7

42 12

43

0,6

2,32

44 7

45 12

46

152

0,1

2,32

47 7

48 12

49

0,35

2,32

50 7

51 12

52 0,6 2,32

53 7

(20)

12 No

Panjang Lengan Bandul (m)

Massa Bandul (Kg)

Amplitudo Gelombang (m)

Periode Gelombang (s)

54 12

2.2.2 Verifikasi hasil Simulasi

Verifikasi hasil simulasi merupakan sebuah tahapan dimana dilakukan pengecekan terhadap set up parameter yang digunakan terhadap simulasi yang telah dilakukan. Pertama diperlukan melakukan setup untuk ukuran laut yang digunakan untuk simulasi dan juga untuk massa jenis airnya, digunakan untuk besar nilai massa jenisnya adalah 1025 kg/m3 seperti pada Gambar 12 sedangkan untuk nilai gravitasi yang digunakan adalah 9.80665 m/s2.

Gambar 12. Nilai Massa Jenis Air dan Nilai Gravitasi

Sebelum melakukan simulasi diperlukan penentuan sarat air pada ponton, penentuan ini harus disesuaikan dengan beban yang ditopang oleh ponton. Dengan menggunakan persamaan 2.6 maka dapat ditentukan untuk sarat air ponton. Setelah dilakukan perhitungan desain ponton ini dengan sarat air 0.45 m dapat menopang beban seberat 1342.75 kg, sehingga dapat menopang beban terberat dari variasi yang akan disimulasikan yaitu 1086 kg. Data pertama yang digunakan untuk melakukan simulasi ponton terhadap gelombang laut merupakan titik berat. Titik berat dari seluruh komponen ini dapat diperoleh dari perangkat lunak desain 3D. Gambar 13 merupakan salah satu contoh letak titik berat dari suatu benda.

(21)

13 Gambar 13. Contoh Letak Titik Berat

Selain titik berat juga diperlukan untuk memasukkan parameter untuk volume yang tercelup air. Nilai ini dapat diperoleh dengan cara memotong desain 3D dengan menyisakan bagian yang tercelup pada air. Apabila ponton memiliki sarat air 0.45 meter maka didapatkan volume yang tercelup sebesar 1.31 meter3. Pada Gambar 14 berikut adalah hasil perhitungan volume melalui perangkat lunak desainer yang digunakan.

Gambar 14. Volume Ponton yang Tercelup Air

Kedua, data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi pada perangkat lunak CFD (Computational Fluid Dynamics) yang digunakan adalah momen inersianya yang juga didapatkan dari perangkat lunak desain 3D. Pada Gambar 15 berikut merupakan salah satu contoh nilai momen inersia dari variasi yang digunakan.

(22)

14 Gambar 15. Nilai Momen Inersia

Selanjutnya adalah meshing disini diperlukan untuk memasukkan defeaturing tolerance dan maximum element size berikut adalah nilai yang dimasukkan seperti pada gambar 16.

Gambar 16. Hasil Meshing

Ketentuan dari penyedia perangkat lunak simulasi ini adalah memiliki nilai total elements yang tidak melebihi 40000 elemen untuk versi 64-bit dan 18000 elemen untuk versi 32-bit. Semakin besar nilai maximum element size maka hasilnya akan kurang akurat. Pada salah satu jurnal menggunakan ukuran maximum element size 0.5 meter [9]. Setelah melakukan meshing maka didapatkan hasil pada geometri seperti Gambar 17.

(23)

15 Gambar 17. Hasil Meshing pada Geometri

Selain simulasi untuk hydrodynamic diffraction untuk mendapatkan data time response analysis maka diperlukan untuk simulasi pada hydrodynamic response dan salah satu pengaturan yang diubah yaitu “Use Linear starting Conditions”, karena simulasi pada hydrodynamic response merupakan simulasi lanjutan dari simulasi hydrodynamic diffraction maka diperlukan melakukan pengaturan tersebut agar posisi ponton pada simulasi hydrodynamic response memiliki posisi yang sama dengan posisi ketika simulasi hydrodynamic diffraction. Pada gambar 18 berikut merupakan set up untuk pilihan “Use Linear starting Conditions”.

Gambar 18. Set Up untuk pilihan “Use Linear starting Conditions”

Parameter yang terakhir merupakan konfigurasi untuk gelombang, sesuai dengan variasi yang telah digunakan untuk amplitudo dan periodenya. Untuk amplitudo digunakan variasi 0.1, 0.35 dan 0.6 meter. Sedangkan untuk periode digunakan variasi 2.32, 7, dan 12 detik. Ketika memasukkan parameter ini juga terdapat opsi untuk parameter frekuensinya namun jika sudah memasukkan parameter periode maka parameter frekuensinya tidak perlu dilakukan lagi. Selain itu juga diberi arah datang gelombang, arah 180° ini merupakan gelombang yang datang dari depan ponton. Pada gambar 19 berikut merupakan set up untuk memasukkan parameter gelombang.

(24)

16 Gambar 19. Set Up Parameter Gelombang

2.3 Simulasi Ponton

2.3.1 Penentuan Jenis Ponton PLTGL

Penentuan jenis ponton PLTGL dilakukan dengan melakukan simulasi pada ponton limas segi enam 3 cadik dan ponton katamaran simetris untuk mendapatkan nilai RAO yang besar pada gelombang dengan amplitudo kecil. Pada tahap ini simulasi dilakukan dengan menggunakan variasi sarat air, amplitudo dan periode gelombang. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 20-22 di bawah ini.

Gambar 20. Nilai RAO pada variasi periode gelombang 5 sekon

Gambar 20 menunjukkan grafik periode gelombang terhadap nilai RAO arah sumbu y (pitch) pada amplitudo gelombang 0,3 meter. Berdasarkan pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai RAO yang dihasilkan oleh ponton dengan bentuk katamaran simetris menghasilkan nilai RAO yang lebih besar jika dibandingkan dengan ponton bentuk limas segienam 3 cadik. Pada ponton katamaran simetris nilai RAO maksimum sebesar 146⁰ sedangkan pada ponton limas segienam 3 cadik sebesar 17⁰. Hal yang sama juga terjadi pada variasi amplitudo 1,3 meter dan periode gelombang 6 sekon

-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200

0 1 2 3 4 5

RAO pitching (⁰)

Periode Gelombang (s)

Variasi A 0,3 m dan T 5 sekon

katamaran Simetris Limas Segienam 3 Cadik

(25)

17 pada Gambar 21 dimana nilai RAO ponton dengan bentuk katamaran simetris lebih besar dari ponton limas segienam 3 cadik. Besarnya nilai RAO pada ponton katamaran simetris 164⁰ dan 51⁰ untuk ponton bentuk limas segienam 3 cadik.

Gambar 21. Nilai RAO pada variasi T 6 sekon

Gambar 22. Nilai RAO pada variasi T 10 sekon

Gambar 22 merupakan grafik hubungan antara nilai RAO terhadap periode gelombang pada amplitudo 1,4 meter. Pada grafik tersebut terlihat memiliki trendline yang sama dengan grafik pada Gambar 20 dan 21 dimana nilai RAO pada ponton katamaran simetris jauh lebih besar daripada ponton limas segienam 3 cadik. Pada ponton katamaran simetris nilai RAO yang dihasilkan dari variasi periode gelombang 10 sekon dan amplitudo gelombang 1,4 meter sebesar 176⁰. Sedangkan pada ponton limas segienam 3 cadik menghasilkan RAO sebesar 73⁰. Jika dilihat dari ketiga grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar periode gelombang dan amplitudonya maka nilai

-200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200

0 1 2 3 4 5 6

RAO pitching (⁰)

Periode Gelombang (s)

Variasi A 1,3 m dan T 6 sekon

Katamaran Simetris Limas Segienam 3 Cadik

-200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 250

0 2 4 6 8 10

RAO pitching (⁰)

Periode Gelombang (s)

Variasi A 1,4 m dan T 10 sekon

Series1 Limas Segienam 3 Cadik

(26)

18 RAO nya juga semakin besar. Nilai RAO yang besar dihasilkan oleh ponton dengan bentuk katamaran simetris.

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan untuk, maka pada penelitian ini digunakan ponton jenis Katamaran, karena ponton ini memiliki RAO yang lebih besar jika dibandingkan dengan ponton limas segi enam 3 cadik. Selanjutnya dilakukan variasi ukuran pendulum untuk beberapa karakteristik gelombang yang berbeda.

2.3.2 Efek Ukuran Pendulum dan Karakteristik Gelombang terhadap Produksi Energi PLTGL

Simulasi untuk mengetahui pengaruh ukuran pendulum dan karakteristik gelombang terhadap produksi energi pada PLTGL dilakukan setelah didapatkan desain ponton yang manghasilkan nilai RAO tertinggi. Nilai RAO terbesar dihasilkan oleh ponton dengan bentuk katamaran simetris. Sehingga pada simulasi tahap 2 ini dilakukan simulasi pada ponton katamaran simetris dengan variasi panjang lengan pendulum, amplitudo gelombang dan periode gelombang.

Variasi panjang lengan pendulum yang digunakan yaitu 1; 1,25 dan 1,5 meter dengan variasi amplitudo gelombang 0,1 ; 0,35 dan 0,6 meter. Sedangkan variasi periode gelombang yang digunakan sebesar 2,32 ; 7 dan 12 sekon.

Setelah dilakukan simulasi terhadap variasi panjang lengan maka dapat dilihat pengaruh dari perubahan panjang lengan pendulum terhadap gerakan pendulum. Berikut adalah grafik untuk perbandingan simpangan pendulum dengan massa beban 100 kg, pada periode 2.32 s dan amplitudo gelombang 0.1 meter dengan variasi panjang lengan pendulum terkait.

Gambar 23. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 1, 19, dan 37

-150 -100 -50 0 50 100 150

0.0 1.7 3.0 4.1 5.5 6.9 8.4 10.1 11.6 13.1 14.9 16.5 17.9 19.6 21.3 22.9 24.5 26.1 27.7 29.3 30.9 32.4 33.8 35.4 37.0 38.6 40.1 41.7 43.1 44.6

Simpangan Pendulum (°)

Waktu (s)

1 m 1.25 m 1.5 m

(27)

19 Gambar 23 merupakan perbandingan simpangan pendulum terhadap variasi panjang lengan pendulum pada saat periode gelombang 2,32 sekon dan amplitudo 0,1 meter. Dapat dilihat apabila simpangan pendulum pada gelombang laut dengan amplitudo 0.1 meter dan periode 2.32 s memiliki simpangan pendulum tertinggi ketika memiliki panjang lengan 1.25 meter. Hal yang sama juga terjadi saat ponton dikenai periode gelombang 7 sekon seperti pada Gambar 24. Simpangan pendulum paling besar terjadi pada ponton dengan panjang lengan pendulum 1,25 meter.

Gambar 24. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 2, 20, dan 38

Gambar 25. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 3, 21, dan 39

Sama seperti ketika ponton dikenai periode gelombang 2,32 dan 7 sekon, Gambar 25 merupakan grafik yang menunjukkan perbandingan simpangan pendulum saat ponton dikenai periode gelombang 12 sekon. Pada gambar 25 dapat terlihat simpangan pendulum pada gelombang

-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30

0.0 2.0 4.2 6.2 8.4 10.5 12.7 14.9 16.9 18.9 21.2 23.5 25.8 28.1 30.4 32.5 34.4 36.8 38.9 40.8 42.8 44.9 46.8 48.9 50.8 52.7 54.4

Simpangan Pendulum (°)

Waktu (s)

1 m 1.25 m 1.5 m

-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50

0.0 2.0 4.1 6.2 8.3 10.4 12.4 14.2 16.0 17.7 19.4 21.1 22.9 24.8 26.5 28.1 29.8 31.4 32.9 34.6 36.2 37.7 39.1 40.5 41.8 43.2 44.6

Simpangan Pendulum (°)

Waktu (s)

1 m 1.25 m 1.5 m

(28)

20 laut dengan amplitudo 0.1 meter dan periode 12 sekon juga memiliki simpangan pendulum tertinggi ketika memiliki panjang lengan 1.25 meter. Dari ketiga grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk ponton dengan variasi panjang lengan pendulum 1, 1,25 dan 1,5 meter pada kondisi gelombang dengan amplitudo gelombang 0,1 meter menghasilkan simpangan paling besar pada panjang lengan pendulum 1,25 meter. Untuk simpangan pendulum pada variasi amplitudo 0,35 meter dapat dilihat pada Gambar 26-27

Gambar 26. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 4, 22, dan 40

Gambar 27. Perbandingan Simpangan Pendulum Variasi 5, 23, dan 41

Gambar 26 dan 27 merupakan grafik perbandingan simpangan pendulum pada saat periode gelombang 2,32 dan 7 sekon. Pada Gambar 26 dapat dilihat apabila simpangan pendulum pada gelombang laut dengan amplitudo 0.35 meter dan periode 2.32 sekon memiliki karakter yang berbeda

-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000

0.0 2.1 3.5 5.5 7.6 10.0 12.3 14.4 16.4 18.2 20.0 21.9 23.9 26.0 27.9 29.8 31.7 33.5 35.5 37.6 39.4 41.0 42.5 43.9 45.4 47.0 48.7

Simpangan Pendulum (°)

Waktu (s)

1 m 1.25 m 1.5 m

-1000 -500 0 500 1000 1500 2000

0.0 4.1 7.1 9.7 12.1 14.6 17.1 19.5 21.7 23.9 25.9 27.8 30.0 32.2 34.2 35.9 37.7 39.6 41.3 43.0 44.7 46.7 48.4 50.2 52.1 54.2 55.8

Simpangan Pendulum (°)

Waktu (s)

1 m 1.25 m 1.5 m

(29)

21 dibandingakan dengan grafik sebelumnya, namun tetap memiliki simpangan tertinggi pada panjang lengan 1.25 meter. Pada grafik tersebut terlihat sudut simpangan telah melampaui 360°, hal ini berarti pendulum telah berputar penuh. Sedangkan pada Gambar 27 dapat dilihat apabila simpangan pendulum pada gelombang laut dengan amplitudo 0.35 meter dan periode 7 sekon memiliki simpangan pendulum tertinggi ketika memiliki panjang lengan 1.25 meter. Pada grafik tersebut terlihat sudut simpangan telah melampaui 360°, hal ini berarti pendulum telah berputar penuh.

Karakteristik yang sama juga terjadi pada variasi amplitude 0,6 meter dimana simpangan terbesar terjadi pada panjang lengan pendulum 1,25 meter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk variasi panjang lengan pendulum dari periode gelombang 2,32 ; 7 dan 12 sekon serta amplitudo gelombang 0,1 ; 0,35 dan 0,6 meter, simpangan terbesar dapat dihasilkan dari ponton dengan panjang lengan 1,25 meter.

Pada desain ponton katamaran simetris ini pendulum menggunakan variasi panjang lengan pendulum 1, 1.25, dan 1.5 meter serta menggunakan massa beban dengan variasi 100 dan 152 kg.

Pemilihan variasi tersebut karena pertimbangan torsi minimum yang harus dicapai untuk penggunaan pada generator 1 KW dengan spesifikasi 600 RPM, melalui perhitungan. Pada simulasi awal didapatkan nilai pitching terendah dengan nilai sekitar 18.5°, maka jika menggunakan panjang lengan pendulum 1 meter harus diberi massa beban minimum 98.45 kg. Dari perhitungan tersebut maka digunakanlah variasi – variasi seperti pada tabel 2.

Simulasi terhadap perubahan panjang lengan pendulum untuk hasilnya pada kondisi gelombang 0.1 meter dengan periode 2.32, 7, dan 12 s serta pada kondisi gelombang 0.35 meter dengan periode 2.32 dan 7 s didapatkan untuk nilai simpangan pendulum tertinggi terjadi ketika menggunakan Panjang lengan 1.25 meter. Kondisi tersebut terjadi ketika menggunakan massa beban 100 kg.

sedangkan untuk kondisi lainnya ketika menggunakan massa beban 100 kg rata – rata memiliki simpangan yang lebih tinggi ketika menggunakan Panjang lengan pendulum 1 meter. Untuk kodisi ketika menggunakan variasi massa beban 152 kg rata – rata juga terjadi ketika menggunakan panjang lengan pendulum 1.25 meter. Jadi dapat disimpulkan dari 54 variasi yang digunakan rata – rata memiliki simpangan terbaik ketika menggunakan panjang lengan 1.25 meter.

Pada hasil simulasi variasi perubahan massa beban pendulum dengan panjang lengan 1 meter dan parameter gelombang yang digunakan, didapatkan simpangan bandul yang lebih baik ketika menggunakan massa beban 100 kg kecuali pada kondisi amplitudo gelombang 0.1 meter dengan periode 2.32 dan 7 s. Sedangkan dengan panjang lengan 1.25 meter dan parameter gelombang yang digunakan, didapatkan simpangan bandul yang lebih baik ketika menggunakan massa beban 152 kg kecuali pada kondisi amplitudo gelombang 0.1 meter dengan periode 7 dan 12 s. Jadi karakter ketika pada parameter gelombang yang cenderung lebih tenang didapatkan nilai simpangan yang lebih tinggi ketika menggunakan massa beban 100 kg khususnya ketika menggunakan panjang lengan 1.25

(30)

22 meter. Ketika menggunakan panjang lengan 1.5 meter dan parameter gelombang yang digunakan, didapatkan simpangan bandul yang lebih baik ketika menggunakan massa beban 100 kg untuk periode gelombang 2.32 s pada semua variasi amplitudo gelombang. Untuk variasi periode lainnya simpangan pendulum didapatkan lebih baik ketika menggunakan massa beban pendulum 152 kg.

Untuk simpangan pendulum terbaik rata - rata didapatkan ketika menggunakan panjang lengan pendulum 1.25 meter nilai ini terlihat ketika menggunakan parameter amplitudo gelombang yang kecil yaitu untuk amplitudo 0.1 dan 0.35. Sedangkan untuk amplitudo gelombang 0.60 meter hasil terbaik rata - rata didapatkan pada panjang lengan pendulum 1 dan 1.5 meter. Hal ini terjadi karena pada panjang gelombang 0.60 meter kurang bisa melakukan ekstraksi energi karena panjangnya ponton. Untuk variasi massa beban didapatkan nilai simpangan terbaik rata - rata ketika menggunakan massa 100 kg ketika pada gelombang dengan amplitude 0.1 dan 0.35 meter sedangkan ketika amplitudo 0.60 meter hasil simpangan pendulum terbaik ketika menggunakan massa beban 152 kg.

2.3.3 Efek Bentuk Hull terhadap Prouduksi Energi PLTGL

Setelah didapatkan bentuk ponton yang menghasilkan RAO terbesar dan panjang lengan dengan simpangan paling baik. Selanjutnya pada simulasi tahap ketiga ini dilakukan simulasi dengan variasi bentuk hull pada ponton katamaran untuk mengetahui respon simpangan yang dihasilkan oleh pendulum dengan menggunakan panjang pendulum terbaik dari hasil simulasi tahap kedua. Simulasi dilakukan dengan panjang lengan pendulum 1,25 meter, massa 100 dan 150 kg, periode gelombang 2,32 ; 7 dan 12 sekon serta amplitudo gelombang 0,1;0,35 dan 0,6 meter. Berikut adalah hasil simulasi pada variasi amplitudo 0,1 meter dapat dilihat pada Gambar 16-21.

Gambar 28. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 2,32 sekon, dan massa 100 kg

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80

0 10 20 30 40 50 60

Simpangan Pendulum(⁰)

Time (s)

m=100kg T=2,32s

Outer Flat Hull Inner Flat Hull Simetris

(31)

23 Gambar 28 merupakan grafik simpangan pendulum pada saat ponton dikenai periode gelombang 2,32 sekon dan massa beban 100kg. Sedangkan Gambar 29 merupakan grafik simpangan pendulum saat periode yang sama namun dengan massa beban 150kg. Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat diketahui bahwa perubahan simpangan pendulum yang terjadi memiliki trendline yang hampir sama. Nilai simpangan pada ponton katamaran simetris dengan outer flat hull memiliki perbedaan simpangan yang cukup kecil. Pada saat lengan pendulum diberikan beban 100 kg nilai simpangan terbesar terjadi pada ponton katamaran simetris. Tetapi saat lengan pendulum diberikan beban 150 kg nilai simpangan terbesar terjadi pada ponton katamaran outer flat hull dengan selisih yang cukup kecil dari nilai simpangan maksimum ponton katamaran simetris.

Gambar 29. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 2,32 sekon dan massa 150 kg

Gambar 30. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 7 sekon dan massa 100 kg.

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80

0 10 20 30 40 50 60

Simpangan Pendulum(⁰)

Time (s)

m=150kg T=2,32s

Outer Flat Hull Inner Flat Hull Simetris

-100 -50 0 50 100

0 10 20 30 40 50 60

Simpangan Pendulum(⁰)

Time (s)

m=100kg T=7s

Outer Flat Hull Inner Flat Hull Simetris

(32)

24 Gambar 31. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 7 sekon dan massa

150 kg.

Gambar 30 menunjukkan grafik perubahan simpangan yang terjadi pada ponton dengan periode gelombang 7 sekon dan massa beban 100kg. Dari grafik tersebut dapat diketahu bahwa nilai simpangan terbesar terjadi pada ponton dengan bentuk outer flat hull. Kondisi ini berbeda dengan pada saat ponton dikenai periode gelombang 2,32 sekon dimana perbedaan antara ponton katamaran simetris dengan katamaran outer flat hull memiliki nilai perbedaan yang cukup kecil. Jika dilihat pada grafik simpangan pendulum dengan massa beban 100 kg dengan periode gelombang 7 sekon perbedaan antara simpangan pada ponton katamaran simetris dengan ponton katamaran outer flat hull sangat jauh. Tetapi memiliki perbedaan yang cukup kecil dengan ponton katamaran inner flat hull. Hal yang sama juga terjadi pada ponton dengan massa beban pendulum 150kg saat dikenai periode 7 sekon. Dari Gambar 31 tersebut dapat dilihat bahwa simpangan terbesar juga terjadi pada ponton katamaran outer flat hull.

-150 -100 -50 0 50 100 150

0 10 20 30 40 50 60

Simpangan Pendulum(⁰)

Time (s)

m=150kg T=7s

Outer Flat Hull Inner Flat Hull Simetris

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100

0 10 20 30 40 50 60

Simpangan Pendulum(⁰)

Time (s)

m=100kg T=12s

Outer Flat Hull Inner Flat Hull Simetris

(33)

25 Gambar 32. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 12 sekon dan massa

100 kg.

Gambar 32 menunjukkan grafik perubahan simpangan yang terjadi pada ponton dengan periode gelombang 12 sekon dan massa beban 100kg. Dari grafik tersebut dapat diketahu perubahan simpangan pada ponton katamaran simetris awalnya sangat kecil jika dibandingkan dengan ponton katamaran outer flat hull yang memiliki perubahan simpangan cenderung konstan dari awal pergerakan ponton. Namun pada saat ponton bergerak di detik 43 sekon perubahan simpangan pada ponton katamaran simetris menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan ponton katamaran outer flat hull. Simpangan maksimum pada variasi ini terjadi pada ponton katamaran simetris. Hal yang berbeda terjadi pada ponton dengan massa beban pendulum 150kg saat dikenai periode 7 sekon. Dari Gambar 33 tersebut dapat dilihat bahwa simpangan terbesar terjadi pada ponton katamaran outer flat hull.

Gambar 33. Perbandingan simpangan pendulum pada ponton katamaran saat T 12 sekon dan massa 150 kg.

Berdasarkan dari grafik pada Gambar 28-33 tersebut dapat diketahui bahwa untuk variasi periode 2,32 massa 100kg dan 150kg serta 12 sekon massa beban 100kg nilai simpangan yang trejadi pada ponton katamaran simetris lebih besar jika dibandingkan dengan ponton katamaran outer flat hull dan inner flat hull. Sedangkan pada variasi periode 7 sekon massa 100kg dan 150kg serta periode 12 sekon massa 150kg dengan amplitudo gelombang 0,1 meter memiliki perubahan nilai simpangan maksimum pada ponton katamaran outer flat hull. Untuk kondisi ketika dilakukan simulasi menggunakan variasi amplitudo gelombang 0,35 meter dan 0,6 meter nilai simpangan terbesar rata- rata terjadi pada ponton katamaran simetris. Sehingga dari simulasi tahap ketiga ini dapat

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80

0 10 20 30 40 50 60

Simpangan Pendulum(⁰)

Time (s)

m=150kg T=12s

Outer Flat Hull Inner Flat Hull Simetris

(34)

26 disimpulkan bahwa ponton yang dapat menghasilkan nilai simpangan paling besar adalah ponton katamaran simetris.

2.4 Fabrikasi Ponton dan Sistem Mekanik

Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa ponton simetris mampu menghasilkan simpangan pendulum yang cenderung hampir sama dengan ponton outer flat hull, namun pendulum yang ditempatkan pada tonton simteris memiliki periode getaran yang cenderung lebih singkat jika dibandingkan dengan ponton katamaran lainnya. Sehingga untuk penelitian ini akan menggunakan ponton katamaran simteris. Alasan lain yang mendasari hal pemilihan ponton ini adalah karena ponton jenis katamaran simetris ini lebih mudah untuk di fabrikasi. Setelah desain ponton terbaik ditentukan, maka selanjutnya adalah melakukan pembuatan Design Engineering Drawing (DED) yang merupakan acuan dalam melakukan proses fabrikasi. DED yang dibuat meliputi DED sistem ponton dan pendulum, sistem mekanik dan sistem elektrik.

Gambar 34. Proses Fabrikasi Ponton PLTGL – Multi Pendulum

(35)

27 Fabrikasi ponton dilakukan di salah satu workshop di Sidoarjo, Jawa Timur. Ponton untuk PLTGL-Multi Pendulum dibuat dengan menggunakan bahan fiberglass. Bahan ini dipilih karena kuat, tahan terhadap korosi dan memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan bahan yang lain. Ponton dan sistem mekanik yang telah di fabrikasi ditunjukkan pada Gambar 34-35.

(a) (b)

Gambar 35. Proses fabrikasi (a). Lengan pendulum; (b). Kerangka pendulum

(36)

28

BAB III STATUS LUARAN

Penelitian pengambangan PLTGL-Multi Pendulum ini direncanakan untuk dilaksanakan selama 2 (dua) tahun. Secara umum penelitian yang telah dilakukan ini telah mencapai target penelitian mencapai 70%, dimana telah dilakukannya desain dan perhitungan PLTG-Multi Pendulum, pembuatan DED, fabrikasi ponton dan kerangka serta pengusunan draft makalan seminar international. Secara lebih detail, status luaran sampai saat ini ditunjukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Status Luaran Penelitian

No Luaran Status Keterangan/Dokumentasi

1. Perhitungan dan DED PLTGL (Ponton dan system pendulum) a. Simulasi Ponton

dan Sistem

Pendulum

Selesai Simulasi ini dibagi menjadi beberapa tahap, diantaranya:

a. Penentuan jenis ponton

b. Penentuan efek ukuran pendulum terhadap simpangan pendulum

c. Efek bentuk hull terhadap simpangan pendulum

Simulasi dilakukan dengan menggunakan Computational Fluid Dynamic (CFD)

(37)

29

No Luaran Status Keterangan/Dokumentasi

b. Pembuatan DED PLTGL

Selesai DED dibuat dengan pertimbangan utama berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan.

2. Purwarupa berupa ponton dan system multi pendulum Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)

Selesai Purwarupa ponton dibuat berdasarkan DED yang telah dibuat sebelumnya. Material Fiber dipilih untuk pembuatan ponton. Sementara itu kerangka turbin dibuat dengan menggunakan material besi yang di coating sesuai dengan standard marine used.

(38)

30

No Luaran Status Keterangan/Dokumentasi

3. Publikasi makalah ilmiah pada Seminar International

Draft - Accepted

Publikasi akan dilakukan dalam The 5th International Tropical Renewable Energy Conference 2020 yang diadakan pada tanggal 29 – 30 Oktober 2020

(39)

31

BAB IV KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Berikut ini merupakan beberapa kendala yang dihadapi tim selama proses pelaksanaan penelitian ini, diantaranya

a. Proses verifikasi dari simulasi yang dilakukan. Proses ini merupakan salah satu proses yang krusial karena menentukan apakah hasil simulasi tersebut dapat merepresentasikan kondisi kenyataannya.

b. Proses fabrikasi yang terkendala adanya kondisi pandemic. Hal ini menyebabkan adanya pembatasan jumlah pekerja dan jam kerja di workshop mitra sehingga proses fabrikasi memerlukan waktu yang lebih lama.

c. PLTGL – Multi pendulum ini di desain untuk dapat diimplementasikan secara modular dan harus mampu bersaing dengan sumber energi konvensional yang saat ini banyak digunakan, seperti dari diesel/genset. Oleh karena itu, penentuan material ponton dan sistem pendulum yang harus tahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrim (lingkungan laut) namun harus mempertimbangkan faktor biaya, sehingga tetap dapat bersaing dengan sumber energi lainnya.

Berikut merupakan langkah yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut, diantaranya

a. Verfikiasi dilakukan dengan cara memastikan kesesuaian antara setting dan assumsi yang digunakan dengan kondisi sebenarnya.

b. Fabrikasi dilakukan secara parallel antara pembuatan ponton dan kerangka pendulum. Selain itu, fabrikasi telah dilakukan lebih awal sehingga proses fabrikasi bisa selesai tepat waktu.

Walaupun dalam kondisi pandemik ini, fabrikasi tetap dilakukan dengan memperhatikan protokol Kesehatan yang berlaku

c. Material fiber glass dipilih karena memiliki ketahanan yang baik pada kondisi lingkungan yang ekstrim, selain itu material ini memiliki harga yang cukup terjangkau. Tidak perlu cat anti korosi untuk ponton, karena ponton dibuat bari material fiber glass.

(40)

32

BAB V RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka terhadap beberapa tahapan yang harus dipenuhi selanjutnya, meliputi:

a. Fabrikasi pendulum

Fabrikasi pendulum direncanakan akan diadakan di bulan Agustus 2020, dengan massa sebesar 100 kg.

b. Pelaksanaan Seminar International

Pelaksanaan seminar international diagendakan pada tanggal 29 – 30 Oktober 2020.

(41)

33

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Titah, "An Up-to-Date Technologies Review and Evaluation of Wave Energy Converters," International Review of Electrical Engineering , vol. 10, 2015.

[2] "An Overview of Ocean Energy Activities in 2018," Ocean Energy Systems Annual Report, p. 67, 2018.

[3] P. F. E. F.-M. a. H. S. J.P Kofoed, "Prototype Testing of the Wave Energy Converter Wave Dragon," Renew Energy, Vols. 181-189, p. 31, 2006.

[4] A. d. O. F. D.V. Evan, "Hydrodynamic of Ocean Wave Energy Utilization,"

Springer, pp. 51-55, 1986.

[5] I. R. H. Irfan.S.Arief, "Respon to Pontoon and Pendulum Motion at Wave Energy Converter Based on Pendulum System," E3S Web of Conferences 43,01022 (2018), 2017.

[6] J. K. a. G. Bhuyan, "Ocean Energy: Global Technology Development Status,"

Report prepared by Powertech Labs for the IEA-OES (Implementing Agreement on Ocean Energy Systems - International Energy Agency, 2009.

[7] S. Said, Energi Outlook Indonesia, vol. 11, Jakarta Selatan: Dewan Energi Nasional, 2014, p. 4.

[8] J. Falnes, "A Review of wave Energy Extraction," Science Direct Marine Structure, vol. 20, pp. 185-201, 2007.

[9] S. Junianto, Mukhtasor and R. W. Prastianto, "Motion Response Modeling of Catamaran Type for Floating Tidal Current Energy Conversion System n Beam Seas Condition," in Proceedings of Academicsera 12th International Conference, Seoul, 2017.

(42)

34

BAB VII LAMPIRAN

Lampiran 1 Draft Makalah Seminar Intenational

Response Analysis of Pendulum and Pontoon on Ocean Wave Energy Conversion System (OWCS) – Double

Pendulum System

Ridho Hantoro

1, a)

Erna Septyaningrum

1,b)

Bariz Irfan Ridho

,c)

Ahmad Wildan Mahmashani

1Department of Engineering Physics, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

a)Corresponding author: septyaningrum@its.ac.id

b) hantoro@ep.its.ac.id bariz

c).irfan.iz@gmail.com

Abstract. The growing energy need, and the limitation of fossil fuel encourage many researchers to develop renewable energy technology. The good availability and the environmentally friendly of renewable energy, make it to be the best choice for energy production. One of the renewable energy sources comes from the sea, ocean wave energy has the potential to be extracted sustainably. Devices that convert ocean energy into electrical energy are called Ocean Wave Energy Conversion System (OWCS). This work proposed the new technology of OWCS, known as OWCS-Double Pendulum. The analysis of catamaran pontoon dan pendulums was carried out by utilizing the Computational Fluid Dynamics method. The numerical analysis shows that the smaller the wave period value, the greater the pontoon pitching value. The wave (amplitude and period) and pendulum (length and mass) parameters were variated to know the pendulum response toward the design parameter. Meanwhile, the greater the wave amplitude value, the greater the pontoon pitching value. The largest pontoon pitching value was obtained when using the 2.32 s wave period with a pitching value of 5.51°. When using a 2.32 s period and an amplitude of 0.6, the pitching pontoon value was 23.81°. When using the ocean wave period 2.32 s and the ocean wave amplitude 0.1 m, the largest pendulum deviation value is obtained when using a pendulum arm length variation of 1.25 m with a value of 109.57°. When using the variation of wave period 12 s and wave height 0.1 m, the pendulum deviation value is higher when using a load mass of 100 kg with a value of 61.7°.

INTRODUCTION

The energy demand continues growing along with the increasing human population growth in Indonesia.

According to the General Planning for National Energy, Indonesia produced 382.9 MTOE and consumed 110.5 MTOE in 2017 [10]. Meanwhile, in 2018, the energy production was 411.6 MTOE and the consumption was 114 MTOE [11]. The energy consumption in Indonesia increases by 3.5 MTOE every year. Nowadays, Indonesia facing the decrement of energy production especially in the petroleum sector, on the contrary, the demand for petroleum is increasing every year. As most of the electricity is produced by coal-fired power plants, Indonesia has a bid dependence on fossil fuel supply. Energy diversification is very urgently needed to reduce the dependency on fossil fuel.

Renewable energy technologies have been proposed as the solution of the issue since this is an environmentally friendly technology and the resource is abundantly available. Renewable energy technology is often site-specific technology, in which the implementation of the technology is based on the potential of the region. The three most developed marine energies are tidal energy, wave energy, and ocean thermal energy.

The ocean wave energy conversion system (OWCS) is the most attractive to be exploited sustainably [12].

The development of OWCS was a worldwide project. America, Europe, China, and India are at the forefront of developing strategies to increase the share of an ocean wave in their energy mix [4,5]. Researchers had

(43)

35

proposed many concept and design of wave energy conversion. There are three main categories of OWCS, i.e.

(1) Oscillating Water Columns (OWCs), (2) Oscillating Bodies, and (3) overtopping system. OWCS is characterized by the interaction of the device and the ocean wave. The challenges for OWCS ranging from the availability of suitable wave and the survivability of the material in the severe environmental condition, [6,7].

The commercial of technology is still rare. Most of its development activities are still in the prototyping and model test stages. Some of the existing OWCS technologies include DEXA WEC (26 kW/m) [8]; Danish Wave Energy Program System [9], Weptos (sea trail phase) [10]; Pelamis [11] and soon. Due to OWCS technology is a site-specific technology, the design for OWCS in Indonesia must be adapted to the characteristic of the ocean waves in Indonesia

The current research is conducted on a design and simulation study of ocean wave energy conversion system using a double pendulum, which is adapted to the characteristic of an ocean wave in Indonesia. It is included in the oscillating body category. This technology consists of a catamaran ponton and pendulum system, as shown in Figure 1. The wave energy will be received by the ponton, further, it converted into mechanical energy by the pendulum system, following the simple oscillation concept. The mechanical component takes an important role in matching the pendulum output (RPM and torque) and the generator specification.

The response of the ponton is continually following the wave characteristic such us wave amplitude and wave period [13]. Hence, it should be considered for the design and capacity determination of OWCS.

Moreover, the design of the pendulum and catamaran is the main consideration to optimize the energy conversion process. Research carried out by [12] stated that the design parameter for the OWCS consist of (a) pontoon dimension and geometry, (b) pendulum mass and length, and (c) pontoon arrangement [12]. The catamaran designs in such a way that it has a maximum pitching angle resulting in optimum energy production.

The current work carried out the simulation study to analyses the response of the ponton and pendulum system toward the different wave characteristic and pendulum dimensions. The well-known method, Computational Fluid Dynamic is utilized as it is an effective and low-cost method to conduct the preliminary study before the design is fabricated and tested. The novel design of OWCS is proposed in this study. This technology is the alternative to provide electricity supply for the rural area in Indonesia, particularly which has potential wave energy resource. This is an easy operated and maintained technology. Moreover, it supports the diversification programs in Indonesia.

RESEARCH METODOLOGY Wave Energy Conversion Design

The design of OWCS-Double Pendulum generally consists of several systems, i.e. catamaran ponton, pendulum system, mechanical system, and electrical system. The OWCS-Double Pendulum capture wave energy, which is converted to the pitching motion of the pontoon, then transferring this energy to move the pendulums above it. The one-way bearing system is employed to connect the generator and pendulum system.

This electrical energy obtained can be used directly or stored in the battery.

The catamaran ponton in the OWCS-Double Pendulum is designed to keep in the maximum pitching motion however it should be in the stable condition and not be sink. As the pendulum, mechanical or transmission system, and the electrical system is placed on the pontoon, the design of the pontoon must guarantee that it can support all loads, both the pontoon itself and the entire system above it. The catamaran design is chosen as it can capture more energy, indicated by a high Response Amplitude Operator (RAO). The adjustment of ponton hull can increase the RAO, which directly escalate energy production.

FIGURE 1. Design of OWCS – Double Pendulum

Gambar

Gambar 2. Instalasi PLTGL [1].
Gambar 3. Roadmap Pengembangan PLTG – Sistem Pendulum
Gambar 7. Contoh Simulasi Interaksi Ponton Terhadap Gelombang
Gambar 10. Ponton katamaran inner flat hull
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika R = +1 atau R = -1, maka hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sangat kuat dan dapat dinyatakan bahwa hubungan yang terjadi

Galih Estetika dengan produk sejenis yang tersedia di pasar harus diantisipasi dengan cara melakukan hubungan yang lebih interaktif dan berkelanjutan dengan konsumen

Pengumuman ini dibuat memenuhi ketentuan yang ada dalam Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (SDP) Pengadaan Langsung Pekerjaan Konstruksi berdasarkan keputusan

Bapak Ahsanul In’am, Ph.D selaku Ketua Program Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang yang juga selalu memberikan dorongan dan

Bahasa Pesan dalam Penulisan Naskah pada Program KISS PAGI di INDOSIAR Seperti yang telah tertulis diatas bahwa terdapat bahasa dalam proses penulisan naskah pesan yang

Sehingga diperlukan kegiatan atau program yang sifatnya komprehensif dan integral melalui pembentukan Komite Aksi Kota Tegal Penghapusan BPTA yang ditetapkan

 Selain itu, konsumen batik dari dalam dan luar negeri sudah banyak yang dapat membedakan antara batik tulis dan cap dengan batik printing, serta mempercayai

Jika tombol FIRE ditekan, maka akan terjadi pengecekan apakah angka yang kita pilih itu lebih besar, lebih kecil, atau benar.. Kemudian fungsi pengecekan inputDelay itu untuk