• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan tentang kondisi vegetasi tumbuhan pantai di kawasan pariwisata dan nonpariwisata pesisir pantai Slopeng Kabupaten Sumenep. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di dua kawasan pesisir pantai Slopeng Kabupaten Sumenep, yaitu kawasan pariwisata pantai Slopeng dan kawasan nonpariwisata pesisir pantai Slopeng. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Balai Konservasi Tumbuhan LIPI Kebun Raya Purwodadi.

Gambar 3.1 Peta pesisir Pantai Slopeng (skala 1:1000) (Sumber: Google Earth, 2018).

(2)

3.2.2 Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus sampai 14 Agustus 2018 di kawasan pariwisata pantai Slopeng Kabupaten Sumenep, dan 15 Agustus sampai 18 Agustus 2018 di kawasan nonpariwisata pesisir pantai Slopeng Kabupaten Sumenep. Identifikasi tumbuhan dilakukan pada tanggal 3 September sampai 24 September 2018.

3.3 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua tumbuhan pantai yang terdapat di kawasan pariwisata dan nonpariwisata pesisir pantai Slopeng Kabupaten Sumenep.

3.3.2 Teknik Sampling

Teknik Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan melalui teknik Purposive Sampling. Menurut (Kusmana dalam Indriyanto, 2006) metode yang

digunakan dalam pengamatan vegetasi adalah metode transek (jalur garis berpetak tunggal). Transek dibuat memanjang memotong topografi dengan jarak antar transek 50 meter. Setiap transek dibagi dalam petak-petak ukur berukuran (20x20) m2 untuk tingkat pohon (diameter pohon > 20 cm), petak ukur berukuran (10x10) m2 untuk tingkat tiang (diameter pohon 10-20 cm), petak ukur berukuran (5x5) m2 untuk tingkat pancang (tinggi > 1,5 m) dan petak ukuran lebih kecil (2x2) m2 untuk tingkat semai (tinggi < 1,5 m) untuk tumbuhan bawah (penutup tanah) seperti pada gambar 3.3

(3)

Gambar 3.2 Transek (jalur garis berpetak tunggal)

Tujuan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis perbandingan vegetasi pantai yang terdapat di dua kawasan, yaitu kawasan pariwisata dan kawasan nonpariwisata pesisir pantai Slopeng kabupaten Sumenep.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka penelitian ini dibagi menjadi dua stasiun penelitian, yaitu stasiun A (kawasan pariwisata Pantai Slopeng) memiliki luas lahan 2 Ha (100 m x 200 m) dan stasiun B (kawasan nonpariwisata pesisir Pantai Slopeng) memiliki luas lahan 4 Ha (200 m x 200 m). Berdasarkan luas lahan dari setiap stasium, jumlah transek yang digunakan pada stasiun A dan stasiun B sebanyak 3 transek. Stasiun A pada setiap transek terdiri dari 2 plot, sehingga jumlah plot keseluruhan sebanyak 6 plot. Stasiun B pada setiap transek terdiri dari 3 plot, sehingga jumlah plot keseluruhan sebanyak 9 plot. Penentuan titik sampling dan desain transek pengamatan vegetasi dapat dilihat pada gambar 3.3, gambar 3.4 dan gambar 3.5.

2 m A

B

20 m 5 m

10 m C

50m D

(4)

Gambar 3.3 Peta Penentuan Titik Sampling (Skala 1:1000)

Gambar 3.4 Desain transek pengamatan vegetasi stasiun A

(5)

Gambar 3.5 Desain transek pengamatan vegetasi stasiun B 3.3.3 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan pantai yang terdapat di dua stasiun penelitian, yaitu stasiun A (kawasan pariwisata pantai Slopeng) yang terdiri dari 3 transek dengan jumlah 6 plot, dan stasiun B (kawasan nonpariwisata pantai Slopeng) yang terdiri dari 3 transek dengan jumlah 9 plot.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Tahap Persiapan 3.4.1.1 Observasi Awal

Tahap persiapan yang dilakukan yakni melakukan observasi lapangan meliputi pengamatan kawasan pesisir pantai Slopeng dengan tujuan agar mengetahui luas area kondisi lingkungan lokasi penelitian.

(6)

3.4.1.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: termoanemometer, soiltester, termometer, hagameter, kompas untuk menentukan arah transek garis, meteran, tali rafia, pasak, kamera digital, kalkulator, buku gambar, kardus, selotip, kertas koran, dan table form tumbuhan pantai.

3.4.1.3 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan pantai di pesisir pantai Slopeng Kabupaten Sumenep.

3.4.2 Rancangan dan Alur Penelitian 3.4.2.1 Pengukuran Vegetasi

Pengukuran vegetasi dilakukan dengan melakukan identifikasi jenis semua tegakan, mengukur diameter, tinggi, dan menghitung jumlah masing-masing jenis tegakan pada setiap plot. Cara pengukuran diameter batang adalah melingkarkan pita meteran ke tegakan setinggi dada atau 1,3 m diatas permukaan tanah.

Mengukur tinggi tegakan dengan menggunakan Hagameter.

3.4.2.2 Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan dilakukan sebagi berikut :

1) Mempersiapkan alat yang akan dipergunakan dalam melakukan pengukuran parameter lingkungan.

2) Melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada setiap transek menggunakan higrometer.

(7)

Soil tester.

4) Melakukan pengukuran kecepatan angin pada setiap transek dengan menggunakan termoanemometer.

3.4.2.3 Identifikasi Jenis Tumbuhan

Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan dengan cara berikut:

1) Menggambil gambar/foto spesimen tumbuhan yang akan diidentifikasi.

2) Mengambil sebagian organ penting tumbuhan yang akan dilakukan identifikasi.

3) Membuat herbarium tumbuhan yang ditemukan dikawasan penelitian.

4) Menentukan hasil identifikasi berdasarkan kecocokan gambar/foto dan herbarium tumbuhan dengan literatur.

5) Mengirimkan spesimen tumbuhan yang diketahui ataupun tidak diketahui ke lembaga-lembaga penelitian yang menyediakan jasa untuk proses identifikasi.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini mengambil data berupa:

1) Data primer, adalah data yang diperoleh dengan mencatat langsung hasil observasi. Data tersebut berupa jenis-jenis vegetasi, keliling tegakan, jumlah individu suatu jenis, dan kemunculan jenis dalam plot pengamatan yang dihitung pada semua kategori (pohon, tiang, pancang, dan semai).

(8)

2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari instansi pemerintah, laporan, hasil pengukuran, dan data lain yang relevan. Data tersebut meliputi letak (topografi) dan keadaan parameter lingkungan lokasi penelitian.

3.5.1 Instrumen Pengambilan Data Primer

Data primer berupa data vegetasi yang diperoleh dengan mencatat langsung hasil metode pengambilan contoh melalui observasi. Hasil obeservasi tersebut kemudian dicatat pada instrumen penelitian seperti tebel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Instrumen pengambilan data vegetasi

No. Jenis Tumbuhan (Nama ilmiah/Lokal)

Ditemukan

Keliling Tinggi

tegakan kategori Transek Plot

1. - - - - - -

2. - - - - - -

3. - - - - - -

4. - - - - - -

5. - - - - - -

Dst - - - - - -

3.5.2 Instrumen Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder berupa data pengukuran paramer lingkungan yang diperoleh dengan mencatat langsung hasil pengukuran menggunakan alat ukur. Hasil pengukuran parameter lingkungan tersebut tersebut kemudian dicatat pada instrumen penelitian seperti tebel 3.2 berikut.

(9)

No. Lokasi stasun dan transek

Kelembaban udara dan suhu

Lingkungan

Kecepatan angin

pH Tanah/

pasir

Kelembaban tanah/pasir 1. Stasiun A,

Tarnsek/jalur 1 - - - -

2. Stasiun A,

Tarnsek/jalur 2 - - - -

3. Stasiun A,

Tarnsek/jalur 3 - - - -

4. Stasiun B,

Tarnsek/jalur 1 - - - -

5. Stasiun B,

Tarnsek/jalur 2 - - - -

6. Stasiun B,

Tarnsek/jalur 3 - - - -

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk menetukan jenis tumbuhan pantai dan besaran dari Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominansi, Domonansi Relatif, Indeks Nilai Penting, serta Indeks Keanekaragaman. Hasil dari pengamatan, pengukuran dan perhitungan vegetasi dari dua stasiun penelitian kemudian di dideskripsikan perbedaannya secara deskriptif-induktif.

Proses identifikasi jenis dan perhitungan besaran dari Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominansi, Domonansi Relatif, Indeks Nilai Penting, serta Indeks Keanekaragaman. Perhitungan dilakukan menggunakan rumus. Data ditabulasi dan dianalisis menggunakan Microsoft Exel 2007 untuk ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(10)

3.6.1 Identifikasi Jenis Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan yaitu proses menentukan nama yang benar dan sesuai dalam klasifikasi tumbuhan. Tumbuhan yang diidentifikasi terkadang perlu untuk diverivikasi kebenarannya. Langkah yang diambil yaitu mengirimkan spesimen tumbuhan yang diketahui ataupun tidak diketahui ke lembaga-lembaga penelitian yang menyediakan jasa untuk proses identifikasi. Penelitian ini melakuan identifikasi di lembaga yang menyediakan jasa identifikasi yaitu LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi.

3.6.2 Kerapatan

Perhitungan Kerapatan dan Kerapatan Relatif suatu jenis dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah individu suatu jenis

K = Luas seluruh petak contoh ...(3.1)

Kerapatan suatu jenis

KR = 100%

Kerapatan seluruh jenis ...(3.2) Tabel 3.3 Indikator kerapatan jenis

No. Kriteria Indikator

1. Jumlah Pohon ≤ 20 Pohon/ha Sangat Rendah

2. Jumlah Pohon 21-50 Pohon/ha Rendah

3. Jumlah Pohon 51-100 Pohon/ha Sedang

4. Jumlah Pohon 100-200 Pohon/ha Tinggi

5. Jumlah Pohon ≤ 201 Pohon/ha Sangat Tinggi

Sumber : Kepmen KLH No. 02, 1998

3.6.3 Frekuensi

Perhitungan Frekuensi dan Frekuensi Relatif suatu jenis dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

(11)

Jumlah seluruh petak contoh Frekuensi suatu jenis

FR = 100%

Frekuensi seluruh jenis ...(3.4)

Tabel 3.4 Indikator frekuensi relatif

No. Kriteria Indikator

1. Jenis dengan frekuensi 01-20 % Kelas A (Sangat Rendah)

2. Jenis dengan frekuensi 21-40 % Kelas B (Rendah)

3. Jenis dengan frekuensi 41-60 % Kelas C (Sedang)

4. Jenis dengan frekuensi 61-80 % Kelas D (Tinggi)

5. Jenis dengan frekuensi 81-100 % Kelas E (Sangat Tinggi) Sumber : Raunkiaer, 1934 dalam Indriyanto, 2006

3.6.4 Dominansi

Perhitungan Dominansi dan Dominansi Relatif suatu jenis dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah luas bidang dasar (LBDS) suatu jenis

D = Luas petak contoh ...(3.5)

1 2 k

LBD = d ; d = 4

...(3.6) Keterangan:

k = Keliling batang (dalam satuan cm) d = Diameter setinggi dada

 = Konstanta (dengan nilai 3,14) Dominansi suatu jenis

DR = 100%

Dominansi seluruh jenis ...(3.7)

(12)

3.6.5 Indeks Nilai Penting (INP)

Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Tingkat pancang dan semai :

INP = KR + FR ...(3.8) Tingkat pohon dan tiang :

INP = KR + FR + DR ...(3.9) Keterangan :

INP = Indeks Nilai Penting (%) KR = Kerapatan Relatif (%) FR = Frekuensi Relatif (%) DR = Dominansi Relatif (%)

Tabel 3.5 Indikator indeks nilai penting

No. Tingkatan Kriteria Indikator

1. Pohon dan Tiang INP ≥ 15% Jenis dikatakan berperan

2. Pancang dan Semai INP ≥ 10% Jenis dikatakan perperan Sumber : Sutisno, 1993 dalam Heriyanto, 2004

3.6.6 Indeks Keanekaragaman (H’)

Perhitungan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) suatu jenis dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

n. n.

H' = .

N N

i i

  Ln 

    

   

...(3.10) Keterangan:

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener n.i = Jumlah Individu Jenis Ke-i

N = Jumalah Total Individu Ln = Logaritma Natural

(13)

N

Tabel 3.6 Indikator indeks keanekaragaman

No. Kriteria Indikator

1. H’ > 3 Kelimpahan tinggi

2. 1 ≤ H’ ≤ 3 Kelimpahan sedang

3. H’ < 1 Kelimpahan sedikit/rendah

Sumber : Odum, 1993 dalam Fachrul, 2007

3.7 Analisis Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar dengan melalui proses kajian terlebih dahulu. Proses dari kajian tersebut harus sesuai dengan kebutuhan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Suhardi (2012), analisis implementasi hasil penelitian sebagai sumber belajar mengacu pada hal berikut:

1) Kejelasan potensi sebagai sumber belajar (jenis sumber belajar dan materi) 2) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar)

3) Kejelasan sasaran atau objek pembelajran 4) Kejelasan informasi yang akan dipelajari

5) Kejelasan eksplorasi (langkah-langkah penggunaan) 6) Kejelasan mengenai ketercapaian yang diharapkan

Gambar

Gambar 3.1 Peta pesisir Pantai Slopeng (skala 1:1000) (Sumber: Google Earth, 2018).
Gambar 3.2 Transek (jalur garis berpetak tunggal)
Gambar 3.3 Peta Penentuan Titik Sampling (Skala 1:1000)
Gambar 3.5  Desain transek pengamatan vegetasi stasiun B  3.3.3 Sampel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan (Khan &amp; Salim, 2020) yang menyatakan bahwa motivational factors memiliki pengaruh signifikan

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan

(9) Dalam hal surat izin Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas hilang atau rusak, atau perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (8)

Akan tetapi apabila melihat alasan Salwa lebih lanjut, maka dapat dilihat bahwa alasan pemilihan kedua surat ini bukan hanya berdasarkan pada panjang atau pendeknya surat ataupun

Perbedaan metode ekstraksi maserasi, perkolasi, sokletasi dan refluks dapat menghasilkan kadar flavonoid total yang berbeda dari ekstrak metanol daun kersen (Muntingia

oleh daerah dengan yang melakukan kerjasama, baik dengan daerah lain maupun dengan pihak lain, dan dituangkan dalam naskah tertulis berdasarkan ketentuan perundang-undangan

Untuk fungsi yang dapat diubah dalam bentuk eksplisit, turunan fungsi dapat dicari dengan cara seperti yang sudah kita pelajari

dapat dipahami; (3) contoh-contoh dan gambaran-gambaran; (4) pengalaman masa lalu: konsepsi yang kontradiksi dengan pengalaman masa lalu tidak mung- kin