• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB VII Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Batu digunakan sebagai acuan dala m pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Batu. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kota Batu terdiri atas:

 Ketentuan umum peraturan zonasi

 Ketentuan umum perizinan;

 Ketentuan umum insentif dan disinsentif; dan

 Arahan sanksi administrasi

Pengendalian pe manfaatan ruang secara lebih rinci akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kedetailan rencana yang ada, dan selanjutnya digunakan sebagai kendali dala m mewujudkan menciptakan tertib tata ruang.

7.1. KET ENTUA N UMUM PERATURAN Z ONASI Ketentuan umum peraturan zonasi berfungsi :

 Landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional pengendalian pemanfaatan ruang;

 Dasar pemberian izin pe manfaatan ruang;

 Salah satu pertimbangan da la m pengawasan pe manfaatan ruang.

Ketentuan umum peraturan zonasi Kota Batu meliputi ketentuan umum zonasi untuk da la m mewujudkan pola ruang dan kawasan strategis, yang terdiri atas:

 Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan lindung;

 Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan budidaya; dan

BAB VII

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

(2)

pemanfaatan ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang a man, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Ketentuan lain yang dibutuhkan, antara lain, adalah ketentuan pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan energi dan kawasan di se kitar infrastruktur kota.

7.1.1. KETENTUAN UM UM PERATURAN ZO NASI POLA RUANG

7.1.1.1 KETENTUAN UM UM PERATURAN ZO NASI KA WASAN LINDUNG

A. Ketentuan umumPeraturan Zonasi Kawasan Hutan Lindung Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung me liputi:

 Peruntukan ruang untuk wisata alam pada kawasan hutan lindung tanpa merubah bentang alam.

 Pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi.

 Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diiz inkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

 Pemanfaatan hutan lindung hanya di perbolehkan berupa pe manfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pe mungutan hasil hutan bukan kayu.

 Peruntukan ruang bagi hutan lindung dengan pe mbagian hutan ke da la m blok-blok, terdiri dari: blok perlindungan;blok pe manfaatan dan blok la innya

 Peningkatan fungsi lahan melalui penge mbangan hutan rakyat (agroforestri) yang me mberikan nilai e konomi mela lui penga mbilan has il bukan kayu.

 Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengala mi alih fungsi me lalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang ma mpu me mberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan ma mpu meresapkan a ir;

 Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa dan fauna dilindungi dapat lestari;

 Percepatan rehabilitasi lahan yang mengala mi kerusakan; dan

 Pemanfaatan kawasan resapan air berupa hutan dengan tegakan tanaman yang me mpunyai perakaran dan ma mpu menyimpan potensi air tanah;

 Kawasan resapan air tida k diperbolehkan untuk dike mbangkan sebagai kawasan terbangun;

 rehabilitasi lahan yang mengala mi kerusa kan, lahan kritis dan tida k produkt if me lalui reboisasi; penghijauan; penanaman dan pe meliharaan, pengayaan tanaman; atau penerapan teknik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis;

 me larang pemanfaatan hasil kayu untuk kepentingan konservasi fungsi ekologis kawasan dan meningkatkan ke ma mpuan dala m meresapkan air;

 kegiatan pariwisata ala m yang diijinkan meliputi me ndaki gunung, out bond, berke mah.

 penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada;

 penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budidaya terbangun yang diajukan izinnya

 Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

 Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber a ir juga digunakan untuk pariwisata peruntukkannya diijinkan sela ma tidak mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kola m tersendiri;

 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pence maran dan erosi terhadap air; dan

 Me mbatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.

C. Ketentuan umum Peraturan Zonasi kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Sungai

Ketentuan umum Peraturan zonasi untuk sempadan sungai, me liput i:

 Perlindungan sekitar sunga i atau sebagai se mpadan sungai dilarang mengadakan alih fungs i lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;

 Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak me miliki ka itan dengan pelestarian atau pengelolaan sunga i dilarang untuk didirikan;

 Sungai yang melintasi kawasan permukiman dilakukan re-orientasi pe mbangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;

 Sungai yang me miliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata ala m-petualangan seperti arung jera m, out bond, dan kepra mukaan;

(3)

 Khusus pengendalian kawasan se mpadan sunga i bagian hulu sunga i - Pengaturan eksploitasi dan pe meliharaan hutan

- Pengaturan tanah-tanah perkebunan

- Pengaturan tanah-tanah pertanian untuk mengurangi tingkat erosi - pengaturan terhadap maraknya permukiman villa dan industri agrobisnis - Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai

- Pembangunan sarana dan prasarana penge mbangan sumber daya air

- Bantaran sungai harus bebas dari bangunan kecua li bangunan inspeks i sunga i.

- Pemanfaatan sempadan sunga i sebagai wisata olah raga sebatas tidak mengganggu fungsi kelestarian s ungai.

 Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau

 Ketentuan umum peraturan zonasi di sungai Brantas dan anak Sungai Brantas meliputi : 1. Sempadan Sungai Brantas 100 meter kanan-kiri badan sunga i di luar kawasan

permukiman, serta se mpadan Sunga i Brantas di dala m kawasan permukiman me miliki sempadan 15 meter di kanan-kiri badan sunga i;

2. Sempadan sungai kecil di luar kawasan permukiman me miliki se mpadan 50 meter di kanan-kiri badan sungai, dan Sunga i kecil di dala m kawasan permukiman me miliki sempadan 10 meter di kanan-kiri badan sunga i, sedangkan sepanjang tepian sungai bertanggul me miliki lebar sempadan paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

3. Pemanfaatan aliran Sungai Brantas dan anak sungai Brantas untuk melayani irigasi pertanian, pengendali banjir, kegiatan pariwisata dan sumber pe mbangkit energi

4. Perencanaan dan pengendalian penggunaan tanah kawasan terbangun, terutama untuk perumahan yang t idak berada di da la m kawasan konservasi se mpadan sunga i.

 Ketentuan umum peraturan zonasi di sepanjang jaringan irigasi me liputi : 1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan aliran sungai;

2. Perlindungan terhadap daerah aliran a ir, baik itu saluran irigasi, serta daerah aliran sungai;

3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;

4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan se mpadan mata air meliputi:

 Peruntukan ruang untuk ruang terbuka hijau;

 Daratan di sekeliling mata air yang me mpunyai manfaat untuk me mpertahankan fungsi mata air;

 Kawasan sempadan mata air ditetapkan dengan radius 200 meter; dan

 Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pence maran terhadap mata air

E. Ketentuan umumPeraturan Zonasi Ruang Terbuka Hijau Kota Ketentuan Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota, me liputi:

 Peruntukan ruang untuk kegiatan rekreasi;

 Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;

 Penetuan luas hutan kota dalam satu ha mparan yang kompak paling sedikit 0,25 (dua puluh lima per seratus) hektar atau paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari wilayah pusat kegiatan dan atau disesua ikan dengan kondisi setempat;

 Peruntukan hutan kota dapat dimanfaatkan/diperbolehkan untuk keperluan pariwisata ala m, rekreasi dan atau olah raga; penelitian dan pengembangan; pendidikan; pelestarian plas ma nutfah; dan atau budidaya hasil hutan bukan kayu; dan

 Mengharuskan pengadaan Jalur hijau yang pada sepanjang jalur jalan uta ma pusat kegiatan dan jalan kolektor yang berfungsi sebagai peneduh.

F. Ketentuan umumPeraturan Zonasi Kawasan Pelestarian Alam Taman Hutan Raya Ketentuan peraturan zonasi untuk ta man hutan raya me liput i:

 Peruntukan ruang untuk pene litian, pendidikan, dan wisata ala m;

 Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merusak taman hutan raya;

 Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan penelitihan, pendidikan dan wisata ala m;

 Penentuan batas-batas kawasan yang ditata pada kawasan ta man hutan raya;

 Pembagian kawasan ke dalam blok-blok terdiri dari: blok pemanfaatan; blok koleks i tanaman;

blok perlindungan; dan blok lainnya; dan

 Me mperbolehkan me mbuka jalur wisata jelajah/penda kian.

(4)

 Peruntukan ruang untuk wisata ala m tanpa mengubah bentang ala m;

 Ketentuan pelarangan kegiatan sela in wisata ala m tida k di perbolehkan;

 Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan wisata ala m;

 Penentuan batas-batas kawasan yang ditata sebagai taman wisata ala m; dan

 Pembagian ta man wisata ala m ke dala m blok-blok terdiri dari: blok pe manfaatan intensif;

blok pe manfaatan terbatas; dan blok lainnya.

H. Ketentuan umumPeraturan Zonasi Untuk Kawasan Cagar Budaya Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya meliputi:

 Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata, agama, sosial, dan kebudayaan.

 Pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesua i dengan fungs i kawasan.

 Pemanfaatan tidak dapat dila kukan apabila bertentangan dengan upaya perlindungan benda cagar budaya dan semata-mata untuk me ncari keuntungan pribadi dan/atau golongan.

 Mengupayakan konservasi, dan melakukan revitalisasi, rehabilitas

 Meningkatkan pelestarian s itus, candi dan artifak la in yang merupakan peninggalan sejarah;

 Pembatasan bangunan di sekitarnya mela lui , pe mbatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari berbagai sudut pandang

 Menjadikan obyek situs/candi menjadi bagian dari tour wisata di Kota batu;

 Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah; dan

 Tidak merombak keaslian dari situs tersebut dengan modernisasi ke bentuk la in.

I. Ketentuan umumPeraturan Zonasi kawasan rawan longsor

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor me liput i:

 Peruntukan ruang dengan me mpertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;

 Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

 Pembatasan pendirian bangunan kecua li untuk kepentingan pe mantauan ancaman bencana dan kepentingan umum;

 Pemeliharaan vegetasi di bagian gunung yang me miliki tingkat ketinggi lebih dari 2000 m dpl dan me miliki kelerengan lebih dari 30 persen;

 Pembangunan secara khusus bangunan-bangunan pengendali erosi sepanjang lereng gunung yang mudah tererosi;

 Pengaturan kontur dan cara-cara pengolahan lahan; dan

 Tidak diijinkan menge mbangkan permukiman dan fasilitas utama lainnya di daerah rawan bencana;

 Merubah bentuk bentang alam yang menyebabkan potensi rawan terjadinya longsor baik untuk permukiman ataupun pertanian ;

 Meningkatkan/me mperbaiki dan me me lihara drainase baik air permukaan maupun air tanah pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling;

 Penghijauan dengan tana man yang siste m perakarannya dala m dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng cura m, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80 % sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tana man – tana man yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditana m rumput);

 Khusus untuk runtuhan batu dapat dibuatkan tanggul penahan (rock fall) baik berupa bangunan konstruks i, tanaman maupun parit;

 Pengenalan daerah yang rawan longsor; dan

 Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya rekahan rekahan berbentuk lada m atau tapal kuda.

7.1.1.2 KETENTUAN UM UM PERATURAN ZO NASI KA WASAN BUDIDAYA

A. Ketentuan umumPeraturan Zonasi kawasan Hutan Produksi Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi meliputi:

 Pembatasan pe manfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan;

 Pelarangan pendirian bangunan selain untuk kegiatan hutan produks i;

 Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu;

 Peruntukan ruang yang diperbolehkan dala m rangka pe manfaatan jasa lingkungan me liput i pemanfaatan air, wisata alam/rekreasi, olahraga tantangan, dan penyelamatan hutan dan lingkungan;

 Pembagian blok-blok ke dala m petak-petak kerja, harus me mperhatikan pada luas kawasan, potensi hasil hutan dan kesesuaian ekos istem;

 Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk me lakukan penebangan pohon di kawasan hutan produksi:

(5)

- Lebih dari 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;dan - Lebih dari 2 (dua) kali kedala man jurang dari tepi jurang.

 Kawasan hutan produksi yang me miliki adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;

 Pengadaan atau alih fungsi kawasan tegalan dan kebun mela lui penge mbangan tana man dengan tegakan tinggi yang me miliki fungsi sebagai hutan produks i;

 Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan me lalui penge mbangan hutan kerakyatan;

 Pengembangan dan diversifikasi pena mana m jenis hutan sehingga me mungkinkan untuk dia mbil hasil non kayu, seperti buah dan getah; dan

 Peningkatan fungsi ekologis mela lui penge mbangan s istem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan ala m

B. Ketentuan umumperaturan zonasi kawasan pertanian

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian me liputi:

 Sawah beririgas i teknis harus dipertahankan luasannya;

 Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan dengan perubahan maks imum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigas i setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua ka li luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sa ma;

 Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maks imum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dala m pelayanan daerah irigasi yang sama;

 Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis

 Pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias dengan tida k me manfaatkan kawasan lindung dan hutan kota.

 Penyelenggaraan usaha perkebunan diperbolehkan untuk usaha lahan perkebunan berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan/atau hak paka i;

 Dilarang me mindahkan hak atas tanah usaha perkebunan yang mengakibatkan terjadinya satuan usaha yang kurang dari luas minimum;

kegiatan non perkebunan;

 Wilayah geografis yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikas i geografis;

 Wilayah geografis yang sudah ditetapkan untuk dilindungi ke lestariannya dengan indikas i geografis dilarang dialihfungsikan;

 Pelaku usaha perkebunan dilarang me mbuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pence maran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup.

 Tidak diperbolehkan pe manfaatan sumber daya perikanan yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pence maran dan/atau kerusakan sumber daya ikan dan/atau lingkungannya.

 Upaya pengelolaan sumber daya ikan, diwajibkan dilakukan konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan.

 Usaha-usaha peternakan diadakan dengan tidak mengganggu ketenteraman masyarakat umum;

 Jumlah dan jenis ternak yang boleh diternakkan di suatu bidang tanah tertentu untuk disesuaikan dengan keadaan dan keseimbangan tanah dengan jenis ternak yang bersangkutan;

 Pada zona-zona, dimana suatu rumpun ternak telah mencapai mutu yang tinggi di da la m suatu produksi harus dijalankan peternakan murni

C. Ketentuan umumperaturan zonasi industri

Ketentuan Peraturan zonasi untuk lokas i industri me liput:

 Jenis industri yang diperbolehkan merupakan jenis industri non polutif, sedangkan untuk industri yang dapat menimbulkan polutif t idak diperbolehkan untuk berke mbang di Kota Batu.

 Lokasi industri yang akan dike mbangkan di Kota Batu adalah industri kecil dan menegah dan merupakan industri pengolahan hasil pertanian maupun home industri;

 Pengembangan lokas i industri dilakukan dengan me mpertimbangkan aspek ekologis;

 Pengembangan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan;

 Setiap kegiatan industri sejauh mungkin mengguna kan metoda atau teknologi ra mah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap ke mungkinan adanya bencana industri;

(6)

efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial

D. Ketentuan umumperaturan zonasi kawasan pariwisata

Ketentuan Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata me liput i:

 Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;

 Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa la mpau;

 Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata pada kawasan lindung;

 Pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang berintikan kegiatan yang me merlukan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketenteraman masyarakat;

 Pemanfaatan taman hutan raya, taman wisata ala m untuk kegiatan pariwisata ala m dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya ala m hayati dan ekos istemnya;

 Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maks imum 10% dari luas blok pe manfaatan taman hutan raya, dan blok pemanfaatan taman wisata ala m yang bersangkutan;

 Peruntukan ruang kawasan pariwisata tidak boleh mengubah bentang alam yang ada, tidak mengganggu pandangan visua l dan bergaya arsitektur setempat; dan

 Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan pariwisata harus mengikut i prins ip-prinsip pe mugaran yang meliputi keaslian bentuk, penyajian dan tata letak dengan me mperhatikan nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

 Menjaga dan me lestarikan ala m sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata;

 Tidak mela kukan pengerusakan terhadap daya tarik wisata ala m;

 Menjaga dan me lestarikan peninggalan bersejarah;

E. Ketentuan umumperaturan zonasi kawasan perumahan

Ketentuan Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perumahan me liputi:

 Penetapan amplop bangunan;

 Setiap kawasan permukima n dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

 Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dike mbangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura;

 Me mbentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

 Pengembangan permukiman pusat kota dila kukan melalui pe mbentukan pusat pelayanan kecamatan; dan

 Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, dilakukan dengan tetap me megang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan rencana tata ruang.

 Penetapan amplop bangunan;

 Penetapan tema arsitektur bangunan;

 Penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan;

 Pembangunan rumah atau perumahan wajib mengikut i persyaratan teknis, ekologis dan administratif;

 Diwajibkan me lakukan pe mantauan lingkungan yang terkena da mpak berdasarkan rencana pemantauan lingkungan;

 Harus me mbangun jaringan prasarana lingkungan mendahului kegiatan me mbangun rumah, me melihara dan menge lolanya serta penyelenggaraan persediaan utilitas umum;

 Diwajibkan me lakukan penghijauan lingkungan;

 Diwajibkan me nyediakan tanah untuk sarana lingkungan;

 Penggunaan lahan untuk penge mbangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan strategis disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan;

 Me manfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman harus menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat me mberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi penge mbangan masyarakat, dengan tetap me mperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

 Orientasi bangunan di uta makan menghadap akses jalan; dan

 Dala m rangka mewujudkan kawasan pusat kegiatan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan pere majaan permukima n kumuh.

F. Ketentuan umumPeraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa

Ketentuan Peraturan zonasi untuk lokas i peruntukan perdagangan dan jasa me liput i:

 Diperbolehkan pe mbangunan bangunan komersia l berdekatan dengan pe mbangunan hunian;

(7)

 Penetapan amplop bangunan;

 Diciptakan kesina mbungan jalur bagi pejalan kaki di dala m area bangunan dan di luar area bangunan dengan menga itkan pola pedestrian yang ada;

 Orientasi bangunan di uta makan menghadap akses jalan dan orientasi utama bangunan adalah pada space berupa ruang terbuka hijau dan sungai;

 Mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling berhubungan pada zona-zona yang saling terkoneksikan melalui s istem transportasi yang efektif; dan

 Peruntukan ruang bagi ruang terbuka hijau diperbolehkan dala m bentuk siste m ruang terbuka umum, sistem ruang terbuka pribadi, sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum, s istem pepohonan dan tata hijau dan bentang ala m.

G. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkantoran

 Penyediaan lahan-lahan bagi penge mbangan pe mukiman pegawai pe merintahanan;

 Pengembangan sarana pelayanan sosial yang mendukung kegiatan perkantoran;

 Peningkatan fisik bangunan pe merintahan diarahkan pada intensifikasi lokas i yang sudah ; dan

 Secara bertahap dapat dilakukan relokas i kegiatan pemerintahan yang masih tersebar pada wilayah tertentu untuk efisiens i pelayanan.

H. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi jalan disusun meliputi :

 Peruntukan ruang di sepanjang s isi ja lan kota dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi, kecenderungan penge mbangan ruangnya dibatasi.

 Alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan kota tidak diperbolehkan sebagai lahan terbangun, sesuai penetapan garis sempadan bangunan di sisi ja lan kota yang me menuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.

 Terminal penumpang maupun barang harus dilengkapi dengan fasilitas utama dan penunjang;

 Pada lokasi terminal dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang sepanjang tida k mengganggu fungsi pokok termina l.

 Jarak minimum saluran udara tegangan tinggi 66/150 KV seluas 20 meter dari riang kiri dan kanan dengan katalain batas a man dari atas tiang trans mis i ke bumi ada lah 450

 Luas lahan sebanyak 90% dari luas SUTT harus di hijaukan.

 Untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan tanah jalan dan sebagainya, maka dapat dia mbil jarak tiang antara 30 meter – 45 meter.

J. Ketentuan umum peraturan zonasi di sekitar zona pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi:

 Untuk ketinggian tower di atas 60 meter, jarak tower dari bangunan terdekat adalah 20 meter.

 Untuk ketinggian tower di bawah 60 meter, jarak tower dari bangunan terdekat adalah 10 meter.

 Jangkauan pelayanan maksimal (pada daerah layanan padat dan/atau peak hour) per antena BTS diarahkan limit ( + ) 3 km.

 Jarak antar tower minimum (antar provider/kelompok provider yang tergabung dala m tower pemanfaatan bersama) diarahkan mendekati (limit) 6 Km.

 Menerapkan teknologi tele matika berbasis teknologi modern;

 Pembangunan teknologi tele matika pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;

 Me mbentuk jaringan tele komunikasi dan informas i yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan pusat kota; dan

 Mengarahkan untuk me manfaatkan secara bersama pada satu menara BTS untuk beberapa operator telepon selular dengan pengelolaan secara bersa ma pula.

K. Pengembangan sistem drainase terpadu khususnya pembangunan saluran drainase kota dengan buangan akhirnya akan menuju ke Sungai Brantas, harus memperhatikan:

 Badan sungai atau normalisasi sungai dengan me mperhatikan limpasan debit air yang akan dialirkan me lalui Sungai Brantas dan sungai-sungai yang lain;

 Perlakuan terhadap kondisi dasar sungai agar tidak menga la mi pengendapan dan mengakibatkan luapan air buangan ke wilayah sekitarnya; dan

 Kondis i daya serap tanah.

(8)

kawasan terbangun.

7.1.2. KETENTUAN UM UM PERATURAN ZO NASI KA WASAN STRATEGIS

A. Ketentuan umumPeraturan zonasi kawasan pertumbuhan ekonomi Ketentuan umum Peraturan zonasi kawasan pertumbuhan ekonomi me liput i:

 Kawasan penunjang ekonomi harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai sehingga menimbulkan minat investasi yang besar;

 Pada kawasan strategis secara ekonomi harus dia lokasikan ruang atau zona secara khusus dan harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk me mberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;

 Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dala m batas a mbang penyediaan ruang terbuka (tetapi tida k boleh untuk RTH kawasan perkotaan); dan

 Zona yang dinilai penting tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya

B. Ketentuan umum Peraturan zonasi pada kawasan yang memiliki fungsi lingkungan Ketentuan umum Peraturan zonasi pada kawasan yang me miliki fungs i lingkungan me liputi:

 Pada kawasan ini harus dilindungi dan tidak dila kukan perubahan yang dapat mengganggu fungsi lindung;

kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat lestari;

 Untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dala m jangka panjang harus me lakukan percepatan rehabilitasi lahan;

 Pada zona yang telah ditetapkan me miliki fungs i perlindungan lingkungan tetapi saat ini sudah beralih fungsi menjadi kawasan budidaya khususnya budidaya semusim, maka harus menge mbangkan hutan ra kyat;

 Pada zona-zona ini boleh me lakukan kegiatan pariwisata alam seka ligus menana mkan gerakan cinta ala m;

 Pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk pe mbuatan sumur-sumur resapan;

 Pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan budidaya khususnya permukiman dan budidaya tanaman se mus im, tidak boleh dike mbangkan lebih lanjut atau dibatasi dan secara bertahap dia lihfungsikan ke mbali ke zona lindung.

Tabel 7.1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kota Batu

No Pola Ruang Kota

Materi Yang Diatur

Deskripsi Ketentuan Umum Kegiata n Ketentuan Umum Se mpada n dan I ntensita s

Banguna n Keterangan

A . Struk tur Ruang Wilay ah 1. Sistem Jaringan

Transportasi Darat

 Peruntuk an ruang di sepanjang sisi jalan k ota dengan tingk at intensitas menengah hingga tinggi, k ecenderungan pengembangan ruangny a dibatasi.

 A lih fungsi lahan y ang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan kota tidak diperbolehk an sebagai lahan terbangun, sesuai penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan kota y ang memenuhi k etentuan ruang pengawasan jalan.

 Jaringan Jalan harus dilengk api dengan bangunan pelengk ap y ang harus disesuaik an dengan fungsi jalan y ang bersangkutan.

 Dalam peningk atan pemanfaatan jaringan jalan mak a

(9)

Banguna n diperbolehk an upay a pelebaran dan rehabilitasi jalan.

 Terminal penumpang maupun barang harus dilengk api dengan fasilitas utama dan penunjang;

 Pada lok asi terminal dapat dilakuk an k egiatan usaha penunjang sepanjang tidak mengganggu fungsi pok ok terminal.

2. Sistem Jaringan Energi/Listrik

 Diperbolehk an regulasi k etek nik an untuk menjamin peny ediaan dan pemanfaatan energi alternatif dan konserv asi energi y ang berkualitas tinggi, aman, andal, ak rab lingk ungan.

 Luas lahan sebany ak 90% dari luas SUTT harus di hijauk an.

 Jarak minimum saluran udara tegangan tinggi 66/150 KV seluas 20 meter dari riang k iri dan k anan dengan k atalain batas aman dari atas tiang transmisi k e bumi adalah 450

 Untuk peny esuaian dengan k eadaan permuk aan tanah jalan dan sebagainy a, mak a dapat diambil jarak tiang antara 30 meter – 45 meter.

3. Sistem Jaringan Telek omunik asi

 Menerapk an teknologi telematik a berbasis tek nologi modern;

 Pembangunan teknologi telematik a pada wilay ah - wilay ah pusat pertumbuhan;

 Membentuk jaringan telek omunik asi dan informasi y ang menghubungk an setiap wilay ah pertumbuhan dengan pusat k ota; dan

 Mengarahk an untuk memanfaatk an secara bersama pada satu menara BTS untuk beberapa operator telepon selular dengan pengelolaan secara bersama pula.

 Untuk k etinggian tower di atas 60 meter, jarak tower dari bangunan terdek at adalah 20 meter.

 Untuk k etinggian tower di bawah 60 meter, jarak tower dari bangunan terdek at adalah 10 meter.

 Jangk auan pelay anan mak simal (pada daerah lay anan padat dan/atau peak hour) per antena BTS diarahk an limit ( + ) 3 k m.

 Jarak antar tower minimum (antar prov ider/k elompok prov ider y ang tergabung dalam tower pemanfaatan bersama) diarahk an mendek ati (limit) 6 Km.

4. Sistem Jaringan Sumber Day a A ir a. sungai Brantas dan anak Sungai Brantas

 Pemanfaatan aliran Sungai Brantas dan anak sungai Brantas untuk melay ani irigasi pertanian, pengendali banjir, k egiatan pariwisata dan sumber pembangk it energi

 Perencanaan dan pengendalian penggunaan tanah k awasan terbangun, terutama untuk perumahan y ang tidak berada di dalam k awasan konserv asi sempadan sungai.

 Sempadan Sungai Brantas 100 meter k anan-k iri badan sungai di luar k awasan permuk iman, serta sempadan Sungai Brantas di dalam k awasan permuk iman memilik i sempadan 15 meter di k anan-k iri badan sungai;

 Sempadan sungai k ecil di luar k awasan permuk iman memilik i sempadan 50 meter di k anan-k iri badan sungai, dan Sungai k ecil di dalam k awasan permuk iman memilik i sempadan 10 meter di k anan-k iri badan sungai, sedangk an sepanjang tepian sungai bertanggul memilik i lebar sempadan paling sedik it 5 (lima) meter dari k ak i tanggul sebelah luar;

b. Irigasi saluran, bangunan, dan bangunan pelengk apny a y ang merupak an satu k esatuan y ang diperluk an untuk peny ediaan, pembagian, pemberian,

penggunaan, dan

pembuangan air irigasi.

 Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan aliran sungai;

 Perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi, serta daerah aliran sungai;

 Mencegah terjadiny a pendangk alan terhadap saluran irigasi;

 Pembangunan dan perbaik an pintu-pintu air.

(10)

Banguna n

c. mata air  Melak uk an rehabilitasi lahan dan Konserv asi tanah dalam

mencegah terjadiny a erosi.

 Perlindungan sumber air dalam hubunganny a dengan k egiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air.

 Pengendalian k egiatan y ang telah ada di sek itar sumber mata air dengan sempadan mata air 200 meter.

 Kawasan dengan radius 15 meter dari mata air harus bebas dari bangunan k ecuali bangunan peny aluran air.

d. Pengendalian banjir  Pembangunan dan perbaik an saluran drainase di setiap sisi jalan untuk memperlancar limpasan air hujan dari jalan dan mencegah terjadiny a genangan air y ang dapat merusak konstruk si jalan pada masa mendatang;

 Memberik an ruang y ang cukup bagi resapan air hujan pada k awasan resapan air untuk k eperluan peny ediaan k ebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk k awasan bawahanny a maupun k awasan y ang bersangk utan;

 Rencana pembuatan tangggul pada sungai tidak bertanggul di k awasan permuk iman;

 Pembangunan sumur-sumur resapan air hujan di k awasan permuk iman secara k omunal maupun di setiap k av ling rumah

5 Infrastruk tur Kota  Sistem persampahan pusat k egiatan k ota harus

menetapk an lok asi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan ak hir sampah.

 Sistem jaringan drainase k ota mengharusk an pengadaan sistem pembuangan air hujan dan sistem pembuangan air limbah rumah tangga.

 Saluran pembuangan air hujan dapat menggunak an saluran terbuk a untuk k awasan permuk iman dan saluran tertutup untuk k awasan perdagangan.

 Pengelola k awasan permuk iman, k awasan komersial, k awasan industri, k awasan khusus, pelay anan umum, dan fasilitas lainny a wajib meny ediak an fasilitas pemilahan sampah, sistem pembuangan air hujan dan limbah.

 Penentuan tempat pemrosesan ak hir sampah terpadu lok asiny a jauh dari permuk iman penduduk .

 Diarea sek itar tempat pemrosesan ak hir sampah diupay ak an untuk dibudiday ak an tanaman pepohonan y ang berfungsi sebagai penghijauan dan upay a membatasi k awasan terbangun.

B. Kawasan Lindung

(11)

Banguna n 1 Kawasan Hutan

lindung

Kawasan y ang ditetapk an dengan fungsi utama melindungi k elestarian lingkungan hidup y ang mencak up sumber day a alam dan sumber day a buatan

 Peruntuk an ruang untuk wisata alam pada k awasan hutan lindung tanpa merubah bentang alam

 Pelarangan seluruh k egiatan y ang berpotensi mengurangi luas k awasan hutan dan tutupan v egetasi

 Pemanfaatan ruang k awasan untuk k egiatan budiday a hany a diizink an bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung k awasan, dan di bawah pengawasan k etat

 Pemanfaatan hutan lindung hany a di perbolehk an berupa pemanfaatan k awasan, pemanfaatan jasa lingk ungan, dan pemungutan hasil hutan buk an k ayu

 k awasan hutan lindung dilarang melak uk an penambangan dengan pola pertambangan terbuk a

 Kawasan hutan y ang mempuny ai

k emiringan lereng paling sedik it 40%(empat puluh persen) dan mempuny ai k etinggian paling sedik it 2.000 (dua ribu) meter di atas permuk aan laut

 Peruntuk an ruang bagi hutan lindung dengan pembagian hutan k e dalam blok -blok , terdiri dari: blok perlindungan; blok pemanfaatan;

dan blok lainny a

2 Kawasan Resapan A ir Daerah y ang memilik i

k emampuan tinggi

meresapk an air hujan, sehingga merupak an tempat pengisian air bumi (akuiv er) y ang berguna sebagai peny edia sumber air

 Peruntuk an ruang secara terbatas untuk k egiatan budiday a tidak terbangun y ang memilik i k emampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan

 Peny ediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun y ang sudah ada

 Peningk atan fungsi lahan melalui pengembangan hutan y ang memberik an nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buk an k ay u, dan v egetasi y ang menjadi tempat k ehidupan berbagai satwa

 Melarang semua k egiatan budiday a di k awasan resapan air y ang dapat mengganggu dan merusak

Pemanfaatan ruang wilay ah y ang

ditetapk an sebagai k awasan resapan air berupa hutan dengan tegak an tanaman y ang mempuny ai perak aran dan mampu meny impan potensi air tanah

3 Sempadan Sungai Kawasan sepanjang k anan- k iri sungai, termasuk sungai buatan/k anal/saluran irigasi primer y ang mempuny ai manfaat penting untuk melestarik an fungsi sungai.

 Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuk a hijau.

Termasuk dalam pemanfaatan untuk ruang terbuk a hijau adalah taman rek reasi.

 Ketentuan pelarangan pendirian bangunan k ecuali bangunan y ang dimak sudk an untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air.

 Bantaran sungai harus bebas dari bangunan k ecuali bangunan inspek si sungai.

 Pendirian bangunan dibatasi hany a untuk menunjang fungsi taman rek reasi

 Pemanfaatan sempadan sungai sebagai wisata olah raga sebatas tidak mengganggu fungsi k elestarian sungai.

 Sungai besar di luar k awasan permuk iman memilik i sempadan 100 meter di k anan-k iri badan sungai

 Sungai besar di dalam k awasan permuk iman memilik i sempadan 15 meter di k anan-k iri badan sungai

 Sungai k ecil di luar k awasan permuk iman memilik i sempadan 50 meter di k anan-k iri badan sungai

 Sungai k ecil di dalam k awasan permuk iman memilik i sempadan 10 meter di k anan-k iri badan sungai

Untuk bantaran sungai dimana terjadi pemanfaatan diluar wisata & bangunan inpek si (mis : agroindustri dan permuk iman wisata) dilak uk an pembatasan dan diarahk an relok asi secara bertahap.

4 Kawasan Sek itar Mata A ir

Kawasan di sek eliling mata air y ang mempuny ai manfaat penting mempertahank an k elestarian fungsi mata air.

 Peruntuk an ruang untuk ruang terbuk a hijau.

 Pelarangan k egiatan y ang dapat menimbulk an pencemaran terhadap mata air.

 Daratan di sek eliling mata air y ang mempuny ai manfaat untuk mempertahank an fungsi mata air.

 Perlindungan sek itar mata air untuk k egiatan y ang meny ebabk an alih fungsi lindung dan meny ebabk an k erusak an k ualitas sumber air;

 Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatk an untuk air minum atau irigasi;

 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegak an tinggi, dan penutup tanah atau ground cov er untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta

 Membatasi dan tidak boleh menggunak an lahan secara

Kawasan sempadan mata air ditetapk an dengan radius 200 meter

Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunak an untuk Pariwisata peruntukk anny a diijink an selama tidak mengurangi k ualitas tata air y ang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam tersendiri;

(12)

Banguna n langsung untuk bangunan y ang tidak berhubungan

dengan konserv asi mata air.

5 Ruang Terbuk a Hijau (RTH) Kota

A rea memanjang atau jalur dan/atau mengelompok , y ang penggunaanny a lebih bersifat terbuk a, tempat tumbuh tanaman, baik y ang tumbuh secara alamiah maupun y ang sengaja ditanam.

 Kegiatan RTH pada wilay ah k ota meliputi ruang terbuk a hijau publik dan ruang terbuk a hijau priv at

 Pemanfaatan ruang untuk k egiatan rek reasi;

 Pnegadaan hutan kota dalam satu hamparan y ang kompak paling sedik it 0,25 Ha.

 Mengharusk an pengadaan Jalur hijau y ang pada sepanjang jalur jalan utama pusat k egiatan dan jalan kolek tor y ang berfungsi sebagai peneduh.

 Pelarangan pendirian bangunan permanen selain untuk penunjang k egiatan rek reasi dan fasilitas umum lainny a

Proporsi RTH pada wilay ah Kota Batu

adalah sebesar minimal 30% y ang terdiri dari 20% ruang terbuk a hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuk a hijau priv at

A . Ruang Terbuk a Hijau Publik

RTH y ang dimilik i dan dik elola oleh

pemerintah daerah

kota/k abupaten y ang digunak an untuk k epentingan masy arak at

secara umum.

1) Taman Ruk un Tetangga (RT)

Taman y ang ditujuk an untuk melay ani penduduk dalam satu RT, k hususny a untuk mefay ani k egiatan bermain anak usia balita, k egiatan sosial para ibu rumah tangga serta para manula di lingkungan RT tersebut.

 Fasilitas y ang disediak an berupa lapangan untuk berbagai k egiatan, baik olahraga maupun ak tifitas lainny a

 Lok asi taman berada pada radius k urang dari 300 meter dari rumah-rumah penduduk y ang dilay aniny a

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 40% dari luas taman

 terdapat 3 (tiga) - 5 (lima) pohon pelindung dari jenis pohon k ecil atau sedang

 Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT

 Luas minimal 250 m2

2) Taman Ruk un Warga (RW)

Taman y ang ditujuk an untuk melay ani penduduk satu RW, k hususny a k egiatan remaja, k egiatan olahraga masy arak at, serta k egiatan masy arak at lainny a di lingkungan RW tersebut

 Fasilitas y ang disediak an berupa lapangan untuk berbagai k egiatan, baik olahraga maupun ak tifitas lainny a

 Lok asi taman berada pada radius kurang dari 1000 meter dari rumah-rumah penduduk y ang dilay aniny a

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% dari luas taman

 terdapat minimal 10 ( sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon k ecil atau sedang

 Luas taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW,

 luas minimal 1.250 m2

3) Taman

Kelurahan/Desa

taman y ang ditujuk an untuk melay ani penduduk satu k elurahan

 Taman ini dapat berupa taman ak tif dengan fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna), dengan Jalur trek lari di seputarny a

 terdapat taman pasif dimana ak tifitas utamany a adalah k egiatan y ang lebih bersifat pasif, misalny a duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohon-pohon tahunan

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas taman

 terdapat minimal 25 (duapuluhlima) pohon pelindung dari jenis pohon k ecil atau sedang untuk jenis taman ak tif dan minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon k ecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk k elurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2

(13)

Banguna n 4) Taman k ecamatan taman y ang ditujuk an untuk

melay ani penduduk satu k ecamatan

 Taman ini dapat berupa taman ak tif dengan fasilitas utama lapangan olahraga (lapangan serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarny a

 terdapat taman pasif dimana ak tifitas utamany a adalah k egiatan y ang lebih bersifat pasif, misalny a duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohon-pohon tahunan.

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas taman

 terdapat minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon k ecil atau sedang untuk taman ak tif dan minimal 100 (seratu s) pohon tahunan dari jenis pohon k ecil atau sedang untuk jenis taman pasif

 Luas taman ini minimal 0,2 m2 per penduduk k ecamatan

 dengan luas taman minimal 24.000 m2

5) Taman k ota taman y ang ditujuk an untuk melay ani penduduk satu k ota atau bagian wilay ah k ota

 Taman ini dapat berupa fasilitas olahraga masy arak at dengan dilengk api dengan beberapa lapangan olahraga

 Terdapat fasilitas rek reasi masy arak at seperti, area bermain anak -anak , k olam air mancur dan pangung terbuk a

 Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), y ang dilengk api dengan fasilitas rek reasi dan olah raga, dan komplek s olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%

 Jenis v egetasi y ang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berk elompok atau meny ebar berfungsi sebagai pohon pencipta ik lim mik ro atau sebagai pembatas antar k egiatan.

Taman ini melay ani 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk k ota,

luas taman minimal 144.000 m2

B. RTH Jalur Hijau lingkungan di sek itar jalan y ang direncanak an dan k etentuan ruang y ang tersedia untuk penempatan tanaman lansek ap jalan 1) Taman pulau

jalan dan median

a. Pada jalur tanaman tepi

b. Pada median

c. Pada persimpangan

 Peneduh :ditempatk an pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median); percabangan 2 m di atas tanah;

bentuk percabangan batang tidak merunduk ; bermassa daun padat; dan ditanam secara berbaris

 Peny erap polusi udara : terdiri dari pohon, perdu/semak ; memilik i k etahanan tinggi terhadap pengaruh udara;

jarak tanam rapat; dan bermassa daun padat.

 Peny erap k ebisingan : terdiri dari pohon, perdu/semak ; membentuk massa; bermassa daun rapat; dan berbagai bentuk tajuk .

 Pemecah angin : tanaman tinggi, perdu/ semak ; bermassa daun padat; ditanam berbaris atau membentuk massa; dan jarak tanam rapat < 3 m.

 Pembatas pandang : tanaman tinggi, perdu/ semak ; bermassa daun padat; ditanam berbaris atau membentuk massa; dan jarak tanam rapat

 Penahan silau lampu k endaraan: tanaman perdu/ semak ; ditanam rapat; k etinggian 1,5 m; dan bermassa daun padat.

 Penataan lansek ap pada persimpangan merupak an ciri dari persimpangan itu atau lok asi setempat.

 menempatk an jam k ota dan ornamen-ornamen seperti patung, air mancur, gapura, atau tanaman y ang spesifik .

 Penempatan dan pemilihan bentuk /desain semua benda- benda ini harus disesuaik an dengan k etentuan geometrik pada persimpangan

 Jarak dan jenis tanaman pada persimpangan k ak i empat tegak lurus tanpa k anal dengan k ecepatan 40 – 60 k m/jam adalah 20m – 40 m dengan jenis tanaman rendah dan 80 m – 100m untuk tanaman tinggi

 Jarak dan jenis tanaman pada persimpangan k ak i empat tidak tegak lurus dengan k ecepatan 40 – 60 k m/jam adalah 30m – 50 m dengan jenis tanaman rendah dan 80 m untuk tanaman

 Jenis tanaman : Kiara pay ung, Tanjung, A ngsana

 Jenis tanaman : A ngsana, Ak asia daun besar, Oleander, Bogenv il dan teh – tehan pangk as

 Jenis tanaman : Tanjung, Kiara pay ing, Teh–tehan pangk as, Kembang sepatu, Bogenv il dan Oleander

 Jenis tanaman : C emara, A ngsana, Tanjung, Kiara pay ing dan Kembang sepatu

 Jenis tanaman : bogenv il, Kembang sepatu, Oleander dan Nusa Indah

 Jenis tanaman : Bogenv il, k embang sepatu, Oleander, Nusa indah

k riteria pemilihan jenis tanaman sebagai berikut:

Sebaikny a digunak an tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan k etinggian < 0.80 meter, dan jenisny a merupak an berbunga atau berstruk tur indah

Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai

(14)

Banguna n

tinggi tanaman pengarah, misalny a:

tanaman berbatang tunggal seperti jenis palem atau tanaman pohon bercabang > 2 meter

2) Pedestrian/ruang pejalan k ak i

lintasan y ang diperuntukk an untuk berjalan k ak i, dapat

berupa Trotoar,

Peny eberangan Sebidang (peny eberangan zebra atau peny eberangan pelik an), dan Peny eberangan Tak Sebidang

Tercipta suatu k eamanan, k eny amanan, k eindahan, k emudahan dan interk asi sosial sesuai dengan k ebutuhan ruang pejalan k ak i y ang diingink an

Jalur hijau diletakk an pada jalur amenitas dengan lebar 150 cm

Ruang pejalan k ak i memilik i perbedaan k etinggian baik dengan jalur k endaraanbermotor ataupun dengan jalur hijau

Perbedaan tinggi mak simal antara ruang pejalan k ak i dengan jalur k endaraan bermotor adalah 20 cm, sedangk an perbedaan k etinggian dengan jalur hijau 15 cm

3) Jalur Hijau Jalan RTH dapat disediak an dengan penempatan

tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan k las jalan

4) Jalur hijau sempadan sungai

 Memantau penutupan v egetasi clan k ondisi k awasan DA S

 Mengamank an k awasan sempadan sungai, serta penutupan v egetasi di sempadan sungai

 Menjaga k elestarian konserv asi dan ak tiv itas perambahan, k eanek aragaman v egetasi terutama jenis unggulan lok al dan bernilai ek ologi

 Menghalau ganguan terhadap populasi satwa liar dan burung

 Memantau fluk tuasi debit sungai mak simum

 Sungai bertanggul :

a) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam k awasan perk otaan ditetapk an sek urang- k urangny a 3 meter di sebelah luar sepanjang k ak i tanggul.

b) Garis sempadan sungai bertanggul di luar k awasan perk otaan ditetapk an sek urang- k urangny a 5 meter di sebelah luar sepanjang k ak i tanggul.

 Sungai tidak bertanggul dalam k awasan perk otaan :

a) Sungai y ang mempuny ai k edalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapk an sek urang-kurangny a 10 meter dihitung dari tepi sungai pada wak tu ditetapk an;

b) Sungai y ang mempuny ai k edalaman lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter, garis sempadan ditetapk an sekurang-k urangny a 15 meter dihitung dari tepi sungai pada wak tu ditetapk an;

c) sungai y ang mempuny ai k edalaman lebih dari 20 meter, garis sempadan ditetapk an sek urangk urangny a 30 meter dihitung dari tepi sungai pada wak tu ditetapk an.

 Sungai tidak bertanggul di luar k awasan perk otaan :

a) Sungai besar sekurang-k urangny a 100 (seratus) meter;

b) Sungai k ecil sek urang-k urangny a 50 (lima puluh) meter

Rencana Penataan Jalur Hijau Sempadan Sungai direncanak an di sempadan Sungai Brantas maupun anak -anak sungai

(15)

Banguna n 5) Jalur hijau

jaringan listrik tegangan tinggi

 Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 meter y ang ditetapk an dari titik tengah jaringan tenaga listrik

 Jarak bebas minimum SUTT dan SUTET a) Bangunan Beton : 20 m

b) Pompa bensin : 20 m

c) Penimbunan bahan bak ar : 50 m d) Pagar : 3 m

e) Lapangan terbuk a : 6,5 – 15 m f) Jalan Ray a : 8 – 15 m

g) Pepohonan : 3,5 – 8,5 m

h) Bangunan tahan api : 3,5 – 8,5 m i) Jembatan besi/ k ereta listrik : 3 – 8,5 m j) Lapangan Olah Raga : 2,5 – 14 m 6) Jalur hijau

sempadan k awasan perlindungan setempat lainny a

Mak sud dari jalur hijau

sempadan k awasan

perlindungan setempat lainny a adalah sempadan mata air dan sempadan k awasan rawan bencana

 Kawasan sempadan mata air ditetapk an dengan radius 200 meter

Untuk jalur hijau di k awasan rawan tanah longsor meliputi pemeliharaan v egetasi di bagian gunung y ang memilik i tingk at k etinggian >2000 m dpl dan memilik i k elerengan >30%

C . RTH Pemak aman Ruang terbuk a hijau y ang memilik i fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memilik i fungsi ek ologis y aitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis v egetasi, pencipta ik lim mik ro

 tiap mak am tidak diperk enank an melak uk an dilakuk an penembok an/ perk erasan;

 pemak aman di bagi dalam beberapa blok , luas dan jumlah masing-masing blok disesuaik an dengan kondisi pemak aman setempat;

 batas terluar pemak aman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung

 ruang hijau pemak aman termasuk pemak aman tanpa perk erasan minimal 70% dari total area pemak aman dengan tingk at liputan v egetasi 80% dari luas ruang hijauny a

 ukuran mak am 1x2 meter perunit;

 jarak antar mak am satu dengan lainny a minimal 0,5 meter;

 batas antar blok pemak aman berupa pedestrian lebar 150 - 200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisiny a;

D. RTH Pengaman Lingk ungan

upay a pengamanan dan perlindungan lingk ungan RTH dan berperan dalam hal peredam k ebisingan, ameliorasi ik lim mik ro, penapis cahay a silau, penahan angin, peny erap dan penapis bau, mengatasi penggenangan dan fungsi produk si

1) Hutan kota RTH y ang memilik i tujuan untuk k elestarian, k eserasian, dan k eseimbangan ekosistem perk otaan y ang meliputi unsur lingkungan, sosial dan buday a

Hutan kota dapat dimanfaatk an untuk k eperluan:

 pariwisata alam, rek reasi dan atau olah raga;

 penelitian dan pengembangan;

 pendidik an;

 pelestarian plasma nutfah; dan atau

 budiday a hasil hutan buk an k ayu

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas hutan k ota

 hutan k ota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengik uti bentuk an sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainy a

Perlindungan dan pengamanan hutan kota bertujuan untuk menjaga k eberadaan dan kondisi hutan kota agar tetap berfungsi secara optimal

2) Sabuk hijau (greenbelt)

RTH y ang memilik l tujuan utama untuk membatasi perk embangan suatu penggunaan lahan (batas

 Peredam k ebisingan

 A meliorasi ik lim mik ro

 Penapis cahay a silau

 Penahan angin

RTH y ang memanjang mengikuti batas- batas area atau penggunaan lahan tertentu, dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau

(16)

Banguna n kota, pemisah k awasan atau

membatasi ak tifitas satu dengan ak tifitas lainny a agar tidak saling mengganggu

 Peny erap dan penepis bau

 Mengatasi penggenangan

pemisah

3) Pengamanan sumber air bersih/ mata air

 Ruang terbuk a hijau dengan ak tifitas sosial terbatas penek anan pada k eelstarian sumberday a airny a

 Kawasan sempadan mata air ditetapk an dengan radius 200 meter

Luas ruang terbuk a hijau minimal 90%

dengan dominasi pohon tahunan y ang diizink an

E. Ruang Terbuk a

Hijau Prifat

1) RTH Pek arangan Lahan di luar bangunan rumah y ang berfungsi untuk berbagai ak tifitas

 Pek arangan rumah besar

- Peny ediaan pohon pelindung setidak -tidak ny a 3 (tiga) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak , serta penutup tanah dan atau rumput

 Pek arangan rumah sedang

- Peny ediaan pohon pelindung setidak -tidakny a 2 (dua) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak , serta penutup tanah dan atau rumput

 Pek arangan rumah k ecil

- Peny ediaan pohon pelindung setidak -tidak ny a 1 (satu) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak , serta penutup tanah dan atau rumput

 Ruang terbuk a hijau minimum y ang disarank an adalah luasan lahan k av ling dik urangi koefisien dasar bangunan (KDB)

 Pek arangan rumah besar

- k ategori y ang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luasan lantai di atas 500 m2

 Pek arangan rumah sedang

- k ategori y ang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luasan lantai antara 120 m2 sampai dengan 500 m2

 Pek arangan rumah k ecil

- k ategori y ang termasuk rumah k ecil adalah rumah dengan luasan lantai di bawah 120 m2

2) Halaman Perk antoran, Pertok oan dan tempat usaha

Lahan di luar bangunan Perk antoran, Pertokoan y ang berfungsi untuk berbagai ak tifitas

 RTH halaman perk antoran, pertokoan dan tempat usaha umumny a difungsik an sebagai jalur trotoar dan area park ir terbuk a

 Beberapa lok asi dengan tingk at KDB 70%-90%

perlu menambahk an tanaman dalam pot atau taman atap bangunan (roof garden)

 Persy aratan penanaman pohon pada k awasan ini, berlaku seperti persy aratan pada RTH pek arangan rumah, ditanam pada area diluar KDB y ang telah ditentuk an

3) Taman atap bangunan (roof garden)

Lahan di atas bangunan y ang berfungsi untuk berbagai ak tifitas

 sesuai dengan k apasitas day a dukung (load bearing capacity )

 lapisan harus k edap air (waterproofing)

 tersedia sistem drainase dan irigasi 6 Taman Hutan Ray a R.

Soeryo

Kawasan pelestarian alam untuk tujuan kolek si tumbuhan dan atau satwa y ang alami atau buk an alami, jenis asli dan atau buk an asli, y ang dimanfaatk an bagi k epentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidik an, menunjang budiday a, buday a, pariwisata dan rekreasi.

 sebagai perlindungan sistem peny angga k ehidupan, pengawetan k eanek aragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber day a alam hay ati dan ekosistemny a

 dimanfaatk an untuk penelitian dan pengembangan (k egiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan k awasan tersebut), ilmu pengetahuan, pendidik an, k egiatan penunjang budiday a, pariwisata alam dan rek reasi, serta pelestarian buday a

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas Tahura

 Mengembalik an fungsi lindung terutama pada k awasan dengan k elerengan 40 % dan menetapk an peraturan daerah tentang larangan mendirik an bangunan pada k awasan konserv asi.

7 C agar Buday a C andi Supo

Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak y ang berupa k esatuan atau k elompok , atau bagian- bagian atau sisa-sisany a, y ang berumur sek urang-

 Meningk atk an pelestarian situs, candi dan artifak lain y ang merupak an peninggalan sejarah;

 Pada k awasan sek itar situs/candi harus dikonserv asi untuk k elestarian dan k eserasian benda cagar buday a, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan k etinggian, dan menjadik an candi tetap terlihat dari berbagai sudut

 Tanpa izin dari Pemerintah setiap

orang dilarang: membawa benda cagar buday a k e luar wilay ah Republik Indonesia; memindahk an benda cagar buday a dari daerah satu k e daerah lainny a; mengambil atau

(17)

Banguna n k urangny a 50 (lima puluh)

tahun, atau mewak ili masa gay a y ang khas dan mewak ili masa gay a sek urang- k urangny a 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempuny ai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan k ebuday aan; benda alam y ang dianggap mempuny ai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan k ebuday aan.

pandang;

 C andi memilik i nilai wisata dan penelitian/pendidik an, sehingga diperluk an pengembangan jalur wisata y ang menjadik an candi sebagai salah satu day a tarik wisata y ang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau oby ek penelitian benda purbak ala dan tujuan pendidik an;

 Sebagai oby ek day a tarik wisata sejarah.

 Tidak merombak k easlian dari situs tersebut dengan modernisasi k e bentuk lain.

memindahk an benda cagar buday a baik sebagian maupun seluruhny a, k ecuali dalam k eadaan darurat

8 Kawasan Taman Wisata A lam A rboretrum

Kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatk an bagi k epentingan pariwisata dan rekreasi alam.

 Melestarik an mata air Kali Brantas

 Mengkolek si berbagai jenis pepohonan dalam bentuk arboretum

 Meny ediak an fasilitas penelitian dan pendidik an

 Meny elenggarak an rekreasi eduk atif

9 Kawasan Rawan Lonsor

Salah satu jenis gerak an massa tanah atau batuan, ataupun percampuran k eduany a, menuruni atau k eluar lereng ak ibat dari tergangguny a k estabilan tanah atau batuan peny usun lereng tersebut

 Pemeliharaan v egetasi di bagian gunung y ang meilik i tingk at k etinggi >2000 m dpl dan memilik i k elerengan

>30%

 Penanaman v egetasi seperti pepohonan untuk mengendalik an k ecepatan aliran air dan erosi tanah

 Pemeliharaan v egetasi alam, atau penanaman v egetasi tahan air y ang tepat, sepanjang tanggul sungai dan saluran drainase, saluran-saluran dan daerah lain y ang merupak an k awasan budiday a untuk pengendalian aliran y ang berlebihan atau erosi tanah

 Pembangunan secara khusus bangunan-bangunan pengendali erosi (misalny a plesengan) sepanjang lereng gunung y ang mudah tererosi

 Pengaturan kontur dan cara-cara pengolahan lahan

 Pelarangan k awasan terbangun

 Kawasan rawan tanah longsor

ditetapk an dengan k riteria k awasan berbentuk lereng y ang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombak an, tanah, atau material campuran

C . Kawasan Budiday a

1 Kawasan Hutan Produk si

Kawasan hutan y ang mempuny ai fungsi pokok memproduk si hasil hutan.

Kawasan peruntuk an hutan produk si dimak sudk an untuk meny ediak an komoditas hasil hutan untuk memenuhi k ebutuhan untuk k eperluan industri, sek aligus untuk melindungi k awasan hutan y ang ditetapk an sebagai hutan lindung dari k erusak an ak ibat pengambilan hasil hutan y ang tidak terk endali

 Tidak mengubah fungsi pokok k awasan hutan produk si

 Penggunaan k awasan hutan produk si untuk k epentingan pertambangan terbuk a harus dilak uk an dengan k etentuan k husus dan secara selek tif

 Pemanfaatan k awasan peruntuk an hutan produk si mencak up tentang k egiatan pemanfaatan k awasan, k egiatan pemanfaatan jasa lingk ungan, k egiatan pemanfaatan hasil k ay u dan atau buk an k ay u

 Kegiatan pemanfaatan k awasan hutan produk si harus terlebih dahulu memilik i k ajian studi A nalisi Mengenai Dampak Lingkungan (A mdal)

 C ara pengelolaan produk si hutan y ang diterapk an harus didasark an k epada rencana k erja.

 Kegiatan di hutan produk si harus diupay ak an untuk tetap mempertahank an bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi

 Luas area y ang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas Hutan produk si

Pemanfaatan hutan produk si dapat berupa pemanfaatan k awasan, pemanfaatan jasa lingk ungan, pemanfaatan hasil hutan k ayu dan buk an k ay u, serta pemungutan hasil hutan k ayu dan buk an k ay u

(18)

Banguna n

 Kegiatan pemanfaatan k awasan hutan produk si harus diupay ak an untuk meny erap sebesar mungk in tenaga k erja y ang berasal dari masy arak at lok al.

 Kawasan hutan produk si dapat dimanfaatk an untuk k epentingan pembangunan di luar sek tor k ehutanan

 Kegiatan pemanfaatan hutan produk si wajib memenuhi k riteria dan indik ator pengelolaan hutan secara lestari mencak up aspek ek onomi, sosial, dan ek ologi.

 Pemanfaatan ruang beserta sumberday a hasil hutan di k awasan hutan produk si harus diperuntukk an untuk sebesar-besarny a bagi k epentingan negara dan k emak muran raky at.

2 Kawasan Peruntuk an Perumahan

Kelompok rumah y ang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian y ang dilengk api dengan prasarana dan sarana lingkungan

 Pemanfaatan ruang untuk k awasan perumahan harus sesuai dengan day a duk ung tanah setempat dan harus dapat meny ediak an lingkungan y ang sehat dan aman dari bencana alam

 Penggunaan lahan 40-60% untuk pengembangan perumahan baru dari luas y ang ada

 Kawasan perumahan harus memilik i prasarana jalan dan terjangk au oleh sarana tranportasi umum

 harus didukung oleh k etersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perk antoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan Pelay anan umum (k esehatan, pendidik an, agama)

 Tidak mengganggu fungsi lindung y ang ada

 Tidak mengganggu upay a pelestarian k emampuan sumber day a alam

 perlu dilakuk an peremajaan permuk iman kumuh

 Tersedia sumber air, bak air tanah maupun air y ang diolah oleh peny elenggara dengan jumlah y ang cuk up

 Tidak berada pada daerah rawam bencana (longsor, benjir, erosi)

 Memilik i sy stem drainase baik sampai sedang

 Tidak berada pada awilay ah sempadan sungai/mata air/saluran pengairan/rel k ereta api

 Tidak terletak pada k awasan budiday a pertanian/peny angga

 Menghindari sawah irigasi tek nis

Kapling Besar :

 Garis Sempadan Bangunan Untuk Rumah k apling besar : 5 meter

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Untuk Rumah k apling besar : 40%

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,4 – 1,5

 Tinggi lantai bangunan 1-2 Kapling sedang :

 Garis Sempadan Bangunan Untuk Rumah k apling sedang : 3 meter

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Untuk Rumah k apling sedang : 60%

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,5 – 1,2

 Tinggi lantai bangunan 1-2 Kapling k ecil :

 Garis Sempadan Bangunan Untuk Rumah k apling k ecil : 2-3 meter

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Untuk Rumah k apling k ecil : 70%

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB): 0,6 – 0,7

 Tinggi lantai bangunan 1

 Garis sempadan bangunan : 5-13 m

 k epadatan bangunan rata-rata antara 35 hingga 100 rumah/ha (sesuai dengan tipe k apling) dan dilengk api dengan utilitas umum y ang memadai;

 pemanfaatan ruang pada lahan bersk ala besar di k awasan perumahan (minimal 10 ha) dengan penggunaan campuran (bangunan, prasarana dan ruang terbuk a) harus mengik uti k etentuan ruang y ang berlaku di k awasan perumahan

 Pengembangan k awasan perumahan dibatasi sesuai dengan standar dan k ebutuhan ruang perumahan berdasark an jumlah penduduk dengan asumsi 1 unit rumah untuk tiap k eluarga;

 komposisi k awasan perumahan adalah 1 (perumahan tipe besar), 3 (perumahan tipe sedang) dan 6 (perumahan) tipe k ecil untuk setiap luas k awasan perumahan y ang dik embangk an

3 Kawasan Peruntuk an Perdagangan Dan Jasa.

Kawasan y ang diperuntuk an untuk k egiatan perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan, y ang

diharapk an mampu

mendatangk an k euntungan bagi pemilik ny a dan memberik an nilai tambah pada suatu k awasan perk otaan

 Memperhatik an jarak antara Hy permark et dengan Pasar Tradisional y ang telah ada sebelumny a;

 Meny ediak an areal park ir paling sedik it seluas k ebutuhan park ir 1 (satu) buah k endaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus meter per segi) luas lantai penjualan Pasar Tradisional

 Meny ediak an areal park ir paling sedik it seluas k ebutuhan park ir 1 (satu) unit k endaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern;

 Meny ediak an fasilitas y ang menjamin Pusat Perbelanjaan

 koefisien dasar bangunan mak simum 70 - 90%;

 garis sempadan bangunan minimum 3 m

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,7 – 1,25

 Tinggi lantai bangunan 1-2

 k epadatan bangunan untuk k omersial mak simum 80 unit/ha

 KDHny a 10% dari luas k apling

 pengaturan k apling dengan uk uran minimum 75 m2 (untuk komersial) dan 1.000 m2 (untuk bangunan pemerintah);

 meny ediak an lahan park ir dengan luas minimum 10 % dari luas k apling atau k awasan;

 meny ediak an ruang terbuk a hijau minimum 10 % dari luas k awasan;

 meny ediak an jalur pejalan k ak i dengan lebar minimum 1,5 m

Referensi

Dokumen terkait

Layar ini bisa digunakan untuk menampilkan data transaksi pemesanan berupa tanggal pemesanan, film yang dipesan, bioskop dan studio yang menayangkan film yang dipesan, kursi

Tulangan geser dapat berupa tulangan yang diangkerkan, atau terdiri dari kepala geser berupa profil baja I atau kanal yang dilas menjadi 4 (atau 3 untuk kolom

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Perbedaan nilai voltase pada solar cell jenis policrystal dan amorphous disebabkan oleh perbedaan jenis ikatan pada molekul – molekulnya, sehingga mempengaruhi

Hal inilah yang dilakukan Muhammad, beliau tidak akan melakukan transaksi jual beli kecuali kedua belah pihak suka sama suka, sehingga beliau sebagai penjual senang dan

Database pengurangan stok item memuat informasi dengan mengacu pada header pengurangan stok item, pada fiel database penambahn stok item terdiri dari NOMOR TRANSAKSI.

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Apabila agama ada berarti ada pula yang namanya nasehat dan apabila seseorang sudah tidak saling menasehati maka semua orang akan bersifat cuek dan semua orang akan