HUBUNGAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN INTENSI MEMBELI KOPI DI KEDAI KOPI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Oleh:
Hafiz Dzul Rizki 201310230311358
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
––
i
KATA PENGANTAR
Segala puji Penulis panjatkan bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Kebutuhan Berafiliasi (need for affiliation) dengan Intensi Membeli Kopi di Kafe (Kedai Kopi) Malang” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala dukungan dan bantuannya kepada :
1. Bapak M. Salis Yuniardi, M.Psi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Dr. Djudiyah, M. Si. selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Istiqomah, M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Hudaniah, S.Psi., M.Si. selaku dosen wali terbaik bagi penulis yang telah memberikan motivasi dan membantu penulis selama proses perkuliahan sampai akhir.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Para karyawan dari berbagai perusahaan yang telah bersedia menjadi responden, semoga mereka semua diberi kemudahan dan kelancaran dalam pekerjaannya.
6. Abi Susanto, Umi Siti Fatimah, S.Pd., M.Mkes, kakak Estu Nur Shabrina, S.ST, dan Mas Ananta Setiawan Hari Prakoso, S.T, yang senantiasa mendoakan dan tak henti-hentinya memberikan semangat serta untuk kelancaran proses belajar ini.
7. Teruntuk sahabat-sahabatku yang sudah saya anggap seperti keluarga sendiri dan selalu membantu disaat suka maupun duka dan selalu memberikan semangat.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya dari manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya ini sangat diharapkan oleh penulis. Meski demikian, penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Malang, 10 Oktober 2019 Penulis,
Hafiz Dzul Rizki
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
ABSTRAK ... 1
PENDAHULUAN ... 2
LANDASAN TEORI ... 3
Intensi Membeli Kopi ... 3
Kebutuhan Berafiliasi ... 5
Kebutuhan Berafiliasi dan Intensi Membeli Kopi ... 6
Kerangka Berpikir ... 7
HIPOTESA ... 7
METODE PENELITIAN ... 8
Rancangan Penelitian ... 8
Subjek Penelitian ... 8
Variabel dan Instrumen Penelitian ... 8
Prosedur Analisa Data Penelitian ... 9
HASIL ... 10
DISKUSI ... 12
SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 13
REFERENSI ... 14
LAMPIRAN ... 16
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Alternatif Jawaban Skala Intensi Membeli dan Afiliasi ... 10
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 10
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian ... 11
Tabel 4. Kategorisasi Data Afiliasi ... 11
Tabel 5. Kategori Skala Intensi Membeli ... 12
Tabel 6. Deskripsi Uji Korelasi Product Moment ... 12
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I
Kuisioner ... 16 LAMPIRAN II
Blue Print ... 21 LAMPIRAN III
Analisa Data Try Out ... 23 LAMPIRAN IV
Analisa Data Turun Lapang ... 32 LAMPIRAN V
Rekapitulasi Data Turun Lapang ... 41
1
HUBUNGAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN INTENSI MEMBELI KOPI DI KEDAI KOPI PADA MAHASISWA
Hafiz Dzul Rizki [email protected]
Abstrak
Remaja adalah anak-anak muda yang mulai banyak berinteraksi dengan teman- temannya dibanding dengan orang tuanya. Apalagi ketika mereka kuliah yang tidak lagi serumah dengan orang tuanya. Mereka seringkali membutuhkan orang lain atau teman sebagi pengganti keluarganya. Salah satu tempat yang mereka akan kunjungi adalah kedai kopi meski hanya sekedar membeli kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli kopi di kedai kopi pada Mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Subjek penelitian ini adalah 100 pengunjung kedai kopi yang membeli kopi yang diambil dengan teknik insidental sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah skala kebutuhan berafiliasi dengan skala intensi membeli kopi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dari Karl Pearson dengan bantuan program SPSS versi 21. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli kopi di kedai kopi (sig.
0.148 dengan p=0,000 (p<0.01).
Kata kunci: kebutuhan berafiliasi, intensi membeli kopi, mahasiswa
Teeneagers are young people who begin to interact a lot with their friends compared to their parents. Especially when they go to college who are no longer at home with their parents. They often need other people or friends in place of their families. One of the places they will visit is a coffee shop even if it's just to buy coffee. This study aims to determine the relationship between the need for affiliation with the intention to buy coffee at a coffee shop on Students. This research is a correlational quantitative research. The subjects of this study were 100 cafe visitors who bought coffee taken by incidental sampling technique. The instrument used in this research is the need scale with the intention to buy coffee. The data analysis technique used is the product moment correlation from Karl Pearson with the help of the SPSS version 21 program. The results of the analysis show that there is a positive and very significant relationship between the need for affiliation and the intention to buy coffee at a coffee shop (sig.
0.148 with p = 0.000 (p < 0.01). ).
Keywords: need for affiliation, intention to buy coffee, students
2
Seperti yang kita ketahui bahwa kopi merupakan minuman yang mampu mengatasi rasa kantuk. Tidak jarang hingga pada saat ini kopi dijadikan sebagai menu utama yang membuat perkembangannya semakin pesat, sehingga meningkatkan daya beli bagi konsumen. Semakin tinggi populeritas sebuah kopi, maka semakin tinggi pula konsumen yang berusaha untuk mendapatkan secangkir kopi diberbagai macam kesempatan. Perilaku-perilaku tersebut yang kemudian menggambarkan pola intensi pada diri seseorang untuk mengkonsumsi kopi.
Intensi adalah posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Intensi dapat menunjukkan seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tingkah laku tertentu. Intensi tersebut masih merupakan disposisi untuk bertingkah laku sampai pada saat ada kesempatan yang tepat ( Riyanti 2007).
Pentingnya intensi dipertegas oleh Febrie Sani, HarlinaNurtjahyanti (2016) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa intensi membeli sebuah produk dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dengan kata lain intensi mampu mengembangkan sebuah niat seseorang untuk melakukan pembelian sebuah produk dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Phricillia Devi Adi Putri, Endang Sri Indrawati (2012) yang menemukan bahwa niat konsumen untuk mencari sebuah informasi mengenai suatu produk disebut sebagai sebuah intensi. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensi perilaku mampu membuat keinginan konsumen tercapai di dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang berujung kepada kepuasan secara jasmani karena telah terpenuhinya kebutuhan.
Intensi dipengaruhi oleh beberap faktor antara lain yang disampaikan oleh Hawkins (2007), faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua kelompok antara lain faktor yang berasal dari lingkungan (eksternal) dan bersifat individu (internal). Faktor eksternal mencakup budaya, sub budaya, kelas sosial, demografi, pengaruh kelompok, keluarga, dan aktivitas pemasaran. Faktor internal mencakup persepsi, belajar, ingatan, gaya hidup, sikap, serta motivasi dan kepribadian. Intensi sendiri merupakan sebuah perilaku yang dimana dapat memperkuat sikap untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, yang dapat bersifat kebutuhan. Tindakan yang diinginkan tersebut tidak akan terwujud apabila tidak memiliki dorongan yang kuat untuk mempengaruhi intensi di dalam mencapai pemenuhan yang diinginkan. Salah satu dorongan yang memiliki pengaruh besar merupakan pengaruh kelompok. Manusia tidak bisa hidup seorang diri, seseorang membutuhkan sebuah lingkungan sosial untuk membantunya berkembang menjadi sebuah pribadi, salah satunya adalah sebuah kelompok. Sedangkan Orang dengan kebutuhan akan afiliasi yang tinggi lebih menyukai berkumpul dengan orang lain.
Dengan berkumpul, seseorang mampu berbagi informasi, belajar banyak hal, dan mengenal banyak hal. Sama halnya dengan kopi. Setiap orang yang mengenal akan kopi, bermula dari cerita tiap-tiap orang yang berkumpul dan berbagi pengalaman mengenai kopi.
Keterlibatan sebuah kelompok di dalam intensi, mampu menjadikan sikap untuk mewujudkan apa yang ingin didapatkan. Sama halnya yang terjadi pada konsumen kopi.
3
Berdasarkan observasi serta wawancara yang peneliti lakukan didapati bahwa banyak orang mengkonsumsi kopi sambil kumpul bersama dengan team\an dan keluarga. Ada sebagian orang yang berkumpul sambil mengerjakan tugas kelompok, ada yang sebagian kelompok hanya sekedar berkumpul untuk nongkrong, saling bercerita satu dengan yang lain dan sambil menikmati kopi yang telah mereka pesan sebelumnya.
Hampir setiap meja memesan secangkir kopi dengan varian jenis yang berbeda satu dengan yang lain. Bahkan ditengah-tengah mereka terdapat beberapa orang yang memesan minuman jenis lain, kemudian di sindir dengan nada bercanda oleh teman- temannya karena minuman yang mereka pesan bukanlah kopi. Ada pula beberapa orang yang peneliti temui, mengkonsumsi kopi tinga hingga lima gelas kopi dalam sehari. Hal tersebut rutin dan selalu di lakukan bersama dengan teman-temannya. Beberapa diantaranya mengaku bahwa kebiasaan minum kopi tersebut bermula dari temannya yang suka memesan kopi di saat jam istirahat tiba. Dari hal tersebut membuatnya tertarik dan ingin mencobanya. Hal serupa juga terjadi kepada salah satu subjek yang peneliti wawancara. Kegemarannya terhadap kopi bermula dari temannya yang gemar mengajaknya ke sebuah cafe untuk mencicipi aneka rasa kopi dari berbagai jenis dan asal daerah kopi tersebut diperoleh.
Dengan adanya sebuah perkumpulan, kemudian membuat semua orang jadi mengenal sebuah kopi, sehingga menjadikannya sebagai sebuah konsumsi yang intens dilakukan.
Kebutuhan akan afiliasi merefleksikan keinginan untuk berinteraksi secara sosial dengan orang. Dalam arti lain, kebutuhan afiliasi adalah kebutuah untuk mendapatkan hubungan sosial yang baik dalam lingkungan kerja. Seorang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi menempatkan kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal yang paling penting. Oleh karena itu, hubungan sosial lebih didahulukan daripada penyelesaian tugas. Seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi, di lain pihak, memfokuskan diri dengan mempengaruhi orang lain dan memenangkan argumentasi. Menurut, Mcclelland, kekuasaan memiliki dua orientasi. Keuasaan dapat menjadi negatif apabila seseorang hanya berfokus pada dominasi dan kepatuhan. Kekuasaan dapat menjadi positif dikarena seseorang dapat mencerminkan perilaku persuasif dan inspirasional ( Ivancevich, Konopaske &Matteson, 2007).
Kebutuhan afiliasi adalah suatu kebutuhan dari seseorang untuk merasakan suatu perasaan yang terlibat dan ikut serta di dalam suatu kelompok sosial. Orang-orang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi mendambakan suatu hubungan antar pribadi yang hangat. Kebutuhan afiliasi mampu mendorong keinginan seseorang untuk menjalin suatu hubungan antar personal maupun di dalam sebuah kelompok. Orang dengan tingkat afiliasi yang tinggi akan mempengaruhi intensi seseorang di dalam membeli kopi, karena seseorang yang memiliki afiliasi tinggi ingin selalu membangun hubungan pertemanan dan persahabatan dengan orang lain, ingin disukai oleh banyak orang sehingga terciptalah sebuah kelompok, yang dimana dari kelompok tersebut setiap
orang saling berbagi informasi. Selain itu, kebutuhan afiliasi merupakan sebuah hasrat untuk disukai dan diterima baik oleh orang-
orang lain (dalam Robbins, 1996), sehingga kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
Kebutuhan afiliasi terkait dengan pertemanan, bersosialisasi, berinteraksi, bekerja sama dengan orang lain. Seseorang yang memliki afiliasi tinggi maka akan mudah
4
bersosialisasi dan berinteraksi dengan beragam orang dan memiliki konteks sosial yang baik. Selain itu pengukuran kebutuhan afiliasi bisa diukur dengan kebutuhan akan stimulisasi positif, dukungan sosial, perhatian, dan perlindungan sosial ataupun keinginan memperoleh pengetahuan. Sebab mereka yang memiliki kebutuhan tinggi untuk afiliasi memerlukan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan perlu untuk merasa diterima oleh orang lain. Mereka cenderung sesuai dengan norma-norma kelompok kerja mereka.
Berdasarkan rangkaian penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa individu dengan kebutuhan afiliasi tinggi (need for affiliation) memiliki keinginan tinggi untuk menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain. Individu akan mencari tempat yang dapat membuatnya banyak berinteraksi dengan orang lain, salah satunya adalah berkunjung ke kedai kopi dan bersama-sama minum kopi dengan teman-temannya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli di kedai kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli kopi. Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Konsumen. Secara praktis, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar bagi kedai kopi dan sebagai upaya untuk melakukan pemberian layanan yang excellent pada customer kedai kopi.
Intensi membeli kopi
Intensi adalah niat individu untuk melakukan sebuah tindakan (Fieshben & Ajzen dalam Baron & Byrne, 2003). Intensi membeli dapat diartikan sebagai niat untuk melakukan pembelian yang ditunjukkan dengan perilaku membeli. Semakin besar intensi seseorang untuk melakukan pembelian maka semakin besar pula untuk melakukan pembelian (Rahmah, 2011).
Menurut Albery & Munafo (2011), Intensi (niat) perilaku ditentukan oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari. Kecenderungan untuk memilih melakukan tindakan atau tidak, intensi (niat) ini ditentukan sejauh mana individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu mendapat dukungan dari orang lain yang berpengaruh.
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012). Varietas kopi merujuk kepada subspesies kopi. Biji kopi dari dua tempat yang berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman. Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi dan perbedaan genetika subspesies kopi. Terdapat dua jenis kopi yang telah dibudidayakan yakni kopi arabika dan kopi robusta (Cahyono, 2012). 1) Kopi Arabika, kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh subur di daerah tinggi sampai ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Jenis kopi ini cenderung tidak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat (Cahyono, 2012). 2) Kopi Robusta, kopi robusta atau yang disebut dengan Coffea canephora, pada awalnya hanya dikenal
5
sebagai semak atau tanaman liar yang mampu tumbuh hingga beberapa meter tingginya.
Hingga akhirnya kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898 oleh Emil Laurent. Namun terlepas dari itu ada yang menyatakan jenis kopi robusta ini telah ditemukan lebih dahulu oleh dua orang pengembara Inggris bernama Richard dan John Speake pada tahun 1862.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa intensi membeli kopi adalah niat individu untuk melakukan pembelian kopi di kedai kopi.
Aspek intensi membeli
Ajzen & Fishbein (2005) mengemukakan bahwa berdasarkan teori tindakan beralasan, intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1. Sikap Terhadap Perilaku.
Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang mengarah pada perilaku ditentukan oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang disebut dengan istilah keyakinan terhadap perilaku.
2. Norma Subyektif.
Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subyektif dalam individu. Keyakinan yang mendasari norma subyektif yang dimiliki individu disebut sebagai keyakinan normatif. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya.
Dapat disimpulkan, bahwa norma kelompok inilah yang membentuk norma subyektif dalam diri individu, yang akhirnya akan membentuk perilakunya.
3. Kontrol Perilaku yang Disadari.
Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor- faktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang dikenal atau teman- teman.Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut.Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah.
Faktor yang berpengaruh terhadap intensi membeli Ada 2 faktor yang mempengaruhi intensi membeli, yaitu:
1. Sikap terhadap perilaku membeli tersebut.
Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh kepercayaan dan eva1uasi mengenai konsekuensi perilaku.
2. Norma subjektif
6
Norma subjektif merupakan persepsi individual yang dlpengaruhi oleh reaksi orang lain terhadap keputusan perilaku tertentu. Norma ini ditentukan oleh keyakinan konsumen terhadap perilaku dan reaksi orang lain terhadap keputusan perilaku tertentu. Norma ini ditentukan oleh keyakinan konsumen terhadap konsekuensi perilaku dan reaksi orang lain dari perilaku yang dilakukan serta memotivasinya sesuai dengan standar mereka dalam berperilaku (Riyanti 2012).
Kebutuhan berafiliasi
Need for affiliation (n’Aff), yaitu keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab. Orang dengan n’Aff yang tinggi ingin selalu membangun hubungan pertemanan dan persahabatan dengan orang lain, ingin disukai banyak orang sehingga populer diantara teman-temannya.
Murray (dalam Martaniah, 1984) mendefinisikan kebutuhan berafiliasi sebagai keinginan untuk mendekat atau keinginan untuk kerjasama dengan orang lain, menyenangkan dan mendapat afeksi dari orang lain, dan setia terhadap teman. Dalam kebutuhan berafiliasi ini terkandung kepercayaan, kemauan baik, afeksi, kasih, dan empati yang simpatik yang dimanifestasikan dalam sikap bersahabat, sosial, menyenangkan, penuh kasih dan kepercayaan, dan bersifat baik. Murray juga mengatakan bahwa kebutuhan afiliasi terkait dengan kecenderungan untuk membentuk pertemanan dan untuk bersosialisasi, untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang besahabat, dan untuk jatuh cinta (Baron & Byrne, 2003).
McClelland (Munandar, 2006; Arani, 2010) mendefiniskan kebutuhan afiliasi sebagai kebutuhan akan kehangatan dan dukungan dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. McClelland juga mengatakan bahwa kebutuhan afiliasi adalah dorongan untuk ramah, berhubungan secara hangat dengan orang lain, dan menjaga hubungan itu sebaik-baiknya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan berafiliasi adalah kebutuhan individu untuk mendapatkan kehangatan dan dukungan dari orang lain, kebutuhan untuk mengarahkan tingkah laku agar akrab, ramah dengan orang lain dan berusaha menjaga hubungan dengan sebaik-baiknya.
Aspek-aspek kebutuhan berafiliasi
Menurut McClelland (dalam Rupawanti, 2008) aspek-aspek kebutuhan afiliasi adalah:
1. Lebih suka bersama orang lain daripada sendirian.
Pada dasarnya setiap orang lebih suka bersama orang lain dari pada sendirian, apalagi remaja. Hal ini didasarkan pada usia remaja adalah usia dimana remaja ingin melepaskan diri dari lingkungan keluarga khusunya orang tua.
2. Sering berinteraksi dengan orang lain.
Individu cenderung suka berinteraksi dengan orang lain atau suka mencari lingkungan baru dan memperbanyak teman. Hal ini membuat individu lebih banyak berinteraksi dengan orang lain (senang bergaul).
3. Ingin disukai dan diterima oleh orang lain.
Pada dasarnya setiap orang ingin disukai dan diterima oleh orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya dorongan atau keinginan individu untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain dan untuk meningkatkan harga diri.
7 4. Menyenangkan hati orang lain.
Salah satu keinginan individu adalah untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial atau kelompoknya. Untuk memenuhi hal itu individu berusaha untuk menjadi pribadi yang menyenangkan untuk orang lain.
5. Menunjukkan dan memelihara sikap setia terhadap teman.
Salah satu kebutuhan remaja adalah keinginan untuk diakui, dihargai dan tergantung pada kelompok sehingga menyebabkan remaja mempunyai rasa takut kehilangan yang secara otomatis membuat untuk setia terhadap teman.
6. Mencari persetujuan dan kesepakatan orang lain.
Ketika remaja dihadapkan pada suatu masalah, dalam hal mengambil sikap dan memutuskan remaja masih membutuhkan orang lain untuk menyelesaikannya.
Kebutuhan berafiliasi dan intensi membeli kopi di kedai kopi
McCleland menyampaikan teori motivasi yang sangat erat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Teori tersebut menyatakan ketika seseorang mempunyai kebutuhan yang kuat, dampaknya adalah memotivasi seseorang untuk menggunakan perilaku yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan untuk kepuasan. Inti dari teori ini adalah bahwa kebutuhan dipelajari melalui adaptasi dengan lingkungan seseorang. Karena kebutuhan dipelajari, perilaku yang diberikan cenderung terjadi pada frekwensi yang lebih tinggi (Gibson, Ivancevich dan Donnely, 2007: 111).
Begitu pula halnya dengan kecenderungan seseorang di dalam mengkonsumsi kopi.
Kopi merupakan sebuah minuman yang seringkali menjadi pilihan bagi banyak orang dari semua kalangan. Afiliasi sendiri merupakan sebuah tindakan yang membuat seseorang termotivasi untuk melakukan hal yang sama, yang dilakukan oleh kelompoknya. Kopi selalu identik dengan nongkrong, dengan hal-hal yang berhubungan dengan kekeluargaan, perkumpulan, diskusi, dan juga teman di saat harus mengerjakan tugas. Karena bersifat kelompok tersbut, maka setiap orang yang datang dengan kelompoknya atau teman-temannya, secara tidak langsung menularkan keinginan juga bagi teman yang lainnya untuk mengkonsumsi kopi. Keterlibatan pertemanan di dalam sebuah hubungan, maka akan meningkatkan motivasi yang kuat pula diantara mereka untuk sama-sama dapat menikmati hal yang sama, yang dinikmati oleh kelompoknya.
Sehingga dengan adanya hal tersebut, maka mempengaruhi intensi seseorang di dalam mengkonsumsi kopi. Yang di mana semakin kuat afiliasi seseorang di dalam mengkonsumsi kopi, maka akan semakin tinggi intensi seseorang tersebut di dalam mengkonsumsi kopi.
Intensi adalah posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Intensi dapat menunjukkan seberapa besar kemauan seseorang untuk berusaha melakukan suatu tingkah laku tertentu. Intensi tersebut masih merupakan disposisi untuk bertingkah laku sampai pada saat ada kesempatan yang tepat (Riyanti, 2012). intensi melibatkan pembentukan komitmen perilaku untuk menunjukkan suatu tindakan atau tidak, dimana ada harapan yang diperkirakan seseorang dalam menunjukkan suatu tindakan bahkan ketika komitmen tersebut belum dibuat. Hal tersebut berkaitan erat dengan kebutuhan akan afiliasi, yang dimana untuk meningkatkan intensi seseorang, dibutuhkan kebtuhan akan afiliasi di dalam mendorong motivasi seseorang yaitu teman untuk melakukan tujuan yang ingin di capai. Sehingga dapat dikatakan, seseorang menjadi menyukai kopi dikarenakan
8
adanya pengaruh dari pertemanan yang kuat dan ingin diakui oleh teman-temannya, sehingga memungkinkan seseorang berperilaku sama dengan teman-temannya.
Maka dari itu, kedua keterkaitan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan afiliasi di dalam sebuah kelompok atau pertemanan, berdampak kepada intensi seseorang di dalam kelompok tersebut untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh kelompoknya seperti mengkonsumsi kopi.
Kerangka Berpikir
Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah : Terdapat hubungan yang positif antara kebutuhan untuk berafiliasi dengan intensi pembelian kopi di kedai kopi. Semakin tinggi kebutuhan untuk berafiliasi, maka semakin tinggi pula intensi membeli kopi di kedai kopi.
Kebutuhan Akan Afiliasi
Seseorang yang memiliki afiliasi tinggi, maka ia akan memiliki
sikap:
1. Lebih suka bersama orang lain 2. Sering berinteraksi dengan orang
lain
3. Ingin disukai atau diterima orang lain
4. Berusaha menyenangkan hati orang lain
5. Menunjukkan dan memelihara sikap setia terhadap teman.
6. Mencari persetujuan dan kesepakatan dengan orang lain
Seseorang yang tidak memiliki afiliasi tinggi, maka ia akan
memiliki sikap:
1. Tidak suka bersama orang lain 2. Tidak sering berinteraksi dengan
orang lain
3. Tidak ingin disukai atau diterima orang lain
4. Tidak berusaha menyenangkan hati orang lain
5. Tidak menunjukkan dan memelihara sikap setia terhadap teman.
6. Tidak mencari persetujuan dan kesepakatan dengan orang lain
Sehingga Ia akan memiliki perilaku Intensi yang tinggi dalam membeli
kopi di kedai kopi
Sehingga Ia akan memiliki perilaku Intensi yang rendah dalam membeli
kopi di kedai kopi
9
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan dengan data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan diolah dengan menggunakan teknik statistik.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Selain bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel namun juga bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi suatu kejadian yang berhubungan dengan variabel.
Subjek penelitian
Menurut Sugiyono (2015) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek/ yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen kedai kopi di Malang. Sampel menurut Sugiyono (2015) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representative (mewakili).
Sedangkan subjek penelitian ini adalah 100 konsumen kedai kopi yang berusia remaja yang diambil dengan teknik insidental sampling.
Variabel dan instrumen penelitian
Sugiyono (2009) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarikkesimpulannya. Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Variabel tergantung (dependent variable), variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation). 2) Variabel bebas (independent variable), variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensi membeli kopi.
Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation) adalah kebutuhan individu untuk mendapatkan kehangatan dan dukungan dari orang lain, kebutuhan untuk mengarahkan tingkah laku agar akrab, ramah dengan orang lain dan berusaha menjaga hubungan dengan sebaik-baiknya.
Intensi membeli kopi adalah niat individu untuk melakukan pembelian kopi di kedai kopi.
Intensi membeli kopi ditentukan oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari seperti sikap terhadap perilaku, norma subyektif, kontrol perilaku yang disadari.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli kopi adalah skala. Ada 2 macam skala yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala kebutuhan berafiliasi dan skala intensi membeli. Skala kebutuhan berafiliasi disusun berdasarkan teori Mc Clelland (1985). Skala kebutuhan berafiliasi disusun berdasarkan 6 aspek, yaitu: lebih suka bersama orang lain daripada seorang diri, sering berinteraksi dengan orang lain, ingin disukai dan diterima oleh orang lain, menyenangkan hati orang lain, menunjukkan dan memelihara sikap setia terhadap teman, mencari persetujuan dan kesepakatan orang lain. Skala kebutuhan berafiliasi disusun sebanyak 30 item.
Skala intensi membeli kopi disusun berdasarkan teori Ajzen & Fishbein (Riyanti, 2008).
Skala intensi membeli disusun berdasarkan 3 aspek, yaitu: sikap terhadap perilaku,
10
norma subjektif, kontrol perilaku yang disadari. Skala intensi membeli disusun sebanyak 30 item.
Alat ukur variabel bebas dan variabel tergantung ini didesain berdasarkan model likert, yaitu skala yang sudah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden hanya memilih salah satu dari alternatif yang telah disediakan. Penskoran skala likert yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada empat alternatif jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Setiap alternatif jawaban tersebut memiliki bobot atau skor sebagai berikut:
Tabel 1. Skor Alternatif Jawaban Skala Intensitas Membeli Dan Afiliasi
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Skala Validitas Reliabilitas
Jumlah Item Valid
Indeks Validitas
Sebelum Seleksi Aitem Intensitas Membeli 26 item 0.335 - 0.793 0.934 (26 item)
Afiliasi 27 item 0.361 - 0.681 0.947 (27 item)
Hasil perhitungan validitas aitem skala intensitas membeli dari 30 aitem, di dapat 4 aitem gugur dan 26 aitem valid atau dapat digunakan. Koefisien korelasi untuk aitem- aitem yang valid bergerak dari 0.335 sampai 0.934 dan nilai reliabilitas sebesar 0.934.
Hasil perhitungan validitas aitem skala untuk skala afiliasi dari 30 aitem, 3 aitem gugur dan 27 aitem valid. Koefisien korelasi untuk aitem-aitem yang valid bergerak dari 0.361 sampai 0.681 dan nilai reliabilitas sebesar 0.947.
Prosedur dan analisis data penelitian 1. Persiapan
a. Melakukan pendalaman materi terkait kebutuhan berafiliasi dan intensi membeli
b. Menyiapkan instrumen dari kedua variabel yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu kebutuhan berafiliasi dan intensi membeli
2. Pelaksanaan
a. Mengurus surat perizinan penelitian.
b. Melakukan uji coba (tryout) terhadap kedua instrumen penelitian. Setelah dilakukan tryout maka selanjutnya adalah melakukan analisa berkaitan dengan validitas dan reliabilitas dari kedua variabel.
c. Melakukan penyebaran skala dan pengumpulan data penelitian.
3. Analisis data.
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah korelasi product moment dari Karl Pearson untuk menguji hipotesis dalam hal ini hubungan antara kebutuhan berafiliasi dan intensi membeli. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS v. 21.
Arah dari Pernyataan SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
11
HASIL PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2018 yang berjumlah 100 mahasiswa.
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Sample
Mahasiswa strata 1 di kota malang yang membeli kopi di kedai kopi Kota Malang
100 subjek
Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, berusia 18 tahun hingga 25
tahun, berasal dari berbagai macam fakultas dan jurusan serta berasal dari
universitas yang berbeda.
Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov, data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikan di atas 0.05. Dari hasil analisis data, hasil uji normalitas yang di dapat melalui Kolmogorov-Smirnov Test (KST) skala dan afiliasi sebesar 2.183 dengan tingkat signifikan 0,000 (p<0,05) dan data penelitian dikatakan normal.
Selanjutnya skor intensi membeli dan afiliasi dikategorisasikan berdasarkan tinggi, sedang dan rendah tingkat kedua variabel tersebut di dalam diri subjek. Berikut merupakan kategorisasi skor kebutuhan berafiliasi dan intensi membeli.
1. Kategori Skala Afiliasi
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, skala Afiliasi memiliki jumlah aitem valid sebanyak 27 aitem dengan skor 1-4. Perhitungan kategorisasi variabel afiliasi dilakukan menggunakan cara yang sama, yaitu berdasarkan nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi hipotetik. Nilai minimum diperoleh adalah 27 (27x1), nilai maksimum sebesar 108 (27x4), nilai mean 67.5 (1/2 27+108) dan nilai standar deviasi sebesar 13.5 (1/6 108-27). Kategorisasi dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4. Kategorisasi Skala Afiliasi
Kategori Pedoman Jumlah Persentase (%)
Tinggi X ≥ 81 48 48%
Sedang 55 ≤ X ≤ 80 31 31%
Rendah X < 54 21 21%
2. Kategori Skala Intensi Membeli
Berdasarkan hasil uji coba yang telah di lakukan, skala intensi membeli memiliki jumlah aitem valid sebanyak 26 aitem dengan skor 1-4 sehingga nilai maksimum hipotetik adalah 104 (26x4) dan nilai minimum hipotetik sebesar 26 (26x1). Nilai rata- rata (mean hipotetik sebesar ½ x (26+104) = 65 dan standar deviasi hipotetik sebesar 1/6 x (104-26) = 13. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kategorisasi untuk variabel altruisme sebagai berikut :
12 Tabel 5. Kategori Skala Intensi Membeli
Kategori Pedoman Jumlah Persentase (%)
Tinggi X ≥ 78 59 59%
Sedang 53 ≤X < 77 12 12%
Rendah X < 52 29 29%
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan afiliasi dengan intensitas membeli, peneliti melakukan analisis korelasi product moment. Berikut hasil pengukuran yang diperoleh.
Tabel 6. Deskripsi Uji Korelasi Product Moment.
Afiliasi Intensitas Afiliasi
Intensi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
0.146 0.000
0.146 0.000 1
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa data di atas, diperoleh indeks korelasi sebesar 0.146 dengan nilai p=0,000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli kopi. Semakin tinggi kebutuhan berafiliasi semakin tinggi pula intensi membeli kopi, semakin rendah kebutuhan berafiliasi maka semakin rendah pula kebutuhan berafiliasi. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima.
DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kebutuhan afiliasi dengan intensi membeli kopi pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Berdasarkan hasil uji hipotesa dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kedua variabel tersebut, yaitu adanya hubungan positif dan sangat signifikan antara kebutuhan afiliasi dengan intesi membeli kopi pada mahasiswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kebutuhan afiliasi mahasiswa maka membeli akan tinggi pula dan begitu sebaliknya semakin rendah kebutuhan afiliasi mahasiswa maka intensi membeli semakin rendah juga. Penjelasan tersebut dibuktikan dari hasil uji hipotesis, yaitu diperolehnya indeks korelasi sebesar = 0.924 dengan nilai sign. 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, hipotesis penelitian ini diterima.
Intensi merupakan suatu prediktor terbaik dari perilaku. Apabila ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan seseorang di masa yang akan datang, maka dapat dilihat dari intensinya (Peter & Olson, 2013). Menurut Mowen dan Minor (2002) intensi membeli merupakan intensi dari perilaku terkait dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menggunakan cara khusus yang bertujuan untuk memiliki, membuang, dan menggunakan produk dan jasa. Peter dan Olson (2008) mengemukakan bahwa intensi membeli suatu produk didasarkan oleh sikap konsumen terhadap perilaku membeli suatu produk. Assael (2002) mengungkapkan bahwa intensi membeli merupakan kecenderungan konsumen untuk melakukan transaksi pembelian pada suatu merek
13
produk dan atau jasa maupun mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Intensi membeli dipengaruhi oleh adanya afiliasi yang dimunculkan melalui hubungan bersosialisasi di dalam sebuah lingkungan yang kecil maupun besar, terhadap suatu produk yang akan dibeli atau yang menjadi tujuan atau fokus utama yang dituju dalam kelompok tersebut. Afiliasi meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman serta ajakan dari teman dalam sebuah kelompok. Ajakan teman mengenai membeli kopi tersebut yang akan memicu adanya kecenderungan untuk membeli.
Individu dengan kebutuhan afiliasi tinggi berusaha menciptakan hubungan yang bersahabat dengan orang lain. Interakasi yang terjalin dengan teman pada saat berkumpul bersama terjadi melalui pertemuan di sebuah kedai kopi sembari menikmati secangkir kopi. Kecenderungan teman yang memesan kopi paling banyak atau berdasarkan saran yang diberikan oleh teman, akan memicu sebuah respon yang positif untuk ikut mecoba memesan minuman yang sama dan bahkan sejenis dan komunikasi akan berlangsung secara timbal balik, sehingga berpengaruh pada lamanya interaksi sosial yang terjadi.
Memberikan saran pada teman untuk mencoba dan mecicipi secangkir kopi juga menunjukkan keinginan untuk mengajak teman menikmati hal yang sama dan lebih bersifat kompak, selanjutnya memunculkan insentif afiliasi seperti perasaan diterima dan diakui. Selain itu adanya hubungan timbal balik saat memesan kopi tersebut jika tetap dipertahankan maka akan memberikan ganjaran tersendiri yaitu, memberikan perasaan positif yang dihubungkan dengan kedekatan (keintiman) hubungan antar pribadi. Jika kedekatan (keintiman) sudah terbangun biasanya individu juga ikut merasakan, memahami dan memperhatikan ketika ada salah satu pihak membagi informasi-informasi yang bersifat pribadi, sehingga terbentuklah rasa saling mempercayai satu sama lain, dimana semua itu merupakan bagian dari kebutuhan afiliasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Martaniah (1984) bahwa dalam kebutuhan berafiliasi ini terkandung kepercayaan, kemauan baik, afeksi, kasih, dan empati yang simpatik yang dimanifestasikan dalam sikap bersahabat, sosial, menyenangkan, penuh kasih dan kepercayaan, dan bersifat baik. Tingginya kebutuhan afiliasi pada remaja akan sangat berguna bagi individu itu sendiri, karena pada masa ini remaja mempunyai keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial. Oleh karena itu, melalui pertemanan remaja dapat saling berbagi dan secara tidak langsung menyamakan dirnya dengan kelompoknya, agar terlihat kompak, sehingga membuat mereka menjadi diterima dan dapat berkembang menciptakan sebuah hubungan dalam kelompok tersebut.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kebutuhan berafiliasi dengan intensi membeli kopi pada mahasiswa yang membeli kopi di kedai kopi. Semakin tinggi kebutuhan berafiliasi mahasiswa maka intensi membeli kopi akan tinggi pula dan begitu sebaliknya semakin rendah kebutuhan berafiliasi mahasiswa maka intensi membeli kopi semakin rendah juga.
14
Bagi mahasiswa hendaknya turut menjaga kesehatan tubuh. Semakin banyak mengkonsumsi kopi, makin semakin kurang baik dampak yang akan diperoleh.
Sekalipun mahasiswa tersebut merupakan seorang pecinta kopi, setidaknya mengerti dan memahami kandungan yang terdapat dalam kopi, sehingga mampu membatasi diri dalam mengkonsumsi kopi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memesan gelas yang berukuran kecil, yang sudah tersedia di beberapa kedai kopi. Dan mulai diimbangi dengan banyak-banyak minum air putih dan makanan yang berserat tinggi serta buah- buahan dengan vitamin tinggi, untuk mengurangi kandungan kopi pada saat sehabis meminum kopi. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa sebesar 59% mahasiswa mengkonsumsi kopi, yang dipengaruhi karena adanya sebuah ajakan oleh teman-teman kelompoknya untuk sama-sama menikmati kopi. Sehingga yang tadinya seseorang kurang begitu sering mengkonsumsi kopi, menjadi aktif mengkonsumsi kopi ketika berkumpul, mengerjakan tugas, belajar kelompok, bahkan hanya sekedar nongkrong biasa.
Bagi peneliti yang selanjutnya tertarik untuk meneliti tentang intensi membeli disarankan untuk meneliti variabel lain yang diduga mampu memberikan pengaruh terhadap intensi membeli, seperti persepsi terhadap kualitas, persepsi terhadap kemudahan pengoperasian, harga, kualitas pelayanan, ataupun faktor demografi konsumen. Bagi peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini, dapat memperluas sampel penelitian sehingga hasil yang diperoleh lebih representatif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I., & Fishbein, M. (2005), Attitudes, personality and behavior. (2nd edition), Berkshire.
UK: Open University Press-McGraw Hill Education
Albery, I. P. & Munafo, M., (2011). Psikologi kesehatan panduanlLengkap dan komprehensif bagi studi psikologi kesehatan. Yogyakarta: Palmall.
Arani, E. W. (2010). Hubungan antara motif afiliasi dengan intensitas menggunakan facebook pada dewasa awal. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Cahyono, B. (2012). Sukses berkebun kopi. Jakarta: Penerbit Mina.
Dwiastuti, R., Shinta, A., & Isaskar, R. (2012). Perilaku konsumen. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Hawkins, D. I., Roger, J.B., & Kenneth, A.C. (2007). Consumer behavior building marketing strategy, Tenth Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.
Ivancevich, J. M., Konopaske, R. & Matteson, M. T. (2007). Perilaku dan manajemen organisasi. (Alih Bahasa Gina Gania). Edisi Tujuh. Jakarta: Erlangga.
Martaniah, S. M. (1984). Motif sosial remaja suku jawa dan keturunan cina di beberapa SMA Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Press
Mc.Clelland, D. C. (1985). Human motivation. Illinois : Scott, Foresman & Company.
Munandar, A. S. (2006). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press.
Phricillia, D., Adi, P., & Endang S. I. (2012). Hubungan antara konformitas dengan intensi membeli tablet pc pada mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Dan Pertanian. Uiversitas Diponegoro.
Rupawanti, T. S. (2008). Hubungan kebutuhan afiliasi dengan perilaku konsumtif pada remaja.
Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Rahardjo, P. (2012). Panduan budidaya dan pengolahan kopi arabika dan robusta. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif kualitatif R& D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
16
LAMPIRAN
17
LAMPIRAN I
Kuisioner
18
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Jl. Raya Tlogomas No. 246 Telp. 464318
Dengan hormat,
Saya Hafiz Dzul Rizki (201310230311358) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, saat ini sedang melakukan penelitian guna penyusunan skripsi, oleh karena itu saya memohon kesediaan saudara untuk mengisi skala ini secara jujur sesuai dengan kondisi yang saudara sebenarnya. Saya menjamin kerahasiaan dari jawaban saudara.
Saya berharap saudara dapat membantu kelancaran penelitian ini. Bantuan dan partisipasi Saudara merupakan sumbangan informasi yang sangat berharga bagi penelitian ini. Atas bantuan dan kerjasama saudara saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk pengisian:
1) Adapun beberapa kriteria penelitian ini yaitu :
a. Mahasiswa/i yang sedang berkuliah strata 1 di Malang.
b. Pernah ataupun sedang menjadi konsumen di kafe (kedai kopi).
2) Isilah identitas saudara pada tempat yang telah disediakan, dan dijamin keamanannya dari seluruh informasi yang diberikan.
3) Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban yaitu :
SS : Sangat Sesuai S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
4) Pilihlah salah satu jawaban yang menurut saudara tepat dan berilah tanda checklist (√) pada jawaban saudara, apabila saudara ingin mengganti jawaban sebelumnya, berilah tanda sama dengan (√ ) pada jawaban sebelumnya, contoh : Jawaban sebelumnya :
SS S TS STS
√ Menjadi :
SS S TS STS
√ √
5) Periksa kembali jawaban, jangan sampai ada yang terlewatkan.
19
Identitas Diri Hari/tanggal pengisian : ………..…..
Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan data diri Anda !
Nama/Inisial : ………
Umur : ……… Tahun
Univesitas : ………
Jenis kelamin : L / P (lingkari yang sesuai)
NO Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya menceritakan kelebihan dan nikmatnya kopi
2 Saya mencari informasi tentang kopi
3 Saya memahami dampak kopi bagi kesehatan seperti apa, tetapi saya tetap mengkonsumsinya 4 Saya mengajak teman-teman untuk
mengkonsumsi kopi
5 Saya ingin teman saya menyukai kopi
6 Saya kurang begitu suka mengkonsumsi kopi karena kurang bagus untuk kesehatan
7 Meskipun saya mengantuk, saya tidak mengkonsumsi kopi
8 Saya tidak peduli apakah teman saya penyuka kopi atau tidak
9 Saya kurang begitu paham tentang kopi 10 Kopi bukanlah minuman teerbaik dari antara
minuman yang ada
11 Saya menghargai kelompok saya yang menyukai kopi
12 Saya akan ikut memesan kopi apabila teman saya juga memesan kopi
13 Saya suka minum kopi bermula dari teman- teman saya
14 Kopi merupakan menu utama saya saat berkumpul bersama dengan teman
15 Saya suka mencari tempat yang menyediakan aneka kopi
16 Saya tetap percaya diri saat yang lain memesan kopi sedangkan saya memesan minuman yang lain
17 Saya kurang begitu suka mengkonsumsi kopi 18 Saya kurang peduli apa tanggapan kelompok
saya ketika saya tidak minum kopi
19 Lebih baik saya minum air putih dari pada meminum secangkir kopi
20 Saya tetep memesan minuman yang baik untuk tubuh saya mesikpun ditengah perkumpulan
20 21 Seberapapun harga kopi, saya tetap membelinya 22 Saya merasa lebih baik setelah minum kopi 23 Saya merasa ada yang ganjal ketika saya belum
minum kopi dalam sehari
24 Saya harus minum kopi minimal 2 kali sehari supaya tidak pusing
25 Kopi mampu membuat rasa lelah saya hilang 26 Kalau harga kopi mahal, kemungkinan saya
tidak membelinya
27 Lebih baik makan daripada membeli secangkir kopi mahal
28 Ketika saya merasa capek, saya memilih untuk tidur
29 Saya merasa pusing setelah minum kopi 30 Saya tidak bisa minum kopi lebih dari 1 gelas
NO Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS 1 Saya suka hangout bersama dengan teman-
teman
2 Saya mengajak teman saya untuk membeli makan diluar
3 Saya menghabiskan waktu paling banyak bersama dengan teman-teman
4 Saya memilih melakukan banyak hal seorang diri
5 Saya mampu berjalan sendiri
6 Saya membiasakan diri untuk menyapa masyarakat sekitar
7 Saya meluangkan waktu untuk berbincang- bincang dengan tetangga sekitar
8 Saya akan diam apabila tidak ada yang menyapa saya
9 Saya menghabiskan waktu saya di dalam kamar
10 Saya lebih memilih berkumpul di dalam rumah daripada diuar
11 Saya menyamakan penampilan saya dengan teman-teman
12 Ketika teman saya membutuhkan bantuan, saya segera membantunya
13 Saya berusaha menjadi sama dengan kelompok saya
14 Saya suka menjadi diri saya sendiri
15 Saya tidak perlu pengakuan dari orang lain untuk meningkatkan kepercayaan diri saya
21 16 Saya berusaha untuk memuji teman saya
17 Saya melakukan banyak hal untuk menyenangkan hati teman saya
18 Saya bersikap apa adanya
19 Saya bersikap cuek ketika teman saya tidak suka dengan saya
20 Saya berkata jujur apa adanya
21 Lebih baik saya mengalah ketika ada perselisihan
22 Bagi saya pertemanan adalah segalanya
23 Saya tidak bisa hidup tanpa teman
24 Ketika temna saya membawa hal buuk bagi saya, saya akan meningalkan mereka
25 Saya mampu berjalan sendiri
26 Saya menjadikan teman sebagai tempat sharing
27 Setiap kali saya bimbang, saya bertanya kepada teman saya
28 Saya mampu menyelesaikan masalah saya sendiri
29 Saya mampu mengambil keputusan sendiri
30 Saya kurang begitu membutuhkan pendapat dari orang lain
22
LAMPIRAN II
Blue Print
23
Blueprint Skala Intensi Membeli
Aspek Intensi Membeli Favorable Unfavorable Jumlah
Sikap terhadap perilaku 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10 10
Norma subjektif 11,12,13,14,15 16,17,18,19,20 10
Kontrol perilaku yang disadari
21,22,23,24,25 26,27,28,29,30 10
Jumlah 15 15 30
Blueprint Skala Afiliasi
Aspek Afiliasi Favorable Unfavorable Jumlah
Lebih suka bersamaan dengan orang lain daripada sendirian
1,2,3 4,5 5
Serig berinteraksi dengan orang lain
6,7 8,9,10 5
Ingin disukai dan diterima oleh orang lain
11,12,13 14,15 5
Menyenangkan hati orang lain
16,17 18,19,20 5
Menunjukkan dan memelihara sikap setia terhadap teman
21,22,23, 24,25 5
Mencari persetujuan dan kesepakatan orang lain
26,27 28,29,30 5
Jumlah 15 15 30
24
LAMPIRAN III
Analisa Data Try Out
25
RELIABILITAS SKALA INTENSI MEMBELI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.931 .929 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item- Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 76.87 220.120 .495 .929
VAR00002 76.80 220.993 .414 .930
VAR00003 76.73 226.271 .158 .932
VAR00004 76.70 212.493 .691 .927
VAR00005 77.20 218.924 .374 .931
VAR00006 76.60 214.869 .672 .927
VAR00007 77.13 217.775 .425 .930
VAR00008 78.00 226.207 .136 .933
VAR00009 77.47 221.223 .335 .931
VAR00010 77.03 212.378 .519 .929
VAR00011 76.33 225.747 .261 .931
VAR00012 77.73 227.720 .059 .934
VAR00013 77.10 218.921 .406 .930
26
VAR00014 77.10 205.266 .793 .925
VAR00015 76.87 207.706 .783 .925
VAR00016 77.67 211.885 .530 .929
VAR00017 76.77 211.978 .742 .926
VAR00018 77.83 213.799 .591 .928
VAR00019 77.10 208.162 .717 .926
VAR00020 77.70 213.183 .628 .928
VAR00021 77.17 210.626 .730 .926
VAR00022 77.00 213.310 .709 .927
VAR00023 77.37 205.895 .720 .926
VAR00024 77.90 212.300 .622 .928
VAR00025 77.27 208.340 .807 .925
VAR00026 77.50 211.017 .619 .928
VAR00027 77.77 212.875 .535 .929
VAR00028 77.97 212.861 .604 .928
VAR00029 76.60 220.110 .499 .929
VAR00030 76.87 219.568 .419 .930
27
VALIDITAS SKALA INTENSI MEMBELI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item- Total Correlation
VAR00001 76.87 220.120 .495
VAR00002 76.80 220.993 .414
VAR00003 76.73 226.271 .158
VAR00004 76.70 212.493 .691
VAR00005 77.20 218.924 .374
VAR00006 76.60 214.869 .672
VAR00007 77.13 217.775 .425
VAR00008 78.00 226.207 .136
VAR00009 77.47 221.223 .335
VAR00010 77.03 212.378 .519
VAR00011 76.33 225.747 .261
VAR00012 77.73 227.720 .059
VAR00013 77.10 218.921 .406
VAR00014 77.10 205.266 .793
VAR00015 76.87 207.706 .783
VAR00016 77.67 211.885 .530
VAR00017 76.77 211.978 .742
VAR00018 77.83 213.799 .591
VAR00019 77.10 208.162 .717
VAR00020 77.70 213.183 .628
VAR00021 77.17 210.626 .730
28
VAR00022 77.00 213.310 .709
VAR00023 77.37 205.895 .720
VAR00024 77.90 212.300 .622
VAR00025 77.27 208.340 .807
VAR00026 77.50 211.017 .619
VAR00027 77.77 212.875 .535
VAR00028 77.97 212.861 .604
VAR00029 76.60 220.110 .499
VAR00030 76.87 219.568 .419
29
RELIABILITAS SKALA AFILIASI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.947 60
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item- Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 74.83 17.937 .539 .946
VAR00002 75.33 17.954 .660 .945
VAR00003 75.47 19.637 .681 .945
VAR00004 75.97 16.861 .539 .946
VAR00005 76.23 16.323 .681 .945
VAR00006 75.03 16.447 .657 .945
VAR00007 75.37 17.137 .467 .946
VAR00008 75.67 16.299 .681 .945
VAR00009 75.57 15.909 .270 .946
VAR00010 75.43 18.185 .443 .946
VAR00011 76.37 17.895 .374 .946
VAR00012 74.83 18.144 .370 .946
VAR00013 76.03 15.620 .467 .946
VAR00014 77.00 18.138 .681 .945
VAR00015 76.73 18.547 .110 .946
VAR00016 75.43 19.564 .539 .946
30
VAR00017 75.13 19.292 .593 .945
VAR00018 76.80 17.752 .362 .946
VAR00019 76.77 17.840 .681 .945
VAR00020 76.73 19.444 .657 .945
VAR00021 75.33 16.851 .294 .947
VAR00022 75.13 17.568 .593 .945
VAR00023 75.47 16.947 .681 .945
VAR00024 75.97 18.930 .593 .945
VAR00025 76.23 16.047 .361 .946
VAR00026 75.10 17.817 .361 .946
VAR00027 75.13 18.395 .462 .946
VAR00028 76.30 15.321 .468 .946
VAR00029 76.60 17.490 .561 .946
VAR00030 75.60 16.662 .681 .945