• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENDAMPING DESA DALAM PEMBE RDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PAO KECAMATAN TAROWANG

KABUPATEN JENEPONTO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial

pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

Oleh:

SRY NUR WAHYUNI NIM: 50900118042

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sry Nur Wahyuni

NIM : 50900118042

Tempat/Tgl. Lahir : Jeneponto, 29 Agustus 2000 Jur/Prodi/Konsentrasi : Kesejahteraan Sosial (S1) Fakultas/Program : Dakwah dan Komunikasi

Alamat : Desa Tarowang Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto Judul : Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di

Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti sebagian atau seluruhnya bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 25 Juli 2022 Penyusun,

Sry Nur Wahyuni NIM: 50900118042

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. atas nikmat kesehatan dan keimanan yang diberikan kepada penulis sehingga bisa merampungkan skripsi ini dengan judul “Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto”

dan tak lupa kita mengirimkan shalawat menyertai salam kepada baginda kita Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasakan banyak orang-orang yang terlibat dalam hal perampungan skripsi ini yang memberikan motivasi, dorongan, dan semangat. Adapun orang-orang yang terlibat sebagai berikut:

1. Prof. H. Hamdan, M.A., Ph.D. selaku Rektor beserta Prof. Dr. Mardan, M.Ag sebagai Wakil Rektor I, Prof. Dr. Wahyuddin, M.Hum sebagai Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam, M.Ag sebagai Wakil Rektor III dan Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag sebagai Wakil Rektor IV serta seluruh jajaran staf di ruang lingkup UIN Alauddin Makassar,

2. Dr. Firdaus, M.Ag selaku Dekan beserta Wakil Dekan I Dr. Irwan Misbach, S.E., M.Si, Wakil Dekan II Dr. Hj. Nurlaelah Abbas, Lc., MA dan Wakil Dekan III Dr. Irwanti Said, M.Pd beserta jajaran staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

(5)

3. Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Dr.

Syam’un, M.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial di ruang lingkup Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

4. Paisal, S.Pi selaku staf jurusan/operator Kesejahteraan Sosial yang telah membantu penulis dalam melengkapi berkas dalam penyusunan skripsi.

5. Prof. Dr. H. M. Sattu Alang, MA selaku Pembimbing I dan Dr. Syam’un, M.Pd., MM selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan seperti saat ini.

6. Dr. Syamsuddin AB, S.Ag., M.Pd selaku Penguji I dan Dr. Nur Syamsiah, M.Pd.I selaku Penguji II, yang telah menguji dan memberikan arahan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Segenap para Dosen yang telah memberikan khazanah keilmuan selama Penyusun menempuh pendidikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Univeritas Islam Negeri Alauddin Makassar.

8. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2018 semoga ilmu yang kita peroleh bermanfaat di dunia dan akhirat.

Saya persembahkan karya ilmiah ini kepada orang tua saya yang tercinta ayahanda Syamsir dan ibunda Hj. Muliati. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga atas jerih payahnya yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayangnya, mendoakan, memberikan dukungan, memotivasi dan membiayai pendidikan penyusun sehingga dapat menyelesaikan studi.Rasa hormat dan syukur penulis yang

(6)

tak terhingga, serta menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kata sempurna, makanya penulis sangat berharap kritikan dan masukkan yang bersifat membangun semua pihak dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Gowa, 25 Juli 2022 Penyusun,

Sry Nur Wahyuni NIM: 50900118042

(7)

vii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... ix

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1-9 A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 4

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 10-30 A. Tinjauan Umum tentang Pendamping Desa ... 10

B. Tinjauan Umum tentang Pemberdayaan Masyarakat ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31-38 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 31

B. Pendekatan Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Instrumen Penelitian... 34

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV PERAN PENDAMPING DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PAO KECAMATAN TAROWANG KABUPATEN JENEPONTO ... 39-66 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Bentuk-Bentuk Pelayanan Pendamping Desa dalam Pem- berdayaan Masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto ... 44

(8)

C. Langkah-Langkah Pendampingan oleh Pendamping Desa dalam Menyelenggarakan Pemberdayaan di Desa Pao

Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto ... 60

BAB V PENUTUP ... 67-68 A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi Penelitian ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 71

RIWAYAT HIDUP ... 86

(9)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث Tsa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Ha Ḥ ha (dengan titik di

bawah)

خ Kha Kh ka dan ha

د Dal D De

ر Zal Ż zet (dengan titik di atas)

س Ra R Er

ص Za Z Zet

س Sin S Se

ش Syin Sy se nad ss

ص Shad Ṣ es (dengan titik di

bawah)

ض Dhad Ḍ de (dengan titik di

bawah)

ط Tha Ṭ te (dengan titik di

bawah)

ظ Dza Ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع „ain „ apostrof terbaik

غ Gain G Se

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L Ei

م Mim M Em

ى Nun N En

ّ Wawu W We

ٍ Ha H Ha

أ Hamzah ‟ Apostrof

ٕ ya‟ Y Ye

(10)

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

B. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ــ ََ

ـ

Fathah A A

ِـ

ــ

Kasrah I I

ُـ

ــ

Dammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ـ ََ

fathah dan ya Ai a dan i

ـ ََ

fathah dan wau Au a dan u

Contoh:

َْ

ٕ

فـ ك ـ

: kaifa

ََ

ل َْ ّ ٍ ـ

: hau

(11)

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan huruf Nama Huruf dan tanda

Nama

ٓ . ََ.. | ا . ََ..

Fathah dan

alifata uyā’

Ā a dan garis di atas

َِ

ــ

ٓ

kasrah dan

yā’ Ī i dan garis di

atas

ma>ta : ـــّ َُ

م ََ ـ ا ت

ٔـه ََ ََ س : rama>

dammahdan wau

Ū u dan garis di atas

َْ

ٕ

لـ

: qi>la

:

ُـه

تّ َْ

utay>ut

D. Tā’marbutah

Transliterasi untuk tā’ marbutah ada dua, yaitu: tā’ marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan tā’ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

(12)

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid, dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Jika huruf (ٖ), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i).

F. Kata Sandang

Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ٙ(alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

G. Hamzah

Aturan translitersi huruf hamzah menjadi apostrop hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletk di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

H. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari Al-Qur’an), sunnah, khusus

(13)

dan umum. Namun bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

I. Lafz al-Jalalah ()

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-Jalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

J. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedomaan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf capital, misalnya digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK DP, CDK dan DR).

(14)

xiv ABSTRAK Nama : Sry Nur Wahyuni

NIM : 50900118042

Judul : Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto

Penelitian ini mengangkat pokok masalah tentang “Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto?” dengan sub masalah yaitu: bagaimana bentuk-bentuk pelayanan pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto dan bagaimana langkah-langkah pendampingan oleh pendamping desa dalam menyelenggarakan pemberdayaan di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang berlokasi di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Pekerja Sosial. Sumber data primer pada penelitian ini yaitu Pendamping Desa dan masyarakat Desa Pao (informan kunci), serta informan tambahan yaitu Kepala Desa Pao. Sumber data sekunder pada penelitian ini yaitu buku, literatur, karya-karya dan dokumentasi terkait objek penelitian dan sifatnya melengkapi data primer. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan 3 (tiga) cara yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (verification/conclusion drawing).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, bentuk-bentuk pelayanan Pendamping Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa yaitu: membina aparatur pemerintahan desa dan masyarakat Desa Pao di bidang teknologi, bersama dengan Kepala Desa berkoordinasi dengan kelompok-kelompok masyarakat, serta melakukan pendampingan pelatihan kepada kader-kader. Adapun Langkah-langkah pendampingan oleh pendamping desa dalam menyelenggarakan pemberdayaan di Desa Pao yaitu: identifikasi masalah dan merumuskan kebutuhan masyarakat, merumuskan program aksi, menjalin hubungan ke pihak-pihak luar, kemudian pendamping desa melakukan pengendalian (supervisi) terhadap program aksi, dan yang terakhir pendamping desa secara terus menerus melakukan] pendampingan.

Implikasi dari penelitian ini adalah dari salah satu bentuk pemberdayaan yang ada di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto, yaitu pemberdayaan kepada kelompok nelayan dan kelompok tani harus lebih dikembangkan baik dari segi program pemberdayaan maupun dari segi pendampingan yang diberikan. Proses pendampingan program pemberdayaan oleh pendamping desa kepada masyarakat juga diharapkan terus berlanjut, jangan berhenti sampai ditahap terminasi saja agar masyarakat yang didampingan tetap terarah.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara merupakan organisasi terbesar dalam pemerintahan. Menurut Mac Iver telah menjadi pokok perdebatan dikalangan para pakar. Ada empat pandangan para pakar tentang definisi Negara, diantaranya adalah Negara didefinisikan sebagai sebuah sistem kesejahteraan (welfare system), yang bertanggung jawab atas kesejahteraan warga negaranya.1

Setiap Negara memiliki aturan atau hukum yang dijadikan landasan dalam menjalankan roda pemerintahan, seperti Negara Indonesia memiliki UUD 1945. UUD merupakan suatu perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat kenegaraan. Didalam UUD tersebut terdapat tujuan dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun warga negara untuk mewujudkan cita-cita yang diharapkan oleh bangsa. Cita-cita bangsa terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea kedua serta dalam alinea keempat Cita- cita luhur bangsa Indonesia tersebut adalah cita-cita sepanjang masa yang harus selalu diupayakan pencapaiannya. Dalam rangka mewujudkannya, dibentuklah visi dan misi Indonesia. Salah satu visi dan misi Indonesia yaitu dengan adanya rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah. Oleh.

1Dani Muhtada, Ayon Diniyanto, Dasar-Dasar Ilmu Negara (Semarang: BPFH UNNES, 2018), h.4.

2Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan

(16)

karena itu, langkah pertama pemerintah dalam menetapkan konsep membangun Indonesia dari pedesaan merupakan keputusan yang kontekstual Adanya pembangunan desa, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, memang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa, dengan mendorong pembangunan desa mandiri yang berkelanjutan serta memiliki ketahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Upaya mengurangi kesenjangan antara desa dan kota dilakukandengan mempercepat pembangunan desa-desa mandiri. Untuk itu dalam implementasinya Presiden menetapkan Peraturan Presiden No. 12 tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Kementerian Desa membentuk Pendamping Desa yang ditempatkan di berbagai wilayah yaitu dari tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.

Pendamping Desa adalah sebuah jabatan di bawah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Desa, yang bertugas untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat di sebuah Desa.

Pendamping Desa sebagaimana disebutkan dalam Permendesa Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi desa.2 Dan pada pasal 4 sampai 10 menyebutkan bahwa Pendampingan Desa

2Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

(17)

dilaksanakan oleh pendamping yang terdiri dari: Tenaga Pendamping Profesional (TPP), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dan Pihak Ketiga. Di dalam pasal tersebut juga diuraikan bahwa Tenaga Pendamping Profesional terdiri atas Pendamping Lokal Desa (PLD) berkedudukan di tingkat Desa, Pendamping Desa Pemberdayaaan (PDP) yang berkedudukan di tingkat Kecamatan dan Tenaga Ahli yang berada di tingkat Kabupaten, Provinsi atau Pusat.

Adanya Pendamping Desa ini terutama yang bertugas dalam pemberdayaan masyarakat merupakan wujud dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat pada Bab I Ketentuan Umum yaitu pada Pasal 1 ayat 4 poin pertama berisikan tentang pemberdayaan masyarakat Desa sebagai upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.3 Dari uraian diatas menjelaskan bahwa perlu adanya Pendamping Desa untuk membantu pemerintah dalam memberikan kesejahteraan Desa melalui pemberdayaan maupun kegiatan yang dilakukan serta bertugas untuk mengawal dan membantu kinerja yang dilakukan oleh aparat desa setempat.

Pendamping Desa di Kecamatan Tarowang berjumlah 1 (satu) orang dan 2 (dua) orang Pendamping Lokal Desa ditugaskan untuk mendampingi sebanyak 8 (delapan) Desa yang masing-masing PLD tersebut mendampingi 4 (empat) Desa. Hal

3Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 1, Poin 12.

(18)

tersebut sesuai dengan Panduan Teknis Rekrutmen Tenaga Pendamping Profesional Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang dijelaskan bahwa setiap Kecamatan akan didamping minimal 2 (dua) Pendamping Desa yaitu Pendamping Desa Pemberdayaan dan Pendamping Desa Tehnik Infrastruktur.

Kecamatan yang memiliki jumlah Desa 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) akan didampingi oleh 1 (satu) orang Pendamping Lokal Desa, jika jumlah Desa didalam 1 (satu) Kecamatan lebih dari 4 (empat) Desa maka penghitunganya adalah jumlah Desa dibagi 4 (empat), apabila masih ada sisa 1 (satu) sampai 3 (tiga) Desa maka ditambah satu orang Pendamping Lokal Desa.

Sebagaimana hasil observasi awal yang dilakukan penyusun menunjukkan bahwa pendamping desa di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto belum optimal dalam menjalakan tugasnya karena fokus pekerjaan pendamping desa tidak hanya bekerja di 1 (satu) desa. Oleh sebab itu peran pendamping desa penting untuk diteliti karena mengingat sasaran yang ingin dicapai terhadap tujuan pendamping desa adalah untuk mempercepat upaya pemerintah dalam pembangunan di Desa. Maka penulis memfokuskan penelitian ini pada peran Pendamping Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan pada bentuk-bentuk pelayanan pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat dan langkah-langkah pendampingan oleh

(19)

pendamping desa dalam menyelenggarakan pemberdayaan di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

2. Deskripsi Fokus

Berdasarkan pada fokus penelitian, dapat dideskripsikan bahwa peran pendamping desa dalam penerapan kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat adalah sebagai fasilitas antara pemerintah dan masyarakat desa.

a. Bentuk-bentuk pelayanan pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto yaitu:

1) Pendampingan kepada Aparatur Pemerintah Desa dalam pelatihan dibidang teknologi (pengaplikasian komputer)

2) Pendampingan dalam penyusunan RPJMDes, RKPDes dan APBDes 3) Pendampingan kepada kelompok nelayan, kelompok tani dan kelompok

ternak

4) Pendampingan kepada Kader Posyandu dan Kader Pembangunan Manusia (KPM)

b. Langkah-langkah pendampingan oleh pendamping desa adalah:

1) Identifikasi Masalah 2) Perumusan Program 3) Mediasi

4) Pengendalian (supervisi)

(20)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas dapat dibatasi dengan perumusan masalah yang lebih fokus, yaitu:

1. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana langkah-langkah pendampingan oleh pendamping desa dalam menyelenggarakan pemberdayaan di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto?

D. Kajian Pustaka

Untuk menghindari terjadinya hal temuan yang membahas permasalahan yang sama dari penyusun, baik dalam bentuk skripsi maupun dalam bentuk tulisan lainnya yang relevan dengan objek, maka penulis akan memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan peran pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat Industri Berbasis Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng”.

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Penelitian ini membahas tentang upaya pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi kreatif sektor kuliner ada 3, yaitu

(21)

tatanan regulasi, pengarahan strategi dan pelatihan.4 Perbedaan penelitian yang dilakukan terletak pada subjek atau pelaku yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat industri berbasis ekonomi kreatif, yang tidak terfokus pada pendamping desa melainkan lebih spesifik pada pemerintah daerah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sulaeha, Jurusan Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan di Kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini membahas tentang indikator dalam pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, kesadaran masyarakat dalam proses pembangunan, kemampuan masyarakat mengorganisasikan diri, serta kemampuan masyarakat mengidentifikasi persoalan.5 Perbedaan penelitian yang dilakukan lebih spesifik pada pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Dwi Lestari, Jurusan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri, yang berjudul

4Rahmi, “Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat Industri Berbasis Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantaeng.” Skripsi (Makassar: Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin, 2018), h.72.

5Sulaeha, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan di Kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate Kota Makassar.” Skripsi (Makassar: Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin, 2012), h.73.

(22)

“Peran Pendamping Desa Dalam Mewujudkan Kemandirian Desa.” Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini membahas tentang peran penting seorang pendamping desa dalam mewujudkan kemandirian desa dalam aspek pembangunan.6 Perbedaan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel penelitian yang tidak berfokus pada pemberdayaan masyarakat, tapi lebih spesifik kepada upaya dalam mewujudkan kemandirian desa.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Komaruddin, Jurusan Pemikiran Politik Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, yang berjudul “Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi di Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus).” Skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif. Penelitian ini membahas tentang peran pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat serta faktor pendukung dan penghambat pendamping desa dalam menjalankan perannya.7 Perbedaan penelitian yang dilakukan terletak pada lokasi penelitian yang dilakukan di Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tenggamus.

6Amelia Dwi Lestari, “Peran Pendamping Desa dalam Mewujudkan Kemandirian Desa.”

Skripsi (Purwokerto: Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto, 2019), h.103.

7Komaruddin, “Peran Pendamping Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi di Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tenggamus).” Skripsi (Lampung: Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Raden Intan, 2018), h.85.

(23)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelayanan pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

b. Untuk mengetahui langkah-langkah oleh pendamping desa dalam menyelenggarakan pemberdayaan di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam rangka memperkaya referensi dalam penelitian di masa depan dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang pemberdayaan masyarakat.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan yang bermanfaat bagi masyarakat Desa Pao. Selain itu penelitian ini sebagai bentuk tugas akhir penulis guna memperoleh gelar S1 Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

(24)

10 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum tentang Pendamping Desa 1. Pengertian Pendamping Desa

Pemberdayaan masyarakat memerlukan sebuah “pendampingan”, yaitu kegiatan memfasilitasi proses pembelajaran nonformal untuk mencapai keberdayaan masyarakat. Selama proses pendampingan masyarakat belajar, berlatih sambil bekerja (on the job training), dan berlatih terus menerus (on going process) seiring dengan perkembangan kegiatan pemberdayaaan. Dalam proses tersebut mereka akan berkembang, semakin berdaya dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan dari pengalamannya.8

Tenaga Pendamping Desa ialah sebuah jabatan dibawah naungan kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Indonesia, yang ditugaskan untuk mendampingi pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat Desa dalam rangka mengimplementasikan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa. Yang dimaksud dengan tenaga pendamping profesional ialah pendamping Desa sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun 2015 perubahan atas peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

8Sri Najiyati, Agus Asmana, dkk, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut (Bogor:

Perpustakaan Nasional, 2005), h.113

(25)

Dalam pasal 129 sebagai penjelasan dari pasal 128 ayat (2) yang dimaksud tenaga pendamping profesional adalah:

a. Tenaga Pendamping Lokal Desa yang bertugas di Desa untuk mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan pembangunan yang berskala lokal Desa;

b. Tenaga Pendamping Desa yang bertugas di Kecamatan untuk mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan pembangunan yang berskala lokal Desa;

c. Tenaga Pendamping Teknis yang bertugas di Kecamatan untuk mendampingi Desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; dan

d. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.9

Status pendamping desa ialah tenaga kontrak, yaitu pendamping desa bekerja dengan pemerintah dengan ikatan kontrak kerja yang memiliki jangka waktu yang telah ditentukan. Pendamping desa yang direkrut oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia melakukan kontrak kerja dengan pihak pemberi kerja (pemerintah) melalui Pejabat Pembuat

9Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015

(26)

Komitmen (PPK).10 Artinya, apabila sudah habis masa kontraknya maka tugas seorang pendamping Desa dinyatakan selesai dan telah gugur kewajibannya untuk membantu Desa dampingannya sesuai dengan ketentuan kontrak kerja yang dibuat dan disepakati.

2. Tujuan Pendamping Desa

Melihat kembali inti dari dibentuknya pendampingan maka tujuan dari pendampingan dalam hal ini pemberdayaan masyarakat yaitu agar terciptanya perubahan kreatif dari masyarakat desa sendiri sehingga menunjukkan adanya proses inisiatif dan tindakan dari dalam masyarakat tanpa adanya campur tangan dari luar.

Tujuan pendampingan desa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 3 Tahun 2015 yaitu:

a. Mengoptimalkan aset lokal desa secara emansipatoris

b. Meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas pemerintah desa dan pembangunan desa

c. Meningkatkan sinergi program pembangunan desa anatar sector

d. Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa yang partisipasif.

3. Fungsi Pendamping Desa

Pendamping dalam program-program pengembangan masyarakat atau sering pula disebut “Community Development (CD) worker” memiliki fungsi yang

10Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015

(27)

kompleks, yakni sebagai edukator, motivator, fasilitator, dinamisator, mediator dan konselor. Peran mana yang perlu lebih ditonjolkan sangat bergantung dari kondisi masyarakat. Namun dalam segala peran yang dimainkannya, pendamping harus memposisikan dirinya sejajar atau setara dengan masyarakat. Beberapa fungsi pendamping yaitu:

a. Fungsi edukator

Inti pendampingan adalah mendidik masyarakat dengan cara yang tidak otoriter, dengan memberikan ruang gerak bagi berkembangnya pemikiran dan kreativitas masyarakat untuk secara aktif belajar dan berlatih atas dasar kesadaran tumbuh dari dalam.

b. Fungsi motivator

Sebagai motivator, pendamping berperan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan diri masyarakat. Pendamping memotivasi masyarakat untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan yang direncanakan, seperti melakukan pengembangan usaha, pelestarian lingkungan, membangun kelompok, memupuk modal, menabung dan lain sebagainya.

c. Fungsi fasilitator, dinamisator dan inspirator

Pendamping juga berfungsi sebagai fasilitator. Istilah fasilitator berasal dari kata fasilitas yang berarti sarana. Maka memfasilitasi berarti memberikan sarana agar tercapainya tujuan.

(28)

d. Fungsi konselor

Dalam hal-hal tertentu, masyarakat akan berkonsultasi dan meminta bimbingan pendamping. Misalnya dalam hal mengelola kelompok, melakukan aktivitas usaha, atau melakukan pekerjaan.

e. Fungsi mediator

Sebagai mediator, peran pendamping diantaranya adalah menjembatani masyarakat dan kelompok dengan instansi teknis untuk memperoleh bimbingan teknis atau fasilitas lainnya, menjembatani dengan lembaga keuangan untuk memperoleh fasilitas permodalan usaha, menjembatani dengan mitra usaha, serta menjadi perekat hubungan antar anggota masyarakat sehingga tercipta iklim yang kondusif.

4. Tugas Pendamping Desa

Tugas pendamping desa ialah memfasilitasi dan mendampingi terhadap kegiatan pendataan, perencanaan dan pengawasan pembangunan desa dalam rangka menjalankan pembangunan sesuai dengan Peraturan Kementerian Desa untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Dalam peraturan Kementerian Desa dijelaskan bahwa pendamping Desa mempunyai tujuh tugas pokok yang harus dilaksanakan yaitu:

Pertama, mendampingi desa dalam pendataan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Pendamping Desa ditugaskan mendampingi pemerintah Desa mulai dari tahap pendataan, melaksanakan musyawarah desa bersama masyarakat desa, kepala desa

(29)

beserta aparatur desa yang bersangkutan, dan dipimpin oleh Badan Permusyawaratan desa, membuat rancangan pembangunan dan pemberdayaan secara demokratis, menciptakan pembangunan partisipatif, dan melakukan pengawasan secara langsung terhadap proses berjalanya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Kedua, mendampingi desa dalam melaksanakan pengelolaan pelayanan sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan sarana prasarana desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Pendamping Desa, membantu pemerintah dalam meningkatkan pelayanan umum, keaktifan dan ketanggapan pemerintah terhadap permasalahan lingkungan, mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), mengenalkan teknologi kepada masyarakat, memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, pembangunan infrastruktur sesuai kebutuhan desa, seperti Kantor Desa, Puskesmas, Balai Desa dan lain-lain.

Ketiga, melakukan peningkatan kapasitas bagi Pemerintahan Desa, lembaga kemasyarakatan desa dalam hal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Pendamping Desa membantu pemerintah desa dalam melaksanakan tugas pemerintahan, memberikan ide-ide inovatif untuk menciptakan terobosan-terobosan baru dalam pemerintahan, memberdayakan dan menggali potensi masyarakat serta meningkatkan kreativitas masyarakat.

Keempat, melakukan pengorganisasian di dalam kelompok-kelompok masyarakat desa. Pendamping Desa dalam memberdayakan masyarakat dituntut untuk mengorganisir masyarakat desa, membina kelompok-kelompok masyarakat

(30)

seperti, Kelompok Tani, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), Karang Taruna, Remaja Mesjid, Kader Posyandu, Kelompok Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des).

Kelima, melakukan peningkatan kapasitas bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa dan mendorong terciptanya kader-kader pembangunan desa yang baru. Melakukan pembinaan, pendidikan dan pengembangan kader-kader pemberdayaan masyarakat desa baik melalui pelatihan, seminar, dan lain-lain.

Keenam, mendampingi desa dalam pembangunan kawasan perdesaan secara partisipatif. Dengan meningkatnya kreatifitas aparatur desa, dan masyarakat desa akan menunjang pembangunan kawasan perdesaan yang partisipatif. Keaktifan masyarakat melalui golongan atau kelompok yang terorganisir diharapkan mampu meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam membangun desanya sendiri.

Ketujuh, melakukan koordinasi pendampingan di tingkat Kecamatan dan memfasilitasi laporan pelaksanaan pendampingan oleh Camat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.11

5. Syarat-syarat Pendamping Desa

Pendamping Lokal Desa (PLD) sebagai pihak yang membantu masyarakat desa dalam pembangunan desa tentu harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk menjadi tenaga pendamping. Untuk menjadi tenaga pendamping profesional khususnya sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD) harus memenuhi syarat (kemendesa.go.id) sebagai berikut ini:

11Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

(31)

a. Pendidikan minimal SMA atau Sederajat, semua jurusan

b. Memiliki pengalaman bidang pembangunan desa dan/atau pemberdayaan masyarakat minimal 2 (dua) tahun

c. Pernah bekerjasama dengan pada program pemerintah atau institusi lain yang terkait langsung dengan pemberdayaan masyarakat atau program sejenis d. Umur minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan maksimal 45 (empat puluh

lima) tahun pada saat mendaftar

e. Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengorganisasikan pelaksanaan program kegiatan desa

f. Memahami sistem pembangunan partisipasi dan pemerintahan desa

g. Bukan pengurus partai politik manapun dan/atau terlibat dalam kegiatan partai politik

h. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik secara tulisan dan lisan i. Sanggup bekerja penuh waktu sesuai standar operasional prosedur dan siap

tinggal di lokasi tugas

j. Tidak memiliki ikatan kontrak kerja dengan pihak lain.12 B. Tinjauan Umum tentang Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan berakar dari kata daya, yang bermakna: (1) kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak; (2) kekuatan, tenaga (yang

12Jenny Yelina Rambe, “Peran Pendamping Lokal Desa dalam Pembangunan Desa di Desa Batu Layan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan.” Skripsi (Medan:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2020), h.18-19

(32)

menyebabkan sesuatu bergerak dan sebagainya); (3) muslihat, empat, akal, ikhtiar, upaya. Pemberdayaan itu sendiri bermakna proses, cara, perbuatan memberdayakan.

Oleh karena itu pemberdayaan bisa disimpulkan sebagai suatu proses transfer power (daya atau kuasa) pada yang lemah (powerlessness) atau mengembangkan power kepada pemiliknya semula, melalui proses tersebut orang, kelompok, atau masyarakat mampu mengelola kebutuhan dan permasalahannya sendiri.13

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.14 Istilah pemberdayaan masyarakat sebagai terjemahan dari kata “empowerment” mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan istilah

“pengentasan kemiskinan” sejak digulirkannya Inpres No. 5/1993 yang kemudian lebih dikenal sebagai Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sejak itu, istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan saudara kembar yang selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya pembangunan.15

Menurut definisinya, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat. Sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang mandiri maka masyarakat harus diberi kekuatan atau daya agar mampu menggali sumberdaya yang dimiliki.

13Damsar, Indrayani, Pengantar Sosiologi Perdesaan (Cet.1; Jakarta: Kencana, 2016), h.241- 242

14James E. Anderson, Public Policymaking-Sixth Edition (Boston: Houghton Mifflin Company, 2006), h.3-4

15Theresia Aprilia, Krishna, dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat (Bandung: Alfabeta, 2015), h.115

(33)

Pemberdayaan dalam hal ini merupakan usaha yang memungkinkan masyarakat bisa ambil bagian, baik dalam mengaktualisasikan aspirasi dan kepentingannya secara bebas dan dilindungi, juga untuk ambil bagian dalam proses perumusan kebijakan- kebijakan yang menentukan nasib mereka. Dengan demikian, pekerjaan pemberdayaan senantiasa akan menyentuh dua aspek sekaligus, yakni mengusahakan pembukaan ruang bagi gerak bebas masyarakat, dan mengusahakan agar masyarakat menjadi lebih mampu dalam mengaktualisasikan diri.16

Dalam pandangan Islam pemberdayaan merupakan aspek mu’amalah yang sangat penting karena terkait dengan pembinaan dan perubahan sosial kemasyarakatan. Pemberdayaan lebih kepada proses pemanusiaan sebagai upaya untuk memandirikan umat, melalui adanya potensi kemampuan yang mereka miliki.

Melalui pemberdayaan, maka individu, kelompok atau komunitas dapat mengontrol kehidupannya sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginannya.17

Salah satu ayat yang menginspirasi pentingnya pemberdayaan masyarakat adalah QS. Ar-Ra’d/13:11.

ٓاَرِا َّ ْْۗنِِِسُفًَْاِب اَه ا ّْ ُشَِّ٘غُٗ ٔهتَح ٍم َْْقِب اَه ُشَِّ٘غُٗ َلَ َ هاللّٰ َّى ِا ْي ِّه ْنَُِل اَه َّۚ ََٗل َّد َشَه َلََف اًء ُْْْۤس ٍم َْْقِب ُ هاللّٰ َدا َسَا

ٍلا َّّ ْيِه ًَِٖ ُّْد –

١١

16Dadang Juliantara, Jalan Kemanusiaan Panduan untuk Memperkuat Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 1999), h.197

17Hassan Zaeni, Hasan Mukmin, dkk, “KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi”.

Dakwah Pemberdayaan Umat Perspektif Al-Qur’an. Vol.14 No.1, April 2020, h.97

(34)

Terjemahnya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”18

Ayat tersebut cukup jelas bahwa Allah SWT. menyatakan, tidak akan pernah keadaan suatu masyarakat kecuali perubahan tersebut dimulai dari diri mereka sendiri. Sehingga manusia diminta untuk terus berusaha melakukan perubahan (positif) dalam kehidupannya.

Upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:19

a. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian masyarakat pasti sudah punah.

b. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah- langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

18Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus Sunnah, 2012), 201

19Aprilia Theresia, Krishna, Pembangunan Berbasis Masyarakat, h.120

(35)

c. Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah, oleh karena ketidak berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.

Ketiga sisi upaya pemberdayaan tersebut merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian dalam pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun keberdayaan dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat serta berupaya untuk mengembangkanya. Dalam konteks pembangunan yang didalamnya menyertakan relasi antara masyarakat dan negara (pemerintah) maka pengorganisasian tidak mengabdi pada dirinya sendiri. Pengorganisasian dimaksudkan untuk mengembangkan atau meningkatkan partisipasi dari masyarakat. Suatu pengorganisasian masyarakat merupakan suatu usaha untuk membangun kekuatan rakyat, sehingga rakyat dapat secara optimal memanfaatkan potensi yang dimiliki, dan di sisi lain rakyat dapat memahami secara kritis lingkunganya serta mampu mengambil tindakan yang mandiri, merdeka dalam rangka mengatasi persoalan- persoalan yang dihadapi.

Pemberdayaan masyarakat desa dilakukan untuk menggali minat dan partisipasi dari masyarakat dalam upaya meningkatkan pembangunan dan kemandirian desa, pemberdayaan masyarakat sebagaimana yang dimaksudkan

(36)

pemerintah didalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 pasal 27 poin (2) dilakukan dengan:20

a. Mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan Desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh desa;

b. Mengembangkan program dan kegiatan pembangunan desa secara berkelanjutan dengan memberdayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa;

c. Menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan prioritas, potensi, dan nilai kearifan lokal;

d. Menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal;

e. Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam menyelenggarakan pemerintahan desa dan pembangunan desa;

f. Mendayagunakan lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adal;

g. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang dilakukan melalui musyawarah desa;

h. Menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia masyarakat desa;

i. Melakukan pendampingan masyarakat desa yang berkelanjutan; dan

20Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015

(37)

j. Melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat desa.

Pemberdayaan masyarakat umumnya dirancang dan dilaksanakan secara komprehensif jika menampilkan lima karakteristik, yakni:

a. Pemberdayaan masyarakat berbasis lokal adalah perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan dengan melibatkan sumber daya lokal dan hasilnya pun dinikmati oleh masyarakat itu sendiri.

b. Pemberdayaan masyarakat berorientasi kesejahteraan adalah pemberdayaan yang dirancang dan dilaksanakan dengan fokus untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan pada masyarakat sekitar.

c. Pemberdayaan masyarakat bersifat holistic, maksudnya mencakup semua aspek sumber daya lokal, seperti alam, budaya, tradisi yang patut didayagunakan.

d. Pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dalam hal ini misalnya membuka akses bagi masyarakat terhadap teknologi, pasar, pengetahuan, modal dan manajemen yang lebih baik serta pergaulan bisnis yang lebih luas sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru.

e. Pemberdayaan masyarakat berkelanjutan, yaitu suatu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan secara terus menerus tidak berhenti pada suatu program yang

(38)

telah terselesaikan saja tetapi terus berkesinambungan dengan program yang lain.21

Kegiatan pemberdayaan masyarakat akan membutuhkan tenaga-tenaga fasilitator yang handal agar dapat melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang direncanakan. Istilah fasilitator itu sendiri adalah pekerja atau pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan status dan tempat bekerja, fasilitator dibedakan dalam beberapa macam yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penyuluh/Fasilitator Swasta serta Penyuluh/Fasilitator Sukarela.22

Pendamping Desa juga disebut sebagai fasilitator, yang memfasilitasi pemerintah Desa dalam rangka peningkatan mutu masyarakat dan pembangunan desa. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2015 dan Peraturan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015.

Tujuan pemberdayaan dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 meliputi:

Pertama, meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan desa dan pembangunan desa, dapat diwujudkan dengan pendampingan yang intensif terhadap pemerintah desa mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Kedua, meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa

21Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.71

22Mardikanto Totok, Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Alfabeta, 2015), h.1140

(39)

dalam pembangunan desa yang partisipatif, dapat dicapai dengan melaksanakan pemberdayaan secara sungguh-sungguh terhadap masyarakat, mengorganisir dan mengembangkan kelompok-kelompok kecil yang ada dalam masyarakat tersebut.

Ketiga, meningkatkan sinergi program pembangunan desa antarsektor. Dengan meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa untuk mencapai kesejahteraan bersama, diperlukan program-program yang saling bersinergi, memiliki pengaruh timbal balik antar program satu sama lain. Keempat, mengoptimalkan aset lokal desa secara emansipatoris, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di desa sendiri, serta membangun dan mengembangkan Badan Usaha Milik Desa, merupakan salah satu langkah untuk mengoptimalkan pengelolaan aset lokal desa untuk dikelola sendiri demi terciptanya kesejahteraan bersama.23

2. Jenis Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat desa merupakan salah satu program pemerintah desa dalam pemanfaatan semua sumber daya yang ada agar dapat berkembang serta dapat membantu proses kemajuan desa. Sasaran dala program pemberdayaan msyarakat desa ini mencakup semua bidang, mulai dari pemerintahan, kelembagaan, kesehatan, ekonomi masyarakat, teknologi, dan pendidikan.

23Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015

(40)

Berikut ini merupakan jenis-jenis program pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat desa:

a. Pemberdayaan masyarakat dibidang pemerintahan desa

Pemberdayaan masyarakat dibidang pemerintahan desa mancakup semua sumber daya yang ada dipemerintahan desa seperti kepala desa, perangkat desa dan DPD. Bentuk dari pemberdayaan ini daat berupa pelatihan musyawarah dan penyusunan program-program desa, koordinasi dalam pelaksanaan program-program desa dan peningkatan kualitas kinerja dipemerintahan desa. Dengan adanya program pemberdayaan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemeritahan desa dalam membangun serta memajukan desa.

b. Pemberdayaan Masyarakat dibidang Kelembagaan

Program pemberdayaan masyarakat dibidang kelembagaan mencakup semua lembaga kemasyarakat yang ada di desa. Ini bertujuan untuk membangun lembaga yang lebih terarah, produktif, dan terorganisir. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, penyelenggaraan kegiatan, dan peningkatan sarana prasarana.

Dengan adanya program pemberdayaan dibidang kelembagaan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja lembaga agar dapat membantu pemerintah desa dalam menjalankan roda pembangunan.

c. Pemberdayaan Masyarakat dibidang Ekonomi

Program pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi merupakan program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian desa. Program ini mencakup pemberdayaan UKM, industri rumah tangga, BUMDes, kelompok tani, pasar, serta

(41)

penunjang ekonomi masyarakat lainnya. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, workshop, pemodalan dan permodalan, banutan alat produksi, peningkatan sarana prasarana. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomia serta kesejahteraan masyarakat.

d. Pemberdayaan Masyarakat dibidang Teknologi

Program pemberdayaan masyarakat dibidang teknologi merupakan program pemerintah desa dalam mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan kinerja agar lebih cepat dan akurat. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, pengembangan teknologi, dan penggunaan teknologi dalam proses kerja dan kehidupan masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat dibidang teknologi di harapkan dapat meningkatkan daya saing masyarkat, memudahkan masyarakat dalam bekerja, serta memudahkan masyarakat untuk berbagi dan mendapatkan informasi.

e. Pemberdayaan Masyarakat dibidang Kesehatan

Program pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan salah satu program pemerintah desa untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, promosi dan penyuluhan program kesehatan, dan membangun desa siaga. Dengan adanya program kesehatan ini doharpkan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan hidup sehat dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

(42)

f. Pemberdayaan Masyarakat dibidang Pendidikan

Program pemerintahan masyarakat dibidang pendidikan merupakan program pemerintah desa dalam meningkatkan pendidikan masyarakat agar lebih berkualitas dan kompoten. Sasaran dari pemberdayaan ini tidak hanya ditujukan kepada para pelajar saja, namun juga kepada para pengajar maupun lembaga pendidikan lainnya.

Bentuk dari pemberdayaan ini tidak hanya di tujukan kepada para pelajar saja, namun juga kepada para pengajar maupun lembaga pendidikan lainnya. Bentuk dari pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan guru, peningkatan sarana dan prasaran, bantuan biaya pendidikan untuk masyarakat kurang mampu dan beasiswa untuk siswa yang berprestasi. Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat serta menciptakan masyarakat yang berkualitas dan berkompoten.24

3. Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat

Proses pemberdayaan mempunyai 3 (tiga) tahapan, yaitu penyadaran, pengkapasitasan dan pendayan secara sederhana digambarkan sebagai berikut:

Tahap pertama adalah penyadaran, pada tahap ini target yang hendak diperdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu, misalnya target adalah kelompok masyarakat miskin. Kepada mereka diberikan pemahaman bahwa mereka dapat

24Irwan Rasang, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) (Studi Kasus Pembangunan Sumber Daya Masyarakat Melalui Perekonomian Kreatif di Desa Dulolong Kecamatan Abal Kabupaten Alor 2018).” Skripsi (Mataram: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Mataram, 2020), h. 36-38

(43)

menjadi berada dan itu dapat dilakukan jika mereka mempunyai kapasitas untuk keluar dari kemiskinanya. Program program yang dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka mampu membangun mimpi, diberdayakan dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka (bukan dari luar diri mereka).

Tahap kedua adalah pengkapasitasan inilah yang sering kita sebut “capacity bulding” atau yang dalam bahasa yang sederhana memampukan atau enabling. Untuk diberikan daya atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu.

Misalnya, sebelum memberikan otonomi daerah seharusnya daerah-daerah yang hendak diotonomikan diberikan program kemampuan untuk membuat mereka cakap dalam mengelola otonomi yang diberikan. Pengkapasitasan organisasi dilakukan dalam bentuk restruktuasi mampu melaksanakan otonomi daerah dengan baik dan benar karena masalah tidak memadainya kecakapan daerah dalam melakukan otonomi daerah.

Tahap ketiga adalah cukup sederhana namun, namun kita tidak cakap dalam menjalankanya karna mengabaikan bahwa dalam kesederhanaan pun ada ukuran.

Pokok gagasannya adalah bahwa proses pemberian daya atau kekuasaan diberikan sesuatu dengan kecakapan penerima. Pemberian kredit pada suatu kelompok miskin yang sudah melalui proses penyadaran dan pengkapasitasan masih perlu disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan usaha. Jika perputaran usahanya mampu mencapai 5 (lima) juta tidaklah diberikan pinjaman modal sebesar 50 (lima puluh) juta.

(44)

Tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimulai dari proses seleksi lokasi sampai dengan pemandirian masyarakat. Secara rinci tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap pertama, seleksi lokasi/ wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat.

b. Tahap kedua, sosialisasi pemberdayaan masyarakat yakni upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang tela direncanakan.

c. Tahap ketiga, proses pemberdayaan masyarakat. Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya..

d. Tahap keempat, Pemandirian masyarakat. Berpegang pada prinsip pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan untuk menyiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.25

25Tyas Arma Rindi, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata (Studi Kasus Desa Wonokarto, Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur” Skripsi (Lampung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro, 2019), h.15-18

(45)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pada penelitian ini, penyusun mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis melalui perhitungan angka-angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau interpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena dan menemukan hipotesis.26

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan atau “field research”. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi penelitian lapangan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara insentif tentang latar belakang dan keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu kelompok sosial, individu, lembaga atau masyarakat.27

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat penelitian deskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan

26Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. Ke2; Bandung: CV Alfabeta, 2018), h.10

27Cholis Narbuko, Abu Ahmadi, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.46

(46)

keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.28 Dengan demikian penyusun menguraikan hasil dan pembahasan penelitian dengan metode deskriptif kualitatif tentang permasalahan objek yang ada dilapangan terkait peran Pendamping Desa dalampemberdayaan masyarakat di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian kualitatif deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menggali suatu fakta, lalu memberikan penjelasan terkait berbagai realita yang ditemukan.

2. Lokasi Penelitian

S. Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur atau komponen penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan lokasi penelitian, yaitu tempat, pelaku dan kegiatan.29 Adapun lokasi yang menjadi objek penelitian penyusun yakni di Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto. Lokasi ini dipilih karena dekat dengan tempat tinggal penyusun. Adapun hal yang menjadi dasar dalam pemilihan tempat ialah sebab penyusun sering mendengar tentang pendamping desa namun tidak paham tentang apa peran dari pendamping desa tersebut.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini diarahkan kepada pengungkapan pola pikir yang digunakan dalam menganalisis sasarannya. Pendekatan ialah disiplin ilmu yang dijadikan acuan dalam menganalisis objek yang diteliti sesuai ilmu itu. Adapun

28Hadar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gama Press, 1987), h.63

29S. Nasution Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsitno, 1996), h.43

(47)

metode pendekatan penelitian yang digunakan oleh penyusun dalam penelitian ini adalah pendekatan Pekerja Sosial. Pendekatan Pekerja Sosial dimaksudkan penulis harus memahami ilmu pekerja sosial yang dijadikan acuan dalam menganalisis objek yang diteliti.

C. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber dimana kita mendapatkan data yaitu informan.30 Adapun yang menjadi informan kunci (key informan) adalah Pendamping Desa Pao Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto, Ibu Suarni selaku Pendamping Lokal Desa dan masyarakat di Desa Pao sebagai sumber utama dalam mencari data- data yang diperlukan oleh penyusun. Sedangkan informan tambahan adalah Kepala Desa.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah jadi atau dipublikasikan untuk umum oleh lembaga yang mengumpulkan, mengolah dan menyajikan. Data sekunder juga disebut dengan data tersedia.31 Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari buku, literatur, karya-karya dan dokumentasi terkait objek penelitian.

30Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN Malang Press, 2018), h.55

31M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h.81

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan histogram pada gambar 2 dapat diketahui bahwa tinggi tunas tanaman beberapa jenis jeruk asam yang tertinggi terdapat pada perlakuan J 2 sebesar

Menguji konsistensi dapat dipahami seperti dijelaskan dalam buku Rachmat Krisyantoro (2012:63) tentang wawancara mendalam yang dilakukan terus menerus atau lebih dari

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menetapkan Desa diatur dalam Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang mengamanatkan

Berdasarkan data, sebesar 75% kabupaten di Indonesia pada tahun 2005 memiliki nilai jumlah penduduk miskin dibawah 114200.. Namun di tahun 2011, 75% kabupaten di Indonesia

Untuk pemasangan bantalan pada bentangan-bentangan gelagar, dongkrak harus ditempatkan di bawah gelagar badan profil/plat girder sedekat mungkin dengan plin-plin untuk

Image is the impression, the feeling, the conception which the public has of acompany; a conciousssly created impression of an object, person or organization

tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,