• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geometri Akifer Berdasarkan Data Geofisika di Lereng Gunung Gede Bagian Tenggara Daerah Gekbrong dan Sekitarnya, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Geometri Akifer Berdasarkan Data Geofisika di Lereng Gunung Gede Bagian Tenggara Daerah Gekbrong dan Sekitarnya, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Geometri Akifer Berdasarkan Data Geofisika di

Lereng Gunung Gede Bagian Tenggara Daerah

Gekbrong dan Sekitarnya, Kecamatan Gekbrong,

Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

Humaedi Aldi Alfarizky #1, M. Sapari Dwi Hadian#2, Febriwan Mohamad#3

#Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

Jalan Bandung-Sumedang km. 21, Jawa Barat, Indonesia

1alfa.geologiunpad@gmail.com sekitarnya, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan relief morfologi, model fasies strato vulkanik dan litologinya, geomorfologi daerah Gekbrong dan sekitarnya dapat dibagi menjadi dua (2) satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi tubuh gunungapi strato dan satuan geomorfologi kaki gunungapi strato dengan pola pengaliran yang berkembang di daerah penelitian yaitu pola pengaliran subparalel dan dendrito-paralel dengan ketinggian sekitar 650-1600 meter diatas permukaan laut. Satuan stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi empat (4) satuan dari tua ke muda yaitu satuan intrusi diorit, satuan breksi vulkanik, satuan breksi tufan dan satuan lava andesit. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui keterdapatan air pada posisi dan kedalaman tertentu di bawah permukaan serta mengetahui kondisi bawah permukaan pada daerah penelitian berdasarkan hasil pengukuran geolistrik dengan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger, pemetaan geologi dan pemetaan hidrogeologi. Hasil penelitian adalah berupa nilai resistivitas batuan yang kemudian diinterpretasikan menjadi kurva, penampang dan peta resistivitas tiap kedalaman lalu kemudian dikorelasikan dengan data geologi

dan data hidrogeologi dan akhirnya menjadi sebuah model geometri akifer. Berdasarkan nilai tahanan jenisnya, batuan yang ada mempunyai nilai tahanan jenis berkisar antara 0 hingga lebih dari 400 ohm meter dengan ketebalan bervariasi. Distribusi sebaran batuan pada kedalaman 1m, 5m, 10m, 25m, 50m, 75m, 100m, dan 125m. Terdapat 4 penampang geolistrik yaitu penampang AB, penampang CD dan penampang EF yang berarah baratlaut-tenggara serta penampang GH yang berarah timurlaut-baratdaya. Daerah penelitian tersusun oleh beberapa jenis lapisan akifer yang dikelompokan sebagai beberapa satuan hidrogeologi yaitu satuan hidrogeologi akikrak, satuan hidrogeologi akiklud 1, satuan hidrogeologi akifer dan satuan hidrogeologi akiklud 2. Model geometri akifer atau persebaran lapisan akifer secara tiga dimensi terbagi menjadi 3 bagian yaitu persebaran lapisan akikrak, persebaran lapisan akiklud dan persebaran lapisan akifer.

Kata KunciAirtanah, akifer, nilai resistivitas batuan, geofisika dan geometri akifer.

I. LATARBELAKANG

(2)

masalah yang berhubungan dengan air, dalam hal ini adalah masalah air bersih. Pemanfaatan air tanah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan air terutama di musim kemarau. Selain itu, air tanah lebih terlindung dari polusi atau pencemaran serta pengotoran lainnya jika dibandingkan dengan air di permukaan bumi. Air tanah terdapat pada lapisan batuan kerikil atau pasir yang dapat menampung dan melewatkan air tanah. Lapisan ini disebut dengan akifer.

Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi seluruh kehidupan makhluk hidup. Dapat kita temukan air di permukaan tanah (surface run off) dan di dalam tanah (ground water). Dibandingkan dengan air permukaan, air tanah mempunyai kualitas yang lebih baik, maka airtanah lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Perlu disadari bahwa ketersediaan sumberdaya air sangat terbatas, sedangkan kebutuhan akan air baku dapat meningkat tanpa batasan. Tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan ini akan memberi dampak turunnya kualitas lingkungan hidup dan secara tidak langsung dapat menghambat kegiatan pembangunan. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah potensi airtanah disuatu wilayah, hal ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan air dengan cara program penyediaan sarana dan prasarana air bersih yang bersumber dari air bawah tanah. Lebih dari 98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya terlihat sebagai air di permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir. Setengah dari dua persen itu tersimpan di reservoir batuan.

Daerah Gekbrong dan sekitarnya, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat adalah salah satu contoh daerah vulkanik yang memiliki potensi sumber daya air yang sangat baik. Bentuk bentang alam daerah vulkanik yang terdiri dari lembah dan perbukitan merupakan suatu wilayah yang cukup baik bagi keterdapatan zona resapan (recharge zones) dan zona luahan (discharge zones) airtanah.

Namun demikian, karakteristik geologi endapan vulkanik yang selalu berubah dalam jarak yang cukup dekat dan struktur geologinya yang sangat kompleks akan berpengaruh pada sistem aliran airtanah di wilayah tersebut, sebab keluarnya airtanah ke permukaan dapat diakibatkan oleh pemotongan muka airtanah akibat kontak antara batuan permeabel dengan batuan impermeabel, kehadiran sesar, dan adanya tubuh batuan terobosan (intrusi).

Salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi bawah permukaan adalah metode geofisika. Pemanfaatan metode geofisika untuk eksplorasi bawah permukaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif dan kualitatif kondisi bawah permukaan sesuai dengan sifat fisika yang digunakan dalam metode terkait. Berbagai sifat fisika yang dimiliki oleh material bawah permukaan dimanfaatkan untuk mendapatkan anomali bawah permukaan sebagai target eksplorasi yang dilakukan.

Informasi keberadaan akifer dapat didekati dengan penyelidikan pendugaan geolistrik metode tahanan jenis (resistivity) dengan memakai aturan Schlumberger. Cara ini adalah merupakan salah satu metode geofisika yang umum digunakan dalam eksplorasi mencari lapisan pembawa airtanah. Dengan menggunakan data geologi, data hidrogeologi dan data geofisika yang berupa penyelidikan pendugaan geolistrik ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai susunan dan keberadaan suatu lapisan batuan berdasarkan nilai tahanan jenisnya di bawah permukaan tanah, khususnya keberadaan akifer sehingga dapat membantu dalam penentuan titik pemboran pada saat eksploitasi.

II.FISIOGRAFI

(3)

Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. (gambar 1.1).

Gambar 1.1 Citra DEM Daerah Penelitian Tanpa Skala

III.GEOLOGIREGIONAL

Pengkajian terhadap hasil penelitian geologi terdahulu dilakukan sebelum pekerjaan lapangan dilaksanakan pada wilayah studi. Informasi yang diperoleh dari penelitian yang pernah dilakukan di daerah ini diuraikan seperti di bawah ini.

Berdasarkan penelitian Sudjatmiko (1972), secara regional daerah survey tersusun oleh batuan hasil erupsi gunung api yaitu (1) Hasil gunung api tertua (Qot) breksi dan lava, breksi andesit piroksen bersisipan dengan lava andesit, umumnya terpropiltasi dan membentuk daerah perbukitan luas yang dikelilingi Qyg dekat Cianjur. (2) Breksi dan lahar dari Gunung Gede (Qyg) terdiri dari breksi vulkanik, batupasir tufan, serpih tufan, dan aglomerat tufan membentuk dataran Cianjur. Dan (3) Lava (Qyl) aliran lava andesit dari Gunung Gede (gambar 1.2).

Gambar 1.2 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian

IV.HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN Gomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi

Aspek-aspek yang dipergunakan dalam menganalisis geomorfologi vulkanik daerah penelitian meliputi relief morfologi (pola pengaliran sungai dan elevasi), model fasies stratovulkanik dan litologi penyusunnya. Berdasarkan analisa peta topografi dan pengamatan bentang alam secara langsung di lapangan, dapat ditarik gambaran umum kondisi geomorfologi daerah penelitian. Morfologi daerah penelitian merupakan wilayah vulkanik yang berada di sekitar tubuh sampai kaki gunungapi.

Satuan Geomorfologi

Berdasarkan relief morfologi, model fasies stratovulkanik dan litologi penyusunnya, daerah penelitian dapat dibagi ke dalam dua satuan geomorfologi berdasarkan pada klasifikasi morfologi gunungapi menurut Bogie dan M.K. Mackenzie (1998). Hasil analisis geomorfologi disajikan dalam Peta Geomorfologi dan diuraikan sebagai berikut:

 Satuan geomorfologi tubuh gunungapi strato

(4)

Tabel 4.1 Karakteristik Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan Relief Morfologi, Model Fasies Stratovulkanik dan Litologi Penyusunnya

Satuan Geomorfologi Tubuh Gunungapi Strato

Satuan geomorfologi ini memiliki ketinggian antara 850 – 1600 meter di atas permukaan laut dengan pola pengalirannya berbentuk subparalel dan dendrito-paralel, mempunyai ciri model fasies stratovulkanik yaitu wilayah fasies proksimal, merupakan bagian tubuh dari Gunung Gede. Litologi penyusunnya adalah endapan hasil erupsi Gunung Gede yang berupa lava yang berkomposisi andesit dan endapan piroklastik berupa breksi tufan. Satuan ini terletak pada Kecamatan Warung Kondang.

Sungai- sungai yang mengalir pada satuan geomorfologi ini adalah sungai Citirilik, Cibeleng, Cibinong, Cisarua Gede, Cibanteng, Cipadang, Cilimas, Cilebaksaat, Cicantu, Ciganda, Cikole dan Cisatong. Sungai-sungai tersebut membentuk pola pengaliran subparalel dan dendrito-paralel. Penggunaan lahan berupa hutan lebat, taman nasional dan perkebunan teh.

Gambar 4.1 Satuan Geomorfologi Tubuh Gunungapi Strato (A) dan Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi Strato (B) pada Gunung Gede

Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi Strato

Satuan geomorfologi ini memiliki ketinggian antara 650 – 850 meter di atas permukaan laut dengan pola pengalirannya berbentuk subparalel dan dendrito-paralel, mempunyai ciri model fasies stratovulkanik yaitu wilayah fasies medial, merupakan bagian kaki dari Gunung Gede. Litologi penyusunnya adalah endapan hasil erupsi Gunung Gede yang berupa lahar yaitu breksi vulkanik dan batuan terobosan (intrusi) diorit. Satuan ini terletak pada Kecamatan Gekbrong.

Sungai-sungai yang mengalir pada satuan geomorfologi ini adalah sungai Citirilik, Cibeleng, Cibinong, Cisarua Gede, Cibanteng, Cipadang, Cilimas, Cilebaksaat, Cicantu dan Cisatong. Sungai-sungai tersebut membentuk pola pengaliran subparalel dan dendrito-paralel. Penggunaan lahan berupa hutan lebat, taman nasional dan perkebunan teh.

Pola Pengaliran Sungai

Berdasarkan klasifikasi pola pengaliran dasar dan modifikasi (Howard, 1967 dalam Van Zuidam, 1985) pola pengaliran sungai daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 (dua) pola pengaliran yaitu: 1. Pola pengaliran sungai subparalel

2. Pola pengaliran sungai dendrito-paralel

Pola Pengaliran Sungai Subparalel

Pola pengaliran sungai subparalel terdapat di Desa Kebonpeuteuy, Desa Mekarwangi, Desa Songgom, Desa Bunikasih dan Desa Padaluyu. Pola pengaliran sungai subparalel terdiri atas sungai-sungai yang mengalir dengan arah yang sejajar. Jenis pola pengaliran ini berada di bagian utara, timur laut dan timur daerah penelitian dengan luas sekitar 45% dari luas seluruh daerah penelitian. Pola pengaliran sungai sub-paralel adalah ciri pola pengaliran sungai pada daerah yang memiliki litologi yang yang relatif homogen. Pola pengaliran ini mengaliri daerah yang merupakan lereng timur dari Gunung Gede (dengan arah aliran relatif barat laut - tenggara.

Pola Pengaliran Sungai Dendrito-paralel

(5)

Desa Titisan, Desa Cikahuripan dan Desa Sukaratu. Jenis pola pengaliran sungai dendrito-paralel terdapat di bagian barat laut, barat dan selatan dengan luas sekitar 55% dari luas seluruh daerah penelitian.

Pola pengaliran sungai dendrito-paralel adalah pola pengaliran yang biasa dijumpai di daerah vulkanik, karena memiliki arah sungai yang relatif sejajar dan diujungnya diakhiri dengan pola dendritik (bercabang). Pola pengaliran sungai jenis ini memiliki banyak anak-anak sungai yang terdapat pada daerah yang relatif landai. Pola pengaliran ini mengaliri daerah yang merupakan lereng barat dari Gunung Gede (dengan arah aliran relatif barat laut – tenggara).

Pola pengaliran sungai dendrito-paralel adalah ciri pola pengaliran sungai pada daerah dengan kemiringan kecil sampai sedang. Pola pengaliran ini mengaliri daerah yang merupakan perbukitan bergelombang lemah. Arah aliran pada pola pengaliran sungai ini adalah ke selatan dan timur.

Gambar 4.2 Pola Aliran Sungai yang Berkembang di Daerah Penelitian yaitu Pola Pengaliran Subparalel (A) dan Pola Pengaliran Dendrito-paralel (B).

Gambar 4.3 Peta Geomorfologi Daerah Penelitian

Stratigrafi

Berdasarkan korelasi data dari Peta Geologi Regional Lembar Cianjur, pengukuran geolistrik dan pengamatan singkapan batuan baik di lapangan secara langsung maupun yang dilakukan di laboratorium, daerah penelitian dapat dibagi dalam empat satuan litostratigrafi. Urutan keempat satuan tersebut dari yang tua sampai yang muda adalah satuan intrusi diorit (Qid), satuan breksi vulkanik (Qbv), satuan breksi tufan (Qbt) dan satuan lava andesit (Qla).

Tabel 4.2 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

Satuan Intrusi Diorit (Qid)

(6)

tekstur porfiritik, kemas equigranular, pemilahan buruk, tingkat kekompakan keras dan bersifat massif.

Gambar 4.4 Singkapan Intrusi Diorit di Desa Cikahuripan pada ST-10

Satuan Breksi Vulkanik (Qbv)

Satuan ini terdiri dari breksi vulkanik. Secara megaskopis dideskripsi sebagai berikut: breksi vulkanik dengan warna lapuk coklat terang, warna segar coklat kemerahan, bentuk butir menyudut, porositas baik, permeabilitas baik, pemilahan buruk, kekompakan keras, bersifat massif; komponen batuan beku berukuran 1-5 cm dengan warna lapuk hitam, warna segar abu-abu gelap, terdapat mineral kuarsa, plagioklas dan mineral-mineral mafik, pemilahan sedang; matriks tuf dengan warna lapuk coklat terang, warna segar coklat kemerahan, ukuran butir 1/4-1/8 mm, bentuk butir membundar tanggung, permeabilitas baik dan terdapat gelas.

Satuan breksi vulkanik ini dapat disebandingkan dengan Breksi, Tuf dan Lahar dari Gunung Gede (Qyg) menurut Sudjatmiko (1972) dengan umur kuarter.

Gambar 4.5 Singkapan Breksi Vulkanik di Desa Mekarwangi pada ST-53

Satuan Breksi Tufan (Qbt)

Satuan ini terdiri dari breksi matriks supported dan tuf. Secara megaskopis dideskripsi sebagai berikut: breksi vulkanik dengan warna lapuk coklat, warna segar coklat kehitaman, bentuk butir menyudut, porositas baik, permeabilitas sedang, pemilahan buruk dan kekompakan agak keras; komponen batuan beku berukuran 0.5-5 cm dengan warna lapuk abu-abu, warna segar abu-abu abu-abu kehitaman, pemilahan sedang, kemas inequigranular, bentuk butir menyudut-menyudut tangggung; matriks tuf dengan warna lapuk coklat terang, warna segar coklat kemerahan, ukuran butir 1/4-1/8 mm, bentuk butir membundar tanggung dan permeabilitas baik.

(7)

Gambar 4.6 Singkapan Breksi Tufan di Desa Kebonpeuteuy pada ST-29

Satuan Lava Andesit (Qla)

Satuan ini merupakan satuan tertua di daerah penelitian. Satuan ini tersusun atas lava andesit. Secara megaskopis dideskripsi sebagai berikut: batuan beku andesitis, warna lapuk abu-abu kecoklatan, warna segar abu-abu kehitaman, hipokristalin, tekstur afanitik, kemas inequigranular, pemilahan buruk, tingkat kekompakan keras dan bersifat massif.

Satuan lava andesit ini dapat disebandingkan dengan Lava dari Gunung Gede (Qyl) menurut Sudjatmiko (1972) dengan umur kuarter.

Gambar 4.7Singkapan Lava Andesit di Desa Gekbrong pada ST-36

Gambar 4.8 Peta Geologi Daerah Penelitian

Penyelidikan Geolistrik

Penyelidikan geolistrik termasuk jenis penyelidikan permukaan untuk melokalisasi letak dan posisi dimana airtanah terdapat. Penyelidikan dengan cara ini akan memberikan gambaran perubahan dan susunan harga tahanan jenis pada arah tegak dan mendatar, sehingga dapat dibuat korelasi yang dapat memberikan gambaran tentang susunan batuan dalam arah tegak.

Susunan batuan dalam arah tegak tidak lain daripada konstruksi perlapisan dan stratigrafi daerah penelitian, dimana salah satu dari lapisan ini mungkin dapat berfungsi sebagai lapisan penyimpan dan pembawa airtanah (akifer).

Harga tahanan jenis suatu batuan mempunyai kisaran harga yang cukup besar, yaitu 100 hingga 800 ohm meter, sedangkan untuk batuan sedimen yang tidak terkonsolidasi mempunyai tahanan jenis antar 6-104 ohm meter. Kisaran harga tahanan jenis yang cukup besar ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu material-material pembentuknya, kerapatan, porositas, bentuk dan ukuran pori, dan tingkat kejenuhan. Batuan yang relative lebih porous dan bersifat lepas, daya hantar listriknya lebih dipengaruhi oleh jumlah fluida yang dikandungnya daripada material pembentuknya.

(8)

elektroda arus yang kecil dapat menghasilkan tahanan jenis sebenarnya dari lapisan pertama, karena sebagian besar arus yang diberikan mengalir pada lapisan pertama ini. Apabila jarak arus diperbesar maka arus akan masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam. Jika batuan yang ditembus oleh arus tersebut tidak homogeny, maka harga tahanan jenis yang diperoleh adalah harga tahanan jenis semu. Hal ini disebabkan karena perbedaan komposisi dan susunan material pembentuknya serta tingkat kejenuhannya yang menjadikanbatas tertentu yang menimbulkan perlapisan pada batuan tersebut.

Pengukuran geolistrik di lokasi penelitian pada 100 titik pengamatan (konfigurasi Schlumberger). Dari hasil perngukuran tersebut kemudian dapat dibuat korelasi tentang kesamaan harga tahanan jenis (isoresistivity), ketebalan lapisan antar titik. Dari data tersebut dibuat peta isoresistivitas atau peta resistivitas vertikal dari berbagai kedalaman dan juga dibuat penampang geolistrik yang dibuat berdasarkan hasil interpretasi harga tahananan jenis dan ketebalan lapisan batuan.

Gambar 4.9 Lokasi Penelitian pada 100 Titik Pengamatan Geolistrik

Korelasi Titik Geolistrik dengan Singkapan Batuan

Korelasi pada Stasiun GB-07 A dengan ST-25

Singkapan pada titik pengamatan geologi ST-25 terdapat di perkebunan teh, dengan deskripsi batuan adalah tuff lapilian, dengan warna kuning kecoklatan, ukuran butir sampai dengan 2 mm. Dari penampang resistivitas GB-07 A didapatkan harga resistivitas sebesar 27.33 ohm meter sampai 22.25 ohm meter yang dipekirakan sebagai tuff sangat halus. Pada bagian bawahnya mempunyai nilai

resistivitas yang tidak terlalu berbeda, hal ini menunjukan dominasi endapan piroklastik halus.

Gambar 4.10 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-07 A dengan Singkapan pada ST-25

Korelasi pada Stasiun GB-10 A dengan ST-26

Singkapan pada titik pengamatan geologi ST-26 terdapat di samping jalan yang berdekatan dengan pemukiman warga dan pada stasiun ini ditemukan juga mataair. Dengan deskripsi batuan adalah breksi vulkanik, komponen batuan beku andesitis, ukuran komponen 0,5-10 cm, subangular-subrounded, pemilahan buruk, kemas terbuka, tingkat pelapukan sedang, matriks tuff kasar-lapili, dengan warna kuning kecoklatan. Dari penampang resistivitas GB-10 A didapatkan harga resistivitas sebesar 85.18 ohm meter sampai 98.84 ohm meter yang diperkirakan sebagai breksi tufan.

Gambar 4.11 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-10 A dengan Singkapan pada ST-26

Korelasi pada Stasiun GB-46 A dengan ST-50

(9)

ukuran butir sampai dengan 2 mm, kemas terbuka. Dari penampang resistivitas GB-46 A didapatkan harga resistivitas sebesar 9.64 ohm meter sampai 33.29 ohm meter yang diperkirakan sebagai tuff lapilian.

Gambar 4.12 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-46 A dengan Singkapan pada ST-50

Korelasi pada Stasiun GB-54 A dengan ST-51

Singkapan pada titik pengamatan geologi ST-51 terdapat di sawah warga dan terlihat kontak antara tuf dengan breksi vulkanik. Dengan deskripsi batuan adalah tuff lapilian, warna coklat, ukuran butir sampai dengan 2 mm, kemas terbuka. Breksi vulkanik, matriks supported, komponen batuan beku, matrix tuff kasar-lapilli, dengan ukuran komponen 10-30 cm, angular-subrounded, kemas terbuka, pemilahan buruk. Dari penampang resistivitas GB-54 A didapatkan harga resistivitas sebesar 4.02 ohm meter sampai 26.59 ohm meter yang diperkirakan sebagai tuff lapilian dan harga resistivitas sebesar 178.69 ohm meter yang diperkirakan sebagai breksi tufan.

Gambar 4.13 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-54 A dengan Singkapan pada ST-51

Korelasi pada Stasiun GB-58 A dengan ST-56

Singkapan pada titik pengamatan geologi ST-56 terdapat di wilayah perkebunan teh. Dengan deskripsi batuan adalah breksi vulkanik, komponen batuan beku andesitis, ukuran komponen 0,5-10 cm, subangular-subrounded, pemilahan buruk, kemas terbuka, tingkat pelapukan sedang, matriks tuff kasar-lapili, dengan warna hitam kecoklatan. Dari penampang resistivitas GB-58 A didapatkan harga resistivitas sebesar 169.87 ohm meter sampai 395.55 ohm meter yang diperkirakan sebagai breksi vulkanik.

Gambar 4.14 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-58 A dengan Singkapan pada ST-56

Korelasi pada Stasiun GB-66 A dengan ST-32

(10)

Gambar 4.15 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-66 A dengan Singkapan pada ST-32

Korelasi Data Pemboran

Pemboran eksplorasi airtanah di daerah penelitian telah dilakukan oleh PT.Tirta Investama pada bulan Juli hingga September 2009. Berikut ini gambaran posisi titik bor di daerah penelitian.

Tabel 4.3 Posisi Titik Bor di Daerah Penelitian

No. Bore Hole X (UTM)

Y (UTM)

Z (Meter)

1. BH-01 /

GK-01 B 725740 9240588 827 2. BH-02 /

GK-01 A 725671 9240562 827 3. BH-03 725608 9240516 827

Korelasi dari tiga log pemboran dibuat dalam penelitian hidrogeologi ini untuk dapat menggambarkan kondisi suksesi vulkanik yang ada di sekitar titik pemboran. Adapun urutan batuan hasil korelasi sebagai berikut:

Gambar 4.19 Penampang Korelasi Log Pemboran Eksplorasi Airtanah Antara BH-01, BH-02 dan BH-03 (Modifikasi dari Evendi, 2009)

Korelasi Singkapan Batuan dengan Data Pemboran

(11)

Gambar 4.20 Korelasi Sumur BH-01 dengan Singkapan

(12)

Gambar 4.22 Korelasi Sumur Bor BH-03 dengan Singkapan Batuan pada ST-17

Dari pengamatan kondisi hidrogeologi dan korelasi antara beberapa titik pengamatan geolistrik baik dengan beberapa titik pengamatan singkapan batuan di permukaan maupun dengan data sumur pemboran (BH-01, BH-02 dan BH-03) diperoleh perkiraan kisaran nilai tahanan jenis batuan di daerah penelitian.

Tabel 4.4 Pengelompokan Nilai Resistivitas Batuan di Daerah Penelitian

Peta Resistivitas Tiap Kedalaman

Peta resistivitas atau nilai tahanan jenis batuan dapat menggambarkan persebaran nilai tahanan jenis 1D secara lateral. Persebaran nilai-nilai tahanan jenis pada peta isoresistivity dapat memberikan gambaran keadaan lapisan batuan di bawah permukaan dengan mengkorelasikan data geologi yang ada.

Berikut adalah gambaran dan penjelasan dari masing-masing kedalaman di bawah permukaan:

Gambar 4.23 Peta Resistivitas Kedalaman 1 Meter

(13)

Gambar 4.24 Peta Resistivitas Kedalaman 5 Meter

Pada peta resistivitas kedalaman 5 meter ini dapat disimpulkan bahwa lapisan batuan pada kedalaman ini didominasi oleh batuan yang memiliki nilai tahanan jenis tinggi dan bervariasi dengan nilai tahanan jenis sekitar 0 ohm meter hingga lebih dari 400 ohm meter. Pada kedalaman ini diperkirakan tersusun oleh tuf sangat halus, tuf halus, tuf kasar, lapilli, breksi matriks supported, breksi grain supported, lava andesit dan intrusi diorit.

Gambar 4.25 Peta Resistivitas Kedalaman 10 Meter

(14)

Gambar 4.26 Peta Resistivitas Kedalaman 25 Meter

Pada peta resistivitas kedalaman 25 meter ini dapat disimpulkan bahwa lapisan batuan pada kedalaman ini didominasi oleh batuan yang memiliki nilai tahanan jenis yang rendah (0 ohm meter - 80 ohm meter) dan di beberapa titik nilai tahanan jenisnya 81 ohm meter hingga lebih dari 400 ohm meter. Pada kedalaman ini diperkirakan tersusun oleh tuf sangat halus, tuf halus, tuf kasar, lapilli, breksi matriks supported, breksi grain supported, lava andesit dan intrusi diorit.

Gambar 4.27 Peta Resistivitas Kedalaman 50 Meter

(15)

Gambar 4.28 Peta Resistivitas Kedalaman 75 Meter

Pada peta resistivitas kedalaman 75 meter ini dapat disimpulkan bahwa lapisan batuan pada kedalaman ini sangat bervariasi dengan nilai tahanan jenis sekitar 0 ohm meter hingga lebih dari 400 ohm meter. Pada kedalaman ini diperkirakan tersusun hampir oleh semua jenis litologi yaitu tuf sangat halus, tuf halus, tuf kasar, lapilli, breksi matriks supported, breksi grain supported, lava andesit dan intrusi diorit.

Gambar 4.29 Peta Resistivitas Kedalaman 100 Meter

(16)

Gambar 4.30 Peta Resistivitas Kedalaman 125 meter

Pada peta resistivitas kedalaman 125 meter ini dapat disimpulkan bahwa lapisan batuan pada kedalaman ini didominasi oleh batuan yang memiliki nilai tahanan jenis tinggi dan bervariasi dengan nilai tahanan jenis sekitar 0 ohm meter hingga lebih dari 400 ohm meter. Pada kedalaman ini diperkirakan tersusun oleh tuf sangat halus, tuf halus, tuf kasar, lapilli, breksi matriks supported, breksi grain supported, lava andesit dan intrusi diorit.

Peta Resistivitas Vertikal

Peta resistvitas vertikal adalah gabungan dari peta resistivitas dari tiap kedalaman yang disusun secara vertikal. Peta ini dapat menunjukan hubungan dan korelasi antar batuan dengan tahanan jenis yang sudah dipetakan di tiap kedalaman.

Secara umum dari tiap titik duga menunjukkan nilai tahanan jenis antara 1 – 3057 m dengan rincian sebagai berikut:

1. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara 1 – 20 m yang mengindikasikan batuan dengan resistivitas amat rendah dapat di jumpai di permukaan dengan ketebalan bervariasi di berbagai kedalaman. Batuan dengan nilai resistivitas rendah tersebar luas di bagian timurlaut daerah penelitian, terlihat sebagian kecil pada kedalaman antara 1 hingga 10 meter dan mendominasi pada kedalaman 25 meter hingga 75 meter.

2. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara 21 – 40 m mengindikasikan batuan dengan resistivitas rendah. Tersebar pada kedalaman 1 meter – 25 meter dibagian barat, selatan dan timurlaut daerah penelitian dengan jumlah relatif sedikit.

3. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara 41 – 60 m mengindikasikan batuan dengan resistivitas menengah 1, dijumpai berselingan dengan batuan dengan resistivitas rendah di berbagai kedalaman. Tersebar pada kedalaman 25 meter dengan jumlah relatif sedikit.

4. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara 61 – 80 m mengindikasikan batuan dengan resistivitas menengah 2, dijumpai berselingan dengan batuan dengan resistivitas menengah 1 di berbagai kedalaman. Tersebar pada kedalaman 25 meter dengan jumlah relatif sedikit.

5. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara 81 – 120 m mengindikasikan batuan dengan resistivitas menengah 3, dijumpai berselingan dengan batuan dengan resistivitas menengah 2 di berbagai kedalaman. Tersebar pada kedalaman 75 meter di bagian barat laut sampai selatan daerah penelitian dengan jumlah relatif sedikit. 6. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara

121 – 200 m mengindikasikan batuan dengan resistivitas menengah menengah 4. Batuan dengan resistivitas ini tersebar dari kedalaman 1 meter – 125 meter, tetapi yang mendominasi hanya pada kedalaman 1 meter – 10 meter tersebar di bagian selatan daerah penelitian. 7. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara

(17)

resistivitas yang tinggi dibandingkan kelompok sebelumnya. Batuan dengan resistivitas ini tersebar pada kedalaman 1 meter – 125 meter. Pada kedalaman 1 meter – 10 meter batuan ini tersebar pada bagian selatan dan terlihat kembali pada kedalaman 50 – 125 meter.

8. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis lebih besar dari 400 m mengindikasikan batuan dengan resistivitas amat tinggi, mengindikasikan batuan yang kompak dengan densitas yang tinggi. Batuan dengan resistivitas ini tersebar pada kedalaman 1 meter – 125 meter. Ditemukan dengan dominasi di bagian barat dan sedikit dijumpai di bagian timurlaut dan selatan daerah penelitian.

Gambar 4.31 Peta Resistivitas Vertikal Daerah Penelitian

Penampang Geolistrik

Penampang geolistrik dapat memberikan gambaran keberadaan, persebaran, dan ketebalan lapisan batuan di bawah permukaan dengan

mengacu kepada data geologi di sekitar lokasi penelitian. Hal ini dapat juga memberikan gambaran mengenai karakteristik lapisan akifer di bawah permukaan. Oleh karena itu maka dibuat garis penampang yang melewati beberapa lokasi titik duga.

Berdasarkan peta resistivitas pada berbagai variasi kedalaman, dapat ditarik empat buah garis penampang dengan rincian tiga buah penampang berarah baratlaut – tenggara dan satu buah penampang berarah timurlaut – baratdaya. Penampang ini digunakan untuk merekonstruksi bentuk perlapisan dan sebaran nilai resistivitas batuan secara vertikal dan lateral. Berikut ini adalah gambaran dan penjelasan dari beberapa penampang geolistrik yang telah dibuat:

Gambar 4.32 Lokasi Penampang Geolistrik di Daerah

Penelitian

Penampang Geolistrik A – B

(18)

Penampang geolistrik A-B tersebut melewati beberapa titik duga meliputi GB-68 A, GB-09 A, GB-55 A, GB-96 A dan GB-77 A serta memiliki arah orientasi baratlaut - tenggara. Lapisan yang mendominasi pada penampang ini diperkirakan lapisan resistivitas sangat tinggi (400-3057 ohm meter).

Lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter) diperkirakan tersebar pada kedalaman 0-1 meter. Lapisan ini tersusun oleh lapukan soil – tuf sangat halus. Pada penampang ini lapisan ini tidak terlihat karena lapisan ini hanya memiliki ketebalan yang sangat tipis.

Lapisan resistivitas rendah (20-40 ohm meter) diperkirakan hanya sampai kedalaman 0-50 meter pada sekitar titik duga geolistrik GB-09 A. Lapisan ini tersusun oleh tuf sangat halus.

Lapisan resistivitas menengah (41-200 ohm meter) diperkirakan tersebar pada beberapa kedalaman. Lapisan ini tersusun oleh tuf halus, tuf kasar, tuf lapili dan breksi matriks supported. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang geolistrik, lapisan ini tersebar di antara titik duga GB-68 A dan titik GB-09 A atau sebelah utara daerah penelitian. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akifer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan airtanah.

Lapisan resistivitas tinggi (201-400 ohm meter) diperkirakan tersebar pada kedalaman di atas 50 meter. Lapisan ini tersusun oleh breksi grain supported. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang geolistrik, lapisan ini tersebar di wilayah bagian selatan daerah penelitian berselingan dengan lapisan resistivitas menengah. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akiklud yang hanya memiliki kemampuan untuk menyimpan airtanah, namun hanya sedikit sekali.

Lapisan resistivitas sangat tinggi (400-2507 ohm meter) diperkirakan tersebar pada beberapa kedalaman. Lapisan ini tersusun oleh batuan terobosan/intrusi yaitu batuan beku diorit. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang geolistrik, lapisan ini tersebar di bagian selatan daerah penelitian pada kedalaman 25-125 meter dan tersebar di bagian selatan daerah penelitian.

Penampang Geolistrik C – D

Gambar 4.34 Penampang Geolistrik Lintasan C-D

Penampang geolistrik C-D tersebut melewati beberapa titik duga meliputi GB-24 A, GB-19 A, GB-25 A, dan GB-17 A serta memiliki arah orientasi baratlaut-tenggara. Lapisan yang mendominasi pada penampang ini diperkirakan lapisan resistivitas menengah (41-200 ohm meter).

Lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter) diperkirakan tersebar pada kedalaman 0-1 meter. Lapisan ini tersusun oleh lapukan soil-tuf sangat halus. Pada penampang ini lapisan ini tidak terlihat karena lapisan ini hanya memiliki ketebalan yang sangat tipis.

Lapisan resistivitas rendah (20-40 ohm meter) diperkirakan terdapat pada kedalaman 0-50 meter pada sekitar titik duga geolistrik GB-24 A dan pada kedalaman di atas 100 meter. Lapisan ini tersusun oleh tuf sangat halus.

Lapisan resistivitas menengah (41-200 ohm meter) diperkirakan tersebar pada beberapa kedalaman. Lapisan ini tersusun oleh tuf halus, tuf kasar, tuf lapili dan breksi matriks supported. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang geolistrik, lapisan ini tersebar di antara titik duga GB-25 A dan titik GB-17 A atau sebelah selatan daerah penelitian. Lapisan resistivitas menengah 4 (breksi matriks supported ) tersebar pada kedalaman 0 – 100 meter dari titik duga GB-19 A hingga titik duga GB-25 A. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akifer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan airtanah.

(19)

daerah penelitian dan daerah utara penelitian. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akiklud yang hanya memiliki kemampuan untuk menyimpan airtanah, namun hanya sedikit sekali.

Lapisan resistivitas sangat tinggi (400-3057 ohm meter) diperkirakan tidak terdapat pada penampang ini.

Penampang Geolistrik E – F

Gambar 4.35 Penampang Geolistrik Lintasan E-F

Penampang geolistrik E-F tersebut melewati beberapa titik duga meliputi GB-33 A, GB-34 A dan GB-38 A serta memiliki arah orientasi baratlaut-tenggara.

Lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter), lapisan resistivitas rendah (20-40 ohm meter), lapisan resistivitas menengah (41-200 ohm meter), lapisan resistivitas tinggi (201-400 ohm meter) dan lapisan resistivitas sangat tinggi (401-3057 ohm meter) diperkirakan tersebar merata di berbagai kedalaman. Lapisan resistivitas tinggi (201-400 ohm-meter) sedikit lebih mendominasi pada penampang ini.

Penampang Geolistrik G – H

Gambar 4.36 Penampang Geolistrik Lintasan G-H

Penampang geolistrik G-H tersebut melewati beberapa titik duga meliputi GB-25 A, GB-21 A, GB-26 A, GB-30 A, GB-31 A, GB-41 A dan GB-34 A serta memiliki arah orientasi timurlaut-baratdaya. Lapisan yang mendominasi pada penampang ini diperkirakan lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter).

Lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter), lapisan resistivitas rendah (20-40 ohm meter), lapisan resistivitas menengah (41-200 ohm meter), lapisan resistivitas tinggi (201-400 ohm-meter) dan lapisan resistivitas sangat tinggi (400-3057 ohm meter) diperkirakan tersebar merata di berbagai kedalaman. Lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter) sedikit lebih mendominasi pada penampang ini

Lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter) terlihat mengisi di daerah dengan topografi cekungan pada daerah pertengahan daerah penelitian. Lapisan ini tersusun oleh tuf sangat halus dan lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akifer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan airtanah.

Lapisan resistivitas rendah (20-40 ohm-meter) diperkirakan terdapat berselingan dengan lapisan resistivitas amat rendah, lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akifer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan airtanah.

Lapisan resistivitas menengah (41-200 ohm-meter) diperkirakan tersebar pada beberapa kedalaman. Lapisan ini tersusun oleh tuf halus, tuf kasar, tuf lapili dan breksi matriks supported. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang geolistrik, lapisan ini terlihat mengisi di daerah dengan topografi cekungan pada daerah pertengahan daerah penelitian dengan topografi sedikit lebih tinggi daripada lapisan resistivitas rendah. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan akifer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan airtanah.

(20)

untuk menyimpan airtanah, namun hanya sedikit sekali.

Lapisan resistivitas sangat tinggi (400-3057 ohm meter) diperkirakan tersebar pada beberapa kedalaman. Lapisan ini tersusun oleh batuan lava andesitis. Berdasarkan hasil rekonstruksi penampang geolistrik, lapisan ini tersebar di bagian barat daerah penelitian.

Blok Diagram Bawah Permukaan

Blok diagram dibuat untuk memperoleh gambaran persebaran lapisan-lapisan batuan secara 3D. Blok diagram geolistrik dibuat dengan menghubungkan persebaran lapisan batuan hasil rekonstruksi penampang geolistrik dan dibantu dengan program piranti lunak untuk menghasilkan gambaran persebaran lapisan batuan di lokasi pendugaan geolistrik secara 3D. Hasil yang diperoleh berupa gambaran persebaran lapisan batuan secara vertikal dan lateral atau 3D. Sehingga akan mempermudah memperoleh gambaran dan mengintepretasi persebaran lapisan batuan secara 3D di lokasi ini hasil pengamatan lapangan mengenai hidrogeologi di daerah penelitian diantaranya:

Pemunculan Mataair

Mataair di daerah penelitian umumnya banyak ditemukan pada ketinggian 700 - 900 mdpl,

beberapa mataair muncul pada elevasi 1000 - 1300 mdpl. Mataair dengan debit besar dijumpai pada daerah vulkanik berumur Kuarter dengan batuan penyusun berupa batuan piroklastik produk Gunung Gede yang berasosiasi dengan tekuk lereng antara morfologi lereng dengan kaki gunungapi. Di samping itu, pertemuan antara bahan-bahan vulkanik yang relatif muda dan bersifat poros di bagian atas dengan batuan yang lebih tua dan bersifat lebih kedap air di bagian bawah juga merupakan faktor pengontrol pemunculan mataair-mataair di sekitar lokasi ini.

Mataair pada daerah penelitian dapat muncul di mana-mana dengan berbagai cara dan dengan distribusi yang tidak merata. Jika ditinjau dari sebarannya, hampir semua mataair yang ditemukan terdapat pada morfologi lereng dan kaki gunung. Hal ini dikarenakan kedudukan kedua morfologi ini tepat di bawah daerah hujan yang umumnya jatuh pada morfologi kerucut gunungapi.

Mataair di daerah penelitian berdasarkan sebab keterjadinya terdiri dari beberapa jenis yaitu: mata air depresi (depresion spring) yang terbentuk karena permukaan airtanah terpotong oleh topografi, mata air kontak (contact spring) yang terjadi karena lapisan yang lulus air terletak di atas lapisan kedap air dan mata air rekahan (fracture spring) yang keluar dari rekahan pada batuan.

Gambar 4.38 Mataair Depresi (Depresion Spring) pada Stasiun Pengamatan MA-04

(21)

Gambar 4.40 Mataair Rekahan (Fracture Spring) pada Stasiun Pengamatan MA-15

Berdasarkan pengamatan di lapangan di daerah Gekbrong dan sekitarnya terdapat tiga komplek mata air yaitu komplek mataair Cibeusi terletak daerah barat laut daerah penelitian, komplek mataair Cijero terletak di bagian utara daerah kajian dan komplek mataair Cisalada yang terletak di bagian tenggara daerah penelitian.

Gambar 4.41 Peta Lokasi Mataair Daerah Penelitian

Arah Aliran Airtanah di Setiap Satuan Geomorfologi

Setiap satuan geomorfologi memiliki karakteristik dalam mengalirkan airtanah yang ada di dalamnya. Macam-macam arah aliran airtanah di setiap satuan gemorfologi di daerah penelitian diantaranya yaitu:

Pada Satuan Geomorfologi Tubuh Gunungapi Strato

Pada satuan geomorfologi tubuh gunungapi strato ini air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah atau mengalir dari puncak ke bawah dengan arah timurlaut-tenggara. Pola pengaliran sungai yang berkembang pada satuan geomorfologi ini adalah paralel dan dendrito-paralel sementara sungai-sungainya mengalir di daerah yang mengisi sub DAS Cibeleng,

kemudian ketika sampai ke hilir arah alirannya berubah arah menjadi timur-barat. Air hujan yang turun, di daerah puncak gunung akan mengalir menjadi air permukaan berupa sungai-sungai kecil yang memiliki lembah berbentuk huruf ‘V’ dan sangat curam. Sedangkan semakin kearah hilir air permukaan tersebut akan mengisi akifer dan mengalir menjadi air tanah.

Pada Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi Strato

Pada satuan geomorfologi kaki gunungapi strato ini ditempati oleh litologi breksi vulkanik dan intrusi diorit. Pola pengaliran sungai yang berkembang pada satuan geomorfologi ini adalah paralel dan dendrito-paralel sementara sungai-sungainya mengalir di daerah yang mengisi sub DAS Cikundul dan Cilaku. Arah aliran pada sataun morfologi ini didominsai oleh arah timurlaut-tenggara.

(22)

Gambar 4.43 Peta Isophreatic Daerah Penelitian

Satuan Hidrogeologi Daerah Penelitian

Keadaan hidrogeologi di daerah penelitian dianalisis berdasarkan kondisi geologi permukaan, persebaran nilai tahanan jenis bawah permukaan, interpretasi berdasarkan penampang geolistrik dan peta resistivitas tiap kedalaman atau peta isoresistivity dan keterdapatan lapisan batuan yang berfungsi sebagai akifer.

Hidrogeologi daerah penelitian diinterpretasikan memiliki 4 satuan hidrogeologi berdasarkan keberadaan media penyusun akifer yaitu sebagai berikut:

1. Satuan hidrogeologi akikrak 2. Satuan hidrogeologi akiklud 1 3. Satuan hidrogeologi akifer 4. Satuan hidrogeologi akiklud 2

Tabel 4.5 Tabel Hidrogeologi Daerah Penelitian

Satuan Hidrogeologi Akikrak

Satuan hidrogeologi akikrak menempati sekitar 15% daerah penelitian tersebar di bagian utara daerah penelitian. Satuan ini tersusun oleh lava andesit yang berfungsi sebagai lapisan akikrak dengan memiliki kemampuan menyimpan dan mengalirkan airtanah melalui media rekahan. Secara geologi permukaan, satuan ini tersusun oleh satuan lava andesit (Qla).

Satuan Hidrogeologi Akiklud 1

Satuan hidrogeologi akiklud 1 menempati sekitar 10% daerah penelitian tersebar di bagian utara daerah penelitian. Satuan ini tersusun oleh batuan breksi grain supported yang berfungsi sebagai lapisan dengan memiliki kemampuan menyimpan dan sedikit mengalirkan air tanah melalui cerah antar komponen dan butir pada matriks. Secara geologi permukaan, satuan ini tersusun oleh satuan lava andesit (Qla) dan satuan breksi tufan (Qbt).

Satuan Hidrogeologi Akifer

Satuan hidrogeologi akifer menempati sekitar 60% daerah penelitian tersebar di bagian barat-timur dan hampir mendominasi sebagian di wilayah selatan daerah penelitian. Satuan ini tersusun oleh tuf sangat halus, tuf halus, tuf kasar, tuf lapili, breksi matriks supported yang berfungsi sebagai lapisan akifer dengan memiliki kemampuan menyimpan dan mengalirkan air tanah melalui celah antar butir. Secara geologi permukaan, satuan ini tersusun oleh satuan breksi tufan (Qbt) dan satuan breksi vulkanik (Qbv).

Satuan Hidrogeologi Akiklud 2

(23)

Gambar 4.44 Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian

Secara umum arah aliran di daerah penelitian berarah timur-laut, hal ini disebabkan karena adanya batuan-batuan yang bersifat impermeable seperti intrusi diorit dan breksi vulkanik pada bagian selatan daerah penelitian. Sehingga batuan disekitarnya susah meloloskan air. Hal ini menyebabkan arah aliran yang awalnya berarah baratlaut-tenggara dari DAS sungai Cibeleng berubah arah menjadi timur-barat.

Gambar 4.45 Peta Recharge Area Daerah Penelitian

Geometri Akifer

(24)

Persebaran Lapisan Akikrak

Lapisan akikrak atau dapat diidentifikasi sebagai lapisan resistivitas sangat tinggi (400-3057 ohm-meter) dengan jenis batuan lava andesit tersebar mendominasi di bagian barat daerah penelitian sebagai media penyusun akifer satuan hidrogeologi akikrak. Selain itu lapisan ini tersebar pula pada bagian selatan daerah penelitian.

Gambar 4.46 Persebaran Lapisan Akikrak di Daerah Penelitian Secara 3D

Persebaran Lapisan Akiklud

Lapisan akiklud atau dapat diidentifikasi sebagai lapisan resistivitas tinggi (201-400 ohm meter) dengan jenis batuan breksi grain supported tersebar tidak merata pada bagian barat daerah penelitian sebagai media penyusun akifer satuan hidrogeologi akiklud 1. Selain itu lapisan ini tersebar pula pada bagian selatan dan bagian timur daerah penelitian sebagai media penyusun akifer pada satuan hidrogeologi akiklud 2.

Gambar 4.47 Persebaran Lapisan Akiklud di Daerah Penelitian Secara 3D (Rho 201-400 ohm meter)

Persebaran Lapisan Akifer

Lapisan akifer atau dapat diidentifikasi sebagai lapisan resistivitas amat rendah (0-20 ohm meter), lapisan resistivitas rendah (21-40 ohm meter) dan lapisan resistivitas menengah (41 -200 ohm meter) dengan jenis batuan yang bervariasi yaitu tuf sangat halus, tuf halus, tuf kasar, tuf lapili dan breksi matriks supported tersebar menyebar di hampir seluruh bagian daerah penelitian kecuali bagian barat penelitian.

Pada bagian timur daerah penelitian lapisan ini tersebar di kedalaman 1 meter atau hanya tersebar di permukaan saja yang merupakan lapisan permeabel penutup satuan hidrogeologi akiklud 1.

Pada bagian selatan daerah penelitian lapisan ini tersebar di kedalaman 75-125 meter yang merupakan lapisan permeabel yang berfungsi sebagai media penyusun akifer.

Pada bagian timur daerah penelitian lapisan ini tersebar di kedalaman 1 meter atau hanya tersebar di permukaan saja yang merupakan lapisan permeabel penutup satuan hidrogeologi akiklud 2. Pada bagian utara hingga selatan daerah penelitian lapisan ini tersebar dari kedalaman 1-125 meter yang merupakan media penyusun akifer pada satuan akiklud 1.

(25)

Gambar 4.49 Persebaran Lapisan Akifer di Daerah Penelitian Secara 3D (Rho 21-40 ohm meter)

Gambar 4.50 Persebaran Lapisan Akifer di Daerah Penelitian Secara 3D (Rho 0-20 ohm meter)

DAFTARPUSTAKA

[1] Domenico, P.A. and Schwartz, W.F. Physical and Chemical Hydrogeology. Canada: John Wiley and Sons Inc., 1990.

[2] Erdelyi, M and J. Galfi. 1998. Surface and Subsurface Mapping in Hydrogeology. Akademi Kiado: Budapest.

[3] Fetter. 1988. Applied Geology. Columbus Ohio United States of America: USA

[4] Freeze, R. A. dan Cherry, J. A. 1979. Groundwater. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, USA.

[5] Mandel S, and Shiftan Z. 1981. Groundwater Resources: Investigation and Development. Elsevier Science & Technology Books, United Kingdom.

[6] Parkhomenko, Eleonora Ivanova. 1967. Electrical Properties of Rocks. Plenum Press: New York.

[7] Sanders, Laura L. 1998. A Manual of Field Hydrogeology. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey, USA.

[8] Schwartz, F. W and Hubao Zhang. 2003. Fundamentals of Groundwater. John Willey and Sons: New York.

[9] Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R. E. 1990: Applied Geophysics. Cambridge Univ. Press., 2nded., 770pp.

[10]Todd, DK., 1984, Groundwater Hydrology, 2nd

Gambar

Gambar 1.2 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian
Gambar 4.2  Pola Aliran Sungai yang Berkembang di Daerah Penelitian yaitu Pola Pengaliran Subparalel (A) dan Pola Pengaliran Dendrito-paralel (B)
Gambar 4.8 Peta Geologi Daerah Penelitian
Gambar 4.15 Korelasi Titik Geolistrik pada GB-66 A dengan Singkapan pada ST-32
+7

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi di tahap belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi diklat atau sejauh mana daya serap peserta program Diklat Teknis Subtantif Materi

Perolehan data, dalam konteks sistem perolehan informasi, merujuk pada cara untuk menentukan atau mencocokkan antara kata-kata yang terkandung di sebuah dokumen

Persoalan penyam paian pesan agama melalui media m assa t er hadap keluarga sakinah m uncul saat obj ek dakw ah (masyarakat umum) beranggapan kalau penyampaian pesan

Korosi retak tegang (Stress Corrosion Cracking) adalah istilah yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara

SURABAYA lOOS.. Proyek ini didominasi deogan pekerjaan tanah, yang mcnunmt perencanaan pemakaian alat bcrat dcngan tepat. Pekerjaan tanah yang ditinjau adalah

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.. Jakarta: Direktorat Dikmenum,

Adami, Brune Newman, dan Gazali mengenai tingkat pengaruh pencitraan seseorang terhadap preferensi pemilih. Selain itu juga menggunakan teori komunikasi politik

Bagi siswa: Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita baik itu