• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Peranan Pekerja Sosial Medis Dalam Meningkatkan Kualitas Keselamatan Pasien Di Indonesia" "The Role Of Medical Social Worker In Improving Quality Of Patient Safety In Indonesia".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ""Peranan Pekerja Sosial Medis Dalam Meningkatkan Kualitas Keselamatan Pasien Di Indonesia" "The Role Of Medical Social Worker In Improving Quality Of Patient Safety In Indonesia"."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

“PERANAN PEKERJA SOSIAL MEDIS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KESELAMATAN PASIEN DI INDONESIA”

“THE ROLE OF MEDICAL SOCIAL WORKER IN IMPROVING QUALITY OF PATIENT SAFETY IN INDONESIA”

MAKALAH YANG DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN

“INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE

EXCELLENT QUALITY OF NURSING CARE THROUGH COMMITMENT ON PATIENT SAFETY”

4-6 Oktober HORISON Hotel Bandung, Indonesia

Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si.

Ramadhan Pancasilawan, S.Sos., M.Si.

(2)

ABSTRAK

Perkembangan isu keselamatan pasien terus berkembang terutama setelah sering terjadinya kesalahan praktik dalam melakukan pelayanan medis. Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu baru dalam bidang ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error guna mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Keselamatan pasien adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000). Dengan demikian keselamatan pasien sebagai suatu sistem diharapkan memberikan asuhan kepada pasien lebih aman, mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Saat ini dalam dunia internasional sendiri sudah mulai terfokus pada penanganan keselamatan pasien seperti organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada pasien (World Alliance for Patient Safety Forward Programme WHO, 2004), Isu keselamatan pasien di Indonesia masih relatif baru, bahkan masyarakat baru terhenyak dengan ditemukannya kasus-kasus kesalahan dalam praktik medis, seperti kasus belum lama ini yaitu kasus dua anak kembar Juliana, yang diduga menjadi korban mal praktik RS.Omni Internasional (rakyatmerdeka.co.id/news/2010/06/23/96821/PDIP-Dorong-Regulasi-Malpraktek-dan-Keselamatan-Pasien). Pemerintah sudah berupaya untuk menjamin keselamatan pasien dengan mengeluarkan UU kesehatan terbaru No 36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan, namun peratuan khusus mengenai keselamatan pasien belum ada hanya terbatas peraturan yang dibuat oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).

Kurangnya kualitas keselamatan pasien seharusnya bisa dicegah pada saat proses pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Peran yang terlibat dalam menjaga keselamatan pasien tidak hanya pada peran medis tetapi peran non medis juga menjadi bagian penting dalam pelayanan rumah sakit untuk menjaga keselamatan pasien. Pekerjaan sosial medis adalah profesi penting di dalam lingkungan rumah sakit, terutama dengan dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan baru-baru ini bahwa rumah sakit dengan tipe-A wajib menyertakan pekerja sosial dalam penyediaan layannya. Peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial medis dalam setting rumah sakit adalah melakukan konseling individu dan keluarga, melakukan lawatan ke ruangan, melakukan home visit, melakukan evaluasi sosial, bekerjasama dengan dinas sosial, bekerja sama dengan panti sosial, melakukan bimbingan sosial, membantu tim rehabilitasi dan pelaksanaan terapi, melakukan persiapan pulang terhadap klien, melakukan after care. Melihat peran tersebut keselamatan pasien dapat tercapai dengan selalu termonitornya perkembangan si pasien itu sendiri.

Peran pekerja sosial seharusnya mendapatkan tempat yang layak dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Selama ini peran pekerja sosial medis di Indonesia dalam perkembangannya hanya dalam penanganan bagi pasien yang kesulitan dalam pembayaran biaya rumah sakit. Maka peranannya sangat administratif. Seperti di beberapa rumah sakit besar di Bandung pekerja sosial medis berperan hanya pada kasus-kasus sosial seperti HIV AIDS, pengguna narkoba dan mengurus administratif pasien-pasien yang dianggap kurang mampu. Seharusnya pekerjaan sosial medis adalah pelayanan yang bercirikan pada bantuan sosial dan emosional yang mempengaruhi pasien dalam hubungannya dengan penyakit dan penyembuhannya.

(3)

“Peranan Pekerja Sosial Medis Dalam Meningkatkan Kualitas Keselamatan Pasien di Indonesia”

Pendahuluan

Pelayanan kesehatan menjadi sorotan dalam pembangunan sosial di Indonesia, seiring dengan anyaknya kasus-kasu yang terjadi dalam pelayanan kesehatan. Kesehatan merupakan indikator pengukuran dari IPM yang sangat penting bagi suatu negara, hingga pelayanan kesehatan menjadi fokus utama bagi negara Indonesia yang harus ditingkatkan. Pelayanan yang sangat terasa langsung adalah pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Pelayanan ini harus memberikan yang terbaik kepada pasien sebab pasien mengharapkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Dalam proses pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, keselamatan pasien masih belum dianggap suatu kondisi yang diperhatikan. Terlihat begitu banyak kasus yang terjadi di Indonesia, akibat dari ketidakseriusan dalam menjaga keselamatan pasien itu sendiri, seperti yang terrjadi akhir-akhir ini di Indonesia, masih sering terjadi mal praktik yang justru merugikan pasien itu sendiri. Sedangkan dalam proses hukum kasus mal praktik, pihak rumah sakit atau bahkan pemberi pelayanan langsung kepada pasien (dokter) tidak terkena sanksi hukum. Permasalahan yang sangat merugikan pasien ini terus menjadi perbincangan dan dikaji agar pasien tidak dirugikan. Pasien yang mengharapkan keselamatannya dalam proses penyembuhan, justru menjadi tidak selamat setelah mendapatkan pelayanan dari rumah sakit.

Perkembangan isu keselamatan pasien terus berkembang terutama setelah sering terjadinya kesalahan praktik dalam melakukan pelayanan medis. Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu baru dalam bidang ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error guna mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Keselamatan pasien adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000). Dengan demikian keselamatan pasien sebagai suatu sistem diharapkan memberikan asuhan kepada pasien lebih aman, mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Saat ini dalam dunia internasional sendiri sudah mulai terfokus pada penanganan keselamatan pasien seperti organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada pasien (World Alliance for Patient Safety Forward Programme WHO, 2004).

(4)

kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Sedangkan pengertian Keselamatan pasien rumah sakit

(http://www.litbang.depkes.go.id/download/Lokakarya/LoknasBandung/BLU-Patient-Safety.pdf) adalah suatu proses alam pemberian pelayanan RS terhadap pasien yang lebih

aman. Keselamatan pasien ini terdiri dari: Asssesmen esiko, Identifikasi dan Manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, Kemempauan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden pasien, menerapkan solusi untuk mengurangi dan meminimalisir risiko.

Kebijakan Dalam Keselamatan Pasien

Organisasi kesehatan internsaional/World Health Organisation (WHO) terus melakukan kajian-kajian mengenai keselamatan pasien. Kemudian tersusun kurikulum khusus kepada sekolah-sekolah kesehatan untuk keselamatan pasien. Sebelumnya pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik.

Sedangkan di Indonesia, data mengenai KDT (Kejadian tidak diinginkan) atau mal praktik masih sangat minim, karena masih banyaknya pasien yang belum memahami mengenai keselamatan pasien atau bahkan masih ada pula rumah sakit atau klinik yang menutup-nutupi kasus-kasus yang terkait dengan keselamatan pasien. Hal menyebabkan masih minimnya upaya untuk meningkatkan kualitas amatan pasien di Indonesia.

(5)

menuntut bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. Kemudian pada pasal 43 yang secara khusus menekankan peran rumah sakit dalam keselamatan pasien. Selain itu ada pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.

Sedangkan dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, juga memperlihatkan pentingnya untuk menjaga keselamatan manusia secara umum. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. Kemudian upaya kesejahteraan sosial diantaranya dengan rehabilitasi sosial yang bertujuan memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Tabel 1.1.

Peraturan Perundangan di Indonesia yang Mengatur Keselamatan Pasien

No UU Pasal Resume Isi

1 No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pasal 1 Pelayanan kesehatan rehabilitatif, merupakan upaya mengembalikan

pasal 13 Setiap tenaga kesehatan bekerja menghormati hak pasien dan

(6)

Pasal 5 Beberapa kriteria masalah dalam penyelnggaraan kesejahteraan sosial adalah rehabilitasi sosial dan perlindungan sosial

Kemudian upaya-upaya konkrit lainnya yang khusus mengatur mengenai keselamatan pasien sudah dilakukan oleh organisasi profesi/perkumpulan yaitu Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang telah membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS), kemudian komite ini telah menyusun Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien bagi staf RS untuk mengimplementasikan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Kemudian KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depatemen Kesehatan RI telah menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang akan menjadi salah satu Standar Akreditasi Rumah Sakit. Hal ini mendorong rumah sakit untuk lebih memfokuskan ada keselamatan pasien itu sendiri, selama pasien itu masih menerima pelayanan kesehatan.

Namun bagi pasien, peraturan mengenai keselamatan pasien bukan menjadi prioritas untuk diketahui. Kesembuhan dari penyakit yang dideritanya menjadi tujuan utama bagi pasien, maka dari itu pelayanan yang diharapkan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memberikan kesembuhan bagi pasien. Maka peraturan yang sudah disusun oleh pemerintah seharusnya dapat disosialisasikan secara operasional seperti peraturan di rumah sakit atau klinik yang telah disusun oleh KKP-RS.

Peran Pekerja Sosial Medis dalam Keselamatan Pasien

Pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial baik secara langsung maupun tidak langsung sangat sesuai dengan kebutuhan individu, karena usaha atau pelayanan tersebut diarahkan untuk membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam menjalankan fungsinya. Namun demikian, terdapat pula profesi-perofesi lain yang bergerak dalam upaya pemberian bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan akibat adanya interaksi diantara orang yang satu dengan yang lainnya. Maka seiring dengan berkembangnya permasalahan sosial di masyarakat, pekerja sosial juga harus berinteraksi dengan berbagai profesi lainnya sesuai dengan setting profesinya.

(7)

medis berusaha menangani pasien yang menderita penyakit yang bersifat akut, atau menangani masalah-masalah referral (rujukan).

Pekerja sosial memegang peranan penting dalam menginterpretasi individu yang sakit dan dalam membantu mereka meningkatkan dan menggunakan kemampuan pribadi dan sumber-sumber sosial untuk mencapai kesehatan secara fisik dan mental. Dengan menggunakan pendekatan tim, pekerja sosial bekerja sama dengan dokter, perawat, psikiater, psikolog, dan profesi kesehatan lainnya, dalam rangka perawatan pasien, sebagaimana yang dikemukakan oleh Achlis (1990:53) yaitu: “Pekerja sosial dalam relasi profesional yang berkaitan dengan pelayanan sosial medis yang bertanggung jawab atas penyembuhan sosial pasien di rumah sakit atau sebagai mitra kerja profesi kedokteran penyembuhan yang efisien”.

Maka sudah seharusnya pekerja sosial medis dan profesi medis lainnya harus saling berkolaborasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, terutama berkolaborasi dengan dokter dengan berperan ikut membantu dokter dalam mendiagnosa dan proses penyembuhan/pengobatan dengan caa meneliti pasien dan kondisi sosialnya serta menganalisis tingkah laku pasien dan kondisi dalam lingkungannya. Selain itu pekerja sosial medis ikut membantu dokter dengan mengorganisir sumber-sumber yang dapat mempergunakan di dalam rumah sakit, lingkungan keluarganya, dan masyarakatnya dalam proses penyembuhan, agar proses pengobatan medis dapat dilaksanakan secara efektif.

Menurut Lindau at. al. (2003) dalam Gehlert and Browne (2006:24) bahwa “interactive biopsychosocial model expands Engel’s model to include general health status rather than illness alone and consideration of the important role of social networks and cultural contexts in health”. Maka dijelaskan bahwa model biopsikososial menjadi peran yang sangat penting karena meliputi status kesehatan secara menyeluruh bukan hanya melihat penyakit itu sendiri.

(8)

tersebut sedangkan pendekatan medis hanya terfokus pada hasil laboratorium mengenai status fisik dari pasien tersebut.

Maka dengan pendekatan ini pelayanan kesehatan melibatkan interdisiplin lainnya untuk mendukung pelayanan kesehatan yang lebih baik dan meingkatkan kualitas keselamatan pasien. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Beder (2010) bahwa

Sociak work’s biopsychosocial approach provides a carefully balanced perspective, which takes into account the entire person in his or her environment and helps social worker in screening and assessing the needs of an an individual from a multidimensional point of view (p. 4)

Menurut Beder, profesi pekerja sosial medis tertuju juga pada lingkungan sosial sang pasien sebab dengan melihat lingkungan sosial pasien dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien,seperti yang diungkapkan Gehlert and Browne (2006:24) “Patients’ social support networks can influence their health status significantly”. Dalam meningkatkan peran lingkungan sosial pasien, pekerja sosial memiliki proses pelayanan yang berbeda dengan proses pelayanan yang diberikan oleh dokter atau perawat.

Selama ini peran tersebut belum optimal, sebab rumah sakit di Indonesia belum memiliki pemahaman kebutuhan akan pekerja sosial di rumah sakit. Pemerintah telah memberikan kewajiban bagi rumah sakit tipe A untuk memiliki pekerja sosial, namun walaupun ada perannya terbatas pada peran administrasi seperti mengurus pasien yang tidak bisa membayar pelayanan rumah sakit atau khusus menangani pasien-pasien yang memiliki masalah-masalah sosial seperti HIV-AIDS atau narkotika. Sehingga peran pekerja sosial medis di Indonesia belum optimal terutama dalam mendukung pelayanan rumah sakit kepada pasien yang berlandaskan keselamatan pasien.

Namun, ada rumah sakit yang mempekerjakan pekerja sosial medis yang sudah memberikan proses pelayanan sesuai dengan tahapan-tahapan pekerja sosial medis, seperti Seperti di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. RA. Habiebie Bandung, pekerja sosial medis telah diberikan perannya, yaitu:

a. Mengadakan konsultasi sosial b. Mengatasi masalah sosial

c. Melayat pasien-pasien yang meninggal

d. Menerima keluhan-keluhan pasien yang meminta keringanan biaya cuci darah e. Bekerjasama dengan Kepala Bagian Keuangan dan Personalia mengenai pasien yang

(9)

f. Melakukan home visit kepada pasien sebagai bahan pertimbangan pengajuan keringanan biaya cuci darah

g. Melakukan evaluasi untuk pasien DO, yaitu mereka yang sudah tidak cuci darah lagi selama 8 kali

h. Melakukan evaluasi untuk pasien yang memutuskan tisak cuci daah lagi di RSKG dan pindah ke rumah sakit lain

Dari peran yang sudah diatur, peran pekerja sosial yang menonjol adalah peran untuk mengatasi masalah administrasi (keuangan) terutama bagi pasien-pasien yang meminta keringanan untuk biaya. Walaupun demikian pekerja sosial medis di RSK Ginjal telah berperan penting sebab dapat mengatasi permasalahan psikologis maupun sosial pasien seperti perasaan minder, rendah diri, ataupun gangguan dalam menjalani aktivitasnya, kesulitan ekonomi yang disebabkan biaya pengobatan, ataupun masalah diskriminasi yang dialami pasien di lingkungan masyarakatnya ataupun kerabat pasien.

Kemudian di Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat, pada proses penyembuhan, tiap pasien ditangani suatu tim penyembuhan yang terdiri dari berbagai macam profesi petolongan (psikiater, psikolog, pekerja sosial medis, dan perawat) yang dipimpin oleh seorang dokter ahli jiwa yang menjadi penanggung jawab pasien selama perawatan dalam rangka proses penyembuhan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Proses penyembuhan pasien gangguan jiwa oleh pekerja sosial medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat terdiri dari tiga tahap. Yaitu tahap awal (terdiri dari intake, assesment dan diagnosis sosial, penentuan tujuan perubahan, penyeleksian rencana kegiatan, serta pembuatan kesepakatan), tahap pertengahan (yaitu pelaksanaan treatment sosial), dan tahap akhir (terdiri dari evaluasi, terminasi dan aftercare).

Dalam proses pelayanan rumah sakit, peran pekerja sosial medis di Rumah Sakit Jiwa, mendapatkan porsi penting, sebab pasien lebih banyak diberikan pelayanan rekreasional yang diperankan oleh pekerja sosial medis, sedangkan profesi medis (dokter dan perawat) hanya berperan pada masalah medis yang hanya dilakukan rutin pada waktu-waktu yang singkat, seperti saat pemberian obat atau cek rutin untuk melihat perkembangan kesehatan pasien.

(10)

dapat mendukung kesembuhan pasien, maka hal ini dilakukan pula ke lingkungan pasien seperti keluaga pasien.

Peran-peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam setting rumah sakit dapat sebagai sebagai pembimbing sekaligus pendorong (motivator). Dimana pekerja sosial melakukan kegiatan yang mencakup penumbuhan kesadaran, pemberian motivasi, pemberian kemampuan dan kesempatan, serta memobilisasi sumber-sumber yang mendukung proses pertolongan Kegiatannya meliputi konseling perseorangan, intervensi terhadap keluarga, pertemuan kelompok maupun pendekatan lainnya. Dalam melakukan intervensi proses partisipasi pasien sangat penting guna proses pengembangan kemampuan sehingga klien dapat berfungsi kembali secara sosial.

Dalam melakukan intervensi pekerja sosial juga harus aktif dan dalam memberikan pelayanan seperti melakukan lawatan ke ruangan hal ini untuk menggali perkembangan pasien. Melakukan home visit, melakukan evaluasi sosial, bekerjasama dengan dinas sosial, bekerja sama dengan panti sosial, melakukan bimbingan sosial, membantu tim rehabilitasi dan pelaksanaan terapi, melakukan persiapan pulang terhadap klien, dan melakukan after care.

Mary Johnston (1988:46) mengemukakan beberapa peran pekerja sosial medis di rumah sakit antara lain:

1. Pembimbing perseorangan dan kelompok. Dalam bimbingan perseorangan, pekerja sosial membantu seorang pasien menyelesaikan persoalan karena tidak dapat menerima keterbatasan yang disebabkan oleh penyakitnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi pasien (room visit) untuk memberikan konseling, motivasi dan semangat kepada pasien agar lebih memahami kondisi dirinya. Bahkan dengan konseling ini pekerja sosial dapat mendapatkan informasi yang dapat digunakan bagi dokter dalam memberikan treatmen pada masalah medisnya .

Dalam bimbingan kelompok, pekerja sosial dapat melakukan peranannya dalam membantu keluarga pasien untuk membuat rencana pulang sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. Bahkan lebih jauh lagi bimbingan keluarga ini untuk meningkatkan peran keluarga dalam membantu pasien dalam kesembuhannya.

(11)

peningkatan keselamatan pasien, seperti dalam pembiayaan pengobatan, atau penerimaan keluarga mengenai kondisi pasien yang mungkin tidak bisa lebih optimal sebelum sakit dan harus siap menerima kondisi pasien setelah dia pulang dari rumah sakit.

3. Penghubung. Pekerja sosial meningkatkan pemahaman staf lain tentang kapan sebaiknya dia diajak membantu penderita, misalnya penderita sering menangis, tidak pernah membeli obat, atau tidak dikunjungi. Maka informasi yang didapatkan oleh pekerja sosial medis dalam konseling yang dilakukan kepada pasien dapat membantu profesi lainnya dalam melakukan treatment. Bahkan error yang disebabkan oleh pemberi pelayanan medis dapat ditekan dengan banyaknya informasi yang diperoleh mengenai kondisi pasien secara medis maupun non medis.

Bahkan dalam peran ini pekerja sosial dapat menghubungkan sumber-sumber yang dapat membantu pasien yang mengalami permasalahan dalam masalah keuangan. Seperti ke instansi pemerintah (dinas-dinas) atau panti-panti yang memiliki pelayanan sama terhadap masalah pasien.

4. Konsultan. Pekerja sosial memberi informasi ke lembaga di luar rumah sakit. Pekerja sosial memberi nasehat kepada karyawan rumah sakit sehubungan dengan masalah pasiennya.

5. Pendidik. Pekerja sosial membimbing praktek calon pekerja sosial, memberi kuliah dalam kursus perawat. Hal ini untuk berikan keterampilan-keterampilan pekerja sosial kepada profesi lainnya untuk mendukung poses pelayanan medis lebih baik dan terjaga keselamatan pasien.

(12)

Peran-peran yang seperti diungkapkan sebelumnya masih belum dilakukan secara menyeluruh, masih banyak pemahaman yang kurang benar mengenai pekerja sosial medis, yang menyebabkan pelayanan rumah sakit tidak komprehensif. Rumah sakit cenderung memfokuskan pada pelayanan medis.

Sedangkan jika melihat pemahaman keselamatan pasien adalah freedom from accidental injury. Maka error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan harus dihindarkan dengan lebih melihat berbagai aspek sebelum pasien diberikan pelayanan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Hal ini disebabkan kekurangan informasi mengenai kondisi pasien terutama kondisi non medis seperti lingkungan keluarganya. Hal ini jika tidak diperhatikan dapat memberikan pengaruh terhadap keselamatan pasien.

Kesimpulan

Pada dasarnya pekerja sosial medis merupakan penerapan ilmu, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai pekerja sosial dalam pelayanan kesehatan. Perhatiannya adalah masalah sakit yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial dan lingkungan sekitar yang mengakibatkan gangguan fungsi-fungsi sosial dan membantu pasien agar dapat mencapai tingkat kesejahteraan sosial yang optimum, atau dapat difokuskan pada faktor-faktor sosial yang dapat membantu penyembuhan pasien atau masalah-masalah sosial yang menyebabkan orang-orang menjadi sakit atau yang menghambat seseorang menggunakan perawatan yang diberikan kepadanya. Maka pekerja sosial medis menjadi bagian dalam sistem pelayanan kesehatan dan bagian dari tim medis yang saling bermitra yaitu dengan dokter, perawat maupun farmakolog dalam melakukan penelitian, diagnosis dan penyembuhan yang menyangkut aspek psikologis, sosial dan aspek lingkungannya

Pekerja sosial menjadi bagian penting dalam pelayanan yang diberikan rumah sakit. Dalam pelayanan tersebut bentuknya kemitraan maka pekerja sosial dan profesi lainnya di rumah sakit harus saling mendukung yang memiliki tujuan sama untuk keselamatan pasien. Maka pemahaman mengenai pekerja sosial medis harus diperluas terutama mengenai perannya yang begitu penting dalam keselamatan pasien. Rumah sakit sudah sepatutnya memberikan tempat khusus bagi pekerja sosial medis.

(13)

medis lebih banyak memilih berperan dalam organisasi-organisasi sosial yang bergerak di bidang mesdis, bukan secara langsung terikat dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah sakit. Hal ni dikarenakan peran mereka jika masuk dalam ganisasi pemerintah dalam kesehatan (rumah sakit umum) maka perannya menjadi sempit dan tidak optimal, sebab masih banyaknya anggapan pekerja sosial hanya mengurus pasien yang tidak bisa membayar biaya kesehatan.

(14)

Bahan Bacaan

Buku

Achlis. 1990. Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi dan Praktek Pertolongan. Bandung : STKS.

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Beder, J. 2010. Hospital Social Work: The Interface of Medicine and Caring. Routledge. Johnston, Mary. 1988. Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam Setting

Rumah Sakit. Surakarta : Rumah Sakit Orthopaedi dan Prothese.

Gehlert, Sarah and Teri Arthur Browne. 2006. Handbook of Health Social Work. Canada. John Miley and Sons, Inc.

Pincus dan Minahan. 1977. Social Work Practice : Model and Method. Peacock Publishers, Inc.

Siporin, Max. 1975. Introduction to Social Work Practice. New York. Macmillan Publishing.

Skidmore, Rex, A., 1994. Introduction to Social Work. University of Utah, USA. Soetarso. 1982. Pekerja Sosial di Bidang Medis. Bandung : STKS.

Soetarso. 1999. Metode-Metode Penyembuhan Sosial Dalam Praktek Pekerjaan Sosial. Bandung : STKS.

Sukoco, Dwi Heru. 1995. Profesi pekerjaan sosial dan proses pertolongannya. Bandung : Koperasi Mahasiswa STKS.

Whittaker, J.K. 1974. Social Treatment (An Approach To Helping Interpersonal ) Chicago : Aldine

Zastrow, Charles. 1992. The Practice of Social Work. California : Wadsworth Publishing Company.

Internet:

http://www.litbang.depkes.go.id/download/Lokakarya/LoknasBandung/BLU-Patient-Safety.pdf

http://www.pdpersi.co.id/persi/

Hasil Penelitian

Lintang Dini Prafitra. 2009 Proses Penyembuhan Sosial Pasien Gangguan Jiwa Oleh Pekerja Sosial Medis Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad.

Gambar

Tabel 1.1.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara kadar nitrogen media tanam dan bobot segar tanaman bawang daun sama seperti parameter tinggi tanaman dan jumlah daun dimana terjadi peningkatan bobot

Data primer adalah data yang langsung di ambil pada lokasi atau lapangan (dari sumbernya) atau data yang masih asli dan masih memerlukan analisis lebih

Sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan, pengembangan pesantren harus terus didorong untuk maju.Karena pengembangan pesantren

Sabak Auh Kabupaten Siak Dalam rangka mempercepat adopsi inovasi Badan Litbang Pertanian oleh masyarakat (petani), maka Kementerian Pertanian memberikan mandat kepada

Penilaian resiko : proses evaluasi resiko yang ditimbulkan oleh suatu bahaya dengan Penilaian resiko : proses evaluasi resiko yang ditimbulkan oleh suatu bahaya

Berdasarkan pada Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa GK provinsi Riau lebih tinggi dibandingkan dengan GK nasional, angka kemiskinan, indek kedalaman kemiskinan,

Didalam ilmu pengetahuan alam dikemukakan,bahwa sampai sekarang ini manusia telah mengenal sembilan buah planet dalam tata surya ini,dimana bumi termasuk salah satu

Gejala lain yang sering muncul dari penyakit busuk/hawar daun pada tanaman talas adalah pengembangan, eksudasi dan adanya tetesan yang mengalir berwarna merah