• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul tahun 2004.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul tahun 2004."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

vi INTISARI

Gangguan menstruasi adalah keluhan yang dialami wanita ketika menstruasi, antara lain berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dan sindrom pra menstruasi. Nyeri haid (dysmenorrhea) adalah menstruasi yang disertai rasa sakit, merupakan keluhan yang paling sering dialami wanita. Dysmenorrhea dibagi menjadi 2, yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer terjadi apabila tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan paling sering ditemukan pada wanita. Sindrom pra menstruasi adalah gangguan siklus menstruasi berupa kombinasi perubahan fisik dan emosional yang terjadi sebelum menstruasi dan membaik saat terjadi menstruasi. Penatalaksanaan gangguan menstruasi dapat dilakukan dengan pengobatan mandiri menggunakan obat tanpa resep dan tanpa menggunakan obat.

Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian survei deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Pemilihan tempat dan subyek penelitian dilakukan secara non random convenience sampling. Data yang diperoleh diolah secara analisis deskriptif. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul dengan dan tanpa menggunakan obat.

Hasil penelitian berdasarkan pada 379 subyek penelitian, diketahui bahwa 64,6% responden mengalami nyeri haid. Responden yang menunjukkan gejala sindrom pra menstruasi berupa peningkatan emosi sebesar 64,9%, food craving sebesar 39,3%. Penatalaksanaan gangguan menstruasi oleh responden yang menggunakan obat tradisional sebesar 81,5% dengan alasan dapat mengurangi keluhan (19,4%) dan obat modern sebesar 12,1% dengan alasan cepat sembuh (32,6%). Merek obat modern yang paling banyak digunakan responden adalah Feminax (66,7%) dan obat tradisional yang banyak digunakan adalah kunyit asam (93,8%). Penatalaksanaan tanpa menggunakan obat sebagian besar responden memilih istirahat yang cukup (59,3%).

(2)

vii

ABSTRACT

Menstruation disorders is a complaint that occurred in women when they have menstruation i.e., dysmenorrhea and premenstrual syndrome. Dysmenorrhea is menstruation accompanying with pain, which most occurred in woman. Dysmenorrhea is divided into primary and secondary disease. Primary dysmenorrhea occurred when the cause is unknown and mostly found in women. Premenstrual syndrome can be defined as a cyclic disorder composed from the combination of a physical and emotional changes, that occured before the menstruation and improve within the menstrual flow. Treatment of the menstruation disorders can be done with self care medication using the over the counter products and non pharmacology therapy.

This is an observational research with descriptive survey design. The research instrument was questionnaire. The location and subject of the research was selected with non random convenience sampling method. Data obtained was analyzed using the descriptive analysis. The goals of this research is knowing the treatment of menstruation disorders in adolescent girls at four high schools in Kabupaten Bantul by using over the counter products or not.

According to the result of 379 subjects, 64,6% respondent having dysmenorrhea in their menstrual flow. The symptom of premenstrual syndrome as a mood swing is represented by 64,9% of respondent and 39,3% as a food craving. The treatment of menstruation disorders by the respondent who was using the traditional drugs is 81,5% for the reason of decrease the symptom (19,4%) and 12,1% using the modern drugs for the same reason (32,6%). Feminax (66,7%) is the modern drug trademark that mostly used by the respondent and kunyit asam (93,8%) is the traditional drug that mostly used by the respondent. Mostly respondent (59,3%) choose to take a rest for treatment of the menstruation disorders with non pharmacology therapy.

(3)

KAJIAN PENATALAKSANAAN

GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI EMPAT SMU

DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2004

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

oleh

Martha Noviana Wulandari NIM : 008114081

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHANKU

“Jika aku dapat meminta agar hidupku sempurna,

itu merupakan godaan yang menggiurkan namun

aku akan terpaksa menolak, karena dengan begitu aku tidak dapat

lagi menarik pelajaran dari kehidupan”.

”Dia memberi kekuatan kepada yang lelah

dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”.

“Ucapkanlah syukur dalam segala hal,

sebab itulah yang dikehendaki Allah

di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.

!

"

"

#

#

#

#

"

#$

% "

&

# ! #

#

#

#

"

#

'

#

#

"

(7)
(8)

vi INTISARI

Gangguan menstruasi adalah keluhan yang dialami wanita ketika menstruasi, antara lain berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dan sindrom pra menstruasi. Nyeri haid (dysmenorrhea) adalah menstruasi yang disertai rasa sakit, merupakan keluhan yang paling sering dialami wanita. Dysmenorrhea dibagi menjadi 2, yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer terjadi apabila tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan paling sering ditemukan pada wanita. Sindrom pra menstruasi adalah gangguan siklus menstruasi berupa kombinasi perubahan fisik dan emosional yang terjadi sebelum menstruasi dan membaik saat terjadi menstruasi. Penatalaksanaan gangguan menstruasi dapat dilakukan dengan pengobatan mandiri menggunakan obat tanpa resep dan tanpa menggunakan obat.

Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan penelitian survei deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Pemilihan tempat dan subyek penelitian dilakukan secara non random convenience sampling. Data yang diperoleh diolah secara analisis deskriptif. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul dengan dan tanpa menggunakan obat.

Hasil penelitian berdasarkan pada 379 subyek penelitian, diketahui bahwa 64,6% responden mengalami nyeri haid. Responden yang menunjukkan gejala sindrom pra menstruasi berupa peningkatan emosi sebesar 64,9%, food craving sebesar 39,3%. Penatalaksanaan gangguan menstruasi oleh responden yang menggunakan obat tradisional sebesar 81,5% dengan alasan dapat mengurangi keluhan (19,4%) dan obat modern sebesar 12,1% dengan alasan cepat sembuh (32,6%). Merek obat modern yang paling banyak digunakan responden adalah Feminax (66,7%) dan obat tradisional yang banyak digunakan adalah kunyit asam (93,8%). Penatalaksanaan tanpa menggunakan obat sebagian besar responden memilih istirahat yang cukup (59,3%).

(9)

vii

ABSTRACT

Menstruation disorders is a complaint that occurred in women when they have menstruation i.e., dysmenorrhea and premenstrual syndrome. Dysmenorrhea is menstruation accompanying with pain, which most occurred in woman. Dysmenorrhea is divided into primary and secondary disease. Primary dysmenorrhea occurred when the cause is unknown and mostly found in women. Premenstrual syndrome can be defined as a cyclic disorder composed from the combination of a physical and emotional changes, that occured before the menstruation and improve within the menstrual flow. Treatment of the menstruation disorders can be done with self care medication using the over the counter products and non pharmacology therapy.

This is an observational research with descriptive survey design. The research instrument was questionnaire. The location and subject of the research was selected with non random convenience sampling method. Data obtained was analyzed using the descriptive analysis. The goals of this research is knowing the treatment of menstruation disorders in adolescent girls at four high schools in Kabupaten Bantul by using over the counter products or not.

According to the result of 379 subjects, 64,6% respondent having dysmenorrhea in their menstrual flow. The symptom of premenstrual syndrome as a mood swing is represented by 64,9% of respondent and 39,3% as a food craving. The treatment of menstruation disorders by the respondent who was using the traditional drugs is 81,5% for the reason of decrease the symptom (19,4%) and 12,1% using the modern drugs for the same reason (32,6%). Feminax (66,7%) is the modern drug trademark that mostly used by the respondent and kunyit asam (93,8%) is the traditional drug that mostly used by the respondent. Mostly respondent (59,3%) choose to take a rest for treatment of the menstruation disorders with non pharmacology therapy.

(10)

viii PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap

berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

berjudul “Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di

Empat SMU di Kabupaten Bantul pada Tahun 2004”. Skripsi ini disusun dan

diajukan guna melengkapi salah satu syarat menyelesaikan program Strata

Satu (S1) di Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari dorongan dan

bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan rendah hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama, atas segala

bimbingan dan sarannya serta kesempatan, kesabaran dan keramahan yang

diberikan kepada penulis.

3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. sebagai dosen penguji atas

kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada

penulis.

4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya

(11)

ix

5. Kepala BAPPEDA Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten

Bantul, atas ijin yang telah diberikan sehingga penulis dapat melakukan

penelitian ini.

6. Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Sewon, SMU Negeri 1 Kasihan, SMK

Negeri 1 Bantul, dan SMK Negeri 1 Sewon, atas ijin yang telah diberikan

kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

7. Adik-adik siswi SMU Negeri 1 Sewon, SMU Negeri 1 Kasihan, SMK

Negeri 1 Bantul, dan SMK Negeri 1 Sewon, atas bantuannya mengisi

kuesioner.

8. Bapak dan Mamaku tercinta (Pak Ayub dan Bu Yanti), atas kasih sayang,

pengertian, kesabaran, kesempatan, dan kerja kerasnya selama ini demi

keberhasilanku. Semua ini tidak ada artinya tanpa kasih sayang dan doa

dari Bapak dan Mama.

9. Adikku Ruth Triana (Nongki) tersayang atas cinta, doa dan dukungannya

setiap hari, yang selalu membantuku dan menemaniku selama ini.

10. Keluarga di Yogyakata, Wates, Tg. Uban, dan Jakarta atas perhatian

dukungannya.

11. Yossie ”mas ku” atas cinta, doa dan perhatiannya selama ini.

12. Nur dan Ndrew atas kebaikannya meminjamkan laptop

13. Sahabat terbaikku Dewi ”dewok” dan Yayuk ”gelok” atas doa, dukungan,

(12)

x

14.Para anggota PABELI : Betha, Dewi, Tri, Wanda, dan Yayuk atas cinta

kasih, doa, dukungan serta persahabatan yang indah.

15. Raul dan Lisa atas pertemanan, semangat, dan bantuannya.

16.Para penghuni ”Canna”: Maya ”monchu”, Yessi, Cahya, Laura, Nur, Ina

“butet”, Nana, Siska, dan Tara atas pertemanan dan kebersamaan kita

selama ini. Senang rasanya bisa kenal kalian semua.

17.Teman-teman persekutuan GKJ Madukismo: Risma ”butet”, Ester ”es-teh”,

mbak Atik, Aan, Andri, Krisna, dan lain-lain atas kebersamaan dan

pertemanan kita dalam persekutuan, juga atas doa dan dukungannya.

18.Mbak Enny ”mbak ku” di Solo atas perhatian, doa dan dukungannya, juga

saran-sarannya. Terima kasih sudah mau mendengarkan keluh kesahku.

19.Maya ”monchu” salah satu penghuni ”Canna” atas kesediaannya

menghiburku. Terima kasih sudah mau jadi bulan-bulananku untuk

menghibur saat jenuh.

20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karenanya saran dan kritik akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya,

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, November 2007

Penulis

(13)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

INTISARI... vi

ABSTRACT... vii

PRAKATA... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENGANTAR...1

A. Latar Belakang ...1

1. Permasalahan...6

2. Keaslian penelitian ...7

3. Manfaat Penelitian...7

(14)

xii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...9

A. Menstruasi ...9

1. Pengertian ...9

2. Siklus Menstruasi ...10

3. Fisiologi Siklus Menstruasi ...12

B. Karakteristik Usia Responden...13

C. Dysmenorrhea...15

1. Pengertian ...15

2. Penggolongan ...16

3. Patofisiologi Dysmenorrhea Primer ...16

4. Penatalaksanaan Dysmenorrhea Primer ...17

5. Dysmenorrhea Sekunder ...19

D. Sindrom Pra Menstruasi ...20

1. Pengertian ...20

2. Penyebab Sindrom Pra Menstruasi...21

3. Gejala Klinis...22

4. Penatalaksanaan Sindrom Pra Menstruasi...23

E. Sakit, Kesakitan, dan Perilaku Kesehatan...27

F. Obat dan Pengobatan Sendiri ...29

G. Analgesik...31

(15)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...34

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...34

B. Definisi Operasional...34

C. Subyek Penelitian...36

D. Tempat Penelitian...36

E. Instrumen Penelitian...36

F. Tata Cara Penelitian ...37

G. Tata Cara Pengolahan Hasil ...39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...42

A. Karakteristik Responden ...42

1. Usia Responden ...42

2. Usia Responden Saat Pertama Menstruasi ...43

3. Keteraturan Waktu Menstruasi...44

B. Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden ...45

1. Keluhan pada Tahun Pertama Menstruasi...46

2. Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden di SMU...48

3. Pengaruh Menstruasi terhadap Aktivitas Responden ...52

C. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi oleh Responden ...53

1. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi Menggunakan Obat Tanpa Resep ...54

(16)

xiv

D. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian yang Dilakukan oleh

Astuti (2004) ...68

1. Perbedaan Gangguan Menstruasi yang Dialami oleh Responden ...69

2. Perbedaan Penatalaksanaan Nyeri Haid yang Dialami oleh Responden ...70

E. Rangkuman ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...74

A. Kesimpulan ...74

B. Saran...75

DAFTAR PUSTAKA...76

LAMPIRAN...79

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Terapi Dysmenorrhea dengan Obat Tanpa Resep ...18

Tabel II. Perubahan Fisik dan Emosional pada Sindrom Pra Menstruasi ....22

Tabel III. Gejala-gejala Umum Sindrom Pra Menstruasi...23

Tabel IV. Distribusi Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten

Bantul Tahun 2004 ...43

Tabel V. Distribusi Usia Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten

Bantul Tahun 2004 Saat Pertama Kali Menstruasi ...44

Tabel VI. Keluhan yang Dialami Remaja Putri di Empat SMU di

Kabupaten Bantul Tahun 2004 pada Tahun Pertama

Menstruasi ...47

Tabel VII. Jenis Obat Tanpa Resep yang Digunakan Remaja Putri di

Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...54

Tabel VIII. Gambaran Jenis Obat Tradisional yang Digunakan Usia Remaja

Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...57

Tabel IX. Alasan Pemilihan Obat Tradisional oleh Remaja Putri di

Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...58

Tabel X. Gambaran Lama Waktu Penggunaan Obat Tradisional pada

Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

(18)

xvi

Tabel XI. Merek Obat Tanpa Resep yang Digunakan Remaja Putri di Empat

SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 ...61

Tabel XII. Alasan Pemilihan Obat Modern oleh Remaja Putri di

Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...64

Tabel XIII. Gambaran Lama Waktu Penggunaan Obat Modern pada

Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004 ...65

Tabel XIV. Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi Tanpa Menggunakan

Obat pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita ...10

Gambar 2. Fisiologi Siklus Menstruasi ...13

Gambar 3. Keteraturan Waktu Menstruasi Remaja Putri di Empat

SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 ...45

Gambar 4. Keteraturan Keluhan Menstruasi Setiap Bulan pada Remaja

Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...48

Gambar 5. Gambaran Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Empat

SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004 yang Sama Seperti

Tahun Pertama Menstruasi setelah Berada di SMU...49

Gambar 6. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004 yang Mengalami Peningkatan Emosi...49

Gambar 7. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004 yang Mengalami Food Craving...50

Gambar 8. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004 yang Mengalami Keluhan Lain ...50

Gambar 9. Gambaran Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004 yang Mengalami Dysmenorrhea...51

Gambar 10. Pengaruh Gangguan Menstruasi terhadap Aktivitas Remaja

(20)

xviii

Gambar 11. Gambaran Efek Obat Setelah Penggunaan Obat Tradisional

pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004 ...60

Gambar 12. Gambaran Efek Obat Setelah Penggunaan Obat Modern pada

Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

Tahun 2004...66

Gambar 13. Perbedaan Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden

pada Penelitian Astuti (2004) dan Penelitian Kajian

Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di

Empat SMU di Kabupaten Bantul Tahun 2004...70

Gambar 14. Perbedaan Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi yang

Dialami Responden pada Penelitian Astuti (2004) dan

Penelitian Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi

pada Remaja Putri di Empat SMU di Kabupaten Bantul

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Kuesioner ... 79

Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden... 85

Lampiran 4. Surat Ijin dari BAPPEDA DIY... 91

(22)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Menstruasi merupakan kejadian yang umumnya dialami oleh setiap

wanita, dimulai dari masa remaja dan biasanya berlanjut sampai akhir paruh

baya. Setiap bulan, secara periodik, seorang wanita akan mengalami

menstruasi yaitu meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya

telur matang yang dibuahi sperma. Peristiwa ini begitu wajar dan alami

sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita normal akan mengalaminya.

Walaupun demikian, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami

gangguan menstruasi baik sebelum maupun ketika menstruasi. Gangguan

menstruasi yang dialami oleh kebanyakan wanita antara lain adalah

gangguan sebelum menstruasi/sindrom pra menstruasi dan nyeri

haid/dysmenorrhea (Shimp, 2000).

Nyeri haid paling sering terjadi pada remaja yang berusia antara

duabelas tahun hingga sekitar duapuluh tahun. Suatu penelitian

mengungkapkan bahwa sebagian wanita yang mengalami nyeri haid akan

kehilangan aktivitas hari-hari kerja mereka dalam sebulan karena gejala

yang ditimbulkan tidak dapat ditoleransi. Pada kebanyakan wanita yang

(23)

rumah dan bila perlu menggunakan obat pengurang nyeri haid (Shimp,

2000).

Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari

50 persen wanita dalam usia reproduksi di setiap negara mengalaminya. Di

Amerika, angka persentase wanita yang mengalami nyeri haid sekitar 60

persen. Di Swedia, angka persentasenya sekitar 72 persen dan diperkirakan

di Indonesia 55 persen wanita wanita usia produktif tersiksa nyeri selama

haid. Untuk mengantisipasi nyeri haid, ada beberapa terapi yang

ditawarkan. Terapi tersebut antara lain terapi dengan obat dan pola hidup

sehat (Anonim, 2004).

Pada umumnya yang terjadi pada masyarakat, untuk mengatasi nyeri

haid, mereka banyak melakukan pengobatan mandiri. Namun, pengobatan

mandiri yang dilakukan dapat menimbulkan bahaya bila mereka tidak

mengerti dengan jelas mengenai informasi obat yang benar. Kasus seperti

ini biasanya terjadi pada masyarakat yang menggunakan obat tanpa resep

yang beredar di pasaran (Shimp, 2000). Hal ini dikarenakan dalam

menggunakan obat tersebut, mereka tidak didampingi oleh tenaga

kesehatan. Selain itu, dari penderita sendiri juga dituntut mampu melakukan

perawatan sendiri dalam mencegah dan menyembuhkan rasa sakit dengan

obat modern ataupun obat tradisional (Holt dan Hall, 1990).

Penelitian mengenai nyeri haid pernah dilakukan oleh Astuti pada

(24)

penggunaan obat pengurang nyeri haid pada siswi SMU. Menilik dari

penelitian tersebut, peneliti pada penelitian ini tertarik untuk mengetahui

lebih lanjut tentang gambaran umum menstruasi seperti yang digambarkan

oleh peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, gambaran umum menstruasi yang

akan diteliti tidak hanya gangguan menstruasi yang berupa nyeri haid saja,

tetapi juga mengenai sindrom pra menstruasi. Selain itu, peneliti juga

tertarik untuk melihat bagaimana penatalaksanaan gangguan menstruasi

yang berupa nyeri haid dan sindrom pra menstruasi tersebut. Jadi, penelitian

ini ingin mengetahui apakah responden juga mengalami gangguan

menstruasi lain selain nyeri haid, yaitu sindrom pra menstruasi. Penelitian

ini mengambil tempat penelitian yang sama dengan sebelumnya, yaitu

Kabupaten Bantul, namun subyek penelitian yang digunakan berbeda.

Seperti halnya nyeri haid, sindrom pra menstruasi dewasa ini juga

sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan pendapat

para ahli di dunia bahwa sekitar 40 persen wanita di dunia menghadapi

sindrom pra menstruasi. Biasanya sindrom pra menstruasi ini dialami oleh

mereka yang berumur 14 sampai 50 tahunan. Sindrom pra menstruasi mulai

pada 7 sampai 14 hari sebelum menstruasi dan akan lebih membaik ketika

mulai menstruasi. Ditandai dengan tingginya perubahan emosional dan fisik

yang biasanya meningkat pada hari-hari sebelum menstruasi, sakit kepala

(25)

Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi perasaan sensitif

berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid umumnya dianggap hal yang

wajar bagi wanita usia produktif. Penelitian berdasarkan survey tahun 1982

di Amerika Serikat menunjukkan sindrom pra menstruasi dialami 50 persen

wanita dengan sosio ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.

Sindrom pra menstruasi memang kumpulan gejala akibat perubahan

hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur

dari ovarium) dan menstruasi. Sindrom ini akan menghilang pada saat

menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai menstruasi

(Karyadi, 1999).

Banyak wanita yang mengalami gangguan menstruasi mengatakan

bahwa mereka dapat sedikit mengatasinya dengan olah raga teratur atau

dengan mengkonsumsi vitamin. Bagi mereka yang mengalami gejala lebih

parah, akan sangat membantu bila mengkonsumsi obat-obatan tertentu

seperti misalnya obat pengurang nyeri haid. Kenyataan yang terlihat, tidak

semua wanita yang mengalami gangguan menstruasi mampu mengatasinya

dengan mudah. Untuk mengatasi gangguan menstruasi ini terkadang

dilakukan dengan cara yang kurang benar, misalnya pada sindrom pra

menstruasi, pelampiasan emosi yang meningkat secara berlebihan atau

dengan makan makanan yang berlebihan ketika rasa lapar muncul. Padahal,

gangguan menstruasi dapat diatasi dengan cara yang lebih baik. Contohnya,

(26)

yang dialaminya dengan istirahat cukup, bila rasa lapar berlebihan muncul

dapat mengkonsumsi makanan sehat, buah dan air mineral (Agustini, 2007).

Di Negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan dalam waktu

satu tahun penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit sebanyak

75% dari jumlah penduduknya. Dari jumlah tersebut, 10% tidak berbuat

apa-apa, 25% pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan, dan sisanya

sebanyak 65% melakukan pengobatan sendiri. Dengan demikian, dapat

diperkirakan bahwa di Indonesia yang pergi ke dokter kurang dari 25%,

sedangkan yang melakukan pengobatan sendiri lebih dari 65% jumlah

penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit dalam setahun.

Pengobatan sendiri di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat

tradisional atau jamu dan obat-obat paten, seperti golongan obat bebas.

Pada umumnya, dasar pemilihan dalam menentukan jamu atau obat paten

untuk pengobatan sendiri adalah pengalamam menggunakan jamu atau obat

tertentu pada waktu yang lalu atau informasi dari orang lain (Sartono,

1993).

Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang kajian penatalaksanaan

gangguan menstruasi pada remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul

menarik untuk dilakukan. Hal ini berkaitan dengan pengobatan sendiri yang

dilakukan oleh remaja putri usia SMU dalam mengatasi gangguan

(27)

Penelitian ini menggunakan remaja usia SMU sebagai sampel karena

diperkirakan pada usia tersebut keseluruhan siswi sudah mengalami

menstruasi, dan tentu saja yang mengalami gangguan menstruasi adalah

wanita yang sudah menstruasi. Penelitian menggunakan 4 sekolah karena

observasi di tempat yang berlainan akan lebih representatif. Selain itu, tidak

ada alasan khusus mengapa penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut ini.

a. Seperti apakah karakteristik remaja putri di 4 SMU di Kabupaten

Bantul yang mengalami gangguan menstruasi?

b. Gangguan menstruasi apa saja yang dialami oleh remaja putri di 4

SMU di Kabupaten Bantul?

c. Bagaimanakah penatalaksanaan gangguan menstruasi yang

dilakukan oleh remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul ketika

mengalami gangguan menstruasi?

d. Apakah perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan

(28)

2. Keaslian Penelitian

Penulis menemukan penelitian yang sejenis dengan judul “Pola

Pemilihan dan Penggunaan Obat Pengurang Nyeri Haid oleh Siswi di 5

SMU Kabupaten Bantul Tahun 2004” (Astuti, 2004). Hasil penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa sebagian siswi pernah mengalami nyeri haid.

Penelitian tersebut dilakukan di 5 SMU di Kabupaten Bantul dan

menyajikan pola pemilihan dan penggunaan obat nyeri haid. Sejauh

pengamatan penulis, belum pernah dilakukan penelitian yang berjudul

“Kajian Penatalaksanaan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di

Empat SMU di Kabupaten Bantul”. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan Astuti adalah penelitian ini juga dilakukan di

Kabupaten Bantul tetapi pada empat SMU yang berbeda. Di samping itu,

penelitian ini menyajikan perbandingan hasil yang diperoleh dengan

penelitian yang dilakukan Astuti. Penelitian ini juga membahas mengenai

sindrom pra menstruasi yang dialami oleh remaja putri di empat SMU di

Kabupaten Bantul.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis

Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

(29)

sehingga dapat mencegah atau mengurangi kesalahan dalam

penggunaan obat-obat tersebut.

b. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran yang jelas tentang penatalaksanaan gangguan

menstruasi oleh remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi penatalaksanaan gangguan

menstruasi pada remaja putri di 4 SMU di Kabupaten Bantul.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

a. karakteristik remaja putri di empat SMU di Kabupaten Bantul yang

mengalami gangguan menstruasi.

b. gangguan menstruasi yang dialami oleh remaja putri di empat SMU

di Kabupaten Bantul.

c. penatalaksanaan gangguan menstruasi yang dilakukan oleh remaja

putri di empat SMU di Kabupaten Bantul ketika mengalami

gangguan menstruasi.

d. perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang

(30)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi atau haid adalah proses keluarnya darah yang terjadi

secara periodik. Keluarnya darah dari vagina disebabkan luruhnya lapisan

dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang

tidak dibuahi (Kasdu, 2005). Menstruasi merupakan kondisi fisiologis

berupa pelepasan sel telur (ovum) yang tidak dibuahi oleh sperma. Sel telur

yang tidak dibuahi akan mati sesudah ± 20 jam. Kemudian setelah ± 14 hari

(10-16) selaput lendir yang tidak terpakai itu mengelupas dan dikeluarkan

(Sohn dan Korberly, 1990).

Proses menstruasi berlangsung terus sampai berakhirnya masa

produktif wanita, yaitu saat menstruasi berhenti secara permanen (Kasdu,

2005). Masa produktif wanita dimulai saat usia remaja, ketika mengalami

fase pubertas. Pubertas (puberty) adalah suatu periode kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.

Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari

perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan-perubahan

(31)

sekunder (secondary sex characteristics). Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses

reproduksi. Pada wanita, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan

munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang wanita. Perubahan

ciri-ciri seks sekunder yang dialami oleh wanita ditandai dengan membesarnya

payudara dan pinggul, suara menjadi halus, dan tumbuhnya rambut pada

beberapa bagian tubuh (Desmita, 2005).

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita Sumber: www.web-books.com/.../Reproductive/uterus.jpg

2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi secara fisiologis biasanya dialami oleh wanita,

dimulai dari masa remaja dan berlanjut sampai menopause (Shimp, 2000).

Menopause sering diartikan sebagai titik awal menurunnya fungsi seorang

(32)

lagi (Indarti, 2004). Menstruasi terjadi karena pengaruh siklus bulanan dari

hormon-hormon reproduktif wanita. Menstruasi dialami pertama kali oleh

wanita antara umur 9 sampai 17 tahun. Usia umum dimana seorang wanita

mengalami menstruasi pertama kali (menarche) adalah antara 12-14 tahun. Namun, ditemukan juga wanita dimana mengalami kematangan seksual

lebih cepat pada usia kurang dari 12 tahun dan lebih lambat kematangan

seksualnya, yaitu pada usia > 14 tahun. Hal tersebut terjadi karena berbagai

faktor seperti nutrisi dan faktor keturunan (Cherry, 1999). Sementara itu

Sarwono (2005) mengatakan bahwa keadaan gizi yang semakin baik dapat

mempecepat pertumbuhan organ-organ seksual manusia. Peneliti lain juga

berpendapat bahwa usia menarche yang semakin cepat disebabkan oleh hubungan antar jenis yang serba boleh (permisif) sehingga mempercepat

kematangan tubuhnya. Selain itu, terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti ras, faktor gen, status nutrisi, intensitas latihan (olah raga),

dan faktor psikologi (Shimp, 2000).

Lamanya siklus menstruasi yang normal dihitung dari jarak antara

tanggal mulainya menstruasi sebelumnya dengan mulainya menstruasi

berikutnya, yaitu berkisar antara 25 sampai 32 hari (Indarti, 2004). Menurut

Guyton (1991), lama siklus menstruasi rata-rata 28 hari, dapat juga

(33)

3. Fisiologi Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terjadi karena aktivitas hormon-hormon di

hipotalamus, kelenjar pituitary, dan ovarium. Kelenjar pituitari adalah

kelenjar di bawah otak yang mempengaruhi fungsi dan pertumbuhan badan.

Sel-sel dalam hipotalamus berperan penting pada pengaturan siklus

menstruasi dengan memproduksi Gonadotropin – Releasing Hormon

(GnRH). Hormon GnRH mendorong sel-sel gonadotrop pituitari untuk

mensintesis dan mengsekresi Luitenizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH). Hormon FSH kemudian merangsang folikel dalam ovarium agar cepat matang (Shimp, 2000).

Folikel yang matang karena rangsangan dari Follicle Stimulating Hormon (FSH), akan dikeluarkan dari ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh

Luteinizing Hormon (LH). Korpus luteum akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang semakin lama semakin tinggi kadarnya.

Estrogen dan progesteron berguna untuk membentuk dan mempertahankan

ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar

progesteron akan terus dipertahankan selama trimester awal (tiga bulan)

kehamilan sampai fungsiya digantikan oleh plasenta (Guyton, 1991).

Apabila pembuahan tidak terjadi, korpus luteum akan mengalami

degenerasi. Akibat degenerasi korpus luteum, maka kadar estrogen dan

(34)

berhenti. Hal ini menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh

darah dan segera diikuti vasodilatasi. Keadaan seperti ini meyebabkan

pelepasan lapisan endometrium dan pendarahan yang disebut menstruasi

(Manuaba, 1998).

Gambar 2. Fisiologi Siklus Menstruasi Sumber: http://www.nordica.org/reproductive

B. Karakteristik Usia Remaja

Masa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari anak-anak ke

dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan,

perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala

primer dalam pertumbuhan remaja. Batasan usia remaja yang ditetapkan

(35)

berusia 10-14 tahun dan usia 15-20 tahun digolongkan pada remaja akhir

(Sarwono, 2005).

Usia 14-19 tahun termasuk kategori usia remaja. Remaja dikenal

sebagai tahap perkembangan fisik ketika organ reproduksi manusia

mencapai kematangannya dan berfungsi secara sempurna. Kematangan

organ reproduksi pada remaja wanita ditandai dengan menstruasi setiap

bulannya.

Tidak hanya kematangan fisik saja yang terjadi pada usia remaja,

tetapi juga kematangan perilaku dan pola pikir remaja itu sendiri.

Responden yang tidak lain adalah remaja, sudah selayaknya mengalami

kematangan perilaku dan pola pikir, dapat mengambil keputusan sendiri,

mempunyai inisiatif dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah

diambil. Seorang remaja memiliki kebebasan untuk memilih apa yang

seharusnya dilakukan ketika menghadapi sesuatu.

Didalam kebebasan memilih menurut Covey (1990) yang dituliskan

oleh Desmita (2005) , terkandung unsur-unsur:

a. Self-awareness (kesadaran diri), yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, menenangkan dan menilai diri sendiri.

b. Imagination (imajinasi), yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui realitas yang dimungkinkan manusia untuk

menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang tidak dibatasi oleh dunia

(36)

c. Concience (kata hati), yaitu kesadaran batin yang mendalam tentang benar-salah, baik-buruk, yang diharapkan-tidak diharapkan, sebagai

prinsip yang mengatur perilaku manusia sehingga ia dapat

menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya.

d. Independent-will (kehendak bebas), yaitu kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran dirinya dan bebas dari segala pengaruh lain.

C. Dysmenorrhea

1. Pengertian

Dysmenorrhea (nyeri haid) adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi yang tidak teratur ketika peluruhan dinding endometrium. Nyeri

yang dirasakan mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian

bawah. Pada keadaan yang berat dapat disertai berbagai gejala dan tanda,

mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala bahkan sampai pingsan

(Anonim, 2004; Cherry, 1999).

Rasa nyeri ketika menstruasi yang demikian hebat seringkali

memerlukan obat pereda sakit. Gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari

sebelum menstruasi berlangsung, selama hari pertama dan kedua

menstruasi, dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri terasa hilang timbul, tajam

dan bergelombang, biasanya mengikuti gerak rahim dan dapat menjalar ke

arah pinggang bagian belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai

(37)

2. Penggolongan

Berdasarkan penyebabnya, dikenal dua jenis dysmenorrhea (nyeri haid) yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.

Dysmenorrhea primer terjadi apabila tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan dysmenorrhea sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.

3. Patofisiologi Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer hanya terjadi saat siklus ovulatori. Oleh karena itu, angka kejadiannya lebih tinggi pada wanita diawal masa

remajanya (awal menstruasi) dan ketika menginjak dewasa. Karena pada

masa ini, keteraturan ovulasi meningkat (Shimp, 2000).

Penyebab terjadinya dysmenorrhea primer adalah kontraksi pada uterus, yang berhubungan dengan kadar prostaglandin. Endometrium dan

miometrium pada uterus memegang peranan atau mempunyai kapasitas

pada sintesis prostaglandin. Kadar prostaglandin dalam endometrium dan

cairan menstruasi pada wanita dengan dysmenorrhea primer ditemukan mempunyai kadar yang tinggi. Perbandingannya adalah 5-13 kali lebih

besar prostaglandin yang ditemukan pada wanita dengan dysmenorrhea

primer dibandingkan yang tidak mengalami dysmenorrhea primer.

Kadar prostaglandin yang meningkat, menyebabkan turunnya kadar

(38)

prostacyclin juga mengalami penurunan. Kondisi ini dapat memicu

terjadinya kontraksi uterin yang kuat dan mengalami vasokonstriksi.

Akibatnya, terjadi defisiensi oksigen untuk mencapai jaringan dan

menyebabkan atau menimbulkan rasa sakit pada beberapa wanita.

Pada menstruasi yang normal, tekanan kontraksi berkisar antara

50-80 mmHg dan berlangsung selama 15-30 detik setiap 10 menit. Sedangkan

pada kasus dysmenorrhea primer, tekanan kontraksinya mencapai 400 mmHg, waktu kontraksi dapat lebih dari 90 detik dan jarak antar kontraksi

bisa kurang dari 15 detik (Shimp, 2000).

4. Penatalaksanaan Dysmenorrhea Primer

Untuk mengatasi dysmenorrhea primer, perlu dipahami mengenai sasaran terapi, strategi terapi serta pemilihan obat untuk dysmenorrhea

primer. Tujuannya agar terapi yang dilakukan benar-benar efektif dalam

mengatasi nyeri haid (dysmenorrhea primer).

a. Tujuan Terapi

Terapi dimaksudkan untuk mengurangi gejala-gejala dysmenorrhea

primer dan untuk meredakan ketidak nyamanan dan gangguan saat

beraktivitas (Shimp, 2000).

b. Strategi Terapi

(39)

terapi non farmakologi antara lain dapat dilakukan dengan cara

mengompres daerah sekitar perut dengan air hangat atau dengan

menggunakan “Heating pad”. Selain itu, mengatur diet makanan,

mengurangi konsumsi kafein, alkohol dan meningkatkan konsumsi

karbohidrat serta olahraga secara teratur dipercaya dapat meringankan rasa

nyeri saat menstruasi (Shimp, 2000). Kafein dengan dosis yang tinggi akan

menyebabkan gugup, gelisah, tremor dan insomnia (Wilmana, 1995).

Tabel I. Terapi Dysmenorrhea dengan Obat Tanpa Resep (Shimp,2000)

OBAT REKOMENDASI

DOSIS

DOSIS MAKSIMAL HARIAN

Acetaminophen 650-1000 mg setiap 4-6 jam

Ketoprofen 12.5-25 mg setiap 4-8 jam; tidak lebih dari

Strategi terapi farmakologi merupakan terapi mengatasi

(40)

obat anti inflamasi non steroid (AINS). Tiga anti inflamasi non steroid

(AINS) yang tersedia sebagai obat tanpa resep dan sering digunakan untuk

mengatasi dysmenorrhea primer adalah ibuprofen, naproxen sodium, dan

ketoprofen. Tabel I menunjukkan dosis beberapa jenis obat yang

direkomendasikan untuk mengatasi dysmenorrhea primer.

5. Dysmenorhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder biasanya berhubungan dengan patologi pelvic yaitu terjadi karena adanya kelainan atau penyakit dan biasanya

terjadi pada usia dewasa. Nyeri pada dysmenorrhea sekunder biasanya mulai pada awal siklus menstruasi dan lebih lama dari pada nyeri haid pada

umumnya.

Kemungkinan penyebab dysmenorrhea sekunder antara lain endometriosis (adanya jaringan endometrial pada tempat yang tidak

semestinya), tumor jinak pada rahim, kista indung telur, polip dinding

(41)

D. Sindrom Pra Menstruasi

1. Pengertian

Sindrom pra menstruasi didefinisikan sebagai gangguan siklus

menstruasi berupa kombinasi perubahan fisik dan emosional yang terjadi

dalam fase luteal siklus menstruasi, secara nyata membaik atau hilang

dalam beberapa hari pertama aliran menstruasi, dan absen selama minggu

pertama setelah menstruasi (Shimp, 2000). Keluhan yang dialami ini bisa

bervariasi dari bulan ke bulan, bisa menjadi lebih ringan ataupun lebih

berat. Diperkirakan kurang lebih 85% wanita usia produktif antara usia

25-35 tahun mengalami satu atau lebih gejala dari sindrom pra menstruasi.

Namun, hanya 2-10% yang menunjukkan gejala sindrom pra menstruasi

berat yang biasa disebut Premenstrual Dysphoric Disorder/PMDD (Agustini, 2007).

Kira-kira 80% wanita mengalami beberapa perubahan fisik dan

emosional sebelum menstruasi. Sekitar 66% wanita dengan sindrom pra

menstruasi menunjukkan perubahan yang positif seperti meningkatnya

aktivitas, kreativitas, dan produktivitas dalam bekerja. Sebagian wanita

menunjukkan kemunduran kemampuan mereka dalam keadaan normal

ketika mengalami sindrom pra menstruasi. Sebagian besar wanita dengan

(42)

dengan baik, perubahan fisik yang dialami tidak mengganggu aktivitas

kesehariannya (Shimp, 2000).

2. Penyebab Sindrom Pra Menstruasi

Penyebab pasti sindrom pra menstruasi belum diketahui hingga kini.

Salah satu dugaan penyebab sindrom pra menstruasi adalah peranan dari

hormon estrogen dan progesteron. Umumnya, menjelang menstruasi

dijumpai peningkatan hormon progesteron dan penurunan hormon estrogen.

(Baziad, 2005).

Penurunan kadar hormon estrogen setelah ovulasi mempengaruhi

neurotransmitter di otak terutama serotonin. Serotonin memegang peranan

dalam regulasi emosi. Meskipun demikian, diduga interaksi kompleks

antara hormon estrogen, progesteron dan serotonin dengan sindrom pra

menstruasi masih perlu diteliti lebih lanjut.

Gangguan metabolisme dan pola hidup yang tidak sehat (terutama

faktor nutrisi) juga mungkin turut berperan dalam menyebabkan sindrom

pra menstruasi. Diduga terjadi gangguan metabolisme prostaglandin akibat

kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk

mengatur efek hormon estrogen dan progesteron pada sistem reproduksi,

juga mengatur kerja neurotransmitter pada sistem saraf. Selain gangguan

metabolisme, pola nutrisi yang tidak seimbang berupa diet tinggi lemak,

(43)

menimbulkan sindrom pra menstruasi. Konsumsi kafein serta alkohol yang

berlebihan dapat memperberat gejala yang ada (Agustini, 2007).

3. Gejala Klinis

Gejala yang paling sering ditemukan adalah perasaan mudah

tersinggung (irritability) dan perasaan sedih (dysphoria). Gejala mulai dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis

yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan biasanya menghilang setelah

menstruasi (Agustini, 2007). Gejala yang berupa perubahan fisik dan

mental (emosional) pada wanita yang mengalami sindrom pra menstruasi

dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Perubahan Fisik dan Emosional pada Sindrom Pra Menstruasi

Setiap wanita dengan sindrom pra menstruasi, mengalami gejala

(44)

banyaknya wanita dengan sindrom pra menstruasi yang memperlihatkan

beberapa gejala dan tanda dapat dilihat pada tabel III (Shimp, 2000).

Tabel III. Gejala-Gejala Umum Sindrom Pra Menstruasi (Shimp, 2000)

Suasana hati labil (kadang sedih/marah) 81

Depresi 80

Peka sekali (oversensitivity) 69

Cepat menangis (crying spells) 65

Enggan bersosialisasi 63

Pelupa 56

Sulit konsentrasi 47

FISIK

Perut terasa penuh (abdominal bloating) 90

Nyeri pada payudara 85

Jerawat 71

Sering merasa lapar (food craving) 70

Kaki-tangan bengkak 67

Nyeri pada kepala 60

Gangguan saluran cerna 48

4. Penatalaksanaan Sindrom Pra menstruasi

Untuk mengurangi keluhan dan gejala sindrom pra menstruasi,

diperlukan suatu pemahaman mengenai sasaran terapi, strategi terapi serta

(45)

wanita dengan sindrom menstruasi. Terapi ditujukan pada gejala serta

keluhan saat sindrom pra menstruasi menyerang, dengan cara meringankan

atau menghilangkan keluhan-keluhan yang dirasa paling berat.

a. Tujuan Terapi

Tujuan terapi yang diharapkan adalah adanya pemahaman tentang

sindrom pra menstruasi. Pengetahuan tentang gangguan ini dapat digunakan

oleh wanita agar dapat lebih mengontrol gejala-gejala gangguan tersebut

dan meringankan kondisi ini dalam lingkungan sosial dan pekerjaan

mereka.

b. Strategi Terapi

Strategi terapi sindrom pra menstruasi dilakukan dengan terapi non

farmakologi dan terapi farmakologi.

1) Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan terapi untuk mengatasi sindrom

pra menstruasi tanpa menggunakan obat. Terapi tersebut meliputi olah raga

(aerobik) secara rutin, pola makan yang sehat, dan terapi perilaku-kognitif.

Wanita dengan sindrom pra menstruasi yang berolahraga lebih dapat

merasakan berkurangnya gejala dan keluhan sindrom pra menstruasi

dibandingkan wanita dengan sindrom pra menstruasi yang tidak

berolahraga. Untuk menjaga pola makan yang sehat, disarankan untuk

mengurangi masukan gula, garam, alkohol, dan kafein serta menambah

(46)

dengan meredakan gangguan emosional ketika sindrom menstruasi

menyerang. Terapi ini dapat berupa hipnoterapi, meditasi, aromaterapi, dan

sebagainya (Shimp, 2000).

Selain menjaga pola nutrisi dan melakukan relaksasi melalui terapi

perilaku-kognitif, menghindari rokok dan stres berkepanjangan juga dapat

mengatasi gejala sindrom pra menstruasi (Agustini, 2007).

2) Terapi farmakologi

Terapi pada sindrom pra menstruasi umumnya menggunakan obat

tanpa resep atau obat bebas. Obat bebas yang dianggap efektif adalah

vitamin, mineral, dan anti inflamasi non steroid (AINS). Kalsium

diperlukan untuk mengurangi gejala sindrom pra menstruasi. Sebuah

penelitian pada 466 wanita dengan sindrom pra menstruasi sedang sampai

berat merasakan berkurangnya gejala sindrom pra menstruasi setelah dua

bulan terapi. Gejala sindrom pra menstruasi tersebut antara lain berupa

depresi, mood swings, food craving, retensi cairan, dan kram abdominal. Piridoxin (vitamin B6) dipercaya dapat mengatasi sindrom pra

menstruasi. Vitamin B6 dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai

sindrom pra menstruasi seperti mastalgia, irritability (perasaan mudah tersinggung), perasaan tegang, dan kembung. Tetapi, dosis Piridoxin yang

direkomendasikan untuk sindrom pra menstruasi tidak boleh lebih dari 100

(47)

Gejala yang menunjukkan ketoksikan piridoxin antara lain paresthesia, hyperesthesia, nyeri tulang, dan kelemahan otot (Shimp, 2000).

Vitamin E direkomendasikan untuk mengurangi rasa nyeri pada

payudara. Vitamin E menghambat produksi prostaglandin dan membantu

mempertahankan fungsi dan struktur saraf (Wilmana, 1995).

Kadar magnesium dalam darah pada wanita dengan sindrom pra

menstruasi lebih rendah dibanding wanita normal. Defisiensi magnesium

menyebabkan irritability pada wanita dengan sindrom pra menstruasi. Selain magnesium, mineral lain seperti kalsium, mangan, dan potasium juga

digunakan untuk mengurangi gejala sindrom pra menstruasi.

Anti inflamasi non steroid (AINS) sebagai inhibitor prostaglandin

juga dapat mengatasi sindrom pra menstruasi, yaitu mengatasi gejala

sindrom pra menstruasi yang bersifat fisik seperti nyeri pada kepala dan

cepat merasa lelah. Anti inflamasi non steroid (AINS) yang biasa digunakan

adalah mefanamic acid dan naproksen sodium.

Salah satu keluhan yang biasa dirasakan pada wanita dengan

sindrom pra menstruasi adalah akumulasi cairan, perut terasa penuh

(gembung abdominal). Rasa kembung dan bengkak pada sindrom pra

menstruasi dikarenakan adanya perubahan cairan. Oleh karena itu, diuretik

yang diindikasikan untuk mengurangi retensi cairan dapat digunakan bagi

(48)

yang dapat diperoleh tanpa resep adalah ammonium klorida, kafein, dan

pamabrom (Shimp, 2000).

E. Sakit, Kesakitan dan Perilaku Kesehatan

Penyakit dan kesakitan, meskipun sangat berkaitan satu dengan yang

lainnya, namun mencerminkan suatu perbedaan. Kesakitan adalah apa yang

dirasakan pasien saat dia pergi ke dokter, sedang penyakit adalah apa yang

didapatnya sepulang dari dokter. Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki

suatu organ, sedang kesakitan adalah sesuatu yang dimiliki seseorang.

Kesakitan adalah respon subyektif dari pasien, serta respon disekitarnya,

terhadap keadaan tidak sehat (Helman,1990, cit., Smet, 1994). Hal ini akan mepengaruhi perilaku seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan

gejala-gejalanya.

Setiap individu mempunyai perbedaan dalam menanggapi

gejala-gejala kesakitan yang dialami. Pertama, orang yang memusatkan perhatian

pada diri sendiri lebih cepat memperhatikan adanya gejala daripada orang

yang memusatkan perhatian pada lingkungan serta kegiatan mereka. Kedua,

bila orang berada pada tekanan stress, mereka mungkin percaya bahwa

mereka akan lebih mudah terserang kesakitan sehingga akan lebih

memperhatikan tubuhnya. Mereka juga bisa mengalami

perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan stres, serta mengintepretasikan

(49)

(mood) juga mempengaruhi penghargaan diri terhadap kesehatan. Bila

orang dalam suasana hati positif, mereka mengira bahwa mereka lebih

sehat, lebih jarang melaporkan tentang ingatan yang berhubungan dengan

kesakitan, serta lebih sedikit melaporkan tentang gejala (Smet, 1994).

Rasa sakit merupakan tanda atau gejala bahwa kesehatan seseorang

terganggu, Pada umumnya, rasa sakit kurang mempunyai arti sebagai tanda

peringatan maupun dalam menegakkan diagnosa. Rasa sakit dapat

dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu rasa sakit di permukaan, rasa

sakit di dalam dan rasa sakit somatik. Rasa sakit di permukaan dirasakan di

bagian kulit atau selaput lendir dan pada bagian tertentu. Rasa sakit di

dalam dirasakan pada organ-organ tubuh yang terdiri dari otot polos. Kedua

golongan rasa sakit ini biasanya memerlukan obat-obat yang didapatkan

dengan resep dokter. Rasa sakit somatik, dirasakan di bagian-bagian otot

rangka, sendi-sendi dan pembuluh-pembuluh yang tidak jelas tempatnya,

misalnya sakit kepala, sakit gigi, pegal-pegal dan sebagainya. Rasa sakit

somatik yang tidak berat, biasanya dapat dihilangkan dengan obat-obat

penghilang rasa sakit yang dapat diperoleh tanpa resep dokter atau dijual

(50)

F. Obat dan Pengobatan Sendiri

Dalam arti luas, obat adalah setiap zat kimia yang dapat

mempengaruhi proses hidup (Suyatna, 1995). Obat merupakan bahan atau

paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, penscegahan penyakit,

penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk

kontrasepsi dan sediaan biologis (Anonim, 1998).

Pengobatan mandiri lebih banyak dipilih orang untuk mengobati

sakit dan penyakit selama bertahun-tahun (Pal, 2000). Pengobatan sendiri di

Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan

obat-obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas

terbatas. Pada umumnya, dasar pemilihan dalam menentukan jamu atau

obat paten untuk pengobatan sendiri ialah pengalaman menggunakan jamu

atau obat tertentu pada waktu yang lalu atau diberi tahu orang lain

(Sartono,1993).

Obat tanpa resep (OTR) atau obat bebas digunakan untuk

pencegahan, terapi, meringankan gejala, atau pengobatan penyakit, luka,

dan kondisi lainnya, yang mana konsumen dapat mengidentifikasi dan

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau dengan bantuan tenaga

(51)

juga herbal dan obat tradisional oleh dirinya sendiri untuk mengobati

penyakit atau gejalanya. Pengobatan sendiri merupakan salah satu upaya

untuk mencapai kesehatan bagi semua yang memungkinkan masyarakat

dapat hidup poduktif secara sosial dan ekonomi (Supardi, 1997).

Setelah mendapatkan obat bebas, ada 2 hal yang harus diperhatikan

sebelum menggunakan obat tersebut. Hal pertama adalah membaca dengan

teliti indikasi, kontraindikasi, misalnya bagi penderita penyakit jantung,

tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal serta dosis pemakaiannya. Hal

yang kedua adalah memperhatikan efek samping yang tidak dikehendaki

dan mungkin berbahaya bagi beberapa oang tertentu karena bidang tugas

atau pekerjaannya, seperti sopir, atlet, dan sebagainya (Sartono, 1993).

Obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dibeli secara bebas (obat

tanpa resep) di apotek, toko obat, toko, dan warung. Obat bebas terbatas

meskipun dapat dijual dengan bebas, berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 6355/Dir. Djen/S.K./1969 tanggal 28 Oktober 1969,

harus dicantumkan tanda peringatan pada wadah atau kemasannya. Tanda

peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar

2 cm atau disesuaikan dengan kemasannya, dan memuat pemberitahuan

dengan huruf berwarna putih. Sesuai dengan obatnya, pemberitahuan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. P.No.1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam

(52)

c. P.No.3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan

d. P.No.4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

e. P.No.5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan

f. P.No.6 Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan

Selain itu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

2380/A/SK/VI/1983 tertanggal 15 Juli 1983, obat bebas dan obat bebas

terbatas harus diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter 1,5

cm atau disesuaikan dengan kemasannya. Untuk obat bebas, warna

lingkarannya hijau dengan garis tepi hitam. Sedangkan untuk obat bebas

terbatas, warna lingkarannya biru tua dengan garis tepi hitam (Sartono,

1993).

G. Analgesik

Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonstreroid

(AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen. Walaupun

demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek

terapi maupun fek samping. Prototip obat golongan ini adalah aspirin,

karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin

(aspirin-like drugs). Semua obat mirip aspirin bersifat anti piretik, analgesik dan anti-inflamasi.

Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri

(53)

nyeri lain yang berasal dari integumen, juga efektif terhadap nyeri yang

berkaitan dengan inflamasi. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada

efek analgesik opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, obat mirip aspirin tidak

menimbulkan ketagihan atau tidak menimbulkan efek samping yang

merugikan. Obat mirip aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan

inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak

menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan. Selain itu,

obat mirip aspirin hanya mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri, tidak

mempengaruhi sensorik lain (Wilmana,1995).

Parasetamol bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat

anti-inflamasinya lemah sekali. Parasetamol tersedia sebagai obat bebas. Efek

analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan

sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh. Reaksi alergi

parasetamol jarang terjadi. Akibat dosis toksik yang paling serius ialah

nekrosis hati. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan

kematian (Wilmana, 1995).

Ibuprofen bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak

terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek samping terhadap

saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Efek samping

lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, dan trombositopenia.

(54)

alasan bahwa ibuprofen relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan

efek samping serius pada dosis analgesik.

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin

adalah analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan

dan digolongkan dalam obat bebas. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan

efektif sebagai antipiretik. Asetosal tidak boleh diberikan pada penderita

dengan kerusakan hati berat, defisiensi vitamin K dan hemofilia, sebab

dapat menimbulkan pendarahan (Wilmana,1995).

Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa

lambung dengan resiko tukak lambung dan pendarahan samar (occult). Penderita asma juga tidak boleh diberikan obat ini, karena akan

menyebabkan bronchokonstriksi (Tjay dan Rahardja, 2002). Salisilat

merangsang langsung pusat pernapasan sehingga terjadi hiperventilasi

dengan pernapasan yang dalam dan cepat (Wilmana, 1995).

H. Keterangan Empiris yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang kajian

penatalaksanaan gangguan menstruasi pada remaja putri di 4 SMU di

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan

penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan

menstruasi pada remaja putri usia SMU di empat SMU di Kabupaten Bantul

ketika mengalami gangguan menstruasi tersebut.

B. Definisi Operasional

1. Menstruasi merupakan peristiwa yang umumnya dialami oleh wanita dewasa

setiap bulannya berupa pendarahan dari liang vagina.

2. Gangguan menstruasi adalah tanda atau gejala mengganggu pada wanita

ketika menstruasi. Gangguan dapat terjadi sebelum atau saat menstruasi.

Gangguan menstruasi antara lain berupa sindrom pra menstruasi dan nyeri

haid (dysmenorrhea).

3. Sindrom pra menstruasi adalah gangguan menstruasi berupa tanda atau gejala

mengganggu yang dialami sebagian wanita sebelum sampai saat menstruasi

terjadi.

4. Nyeri haid (dysmenorrhea) adalah rasa sakit atau nyeri berupa kontraksi uterus

(56)

5. Siklus menstruasi adalah rentang waktu yang dibutuhkan seseorang untuk

mengalami menstruasi dari satu masa menstruasi ke masa menstruasi

berikutnya.

6. Pengobatan mandiri adalah pengobatan gangguan menstruasi menggunakan

obat tanpa resep, baik obat modern maupun obat tradisional.

7. Obat tanpa resep adalah obat bebas dan obat bebas terbatas yang digunakan

responden untuk mengatasi gangguan menstruasi.

8. Obat tradisional adalah obat dari bahan atau ramuan bahan alami yang

digunakan oleh responden untuk mengatasi gangguan menstruasi, yang

biasanya sudah menjadi kebiasaan secara turun-temurun

9. Kajian adalah studi yang dilakukan untuk memperdalam atau mengetahui

dengan lebih jelas kejadian, kasus sesuatu hal dari suatu fenomena.

10.Cara mengatasi gangguan menstruasi adalah beberapa cara yang biasa

dilakukan atau dipilih oleh responden untuk mengatasi gangguan menstruasi

yang dialami.

11.Responden adalah siswi di empat SMU di Kabupaten Bantul tahun 2004 yang

telah mengisi kuesioner yang disediakan oleh peneliti untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan.

12.Karakteristik responden dalam hal ini adalah mencakup usia responden dan

(57)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sebagian siswi di 2 Sekolah Menengah Umum

(SMU) dan 2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Bantul. Subyek

penelitian ini adalah remaja putri usia SMU yang dalam hal ini adalah siswi SMU

dan SMK. Diperkirakan pada usia SMU ini, seluruh responden sudah mengalami

menstruasi. Selain itu, gangguan menstruasi umumnya terjadi pada usia remaja.

Pemilihan subyek penelitian dilakukan secara non random convenience sampling.

Selanjutnya, subyek penelitian disebut dengan responden.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat SMU di Kabupaten Bantul. Empat SMU

tersebut adalah SMU Negeri 1 Sewon, SMU Negeri 1 Kasihan, SMK Negeri 1

Bantul, dan SMK Negeri 1 Sewon. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara

non random convenience sampling.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari

beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bersifat terbuka dan

pilihan, yang akan diisi oleh responden. Secara keseluruhan, kuesioner terdiri atas

26 pertanyaan. Terdapat 2 pertanyaan yang merupakan data pribadi responden,

(58)

responden dan cara responden mengatasi gangguan menstruasi tersebut. Dari 24

pertanyaan tersebut, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 6 pertanyaan ketika pertama

kali mengalami menstruasi dan 18 pertanyaan ketika sudah berada di bangku

SMU.

Setelah penyusunan kuesioner dilakukan, selanjutnya diadakan uji coba

penelitian terhadap kuesioner yang telah dibuat untuk mengetahui validitas tiap

soal. Pemahaman bahasa dan perintah soal pada kuesioner antara lain menjadi

parameter validitas yang digunakan peneliti.

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan bantuan guru dan

kepala sekolah dari sekolah yang bersangkutan. Peneliti diberi kesempatan oleh

pihak sekolah yang bersangkutan untuk melakukan penelitian pada salah satu jam

pelajaran sekolah. Jadi, kuesioner yang akan diajukan kepada responden dapat

disajikan langsung oleh peneliti, selanjutnya diisi langsung oleh responden.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan Kuesioner

Peneliti membuat kuesioner dengan mengacu pada informasi yang didapat dan

buku yang dibaca, serta melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Penentuan Besar Sampel

Ukuran minimum sampel yang dapat diterima dalam penelitian deskriptif

Gambar

Tabel XIII. Gambaran Lama Waktu Penggunaan Obat Modern pada
Gambar 13. Perbedaan Gangguan Menstruasi yang Dialami Responden
Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita
Gambar 2. Fisiologi Siklus Menstruasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

(affirming) feedback (memberikan umpan balik secarapositif dan konsisten); (3) Cognitive restructuring (restrukturisasi kognitif), yaitu teknik yang menghasilkan kebiasaan

Mereka akan mendapatkan Visa tinggal terbatas atau Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS). Sementara itu, berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Data yang dikumpulkan berupa data deskriptif, yaitu berupa penjelasan dan atau keterangan yang diperoleh dari studi pustaka kemudian digunakan untuk mengkaji

Setelah lahan kritis kembali hijau dan memiliki nilai ekologis, akan diwakafkan untuk masyarakat desa dengan syarat hutan tersebut harus tetap dijaga dan tidak boleh

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-4/W5, 2015 Indoor-Outdoor Seamless Modelling, Mapping and Navigation,

Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu sistem tambat untuk memperbaiki kinerja yang dilengkapi dengan sistem kontroi otomatis untuk

Dalam Implementing , siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah

Several risk factors in the development of SIBO are: (1) Structural/anatomic: small intestine diverticulosis; small intestine strictur (radiation, medication, Crohn’s